“Rasya bangun hei, itu ada bu hasra” ucap Yudi sambil menggoyang-goyangkan badan Rasya.
“Aduh bu saya kenapa disiram” ucap Rasya sambil mengelap wajahnya yang basah dengan kedua
tangannya.
“Cepat bawa tasmu dan keluar dari jam pelajaran saya” ucap bu hasra tegas. Rasya langsung
membawa tasnya, dengan wajah masam ia keluar dari kelas.
Rasya duduk di luar sambil menguras-nguras lengan bajunya yang terkena air. Rasya duduk
termenung di luar kelas yang sepi hingga bel istirahat berbunyi. Bu hasra keluar dari kelas. Rasya
langsung masuk ke dalam kelas.
“Gak”
“Ck dasar”
“Iiii jorok amat lu, ni aku bawain sampo sama sabun” menyodorkan sampo ke Rasya.
Tak lama kemudian Ibu hasra masuk ke kelas. Rasya segera bangun karena tidak mau diguyur air lagi.
“Rasya kamu kenapa ribut sendiri di belakang, pasti tidak mengerjakan Pr, sini kamu maju kedepan”
“Yudi masih bapak toleransi, kalau kamu sudah keseringan, sudah sini cepat maju, angkat Kaki dan
jewer kupingmu.”
Rasya sudah kebal dengan hukuman ia sudah biasa tidur di kelas dan tidak mengerjakan pr. Rasya
dihukum sampai jam pulang.
Bel pulang telah berbunyi. Siswa-siswi kelas XII ipa 3 siap-siap pulang. Rasya segera membawa tas
yang hanya berisi 2 buah buku tulis dan sebuah pulpen. Rasya dan Yudi pulang bersama karena
rumah mereka bersebelahan. Jarak dari sekolah ke rumah hanya 8 menit.
Rasya mencampurkan sedikit kecap dan melahapnya sampai habis.usai makan Rasya langsung
berbaring di atas kasur kecilnya.
“Rasya, apa kamu bisa membuka toko di pasar, ibu mau memetik daun singkong di kebun untuk
makan malam”
“Ya sudah kalau begitu nanti sore kamu aja yang memetik daun singkongnya”
“Gak bisa bu, Rasya malas, buka toko yang dekat aja capek apalagi ke kebun, malas ah bu”
“Rasyaa kamu kenapa sih malah malas-malasan begini, kerjanya tidur aja mau jadi apa kamu kalau
begini terus kamu itu udah bukan anak orang kaya lagi, sadar diri Rasya kamu itu udah miskin
sekarang kamu gak bisa malas-malasan lagi” ucap bu Nari kesal dengan nada tinggi. Rasya tetap saja
diam tidak berkutik di atas kasurnya. Bu Nari yang kesal langsung meninggalkan rumah.
Sore tiba Rasya baru keluar dari kamar menuju dapur dilihatnya dapur sepi ia bergegas mengambil
air minum dan langsung pergi ke rumah Yudi. Dilihatnya Yudi sedang menyapu lantai teras
rumahnya.
“Ya.. ibu menyuruhku untuk membuka toko di pasar tapi aku enggak mau”
“Heh kau ini, kenapa malas sekali, apa kau tidak kasihan pada ibumu yang bekerja dari pagi”
“Dasar, terserah kau saja lah, memang siapa yang mencuci kainmu ini, memasak, menyapu?”
“Ya ibuku”
“Ibumu itu pasti sangat lelah cobalah membantu pekerjaannya wahai anak malas”
“Iya iya”
“Dasar menyebalkan, rasya saat ini kehidupanmu tidak seperti dulu lagi, semua sudah berubah”
“Jika kau tahu hiduplah selayaknya anak sederhana, karena kau sudah bukan anak orang kaya lagi.”
“Uhhh dasar malas, jangan pelihara lama-lama sifat malasmu itu” teriak Yudi kepada Rasya yang
sudah masuk kedalam rumahnya.
Rasya masuk kedalam kamarnya, ia memainkan ponselnya. Ibu Nari memanggil Rasya untuk makan
malam. Mereka berdua makan bersama tanpa bicara apa-apa.
Usai makan Rasya langsung kembali kekamarnya tanpa membawa piring bekas makannya. Ibu Nari
hanya bisa menghela napas. Rasya memainkan ponselnya hingga larut malam. Pagi harinya Ibu Nari
membangunkan Rasya namun Rasya tetap tidur. Ibu Nari pergi ke pasar meninggalkan Rasya yang
masih tertidur. Alhasil Rasya terlambat ke sekolah. Rasya bersyukur karena guru mata pelajarannya
tidak masuk. Rasya segera melancarkan aksi tidurnya. Yudi yang melihat Rasya tertidur hanya bisa
menggelengkan kepalanya. Hari ini guru yang mengajar di kelas Rasya izin tidak masuk. Jam
pelajarannya jadi kosong. Rasya memanfaatkannya untuk tidur sedangkan Yudi tetao disamping
Rasya membaca komik.
Sepulang sekolah seperti biasa Rasya bermalas-malasan diatas kasur. Yudi mengajak Rasya untuk
belajar bersama tapi Rasya menolak. Yudi selalu mendapat juara 1 di sekolah. Yudi mengajak Yudi
belajar bersama karena tidak lama lagi akan menghadapi ujian nasional. Yudi juga sering mengajak
Rasya untuk ikut kegiatan sekolah, kerja. Tapi Rasya menolaknya. Padahal Rasya sering meminjam
uang Yudi untuk jajan. Yudi adalah sahabat Rasya dari kecil bisa dibilang dari Rasya kaya sampai
keluarga Rasya bangkrut. Saat Rasya kaya ia anak yang manja dan suka menghabiskan uang orang
tuanya. Teman-temannya selalu ada di sampingnya. Namun semenjak kematian Ayahnya keluarga
Rasya jatuh miskin, kembarannya Irasya jatuh sakit dan meninggal dunia. Rasya benar-benar
kesepian. Teman-temannya langsung menjauh. Yang tersisa hanya Yudi. Namun sekarang Yudi sudah
melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Ibu Nari sudah menyusul Ayah dan kembarannya karena
kelelahan. Semenjak hidup miskin Rasya tetap saja bermalas-malasan. Sekarang Rasya hiduo sendiri
bersama kemalasan dan penyesalannya.
Pesan moral: “malas adalah sifat setan, setan itu sesat, orang yang malas pasti tersesat”.