Anda di halaman 1dari 5

TUGAS CERPEN PERPUSTAKAAN

“PANEN KEBAIKAN”

Ibrani 13:16
“Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab
korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah”

Disusun oleh:
…………………………….
……….. / ..

1
PANEN KEBAIKAN
Oleh :…………………………..
Kelas ……………

Naya berlari-lari kecil dengan riang. Ia tak sabar ingin segera sampai di ladang
keluarga Hani. Hari ini adalah panen tomat. Naya ingin sekali mencoba memetik tomat.
Keluarga Naya baru baru sebulan tinggal di Desa Sarwodadi. Ayah Naya seorang
dokter yang ditugaskan di desa itu. Ibu Naya yang bekerja sebagai guru, juga ikut pindah
mengajar di desa itu
Meski baru sebulan, Naya yang periang sudah mempunyai banyak teman. Hampir
semua teman Naya berasal dari keluarga petani. Mereka suka mengajak main Naya
bermain di ladang. Naya pun jadi terbiasa dengan kehidupan di desa.
“Naya, hati-hati!” Hani berteriak khawatir saat mereka melintasi jalan setapak
berbatu.
“Tenang, aku bisa kok!” Naya menjawab yakin. Ia sudah melihat hamparan pohon
tomat yang sudah ranum buahnya. Semakin tak sabar jadinya.
“Kita makan dulu, ya!” Ajak Hani.
Hani memang bertugas mengantarkan bekal setiap hari. Ayah dan ibunya berangkat
ke ladang pada pagi hari, sementara neneknya memasak di rumah. Sepulang sekolah,
Hani bertugas mengantarkan makan siang. Tak jarang, Ia juga makan di ladang bersama
kedua orang tuanya. Lebih nikmat rasanya, bisa memetik tomat sebagai lalapan segar.
Bahkan, Naya yang berasal dari kota pun menyukai acara makan di ladang.
“Pak, bu, Naya boleh bantu panen tomatnya?” Tanya Naya selesai makan siang.
“Oh, tentu saja boleh. Nanti Naya bawa pulang juga ya, buat Pak Dokter dan Bu
Guru,” jawab ibunya Hani ramah.
Naya melonjak kegirangan. Ia mulai memetik tomat yang ranum dan segar. Sebentar
saja keranjang kecilnya penuh. Setiap kali keranjangnya penuh, Naya pergi ke pinggiran
ladang, menaruh tomat ke keranjang besar, lalu ia segera memetik lagi.
“Kamu enggak capek?” Tanya Hani.
“Enggaklah. Ini asyik banget. Aku sudah lama ingin berkebun. Tetapi perkarangan
rumahku di kota sangat sempit,” jawab Naya bersemangat

2
“Naya, kamu sekalian memetik sayur mayur juga, ya. Ada juga cabai disana.
Sekalian buat Naya bawa pulang,” kata ibunya Hani.
“Wahh, asyik”. Naya memetik bayam, daun singkong, dan cabai. Sampai di rumah,
Naya memberikan hasil panennya itu kepada ibu, lalu membantunya memasak untuk
makan malam.
“Wah, ini sih makan malam istimewa. Hasil panen Naya,” puji ayah.
“Ayah, Naya ingin punya kebun juga. Naya suka kalau panen. Asyik banget, yah!”
“Iya, itu bagus. Tetapi, untuk bisa panen, tanaman harus dirawat dengan baik,” kata
ayah “Naya, kan, mudah bosan. Ayah agak khawatir kebunnya nanti tidak terurus,
sementara ayah dan ibu juga sangat sibuk.”
“Kita berkebun di pekarangan saja ya, sayang? Kita mulai hari minggu,” kata ibu.
“Benar bu? Asyiiik..!”
Pada hari Minggu yang sudah Naya nantikan, ibu malah ditugaskan ikut pelatihan
guru diluar kota.
“Maaf ya, sayang, berkebunnya kita tunda hari minggu depan,” begitu bunyi pesan
singkat ibu pagi ini lewat ponselnya. Naya tertunduk kecewa. Ayah jadi iba melihat Naya.
“Nay, ikut ayah saja, yuk! Ayah panen juga lo, hari ini.”
Mata Naya mengerjap. Sejak kapan ayah sempat keladang? Siapa yang mengajaknya
panen?
“Sungguh, yah? Naya ikut!”
Akhirnya, Naya ikut ayah. Tetapi, bukannya ke ladang, ayah malah datang ke
Posyandu balai desa. Naya terheran-heran.
“Dimana panennya, yah?” tanyanya bingung.
“Sebentar kamu juga tahu. Coba, sekarang bantu Bu Sri dulu!”
Kata ayah sambil menunjuk Bu Sri, yang sedang membungkus bubur kacang hijau.
Naya menurut.
“Hai, Naya! Wah, rajin ya, putri pak Dokter,” Bu Sri menyapa Naya dengan ramah.
Naya tersenyum.
“Ini buat apa, Bu?” Tanya Naya.
“Ini buat tambahan gizi balita. Nanti ditambah telur rebus juga,” kata bu Sri.
Naya memperhatikan ayah yang sibuk memeriksa kesehatan balita. Pantas, ayah
jarang ada waktu luang. Banyak yang harus dilakukan seorang dokter didesa ini untuk
membantu penduduk. Diam-diam Naya merasa bangga.

3
“Naya bantu apalagi, bu?” Tanya Naya setelah semua bubur kacang hijau terbungkus.
“Naya bantu membagikannya, ya. Ini daftar balitanya. Yang sudah dapat, diberi tanda
cek. Jangan lupa telur rebusnya!”
“Siap, bu!” jawab Naya semangat.
Naya membantu dengan sepenuh hati. Meski tidak jadi keladang, ia senang bisa
membantu orang lain. Pada akhir kegiatan posyandu, Naya juga menghibur para balita
dengan bernyanyi.
“Nah, bagaimana? Asyik kan panennya?” tanya ayah dalam perjalanan pulang.
“Panen apa, yah? Tadi, kan, kita di Posyandu,” tanya Naya bingung.
“Loh, Naya tidak merasa, ya? Tadi kita panen?” tanya ayah penuh teka-teki.
“Panen apa, sih?” tanya Naya penasaran.
“Naya tidak merasa, ya, dengan membantu bu Sri, menghibur para balita, berarti
Naya memanen kebaikan, dong,”
“Ooh….Itu maksud Ayah??” Naya baru memahami.
“Iya, sayang. Banyak membantu atau berbuat baik bagi orang lain, berarti kita panen
kebaikan, kan? Bukankah kita merasa bahagia ketika berbuat baik kepada orang lain?”
kata ayah sambil tertawa.
Benar juga, ya. Kalau ibu pulang nanti, Naya juga ingin panen bersama ibu. Dengan
membantu ibu mengajar para orang tua yang belum bisa membaca, dan ikut memberi
tambahan pelajaran untuk anak-anak didesa ini, itu juga termasu panen kebaikan. Ya,
benar kata ayah, ada rasa bahagia yang diperoleh saat berbuat baik kepada orang lain.

SELESAI

4
Kajian Struktural Cerpen “PANEN KEBAIKAN”
1. TEMA
Tema dalam cerita pendek “Panen Kebaikan” adalah bercerita tentang seorang
anak bernama Naya yang memiliki pembelajaran hal baru dari kedua rang tuanya
tentang arti memanen kebaikan di kehidupan lingkungan sekitar kita.
2. ALUR
Cerita pendek ini menggunakan alur maju, yang mana penulis menyajikan
ceritanya secara berurutan dimulai dari tahapan perkenalan ke tahapan
penyampaian arti sebuah “Panen Kebaikan”
3. LATAR
Cerpen ini berlatar di sebuah desa Sarwodadi
4. TOKOH DAN PENOKOHAN
Tokoh utama dalam cerpen ini adalah Tokoh “Naya” dan “Ayah” dan “Ibu” nya
Naya
Tokoh utama Naya adalah seorang anak yang periang dan supel sehingga cepat
memiliki banyak teman di lingkungan barunya.
Tokoh utama kedua adalah Ayah merupakan seorang ayah yang memiliki
pekerjaan sebagai dokter dan mampu memberikan pelajaran yang berharga
kepada Naya tentang Panen Kebaikan.
5. SUDUT PANDANG / POINT OF VIEW
Cerita ini menggunakan sudut pandang tokoh utama “Naya”
6. GAYA BAHASA
Gaya bahasa yang digunakan adalah eufemisme yaitu gaya bahasa yag
menyampaikan maknanya secara lebih halus, agar tidak menyinggung orang lain.
7. AMANAT
Pesan moral yang ingin disampaikan dalam cerita pendek ini adalah dalam
kehidupan bermasyarakat berbuat kebaikan dapat dilakukan dimana saja, tidak
terbatas hanya pada kehidupan di keluarga sendiri. Dengan berbuat baik, selain
menjadi pahala bagi kita pribadi, adalah berkat bagi orang yang kita berikan
kebaikan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai