Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK AGAMA

X AKL 4

Nama Anggota Kelompok


1. Kamela
2. Nabilla Indriyani Dewi
3. Nayla Safa Rachmania
4. Serli Sulastri
5. Risma Aulia

“Mencari Dialog yang berkaitan dengan Menghindari Berfoya-


foya, Riya’, Sum’ah, Takabbur,Hasad,Boros,”
TERWUJUD
Ibu Endang menggendong & menjinjing bakul yg berisi kacang rebus & tahu berkeliling kampung sambil
meneriakkan barang dagangannya.

bu Endang : “Kacang rebus, kacang rebus, murah harganya lima ratus boleh terlebih seribu!”“Tahu
mendal, tahu mendal tanpa formalin & pengawet yang lain! Beli bu, beli. Siapa yg mau beli?”

Bu Narsih : “Kacang rebus, beli! Sini bu!“Beli kacangnya, bu, Rp. 10.000,- . Tahunya satu berapa
bu?”

Bu Endang : “Ini yg kecil satu Rp. 250 yg besar Rp. 500, monggo bu pilih yg mana. Mumpung masih
hangat. Tahu ini banyak gizinya lho bu… utamanya protein nabati.”

Bu Narsih : “Oh… Masa ia bu? Ibu sok tahu aja kayak pakar gizi bicaranya.” (sambil memilih tahu
yg akan dibelinya).

Bu Endang : “Bukan pakar gizi atau sok tahu bu! Bukannya apa yg setiap kita perdagangkan harus
ktia kenal sifat & kandungan gizinya? Dengan demikian kita mencar ilmu mengenal lebih jauh
keragaman masakan kita. Dan kita bisa menentukan mana yg terbaik untuk kita. Begitu kan bu?”

Bu Narsih : “Iya, tetapi ngomong-ngomong, apakah semua dagangan ini milik ibu Endang semua?”

Bu Endang : “Bukan, saya cuma buruh menjualkan nanti mendapat upah dr yg punya barang jualan.”
“Lumayan lah bu dr pada menganggur. Meskipun buruhan kami sedikit tetapi kami berusaha menabung
dgn menyisakan duit kami yg sedikit ini, kami berharap dr yg sedikit ini akan menjadi banyak.”

Bu Narsih : “Memang berapa sih, penghasilan ibu Endang saban hari? Sampai-sampai dapat
menabung segala seperti orang kaya!”

Bu Endanng : “ Penghasilan saya kurang lebih Rp. 20.000 setiap hari, namun kami bertekad
menyisihkan Rp. 5.000 dr penghasilan kami untuik ditabung. Bukan hanya orang kaya saja yg boleh
menabung bu, kita yg berpenghasilan sedikit pula bisa menabung.”

Bu Narsih : “Memang ada bank yg dapat menerima simpanan jumlah sedikit?”

Bu Endang : “Ada bu, misalnya simpanan BTN Cermat setoran permulaan cuma Rp. 10.000, tanpa
biaya administrasi & ibu mampu menyetorkan duit ke bank saban hari sekurang-kurangnyaRp. 5.000”

Bu Narsih : “Rp. 5.000 ?” “Aduh bu Endang kapan dong tercapainya keinginan kita untuk memiliki
barang mirip kulkas, televisi, meja, kursi bagus & piranti rumah tangga yg bagus-bagus lainnya. Enggak
lah capai gue menunggunya, mending kredit pada bu Alif meski dgn bunga yg tinggi barang yg kita
harapkan lebih cepat didapat. Apalagi bu Alif menyediakan segala jenis barang untuk dikredit termasuk
uang.”

Bu Endang : “Memang cepat bu, barang yg kita inginkan dgn cara kredit, namun bunga mahal/tinggi
sekali. Mendingan ibu menabung dulu meskipun bertahap lama-lama akan menjadi banyak duit kita. Baru
kita belikan barang-barang yg kita kehendaki.”
Bu Narsih : “Ya, sudah! Aku beli kacang Rp. 20.000 & tahunya Rp. 30.000 kebetulan besok suamiku
pulang dr rantau. Biar puas ia makan kacang & tahu.”

Dari kejauhan tiba bu Alif memperlihatkan barang kreditannya

Bu Alif : “Baju…baju…, baju bagus dr korea orisinil, silahkan kredit atasannya kalau tak kredit
ibu tak akan punya barang. Ya, silakan dipilih tak usah bayar kontan namun diangsur saban hari.”

Ibu Narsih : “Ibu Alif, Sini! Aku mau kredit baju, kebetulan suamiku besok pulang gue ingin tampil
manis dgn baju Korea itu.”

Bu Alif : “Oh, ya bu! silakan dipilih, tetapi lunasi dahulu hutang ibu yg kemarin gres boeh kredit
lagi!”

Bu Narsih : “Nih, gue beri Rp. 100.000 dulu kekurangannya besok kalau suamiku sudah puang.
Bagaimana boleh atau tidak? Kalau boleh gue kredit baju 2 atau 3 lagi!”

Bu Endang : “Banyak benar duit bu Narsih hari ini, berbelanja kacang & tahu hingga Rp. 50.000,
setoran kreditan Rp. 100.000”

Bu Narsih : “Iya, gue kalau punya uang tak pelit-pelit gue belanjakan untuk semua kebutuhanku.
Karena gue yakin pepatah orang jawa ana dina ana upa benarkan bu? Kaprikornus buat apa menabung,
toh Allah SWT selalu memberi riski pada kita.”

Bu Alif          :   “Benar tuh, bu! Kata bu Narsih. Menurut gue kita tak akalan punya barang kalau tak
utang (ora utang ora duwe barang) Benar kan bu Endang?”

Bu Endang heran sambil geleng-geleng kepala. ia pun memberi hikmah pada kedua tetangganya itu

Bu Endang      :   “Menurutku tak begitu, ana dina ana upa itu tujuannya kita wajib berupaya untuk
mendapatkan sesuatu tidak mungkin Allah SWT menjatuhkan uang dari langit begitu saja dengan kita
berdiam diri. Ora utang ora duwe barang itu pula pepatah yang salah, karena satu barang kreditan
harganya dua kali lipat bila kita membeli dengan-cara kontan.”

Bu Alif kelihatan murka sama bu Endang.

Bu Alif          :   “Ya sudah, kalau bu Endang tak ingin hutang ya tak apa-apa, tak usah mengguruiki! Biar
bu Narsih saja yg hutang padaku. Padahal nih, kalau bu Endang mau gue mampu meminjamkan duit
untuk biaya kuliah Lia.”

Belum sempat bu Alif pergi, tiba-tiba Aulia datang menenteng simpanan dengan girang mendekati ibunya

Aulia             :   “Ibu…ibu…, Alhamdulillah simpanan Lia sudah banyak bu! Sudah cukup untuk ongkos
kuliah nanti. Terima kasih atas pesan yang tersirat ibu yg menyarankan Lia menabung semenjak SD.
Terwujud sudah impian Lia untuk kuliah, sekali lagi terima kasih ya bu! Dan mohon doa restu ibu!”

Sambil memeluk ibunya, Lia menangis haru. Begitu pula dgn bu Endang. Bu Narsih & Bu Alif terdiam
sambil mencibir pada keduanya. Tiba-tiba HP bu narsih berdering ada telepon masuk
Bu Narsih      :   “Hallo?”   “Wa’alaikum salam wr.wb”“Ya benar, saya sendiri.”“Apa….suami saya
kecelakaan? Di Rumah sakit Cipto Mangun kusumo Jakarta? Ruang mana? Kelas berapa?“Ruang Dahlia
kelas II.. Ya terima kasih pak!”  

Terasa panik & resah bu Narsih bicara sendiri sambil mondar-mandir

Bu Narsih      :   “Bagaimana ini, uang saya sudah habis untuk belanja & bayar hutang, suami kecelakaan,
uang simpanan tak memiliki.” “Duh Gusti!! Bagaimana ini, tolong gue Gusti!”

Bu Alif          :   “Ya sudah bu Narsih! Pinjam uangku saja bunganya hanya 50% mudah tanpa agunan
eksklusif cair.”

Melihat kesedihan bu Narsih, Aulia tak tega ia berimaksud meminjamkan uang tabungannya pada bu
Narsih yg sebelumnya ia minta izin pada ibunya

Aulia             :   “Bu, kasihan bu Narsih ya? Bagaimana kalu duit Lia dipinjamkan pada bu Narsih, kita
tak usah menginginkan bunga/jasa apapun dr bu Narsih”

Belum lagi bu Endang menjawab pertanyaan anaknya, bu Alif murka-marah ia merasa tersinggung.

Bu alif           :   “Lia!! Kamu ini bagaimana sih? Ada orang memberikan kreditan duit kok ananda
mengganggu saja. Jangan sok kaya yah kamu! Baru punya duit sedikit saja sudah sok jadi satria.”

Aulia             :   “Lia bukannya sok pendekar bu Alif! Tapi Lia merasa kasihan pada bu Narsih, sudah
tertimpa petaka tak ditolong, malah diiming-imingi duit rentenir. Nanti bagaimana? Kasihan ka? Tidak
menyelesaikan dilema malah menambah problem.

Bu Alif          :   “Alaaaaaah…kamu ini ya orang miskin tetapi lagaknya mirip orang kaya, mau
meminjamkan uangmu yg sedikit itu Bagaimana bu Narsih? Jadi pinjam uangku atau tidak?”

Belum lagi bu Narsih menjawab, dari jauh pak Wa’ad lewat didepan mereka. Melihat kericuhan tersebut
pak Wa’ad tak jadi melanjutkan perjalanannya

Pak Wa’ad      :   “Ada apa ini ribut-ribut? Mengapa bu narsih menangis?”

Bu Narsih      :   “Ya, pak. Bagaimana gue tak menangis suami kecelakaan, sekarang di RSCM Jakarta,
sementara uangku sudah habis untuk belanja & mencicil kreditan di beberapa daerah. Aku sendiri tidak
mempunyai tabungan uh…. uh…. uh…. uh….

Pak Wa’ad      :   “Memangnya bu Narsih pinjam kreditan di berapa kawasan?”

Bu Narsih      :   “ada 10 orang, setorannya ada yg setiap hari, ada yg setiap mingguan. Kalau dihitung
seluruhnya dlm satu minggu saya harus setor Rp. 130.000, belum lagi untuk kebutuhan sehari-hari, saya
resah pak, bagaimana solusinya?” “Tolong saya pak!”

Pak Wa’ad      :   “Yaah, nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur terjadi. Menurut pertimbangan saya
ubahlah pola hidup bu Narsih, jangan hidup boros, belilah kebutuhan hidup seperlunya, jangan suka ambil
barang kreditan dengan harga yang mahal pula jangan suka pinjam duit ke rentenir. Nanti berakibat fatal
tak menyelesaikan problem malah memperbesar problem, ibu jadi terjerat hutang. Bila dikirimi uang oleh
suami ibu sisihkan sedikit untuk ditabung, jangan menabung di rumah. Tabunglah di simpanan BTN
Cermat. Selain aman simpanan ibu akan mendapat  bunga.

Bu Narsih      :   “Saya ingin  memiliki usaha kecil, bisakah saya mengajukan kredit perjuangan kecil pada
waktu saya mulai menabung?”

Pak Wa’ad      :   “Tentu mampu, alasannya adalah dengann tekun menabung ibu bisa mengontrol
pemasukan serta pengeluaran duit harian. Uang ibu yg ditabung tak akan habis sekaligus, alasannya
adalah ibu nanti bisa memakai duit tersbut untuk keperluan- keperluan penting yg memerlukan ongkos yg
cukup besar mirip bayar duit sekolah anak, bayar cicilan hutang, biaya berobat atau modal untuk
perjuangan. Ibu bisa mengajukan kredit usaha kecil ke bank sesudah ibu memperlihatkan prestasi
kerajinan menabung & telah meraih jumlah saldo dlm waktu tertentu, sehingga patut mendapatkan kredit
yg diajukan. Hal ini dilaksanakan oleh bank untuk memastikan bahwa ibu nantinya sanggup melunasi
kredit.”

Bu Endang      :   “Pak, kalau saya lupa menabung apakah saya kena denda?alasannya uang penghasilan
saya sedikit.”

Pak Wa’ad      :   “Ibu tak akan dikenakan denda atau serpihan ongkos apapun jikalau lupa menabung.
Jika penghasilan ibu sendiri kurang dr Rp. 10.000 masih bisa menabung di hari selanjutnya, atau
disisihkan dulu selang dua tiga hari atau setiap ahad.”

Bu Alif          :   “Menabung yg aman itu mirip apa & bagaimana caranya?”

Pak Wa’ad      :   “Menabung yg kondusif bekerjsama sungguh mudah dijalankan. Ibu tinggal pergi ke
bank atau kantor pos terdekat, mengisi formulir pembukuan simpanan, serta menjinjing kartu identitas
(KTP/SIM) & uang yg akan disetorkan.”

Aulia             :   “Jika kartu simpanan saya hilang, masih bolehkah saya menabung & bagaimana caranya
saya bisa mendapat kartu baru?”

Pak Wa’ad      :   “Lia masih mampu lanjut menabung. Setelah Lia melaporkan insiden kehilangan kartu
tabungan ke petugas bank semoga segera diganti dgn kartu yg gres.”

Bu Alif          :   “Apakah dgn menabung di bank saya diberi keemudahan untuk mendapatkan kredit?”

Pak Wa’ad      :   “Ya, jika ibu sukses menunjukkan prestasi  menabung yg baik yakni menabung dengan-
cara tekun saban hari, bukan hal yg tak mungkin nanti bank akan membeeri kemudahan dlm menemukan
kredit pada ibu. Fasilitas kredit yg diberikan  oleh bank ini berlawanan dgn kredit yg diberikan rentenir.
Kredit daribank diperuntukkan bagi ibu/bapak yg memerlukan modal untuk perjuangan, cicilan rumah
tinggal milik sendiri, kepemilikan kendaraan bermototr (jangka panjang) sedangkan kredit dr rentenir
umumnya diberikan untuk kebutuhan konsumsi sesaat (jangka pendek) bukan untuk kebuthan jangka
panjang, bunga yg dikenakan bank pun jauh lebih ringan dr bunga kredit rentenir.”

Bu Narsih      :   “Oh, ya pak. Terima kasih atas penjelasannya saya mohon doa pada bapak & ibu serta
Lia biar suami saya cepat sembuh, & pula saya mohon pamit akan menengok suami saya di RSCM
Jakarta.”
Pak Wa’ad, Bu Alif, Bu Endang, & Lia mengangguk sambil mengucapkan selamat jalan pada bu Narsih
dibarengi berjabat tangan. Mereka pun bubar melanjutkan aktifitasnya.

Anda mungkin juga menyukai