GALINARAEL
KELOMPOK 2 :
1) ALIF ZHAFRAN
2) FAREL TRI JULIAN
3) HELENA LIDYA PUTRI
4) MARGARETHA SRI PATMAWATI
5) NAJMA HANIFAH
6) NATASYA RAHMA SYABINA
7) RENDI ABI GASSAN
8) SEYHAN JAFIS AGNIN PRATAMA
9) SOFI NUR AISYAH
10) SYIFA RIHADATUL ‘AISY
11) VALENCIA AL-AMRU
12) DITA NATASYA NURFITRIA
Gadis itu mengangkat sudut bibirnya, ia tersenyum manis, “Baik, Ibu. Terima kasih atas perhatiannya”. Ia
kembali ke tempat duduk dan membereskan peralatannya.
“Baik anak-anak. Kalian tentu sudah tau siswa siswi yang akan mengikuti PMDK. Pengumuman pastinya
akan diletakkan dimading sekolah tapi tidak tentu waktunya kapan. Ibu hanya bisa titip pesan pada
kalian agar tetap semangat mengikuti pemantapan dan menghadapi UMPTN yang akan dilaksanakan
sekitar tiga bulan lagi.”, guru tersebut beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar meninggalkan
kelas.
Nisa : “Eh tadi kamu ditanyain apa? Pasti diandalin lagi bisa masuk PMDK ya?” (sinisnya)
Rael : “Maksudnya?”
Lidya : “Ih jangan gitu dong kamu, iri sama Rael apa gimana? Wajar juga toh dia bertahan terus di lima
besar selama ini”
Nisa : “Apaan sih, lagian aku Cuma nanya dianggepnya iri. Dasar makhluk tidak jelas!”
Aisyah : “Ya Allah.. Udah udah, guys maafin Nisa ya? Emang cara bicaranya agak....” (Aisyah tersenyum
kecut, ia menarik tangan Nisa dan mengajaknya pulang)
Lidya : Aduh dia ini.. Gak bisa sopan sedikit apa gimana sih. Kesel.
Rael : “Ayo pulang sekarang, apa kamu mau mampir ke perpustakaan dulu?”
Lidya : “Ah, engga kok Rael. Lagian perpustakaan udah tutup jam segini. Kamu sendiri gimana?”
Rael : “Biasa, langsung pulang aja. Aku belum masak buat makan malam, Ibu pasti masih bekerja
dikebun jam segini”
Lidya : “Yaudah yuk”
Saat Narael hendak membeli sayur di warung dekat rumahnya, ternyata di depan warung tersebut ada
sekumpulan anak laki-laki sedang bermain kartu, yang membuat Lidya ragu untuk melangkah lebih dulu
sehingga membuat narael memberanikan diri untuk berjalan lebih dulu
Amru : “AH. KALAH LAGI, KASIAN BENER DIRIMU. HAHAHAH. Japran.. Japran..”
Zhafran : “Males aku. Bayar berapa neh ah, gak nerima uang besar sesuai perjanjian”
Gassan : “10 ribu lah. Gak cukup itu juga buat makan seminggu”
Amru : “Alah. Biasanya juga nyolong”
Gassan : “Yang bener kalo ngomong—“
Rael : “Permisi bu! Saya mau beli sayur”(ucap narael saat sudah sampai di depan warung tersebut)
*Dirumah
Sesampainya dirumah ia menyimoan tasnya, tanpa mengganti baju terlebih dahulu dirinya pergi
kedapur sembri menenteng kresek berisi bahan makanan tadi. Ia menghela nafas panjang, tangannya
menyiapkan alat untuk memasak tetapi pikirannya melayang memikirkan soal PMDK.
Rael : Sebentar lagi pengumuman PMDK. Aku tau bahwa PTN yang aku incar tidak semudah itu.
Kemungkinan besar aku tidak akan lulus. Jadi aku harus belajar keras.. Biaya untuk ketempat saat
mengikuti UMPTN nanti pasti tidak murah. Dengan kondisiku yang sekarang memang bisa ya? Apalagi
Ibu...—
Suara pintu terbuka terdengar oleh Rael. Ia mematikan kompornya dan membalikkam badannya. Disana
tampak wanita yang sangat didambakannya berdiri rapuh, wanita tersebut menyimpan keranjang berisi
banyak sayuran matang yang sudah dibungkus.
Rael : “Ibu?” (Rael terdiam sejenak, matanya teralihkan oleh keranjang yang terletak diatas kursi)
Ibu : “Eh.. Rael, anak kesayangan Ibu sudah pulang?” (Ibunya tersenyum lalu menghampiri Rael)
Ibu : “Maaf, Nak.. Ibu seharusnya pulang lebih awal agar kamu tidak perlu masak. Dagangan hari ini
hanya terjual seperempatnya saja... Padahal kemarin semuanya terjual. Maafin Ibu ya Nak.. Besok Ibu
akan berusaha lebih pagi lagi untuk berjualan”
Rael mengusap lengan Ibunya dengan penuh kasih sayang.
Rael : “Ibu jangan mikirin hal itu. Masakan itu kan sudah dingin, pasti Ibu lapar ya? Makanan yang
hangat lebih nikmat dimakan ‘kan? Besok kita hangatkan saja sayur sayur itu lalu dijual kembali. Tidak
akan basi kok Bu”
Ibu : “Jangan Nak. Rasanya pasti beda. Hari ini kita makan yang Ibu jual hari ini saja, yang buatan kamu
lebih baik disimpan lalu dimakan besok pagi saja’
Tanpa menyangkal perkataan Ibunya, Rael mengambil piring dan bakul nasi.
Ibu : “Kamu sudah ikut ujian masuk PTN?” (Tanya sang Ibu pada Rael yang sedang menyiapkan makan)
Rael : “Kalau PMDK sudah didaftarkan oleh sekolah.. Untuk ujian tulis, mungkin masih tiga bulan lagi”
Ibu : “Bukannya hanya satu kali ikut ujian, lalu PMDK itu untuk apa?”
Mulut Rael terbungkam, suasana menjadi hening karena ia tak sengaja mengucapkan sesuatu yang
seharusnya diucapkan.
Rael : “Ah iya. Hanya satu kali Ibu.”
Ibu : “Lantas kenapa kamu mengatakan ada dua?”
Rael : “Lupakan saja Ibu.. Tidak usah ibu pikirkan apa yang aku ucapkan tadi”
Ibu : “Rael, nak, kalau ada apa-apa jangan ditutupi ya? Kamu harus selalu cerita sama ibu”
Rael : “Iya bu. Maaf Rael hanya tidak mau menambah beban pikiran ibu”
Ibu : “Iya nak,,kalau kamu sudah siap untuk menceritakan, ceritakn langsung ya?”
Rael : “Iya bu. Rael akan cerita sekarang sama ibu. Jadi PMDK itu singkatnya tes masuk jalur raport. Dan
Rael sekarang takut jika nanti bangaimana rael tidak lulus PMDK?” (rael mengungkapkan rasa
kekhawatirannya)
Ibu : “oh begitu. Menurut ibu lulus atau tidak itu bukan masalh nak, jadi jangan terlalu difikirkan ya?”
Rael : “baik bu”
#keesokan harinnya
Rael : "Ibu rael berangkat sekolah sekarang ya"(pamit rael sembari memakai sepatu)
Ibu : "Iya nak hati-hati ya di jalan. Semangat juga sekolahnya" (ibu menghampiri rael)
Rael : "iya Bu, pasti" (rael menyium tangan ibu)
Ibu : "bekal nya sudah dibawa nak?tidak ada yang tertinggal kan?"
Rael : "bekal sudah aku simpan di tas Bu, dan peralatan sekolah juga tidak ada yang terlupakan. Ibu
tenang saja"
Ibu : "yasudah nak kalau seperti itu" (ibu tersenyum lembut)
Rael : "yasudah rael berangkat ya Bu" (rael mulai berjalan sembari melambaikan tangan pada ibu)
#di sekolah
Tak lama kemudian rael akhirnya sampai di sekolah
Julian : "eh rael, tumben kamu baru sampai?"
Rael : "oh hai Julian, iya nih aku sedang ingin berangkat agak siang" (ucap rael dengan ramah)
Julian : "oh begitu"(menganggukan kepala)
Raka : "hai rael! Aku mau lihat pekerjaan rumah yang kemarin boleh tidak?"
Vano : "aku juga ya rael, hehe"
Arka : "aku juga mau rael, aku tidak mengerti sama sekali"
Fitri,Nisa : "aku juga ya rael"
Aisyah : "aduh kalian ini, pagi-pagi sudah minta contekan saja. Kerjain sendiri lah sekali-kali"
Vano : "kenapa sih? Kan kami minta nya ke rael bukan ke kamu Aisyah"
Raka : " tau nih, Aisyah"
Rael : "sudah,sudah, ini ya, tapi lain kali aku harap kalian bisa mulai mengerjakan sendiri" (ucap rael
sambil tersenyum)
Raka,vano,arka,Fitri,Nisa : "iya rael, terimakasih ya" (ucap mereka serempak)
#pulang sekolah
Guru : "baik anak-anak, dimohon untuk jangan pulang terlebih dahulu. Karena ibu akan memberikan
informasi yang penting"
Murid : "baik bu"
Guru : "Baik, disini ibu akan memberikan informasi bahwa pendaftaran berbasis raport atau PMDK
sudah mulai dilakasanakan, ibu harap apapun hasilnya nanti kalian harus selalu tetap semangat, dan
jangan putus asa ya!"
Murid : " baik bu!"
#dijalan pulang
Lidya : "wah tidak terasa ya, sudah mau masuk perguruan tinggi saja. Pendaftaran PMDK juga sudah
dimulai"
Rael : (melamun)
Lidya : "rael, kamu baik-baik saja?"
Rael : (melamun)
Lidya : "Rael!" (Panggil Lidya sedikit lebih keras)
Rael : "hah, kenapa Lidya? Maaf aku agak tidak fokus tadi" (ucap rael dengan wajah menyesal)
Lidya (menghela nafas) "kamu kenapa rael? Sejak tadi aku mengajak kamu berbicara tapi kamu terus
saja melamun"
Rael : "maaf ya Lidya, aku hanya khawatir memikirkan pendaftaran PMDK yang tadi ibu guru
informasikan"
Lidya : "jadi begitu, kalau menurutku kamu sebaiknya jangan terlalu memikirkannya. Aku yakin kamu
pasti lolos. Dan kalaupun kamu tidak lolos, masih ada banyak cara yang lain, kamu tenang saja"
Rael : (menghela nafas) "iya Lidya terimakasih ya"
Ibu : “Loh kok kamu pagi-pagi sudah rapi nak? Mau pergi kemana?(ibu yang baru pulang seusai membeli
beberapa bahan untuk sarapan, keheranan melihat narael yang sudah rapi)
Rael : “Rael mau pergi ke sekolah bu. Karena hari ini itu ada pengumuman hasil tes”
Ibu : “Oh begitu ya”
Rael : “Iya bu. Ya sudah bu, Rael berangkat ya..”
Ibu : “Eh kamu tidak mau sarapan dulu?”
Rael : “Engga bu. Nanti dijalan saja, Rael aan beli roti”(ucap rael sembari mencium tangan ibu untuk
berpamitan)
Ibu : “Oh yasudah. Hati-hati ya nak..”
Rael : “Baik ibu”
#Sekolah
Setibanya di sekolah, Rael langsung pergi kelas untuk menunggu teman-temannya terlebih dahulu.
Tak lama kemudian, teman-teman rael pun berdatangan.
Lidya : “Hai rael! Kamu sudah lama nunggu?” (sapa lidya dengan nada gembira saat melihat rael yang
sudah ada di kelas)
Rael : “Hai Lidya! Ngga kok, aku belum lama datang”
Pratama : “Eh ada Lidya dan Rael ternyata”
Rael : “Hai Tama!”
Lidya : “Hai Tama! Kok kamu disini? Aku dengar dari ibu katanya kepala desa dan sekeluarga pergi ke
rumah sodara di bandung”
Pratama : “Ayah dan ibu yang pergi, aku tetap di rumah karena aku juga ingin mengetahui hasil
pengumuman tes”(tama yang merupakan anak kepala desa sekaligus teman sekelas rael menjawab rasa
keingintahuan lidya )
Lidya : Ooh begituu ...
Aisyah : “Hey! Kok kalian masih ada disini? Kalian tidak mau melihat hasil pengumuman tes nya? Sudah
ditempelkan di mading loh”
Rael : apa iyah? Kalo gitu ayo kita langsung kesana” (dengan antusias rael dan yang lain pun segera pergi
untuk melihat hasil tes)
Pratama : “Rael, kamu kenapa? Kok kelihatan nya seperti gelisah?”
Rael : “aku hanya gugup, dan takut tidak lulus’
Pratama : “kamu pasti lulus kok, kan kamu selalu menjadi juara kelas”
Lidya : “iyaa benar, kamu jangan khawatir kamu pasti lulus”
Rael : “amiin, aku berharap begitu juga”
Sesampainya di depan mading, rael langsung membaca satu persatu nama yang tertera di mading. Dia
terus membaca berulang kali akan tetapi dia tidak menemukan namanya, lidya yang juga mencari nama
rael terlebih dahulu tidak menemukan nama rael sama sekali sehingga itu membuat lidya langsung
menolehkan kepala nya kearah rael
Lidya : “rael nama kamu ... ? kok tidak ada? (lidya bertanya dengan nada khawatir sembari menoleh
kaget)
Rael : (tidak menjawab dan matannya berkaca kaca)
Lidya (lidya yang melihat itu pun langsung memeluk rael sembari membisikan kata kata penenang)
#rumah
Sesampainya di rumah rael langsung memasuki kamar dan mengunci pintu tanpa menjawab ibu yang
memanggil rael
Ibu : “rael nak.. kamu kenapa?”( ucap sang ibu sambil mengetuk pintu rael beberapa kali)
Rael : (tidak menjawab)
Ibu : “Yasudah kalau kamu sudah merasa lebih baik, kamu bisa temui ibu. Ibu akan menunggu kamu di
meja makan supaya kamu bisa cerita dengan ibu setelah makan malam” (ibu memberikan waktu kpd
narael untuk menenangkan diri, kemudian ibu melanjutkan kembali kegiatan yang tadi ia lakukan)
#malam hari
Ibu masih menunggu rael keluar kamar untuk makan malam. Tidak lama kemudian, rael keluar dari
kamarnya. dengan muka sembab rael berjalan ke meja makan
Ibu : “Sini nak, makan malam nya sudah ibu siapkan” (ibu yang melihat rael keluar kamar langsung
tersenyum dan menyuruh rael untuk makan)
Rael : (menurut dan segera duduk)
Rael : Tadi saat aku menyium tangan ibu, kenapa tangannya terasa panas ya? Apa ibu sakit? Tadi
malam juga aku mendengar suara batuk berulang kali.
Rael terus melamun hingga tak sadar bahwa ia sudah sampai di tempat tes
Rael berusaha melupakan hal yang ‘mungkin’ dianggap sepele dan berfokus pada ujian. Jarinya yang
lentik menuliskan jawaban, otaknya berputar untuk mengingat ingat apa yang telah ia pelajari selama
ini. Tak ingin semuanya terasa sia-sia, Rael mengerahkan seluruh pikiran dan tenaganya diatas lembaran
kertas itu. Sampai akhirnya bel tanda selesai tes berbunyi.
Rael : “akhirnya selesai juga, aku tidak yakin akan lulus atau tidak tapi setidaknya aku sudah berusaha
semaksimal mungkin, oke sekarang saat nya kita pulang, ibu pasti sudah menungguku”
Hari demi hari terlewati, kondisi Ibu hingga saat ini terlihat baik-baik saja dimata Rael. Walau sesekali ia
jatuh sakit, entah itu sakit kepala atau mengalami masalah diperut, Ibu Rael tetap bersikeras untuk
diperiksa dan memilih untuk memperbanyak makan obat dan sayuran. Hari ini suara ayam berkokok
terdengar disetiap sudut desa. Rael hanya bisa menunggu sabar daripada harus berdesakan dan
mengantri di Agen Koran sana, lagi pula jauh. Rael memutuskan untuk menunggu informasi dari Lidya
atau teman-temannya yang lain.
Hingga pukul 7, matahari sudah menyongsong diufuk timur. Rael keluar dari rumah untuk mencuci
piring, rasanya lebih baik jika ia tidak memikirkan hal itu terlalu larut. Tapi tiba-tiba, seorang pria paruh
baya datang tergesa-gesa.
Pak Kades menggelengkan kepalanya, ternyata ia menggenggam sesuatu ditangannya. Sebuah koran
yang sudah lecek karena dibawa lari olehnya. Beliau menyerahkan korannya ke Rael.
Rael menelan air liurnya, matanya membelalak, ia segera mengecek koran itu, satu demi satu ia lihat
dengan teliti.
Rael loncat-loncat gembira, ia berlari masuk kerumah dan melihat Ibunya yang tengah tidur diatas kursi.
Rael :”ibu!!” (seru rael dengan nada gembira, kemudian menghampiri sang ibu)
Raell melihat ibu nya sedang tertidur.
Rael : ohh ibu masih tidur, kalau begitu aku akan memberitahu ibu setelah ibu bangun saja
Malam pun tiba, tetapi sang ibu tak kunjung bangun. Rael pun kembali mengecek sang ibu.
Rael kemudian berlari keluar rumah sambil menangis histeris. Pak Kades pun terheran-heran.
Pak Kades segera masuk kedalam, didalam waktu yang bersamaan para warga datang karena penasaran
dengan apa yang telah terjadi. Pak Kades mengecek kondisi Ibu Rael, setelah mengetahui semuanya, ia
menatap Rael dengan penuh rasa pahit.
Tak lama kemudian, satu persatu teman-teman rael pun pulang. Kini hanya tersisa rael.
Rael : (menaruh koran di atas makam sang ibu) “ibu rael berharap ibu juga berbahagia atas kelulusan
rael. Rael pulang ya bu. Rael pasti akan selalu mendoakan ibu dan akan selalu merindukan ibu.
Terimakasih ibu sudah merawat rael. Rael sayang ibu. Selalu”