Anda di halaman 1dari 11

contoh novel sejarah (pribadi)

Rabu, 12 September 2018

Contoh Novel Sejarah Pribadi Tugas Bahasa Indonesia

Meraih Bintang

“Assalamualaikum” ucapku memasuki ruang kelas, bukannya mereka menyapaku tetapi mereka
memperebutkan isi tas tenteng yang aku bawa.

“ ini aku dua ya” ucap salah satu dari mereka

“aku ambil dua Fira tadi juga ambil dua jadinya empat ribu ya” ujar Nindi, sambil menyodorkan uang
seribuan 4 lembar.

“Rik ini aku ya” dan begitulah sampai tas tentengku kosong tidak berisi apapun namun diganti dengan
recehan-recehan yang mereka berikan kepadaku.

“sembilan belas dua puluh ribu, Alhamdulillah kembali dengan utuh” dengan wajah yang ceria aku
menata recehan lima ratusan dan seribuan dari teman-teman.

Tidak lama kemudian muncul suara “selamat pagi anak-anak” ternyata suara guruku

“Selamat pagi pak..” jawabku serentak bersama teman-teman,

“Lanjut tolong dipimpin do’a” kata guruku

“sebelum kita memulai pelajaran mari kita berdo’a sesuai dengan keyakinan masing-masing, berdo’a
mulai” ucap ketua kelasku.

Selesai itu guruku langsung membahas pelajaran dan aku akan berusaha mendengarkan dan
memperhatikan pelajaran agar menjadi murid yang pandai, itu adalah cita-citaku waktu TK tapi untuk
sekarang tetap menjadi prioritas, agar orang tua kita membayar tidak rugi.

Itu adalah awal mula aku berbisnis kecil-kecilan ketika SMP kelas 8, selain berbisnis aku juga mendapat
motivasi dari ke dua orang tuaku berjualan gorengan dan setiap pulang sekolah aku harus
membantunya, sehingga akar-akar kebisnisan didalam hatiku mulai muncul.

“kalian setelah lulus SMP ingin ke SMK atau SMA?” Tanya guruku BK.
Lalu dalam benakku memilih ke SMK karena kita akan mendapat bekal untuk siap bekerja pikirku kelak
aku tak akan mampu kuliah karena orang tuaku hanya seorang penjual gorengan di pinggir jalan di
desaku. Disinilah aku di jelaskan mengenai SMA dan SMK. Aku tetap memutuskan untuk masuk di SMK,
setelah aku melihat semua kemampuan, minat dan bakatku yang paling unggul adalah nilai matematika
dan jika berbicara tentang bisnis tentunya akan masuk di akuntansi. Setelah berpikir panjang lebar aku
menetapkan pilihan masuk SMK jurusan akuntansi.

Sepulang sekolah bukannya aku membantu ibuku untuk mempersiapkan gorengan di warung
namun aku langsung menuju kekamar. Kuketuk keyboard dengan mengetik sesuatu didalam google
dengan internet yang sangat lambat, maklum waktu dulu aku hanya menggunakan modem yang berisi
paket data 1GB untuk sebulan, dan itupun aku dapatkan dari berjualan changgai yang setiap harinya
mendapat untung 3000 dan menyisihkan sedikit uang sakuku untuk membeli itu. Dengan menggunakan
computer yang dibelikan ibuku sewaktu aku kecil, aku dapat mencari tahu tentang akuntansi, karena
sebenarnya aku belum sepenuhnya mengetahui apa itu akuntansi.

“Rika tolong petisnya di isi diplastik ya, ibu mau ke warung ngantar pisang goreng” teriak ibuku

“ya bu, bentar Rika ganti baju dulu..” jawabku.

Namun aku belum melakukan perintah ibuku aku tetap mencari-cari artikel tentang sekolah SMK dengan
jurusan akuntansi agar kelak aku tidak salah masuk jurusan. Setelah mendapat beberapa informasi dan
sudah aku simpan semua, aku membantu ibuku ke warung dengan ayah yang juga ada disana. Dan
sampai disana hanya ada ayah, sedang ibu masih ke rumah pak Eko untuk mengantar gorengan. Lalu aku
membantu ayah untuk menata gorengan di Loyang. Tiba-tiba ayah bertanya padaku tentang kelanjutan
sekolahku.

“kamu nanti setelah lulus SMP mau sekolah kemana” Tanya ayahku dengan suara yang serius

“ke SMK pak” jawabku sedikit ragu.

“kalau pilih sekolah jangan asal-asalan, sekolah itu bayarnya mahal, kalau kamu tidak serius kamu apa
gak kasian sama bapak?”

“iya pak, insyaAllah Rika akan serius dengan pilihan ini, karna Rika mau ambil jurusan Akuntansi”
jawabku dengan nada lirih

“kenapa gak di jurusan masak aja?” Tanya ayahku lagi,

“pak meskipun Rika hobi masak, tapi bukan itu yang Rika inginkan. Rika ingin kelak menjadi pengusaha,
entah pengusaha di bidang apapun” jawabku

“kalau bisnis ya di pemasaran saja, akuntansi itu harus kuliah dan bapak tidak akan mungkin bisa
membiayai kamu ini adikmu saja mau lahir, bapak masih bingung juga mau cari pinjaman. Menjadi
penjual gorengan itu keuntungannya sedikit kalau hanya berjualan di desa. Apalagi desa seperti kita ini,
jarang mereka yang suka jajan, karena kebanyakan prinsip orang-orang di desa ini berhemat” ujar
ayahku.

Disituasi seperti inilah yang membuatku menjadi bingung, bukan hanya bingung kuliahku tapi masalah
ekonomi yang akhir-akhir ini menurun di keluargaku.

Dihari minggu ini karena tugas semua sudah selesai aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk
mencari pekerjaan sampingan. Dengan mencari di internet aku mengetik “bekerja sampingan ala anak
sekolah SMP” dan dari situ muncul banyak pilihan dari tips dapat uang dengan bekerja sampingan untuk
anak SMP, akupun memilih yang paling atas kursor aku klik dengan tombol di mouse hitam pada
genggaman tanganku. Setelah aku klik disitu banyak contoh-contoh kerja sampingan seperti menjadi
penulis, jasa pengetikan, berjualan camilan, berjualan stiker, dan berjualan sesuatu yang bikin hits. Lalu
kubaca semua dengan teliti, selain di blog itu aku juga membaca yang lain. Dari sini aku mulai memilih
untuk berjualan stiker karena modalnya cukup murah seperti printer aku sudah punya dan computer
juga sudah ada tinggal mencari gambar-gambar yang pas untuk dijadikan stiker dan jika dijual mungkin
peminatnya anak-anak, jadi aku pikir nanti bisa aku titipkan ke adik sepupuku.

Pada hari ini aku punya rencana untuk belanja kebutuhan untuk berproduksi stiker, seperti kertas
stiker. Setelah pulang aku mencoba atu untuk di rpint dan hasilnya pun bagus. Di situ mulai banyak yang
pesan hingga aku kualahan. “ mungkin ini jalannku untuk sukses muda “ pikirku sambil menggunting
stiker untuk pesanan selanjutnya.

Tapi lambat laun pesanan stiker menurun akibatnya mereka sudah mempunyai banyak koleksi dan target
ku pun juga sudah habis, dan bahan-bahan semua masih banyak aku bingung bagaimana ini. Dikondisi
seperti ini juga orang tua ku berhenti untuk berjualan gorengan karena adikku yang diperut ibuku sudah
hampir lahir, semua kondisi ekonomi keluargaku mulai turun drastis. Sehingga aku harus berfikir agar aku
bisa mengatasi semua ini

“ Ya Allah mengapa kondisi seperti ini kau jadikan satu, apakah aku sanggup untuk menjalaninya” aku
terus berdoa dan mencari-cari kerja sampingan lain, yang mungkin tidak perlu membutuhkan modal.

Matahari mulai surut dan kegelapan di awan-awan mulai muncul, kursi coklat dengan kayu yang sudah
rapuh kududuki bersama dengan Icha, dia adalah tetangga dekat rumahku.

“gimana usaha stikermu masih lancarkan?” Tanya Icha dengan menatapku.

“masih tapi sedikit ada kendala, banyak stiker di rumah tapi sudah tidak laku lagi” jawabku sedikit sedih

“oh begitu, lalu bagaimana kelanjutannya?” Tanya Icha lagi

“entahlah aku sedikit bingung dengan semua kondisi ini” sedikit mengeluarkan tetesan air mata, lalu
kuusap dengan baju kumuhku.

“sudahlah jangan larut dalam kesedihan, mungkin ini awal kesuksesanmu” kata Icha dengan memberiku
senyum.
“ bagaimana kalau kamu kerja dirumahku?” Tanya icha padaku

“hah..” jawabku sedikit kaget.

“kerja apa cha?” tanyaku sedikit kepo.

“menyetrika semua baju-baju keluargaku, menyapu, dan membersihkan kamarku” jawab Icha.

“kamu serius?” kutanyakan lagi

“ya seriuslah ka…, tapi gajinya dari aku sendiri mungkin cuma 4000per pekerjaan semua, karna kamu
tahu sendirikan ibuku itu bagaimana?” ujar Icha

“iya gak papa kok, yang terpenting aku ada masukan, meskipun itu sedikit” jawabku dengan gembir.

Ya ibunya icha itu pelit, meskipun dia kaya tapi dia jarang mau berbagi dengan orang lain. Tidak
lama kemudian aku langsung bergegas ke rumah Icha karena ibunya sedang ada arisan, ini adalah
manfaatku untuk bekerja.

Setiap hari sabtu kulakukan pekerjaan itu, meski hanya 4000 per minggu aku mengumpulkannya,
setidaknya aku akan punya modal untuk mendirikan usaha lagi.

Sampai 5 bulan aku mekukan pekerjaan di rumah Icha. Dan aku memutuskan untuk berhenti dari
pekerjaan itu, karena kurasa modal ini cukup untuk mendirikan usaha lagi. Aku memiliki ide untuk
berjualan es capucino cincau dengan modal 80.000 aku bisa berbelanja kebutuhan untuk berjualan
capucino cincau. Karena aku juga sudah punya blender, yang sebenarnya itu punya ibuku setidaknya
nanti jika itu berjalan dengan lancar aku akan beli sendiri. Selain aku berjualan capucino cincau aku juga
punya menambahkan menu lain yaitu es regain, es yang berasal dari jelli rasa kelapa muda dengan kuah
dari es kemasan. Aku tata semua di depan rumah dan ku beri tulisan “JUAL ES CAPCIN DAN REGAINS”.
Kutunggu pembeli datang, namun sampai jam 11 belum ada yang beli, ya aku tunggu inilah menjadi
pengusaha harus sabar. Tidak lama kemudian bibiku datang membeli es capcin 2 bungkus, aku sangat
senang sekali kulayani dengan sepenuh hati. Dan kemudian pamanku juga datang membeli es regain dan
capcin sungguh hatiku tambah senang dengan banyaknya pembeli meski itu masih dari sanak keluargaku
sendiri. Selanjutnya sepi lagi, namun aku tidak patah semangat dan aku tetap menunggunya. Sampai
sore pun belum ada pembeli lain, ya terpaksa aku tutup warung ini untuk berlanjut ke hari besok.

Pulang dari sekolah setelah ku sisakan uang jualanku changgai aku bergegas ganti baju dan
menyiapkan jualanku sore hari ini. Namun sampai matahari terbenam pun hari ini tidak ada yang
membeli es ku aku tetap harus bersabar. Hari esoknya masih sama seperti biasa sepi. Dan sampai satu
minggu, dan karena cincaunya hampir expaied jadi aku turunkan harga yang dulunya 3500 per cup
sekarang aku jual menjadi 2000 per cup. Namun yang membeli tetap sanak keluargaku, mungkin apa
mereka kasian lalu mereka membeli entah aku juga tidak tahu. Hari setelah kuturunkan harga es capcin
tetap saja tidak ada yang membeli sampai tiga hari berturt-turut, dank arena aku takut jika cincau ini
expaied maka aku sudahi berjualan ini. Dan aku bagi-bagi es pada keluarga-keluargaku. Dari pengalaman
yang ini aku sudah sangat terpuruk dan putus asa untuk bercita-cita berjualan dan berwirausaha.
Kuoleskan tinta bewarna hitam di selembar kertas, kutuliskan semua curahan hati ini. Dari awal
usaha penjualan stiker, bekerja serabutan, sampai berjualan es. Kutulis kegagalan-kegagalan yang
kualami. Namun dalam hati ini masih terasa sakit, lalu kumenangis meratapi semua ini. Sampailah aku
tertidur malam itu dengan bantal kertas yangku oret-oret tadi.

Pagi ini aku harus mengawali hari dengan lembaran baru. Namun aku tetap berjualan changgai
karena meski dapatnya sedikit aku harus tetap mencari pemasukan.

“Rik, kamu kenapa?” Tanya Siti

“mmmm gak ada apa-apa kok” jawabku dengan senyum sedikit terpaksa.

“tapi aku gak percaya, pasti kamu punya masalah ya?, gak papa kalo kamu mau cerita sama aku, siapa
tau nanti aku bisa bantu” kata Siti (dengan mendayuh sepeda menuju kesekolah)

“iya Sit” jawabku.

Disaat sampai di gerbang sekolah aku melihat kakak kelas, dia berbeda denganku dan lain. Dia memiliki
kekurangan yaitu badannya kecil sehingga untuk berjalan sedikit susah, namun dia tetap semangat
memasuki sekolah. Dia tidak malu justru setelah kuamati dia sangat berprestasi di bidang catur, karena
waktu lomba catur dia juara 1. Setelah ku mengamati itu semua aku sadar aku tidak boleh larut dalam
kesedihan ini. Karena dengan aku putus asa semua tidak akan mudah untuk dicapai dan aku teringat dari
kata-kata Icha sewaktu sore hari tempo lalu, bahwa kegagalan dapat dinilai menjadi awal permulaan
sukses.

Dari situ kumulai tarik bibir untuk senyum dan memulai aktivitas terbaruku, mungkin nanti jika Allah
sudah menghendaki akan datang hidayah ide untuk berusaha kembali pikirku.

“waduh-waduh sudah gak beres ini kamu Rik” ucap Siti sambil memandangiku

“gak beres apanya sih?” tanyaku pada Siti.

“ayoklah ke kelas, ini temen-temen sudah nunggu changgai ku. Kalau kamu ingin tetap di parkiran aku
duluan ya..” ajakanku pada Siti untuk mengalihkan pembicaraan dan kutarik tangannya.

1 tahun kemudian

Semenjak kelas 3 SMP ini aku jarang berjualan dan bekerja, karena aku ingin focus untuk Ujian Nasional
kenaikan ke SMA/SMK. Dan dibulan setelah semester ini banyak pendaftaran siswa baru sehingga aku
juga sibuk mengurus berkas-berkasku.
“Akte, KK, raport, pas foto sudah lengkap. Sekarang masih ada yang kurang” kataku sambil menata
berkas-berkas diatas meja kelas dengan segerombbolan temanku.

“kurang apa?” kata Dita

“iya kurang apa sih, coba aku lihat brosurnya dulu..” lanjut Pegi dengan membuka satu persatu berkasnya

“Ya ampun.. biasa aja kali.. jangan gugup gitu. Kita sudah menyiapkan semua namun untuk pasrahnya
kita belum persiapkan yaitu berdo’a “ jawabku

“oooooooo……” jawab mereka dengan bersamaan.

“mari kita berdo’a semoga dimudahkan segalanya dan bisa masuk ke Sekolah ini” ucapku dengan
menadahkan tangan sambil berdo’a.

Setelah selesai kami pun berangkat mengumpulkan berkas dan menunggu pengumuman 3 hari
kemudian.

Setelah lama menunggu, iya lama menurutku karena satu hari saja 24jam kalau tiga hari bisa 72jam. Dan
semua itu hanya bisa kupsrahkan yang diatas. Aku dan teman-teman berangkat pukul 6 pagi. Namun
gerbang masih ditutup sehingga harus menunggu lama. Dan ternyata sampai disana diberi tahu bahwa
jam pengumumannya jam 10 pagi, dan akupun harus menunggu selama 4 jam. Karena harus menunggu
sehingga aku gunakan waktu itu untuk jalan-jalan mengelilingi sekolahan ini.

Setelah kami lelah mengitari seluruh pelosok sekolahan SMKN 2 BLITAR aku dan teman-temanku
duduk-duduk di depan gerbang lagi untuk menunggu pengumuman karena jam juga sudah menunjukan
pukul 09.00 semua peserta pendaftar juga sudah datang, kalau dihitung-hitung hampir 1000 anak yang
mendaftar kesekolahan SMKN 2 BLITAR ini.

Pak satpan telah menata papan pengumuman yang ditutup dengan kain bewarna hitam, dengan hitung
mundur “ 3 2 1…” kata pak satpam kain tersebut dibuka dan semua mencari nama-namanya sendiri. Ada
yang membaca gembira ada juga yang memasang wajah sedih sampai ada yang pingsan. Membuatku
semakin takut, karena mereka yang berasal dari kota saja tidak diterima bagaimana denganku.

“Rik tuh liat anak kota banyak yang nangis, trus gimana dengan kita?” Tanya Pegi padaku dan teman-
teman.

Kami masih di samping gerbang bewarna hitam, karena disana masih ramai dan juga mereka berbadan
tinggi-tinggi, sedangkan aku hanya bisa termenung diam karena aku sadar diri bahwa aku pendek dan
melebar sehingga untuk bisa melihat pengumuman itu membuatku seperti akan bunuh diri jika tidak
mengantri. Dan tidak lama kemudian sudah agak sepi, ku mulai langkahku bersama teman-teman
menuju papan misterius itu. Ku pegang tangan Dita temanku, agar menguatkan hatiku untuk selalu yakin
bahwa aku bisa masuk ke sekolah ini. Tepat didepan papan ini ku baca dari atas ke bawah dengan teliti
dan saksama, kucari dari nama sekolah sebab jika menggunakan namaku akan sulit dan mungkin nama
Rika yang mendaftar tidak hanya satu atau dua namun bisa lebih.
“Aku gak keterima” kata Dita dengan lirih

“aku juga”lanjut Pegi

Mendengar itu semua membuatku takut, namun kertas yang kubaca hampir habis namaku belum
ketemu.

“Rik…” panggil Siti dengan senang

“apa sih Sit, bentar ya..” aku masih focus melihat nama-nama ini

“kamu salah cek..” jawab Siti dan menarik tanganku

“nih liat ada namamu, tadi kamu salah liat di bagian kota” ucap Siti sedikit menertawakanku

“Alhamdulillah…” air mata ini menetes dan ku peluk teman-temanku. Dalam hati aku berfikir apakah ini
keajaiban, keberuntungan, atau takdir. Ah biar saja mungkin ini memang sudah jalanku.

“selamat ya Rik” kata Pegi sambil memelukku

“selamat ya… cie udah dapat sekolahan baru” imbuh Dita

“makasih semua, ini perjuanagan kita bersama. Dan jika kalian belum ke trima disini besok masih ada
jalur lain. Kalian harus tetap semangat dan selalu berdo’a kepada Allah, agar setiap langkah kalian
diridhoi oleh-Nya” kataku sambil kupeluk lagi mereka.

Selesai ini kami pulang kerumah masing-masing. Di rumah ayahku belumpulang kerja, hanya ibuku saja
dan aku beri tahu tentang itu. Ibuku senang dan memberiku semanagat karena jalanku masih belum
selesai.

Saat menjadi murid baru di SMKN 2 BLITAR

Setelah menempuh beberapa jalan, dari Try out sampai ujian nasional dan sekarang sudah
memasuki ajaran baru. Dengan tempat yang berbeda. Disini aku harus mulai bisa beradaptasi dengan
semua teman-teman baruku. Seperti biasa memasuki awalan sekolah selalu diadakan MPLS disitu mulai
kucari teman-teman baru. Teman baruku bernama Rumsi, Riski, dan Reza itu kami berempat selalu
bersama karena yang lain belum juga kenalan.

Selesai MPLS ada pembagian kelas dan aku masuk di kelas Akuntansi 3. Ya karena namaku
berawalan R jadi mendapat kelas yang belakang. Awal memasuki kelas aku juga harus beradaptasi lagi
karena berbeda dari gugus yang lain.

“kamu Rika kan, sini duduk sama aku ya. Soalnya aku juga sendiri ini” kata salah satu teman
SMPku namun aku tidak kenal dia sebelumnya, yang ku tau hanyalah seragam kita sama.
“oh iya, kamu siapa kok kenal namaku” tanyaku pada dia sambil menyodorkan tanganku padanya

“Aku Yulia Puspitasari, aku teman satu kelasnya Siti. Biasanya Siti juga cerita sama aku tentang
kamu ya jadi aku tau kamu hehehe..” jawab dia sambil senyum-senyum gak jelas.

Awal ku tau Yulia sepertinya dia orang yang gak jelas karena dia juga sedikit nakal sepertinya.
Dilihat dari penampilannya yang memakai bedak tebal, lipstick dan lain-lain. Dan akupun harus waspada
karena dunia SMK itu sangat rawan.

Memasuki awalan pelajaran ada maple yang berhubungan dengan bisnis, ini lah yang ku tunggu-
tunggu. Disini aku diberi tugas untuk berjualan. Sehingga nantinya akan mendapat nilai jika aku terus
berjualan. Pada awal ini aku menjual es lilin yang kubuat rasa Belimbing. Permulaan kutawarkan
keteman sekelas dan hanya dikelas saja langsung habis. Selanjutnya aku membuata inovasi baru yaitu es
rasa tape, karena kesukaanku tape. Itupun juga makin laris, kugeluti usaha ini denagn senang hati.
Karena yang kudapat juga lumayan per es lilin mendapat laba 200 rupiah dan setiap harinya aku
membawa 30 buah es lilin. Sehingga jika ditung mendapat 6000, bisa untuk jajan di sekolah. Lama-
kelamaan teman-teman sudah mulai bosan, sehingga aku harus berganti jualan dan aku ganti dengan
nugget tahu yang ku dapat resep dari internet. Disitu laba yang kudapat dihitung-hitung sangat besar
karena jika membuat sendiri nantinya juga bisa dimakan sendiri.

“yok teman-teman ada yang baru ini aku jual nugget tahu Cuma 500an. Sayang perut sayang
perut” kata ku sambil mengelilingi bangku-bangku teman-teman ku.

Lama kelamaan pula merek semakin bosan dan aku kehabisan ide. Disaat itu kuputuskan untuk
berhenti berjualan karena aku juga sudah memasuki kelas 11 untuk Kerja di lapangan atau biasa disebut
dengan PKL. Selain alas an itu juga, karena banyak tugas yang diberikan dari guru-guru, yang memburu
waktu 3 bulan dalam 1 semester. Aku focus pada belajar agar tidak menyesal dikemudian hari.

Memasuki awal prakerin aku ditempatkan di Pegadaian. Awalnya aku bingung apa sih pegadaian
itu. Ya jika aku bingung sekarang sudah mudah untuk mengetahui itu semua hanya tinggal buka HP
dengan membuka aplikasi Google, namun dengan syarat harus punya kuota. Kubaca dari awal hingga
akhir namun aku tetap belum faham. Mungkin nanti disana aku juga akan diberi bimbingan pikirku.

Pukul 6 pagi aku berangkat bersama teman-teman. disana masih tutup dan hanya ada satpam.

“Selamat pagi pak, kami dari SMKN 2 BLITAR mau prakerin disini, kalau boleh tau jam berpaa
bukanya?” Tanyaku pada satpam karena disana masih sepi belum ada persiapan apapun

“ini bukanya nanti jam 8, kalian tunggu saja.” Jawab pak satpam

Kami harus rela menunggu 2 jam. Rasa kebosanan pun mulai datang, dan ku hilangkan dengan
ngobrol bercanda dengan teman-teman. sampai tidak terasa Bu Diani Pembina kami di Pegadaian
datang.
“selamat pagi bu, kami dari SMKN 2 BLITAR, yang akan PKL disini.” Kataku dan tema-teman
serempak

“oh iya ayok masuk” jawab Bu Diani.

Disini aku harus bisa beradaptasi dengan lingkungan luar yang berbeda dengan sekolahan. Kata
guru pembimbingku aku dan teman-teman harus waspada karena ini tempat keuangan, harus tetap
menjaga keamanan diri sendiri.

Di bulan-bulan Prakerin ini aku sangat bosan, hanya berangkat pagi pukul 8 lalu pulang pukul 4
sore. Dan setelah itu tidak ada kegiatan lain, lalu saat malam hari aku main kerumah kakakku. Dan
melihat kakakku membuat tas rajut dari tali kur. Lalu aku juga belajar agar waktu longgarku ini bisa
bermanfaat. Tapi jika kupikir-pikir untuk berjualan tas nanti peminatnya harus orang yang memiliki uang
banyak, seperti ibu-ibu. Dan pastinya saingannya akan banyak, untuk belajar merajut saja harus butuh
waktu 1 mingguan. Aku harus mencari ide lain.

Seperti biasa kucari inovasi melalui internet. Apa saja yang bisa dibuat dengan tali kur ku lihat di
google dan muncul banyak sekali, seperti tas, sepati tempat minum, dan gelang. Dari semua itu yang
paling mudah untuk belajar dan mudah mendapat peminat adalah gelang. Dengan uang saku yang
kudapatkan, ku belikan tali-tali rajutan dan ku lihat tutorial-tutorial di youtube.

Salah satu temanku tertarik untuk bergabung di usaha ini, dan kami sepakat untuk bekerja sama.
Aku dan Defi saling bertukar ide satu sama lain dan saling menawarkan ke orang lain. Aku bagian di
online dan Defi di offline. Di usaha ini lumayan berjalan lancar dan mendapat untuk yang lumayan,
sampai 3 bulan selama prakerin kudapatkan uang tambahan ini. Namun namanya bisnis selalu naik
turun, seperti ceritaku waktu jualan stiker dan disini terjadi lagi setelah laris manis semua sudah punya
koleksi sekarang kehabisan pelanggan. Aku dan Defi pun berhenti dari usaha ini meski masih banyak
bahan-bahan yang belum ku buat.

Tidak terasa aku sudah memasuki kelas 12, yaitu akhir dari sekolah atau akhir menjadi pelajar.
Disini keseriusan mulai muncul. Persiapan-persiapan untuk masa depan harus dirancang sebaik mungkin
agar tidak salah arah dan menyesal. Seperti biasanya di mata pelajaran Kewirausahaan harus membuat
produk makanan dengan berbeda dari sebelum-belumnya karena disini kita harus memodifikasi suatu
makan menjadi makanan lain. Dan karena hidayah Allah aku mendapat ide untuk membuat opak ampok,
karena bahannya mudah, peminatnya bisa banyak, untuk sarana pelestarian budaya Indonesia. Dan di
usaha ini ku fikirkan resiko kelak karena dari usaha-usahaku sebelumnya yang kucoba berkali-kali hinga
jatuh bangun dan dari pengalaman itu sungguh berarti bagiku untuk membuat yang lebih baik. Pada
diskusi tentang perencanaan usaha ini, karena ini tugas kelompok jadi semua harus dipertimbangkan
bersama.

“bagaimana teman-teman untuk pembuatan opaknya itu kita pakai gulungan atau pengeprek
opak?” tanyaku pada teman-teman lain.

“pakai gulungan saja yang nantinya bisa merata dan hasilnya lebih bagus” jawab Silviana
“ oh iya untuk kemasannya kita pakai apa?” Tanya Ulfa

“kita pakai plastic biasa yang nantinya kita bentuk bisa berdiri, dan nanti stikernya kita buat
standar saja, jangan besar-besar agar produk kita kelihatan.” Jawabku sambil menggambarkan skema di
selembar kertas.

“iya setuju aku begitu saja.” Imbuh Ratih.

Dan sampai dihari H nya kami sudah membuat produk itu, sebelum kami jual. Aku dan teman-
teman melakukan tes layak jual kepada guru Pembimbing kami.

“ini kerupuk apa?” Tanya guru KWU

“kerupuk nasi jagung bu, itu kami mendapat inovasi dari nasi jagung. Karena nasi jagung hampir
tidak disukai oleh para remaja, dan saya pikir jika mereka tidak menyukainya bisa-bisa makanan ini akan
hilang dan bahkan bisa diklaim Negara lain. Sehingga untuk membantu pelestarian ini kami mencoba
membuat produk ini agar disukai oleh remaja, kita buat sesuai perkembangan dengan menambah variasi
rasa pedas, keju, dan original.” Jawabku, karena aku dipilih sebagai juru bicara di kelompok ini.

“oke dari segi rasa sudah layak untuk dijual, namun untuk pengemasannya lebih cantik kalau
dikasih tali begitu jadi untuk membawanya mudah tanpa menggunakan kresek ya. Nanti kalau sudah
berjalan dengan lancar terus dikembangkan. Jangan sampai peluang kalian ini hanya berhenti sampai
tugas ini selesai. Produk saya liha punya prospek kedepan yang lebih baik karena bisa meningkatkan
produk-produk dalam negeri. Dan saya yakin jika kalian mau berusaha dan berdoa maka Allah akan
menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin” nasihat dari guru KWU padaku dan teman-
teman.

5 tahun kemudian

Dengan pengalaman-pengalaman yang ku dapat dari SMP hingga SMK dan sampai lulus kuliah aku
mendapat hikmah yang sungguh luar biasa, berkat ku coba semua usaha-usahaku hingga dari kecil-
kecilan sampai sebesar ini. Seperti kata guruku waktu lalu sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi
mungkin jika kita terus berusaha.

Disini aku menjadi pengusaha opak ampok dengan produk yang sudah mendapat ijin bpom P-
IRT dan cap halal dari MUI. Semua ini tidak lepas dari doa yang selalu kupanjatkan kepada Allah SWT
yang telah meridhai semua usahaku, yang telah meluruskan langkahku, dan menjadikanku wanita karir
yang sukses muda. Dan juga orangtuaku yang selalu mendukungku, setiap percobaan makanan selalu
mengeluarkan biaya, dari semua bahan-bahan masakan ku buang-buang untuk mencoba hal-hal baru
dan telah menciptakan ini. Serta teman-teman dan kerabat-kerabatku yang menjadi pembeli utamaku.
Tanpa mereka-mereka disini sekarang aku bukan siapa-siapa.

Selain aku punya usaha opak ampok, aku juga jualan opak-opak buah yang terispirasi dari rujak
buah dan asinan-asinan yang berasal dari Bogor. Juga opak sayur yang terinspirasi dari gado-gado. Disini
tujuanku adalah meningkatkan produk-produk dalam negeri agar makanan dan tradisi orang Indonesia
tidak di klaim oleh Negara lain, selain itu untuk mengurangi-mengurangi pengangguran. Dan sekarang
semua keinginan itu sudah terpenuhi, hanya aku harus menjaga semua ini. Dan salah satu yang harus
kujaga adalah Imanku.

“Do not become despondent when things go against your desires, just pray and struggle that’s how islam
will teach you”

Dan inilah yang telah kuraih sebuah bintang yang berpancar lima seperti pancasila. Bintang ini
kupersembahkan untuk semua orang semua warga Indonesia, semua saudaraku.

Serut, 06 September 2018

Penulis

Anda mungkin juga menyukai