Anda di halaman 1dari 4

Bawang Merah dan Bawang Putih

Narator: Pada suatu hari, di sebuah desa yang aman dan damai. Hiduplah seorang anak gadis
bernama Bawang Putih bersama ayahnya di sebuah rumah yang besar. Ayahnya adalah
seorang saudagar kaya di desa. Bawang Putih baru saja kehilangan ibunya sehingga kini ia
harus hidup berdua saja dengan ayahnya yang sering keluar desa untuk berdagang. Namun,
tetangga mereka selalu menawarkan bantuan.

(Ayah sama Bawang Putih lagi bercanda bareng terus ibu tiri dateng sambil nawarin
ayahnya)
Ibu tiri: “Tuan, jika Tuan ingin berdagang keluar, sebaiknya titipkan saja Bawang Putih
kepada saya. Saya akan menjaganya dengan baik. Kasihan jika ia ditinggal sendirian.”
Ayah: “Baik lah, saya akan menitipkan Bawang Putih kepada anda, kau mau kan bersamanya
saat Ayah berdagang keluar?”
Bawang Putih: “Tidak apa, Ayah. Justru aku tidak selalu sendiri untuk beberapa hari
kedepannya, aku bisa selalu bertemu dengan Bawang Merah”
Ayah: “Baiklah jika begitu, aku harap kamu bisa menjaga anakku selama aku berdagang
keluar (ayah bicara sama ibu tiri)”
Ibu Tiri: “Baik Tuan” (Ibu mengangguk dan meninggalkan mereka)
(Ayah sama Bawang Putih lanjut bercanda)

Narator: Bawang Putih pun dititipkan oleh ayahnya pada tetangga mereka yang juga
mempunyai seorang anak gadis bernama Bawang Merah. Bawang Merah dan ibunya bersikap
sangat baik pada Bawang Putih. (Di sini adegan bawang merah & putih lagi bercanda bareng,
bisa baca buku bareng, kalo bisa ibu tiri juga ikut bercanda bareng)
Narator: Bawang putih pun menyukai mereka dan meminta ayahnya untuk menikahi ibu
Bawang Merah.

Bawang Putih: “Ayah, aku sangat menyukai ibu Bawang Merah, ia selalu berbaik hati
padaku, Ayah. Selain itu aku selalu bersenda gurau bersama Bawang Merah. Tidakkah ayah
mau menikahi Ibu Bawang Merah?” (Adegan ayah ketemu sama bawang putih, ngomong
berdua)
Ayah: “Wah, ayah akan mempersiapkan hal itu secara matang”

Narator: Dan akhirnya ayahnya pun menikahi ibu Bawang Merah. Sayangnya, setelah
menikah semua sikap baik ibu tirinya dan Bawang Merah menjadi buruk. Bawang Putih
sering disiksa ketika ayahnya pergi ke luar desa, tapi ia tidak pernah menceritakan
penyiksaan tersebut kepada ayahnya.
Ibu Tiri: “Bawang Putih! Cepat siapkan makanan! Kami sudah lapar!”
Bawang Merah: “Iya, nih. Kerja kok lambat banget.”
Bawang Putih: “Iya, Bu. Sebentar lagi masakannya siap.

Narator: Begitulah setiap hari Bawang Putih diperintah sesuka hati oleh ibu tiri dan saudara
tirinya. Hingga suatu hari, ayah Bawang Putih sakit parah dan meninggal. Ibu tiri dan
Bawang Merah sangat bahagia karena mendapatkan warisan yang berlimpah, sedangkan
Bawang Putih masih saja disiksa. Suatu hari, Bawang Putih mencuci baju di sungai. Namun,
ia tidak sengaja menghanyutkan baju kesayangan ibu tirinya.

(Adegan bawang putih terus bajunya hanyut)


Bawang Putih: “Aduh bagaimana ini baju kesayangan ibu..”
(Bawang putih menengok ke sana kemari mencari baju tsb dan akhirnya liat di akar pohon
deket rumah nenek)
Bawang Putih: “Untuk tidak terlalu jauh hanyutnya baju ini, bisa-bisa aku dimatahi ibu.”
(Nenek keluar rumah)
Nenek: “Anak cantik, apakah kamu mau membantu nenek membersihkan rumah? Nenek
merasa tidak enak badan hari ini.”
(bawang putih kaget)
Bawang Putih: “Nenek tinggal sendirian? Tentu saja saya mau, Nek. Saya akan membantu
Nenek hari ini.”
(Mereka berdua masuk ke dalam rumah nenek)

Narator: Bawang Putih pun membantu sang Nenek hingga semua pekerjaan rumah selesai.
Setelah semua pekerjaan sudah selesai, Nenek itu memberikan beberapa buah labu sebagai
hadiah.

(Nenek keluarin barang, satu kecil dan satu gede)


Nenek: “Ini hadiah buat kamu. Kamu pilih saja mana yang kamu inginkan.”
Bawang Putih: “Terima kasih, Nek. Saya ambil labu yang kecil ini saja, ya.”
Nenek: “Baiklah nak, sekarang kembali lah ke rumah, sebentar lagi malam akan tiba, terima
kasih sudah membantu nenek”
Bawang Putih: “Baik nek, terima kasih untuk labunya, saya pamit.”
(Bawang putih jalan ke luar panggung)
Narator: Bawang putih pun kembali ke rumah membawa labu kecil. Bawang Merah marah
karena ia pulang terlambat.

Bawang Merah: “Hey, kau ini sudah telat pulang, malah cuma bawa labu jelek ini saja. Dan
ini? Kenapa baju ibuku jadi kotor seperti ini? Bukannya dari tadi kau mencuci baju? Sudah
sana cepat belah labu itu dan masak untuk kami.”
(Bawang Putih Cuma ngangguk nurut terus siap siap mau ngebelah)

Narator: Bawang Putih pun membelah labu itu dan alangkah terkejutnya ia ternyata isinya
adalah emas. Ia lalu memberitahukan emas tersebut kepada ibu tirinya untuk menyenangkan
hati ibu tirinya tersebut.

(Bawang putih manggil ibunya sambil megang labu tsb)


Bawang Putih: “Ibu! Lihatlah ini, labu yang aku bawa ini ternyata berisi emas!”
Ibu Tiri: “wah banyak sekali emas ini, dari mana kau mendapatkan labu tersebut?”
Bawang Putih: “aku mendapatkannya dari nenek yang aku temui di sungai tadi, Ibu. Aku
membantunya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah”
(Ibu tiri ngangguk sambil kayak mau rencanain sesuatu, judes dikit. Ada jeda dikit buat ibu
tiri mikir-mikir)
Ibu Tiri: “Oh begitu, emas ini ibu simpan saja ya, kau siapkan makan malam saja sana”
(Bawang putih nurut, semuanya keluar panggung)

(Ibu tiri nemuin bawang merah, jalan ke panggung)


Ibu Tiri: “Besok kamu lakukan persis seperti apa yang Bawang Putih lakukan tadi siang. Ibu
yakin kalau kamu bisa mendapatkan lebih banyak meas daripada dia.”
Bawang Merah: “Wah, ternyata labu tadi pemberian nenek tua itu ya bu? Baiklahm, tentu
saja aku bisa mendapatkan lebih baik daripada Bawang Putih.”

Narator: Esoknya, Bawang Merah mencuci dan menghanyutkan baju persis seperti Bawang
Merah. Ia juga sampai dan bertemu dengan si Nenek. Ia juga mengerjakan pekerjaan yang
diberikan Nenek tapi dengan asal-asalan.
(Adegan bawang merah sok sok an bantuin nenek tanpa percakapan karena diselingi narator)

Nenek: “Sebagai hadiahnya, kau bisa memilih dua labu ini nak.”
Bawang Merah: (bawang merah langsung memegang labu besar) “saya akan membawa labu
ini nek, terima kasih. Saya pamit ya nek.”
(Bawang merah narik ibu di panggun)
Bawang Merah: “Ibu, lihat ini!”

Ibu Tiri: “Wah, benar kan apa kata Ibu. Kamu pasti bisa mendapat hadiah yang lebih besar.”
Bawang Merah: “Iya, Bu. ayo kita belah, Bu.”
Ibu Tiri: “Ayo, cepat.”

Narator: Buah labu itu pun dibelah. Namun ternyata, isinya bukanlah emas, tapi hewan-
hewan berbisa. Mereka berdua lari ketakutan. Baik ibu tiri maupun bawang merah akhirnya
menyadari sifat buruk dan ketamakan mereka. Mereka menyesali bahwa selama ini telah
berbuat buru, kepada bawang putih dan memohon maaf kepada bawang putih. Bawang putih
yang baik hati pun memaafkan mereka.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai