Anda di halaman 1dari 7

Naskah Drama untuk 5 Orang

Pementasan Drama

Tokoh :

1. Nabilla Kumalasari
Dia adalah sahabat sejati Bella.Dia kabur dari rumah sewaktu adiknya masih berumur 1 tahun.Dia
kabur karena sikap ibunya yang tidak mengerti anaknya.

2. Bella Puspitawati
Dia adalah sahabat sejati Nabilla.Dia kabur dari rumah karena orang tuanya bercerai.Dia kabur dari
rumah persahabatan karena tidak suka dengan sifat Dasilva yang tidak menyenangkan.

3. Dasilva Putri Handayani


Dia adalah sahabat Nabilla sejak taman kanak-kanak.Sifatnya kasar.

4. Billa Kumalasari
Dia mencari kakanya sejak lama.Kakaknya adalah Nabilla.Dia kabur dari rumah karena sikap ibunya
yang tidak mengerti Billa.

Sinopsis

Di suatu hari, ada tiga orang sahabat yang sedang bertengkar.Mereka bertengkar karena
seseorang dari mereka berlaku tidak baik.Orang itupun pergi meninggalkan rumah dan seseorang
yang lain juga pergi meninggalkan rumah.Tetapi, ada satu orang yang masih peduli akan persahabatan
mereka tetap tinggal di rumah itu.Akhirnya, dia mencari kedua sahabatnya itu bersama adik
kesayangannya.Diperjalanan, dia dan adiknya menemunkan salah seorang dari sahabatnya.Dia pun
akhirnya pergi lagi untuk menemui seorang sahabatnya yang lain.Tetapi, diperjalanan mereka
kehabisan bekal makanan mereka.Bagaimanakah cerita sebelumnya?

Adegan 1

Disuatu tempat yang indah, tinggallah dua orang sahabat.Mereka sedang asyik mengobrol di teras
rumah sambil duduk memandang kearah depan.Di sinari oleh sinar matahari yang sangat
menyengat.Hari itu adalah musim kemarau. Mereka mengipas-ngipaskan badan mereka yang
kepanasan.

Nabilla : “Hari ini sangat panas, ya”


Bella : “Iya, aku setuju denganmu”
Nabilla : “Mau aku ambilkan segelas air dingin?”
Bella : “Tidak, terima kasih”

Ditengah-tengah keasyikan itu, seorang perempuan lewat didepan mereka.Anak itu lalu terdiam
didepan rumah Nabilla dan Bella.

Nabilla : “Maaf, kenapa kamu berhenti didepan rumah kami?”


Dasilva : “Eh hmm maaf”
Bella : “Ayo kesini, sepertinya kamu haus”
Dasilva : “Baik, terima kasih”
Nabilla : “Tunggu sebentar, ya”
Dasilva : “Iya”
Bella : “Hai, namaku Bella Puspitawati.Kalau kamu?”
Dasilva : “Namaku Dasilva Putri Handayani.Panggil saja Silva, yang tadi itu namanya Nabilla
Kumalasari bukan?”
Bella : “Ya, tentu saja”
Nabilla : “Ini minumnya! Maaf, ya hanya ada air putih”
Dasilva : “Tidak apa-apa, terima kasih,ya”
Bella : “Nab, kamu kenal orang itu tidak?”
Nabilla : “Sepertinya aku kenal”
Nabilla : “Maaf, nama kamu Dasilva Putri Handayani bukan?”
Dasilva : “Iya, tentu saja, aku kira kamu sudah lupa sama aku”
Bella : “Emm, aku kedalam dulu, ya”
Nabilla : “Iya”
Dasilva : “Nab, itu siapa kamu?Kok akrab banget sama kamu?”
Nabilla : “Itu sahabat aku disini”
Dasilva : “Berarti, aku bukan sahabat kamu lagi dong”
Nabilla : “Bukannya begitu Sil, kamu ya tetap saja sahabat aku”
Dasilva : “Oh begitu”
Nabilla : “Sudah,yuk kita masuk sudah siang nih”
Dasilva : “Iya"

Esoknya, mereka hanya memakan roti dengan selai.Sambil duduk di kursi.

Bella : “Bagaimana enak tidak?”


Dasilva : “Tidak enak soalnya aku tidak suka selai!”

Bella sangat kesal dengan perkataan Dasilva yang kasar itu.Bella pergi keluar.

Nabilla : “Bel, ayo kita bereskan ruangan ini!Loh,Bella?”


Dasilva : “Aku kenyang”
Nabilla : “Sil, Bella mana?”
Dasilva : “Tadi dia marah sama aku,makanya dia kabur dari sini”
Nabilla : “Memangnya kenapa?”
Dasilva : “Aku bilang rotinya tidak enak karena pakai selai”
Nabilla : “Sil, itu tidak baik”
Dasilva : “Lagian kenapa kalian tidak beli seres dan mentega?”
Nabilla : “Sil, dengar ya kami bekerja saja harus bersama-sama”
Dasilva : “Memang kerja apa?”
Nabilla : “Memanen buah dikebun orang lain,lalu hasil dari itu kami diberi uang dan selai”
Dasilva : “Sekarang terbukti kamu lebih memilih dia dari pada aku.”
Dasilva : “Oh, ya terima kasih atas semuanya”
Nabilla : “Tapi”

Setelah Dasilva pergi, ada seorang anak kecil yang menghampiri Nabilla.

Billa : “Kakak, ini kakak ya?”


Nabilla : “Heh?”
Nabilla : “Billa, ngapain kamu kesini?”
Billa : “Billa malas dirumah dimarahi bunda terus”
Nabilla : “Billa, kamu sendiri kesini?”
Billa : “Iya, kakak sendiri disini?”
Nabilla : “Untuk sekarang iya”
Billa : “Kakak, Billa lapar”
Nabilla : “Baiklah, ayo kedapur”
Billa : “Kakak”
Nabilla : “Ya”
Billa : “Kakak kenapa?”
Nabilla : “Kakak nggak apa-apa kok yuk kedapur”
Billa : “Baiklah”

Adegan 2

Di dapur, Nabilla membuatkan roti selai untuk adiknya.Segelas air dingin juga diambilkan oleh
Nabilla untuk adiknya.Nabilla merasa sangat kesepian karena tidak ada sahabatnya lagi disini.Nabilla
akhirnya tersenyum karena adiknya ada bersamanya.

Billa : “Rotinya enak,kak”


Nabilla : “Iya”
Billa : “Habis ini ngapain,ya?”
Nabilla : “Kita mencari Bella”
Billa : “Bella siapa?Sahabat kakak yang dulu disini sama kakak?”
Nabilla : “Iya”
Billa : “Selesai”
Nabilla : “Ayo kita mulai mencarinya”
Billa : “Baik”

Mereka berdua keluar dari rumah itu serta membawa tas yang berisi air minum dan roti selai untuk
bekal.

Billa : “Kakak”
Nabilla : “Ya?”
Billa : “Kak Silva mana?”
Nabilla : “Kok kamu tahu kak Silva kesini?”
Billa : “Dia yang ngasih tahu aku”
Nabilla : “Dia pulang lagi ke rumah karena dia tidak tahan disini”
Billa : “Tapi kok sifatnya jadi agak aneh semenjak…”
Nabilla : “Aku juga tidak tahu.Mungkin dia cuma ingin punya teman”
Billa : “Iya”
Nabilla : “Hei Billa!Emm siapa orang yang ada di sana?”
Billa : “Itu kayaknya kak Silva deh”
Nabilla : “Iya, Bil! Itu memang Silva”

Nabilla lalu menghampiri Silva yang sedang duduk termenung itu.Nabilla lalu memegang pundak
Silva.

Nabilla : “Sil, maafkan aku, ya”


Dasilva : “Jangan ganggu aku!”
Billa : “Kak Silva kok gitu sih”
Dasilva : “Sudah, kamu tidak usah ikut campur”
Nabilla : “Sil, itu tidak baik!”
Dasilva : “Sudah sana, pergi dari sini”
Nabilla : “Tapi Sil”
Dasilva : “Kamu tidak mau pergi? Baiklah aku saja yang akan pergi”

Akhirnya, Nabilla dan Billa melanjutkan perjalanan mereka.Ditengah-tengah perjalanan, mereka


terdiam.

Billa : “Kakak, aku haus”


Nabilla : “Baiklah ayo minum ini dan kita lanjutkan lagi setelah beristirahat”
Billa : “Terimakasih, kak”
Nabilla : “Dasilva itu menurutmu sifatnya bagaimana?”
Billa : “Menurut aku dia dulu baik, ramah, pokoknya enak deh orangnya”
Nabilla : “Iya, kakak setuju denganmu”
Billa : “Tapi kalau sekarang……”
Nabilla : “Kenapa?”
Billa : “Sudah deh kak.Tidak baik membicarakannya”
Nabilla : “Iya”
Billa : “Kak, kakak dengar suara tidak?”
Nabilla : “Iya, kakak mendengarnya”
Billa : “Kita cari yuk kak asal suaranya”
Nabilla : “Iya”

Sewaktu mereka mencari tahu asal suara itu, seseorang diam-diam mengambil bekal makanan
mereka.Ketika suara itu sudah tidak terdengar lagi mereka balik ke tempat peristirahatan mereka yang
tadi.Mereka sangat terkejut melihat bekal makanan mereka sudah tidak ada.Hanya ada 3 botol minum
yang tersisa.Sebelumnya, mereka membawa 6 botol minum.

Nabilla : “Bagaimana ini?Siapa yang mengambilnya?”


Billa : “Sudahlah kak, kita lanjutkan saja lagi perjalanannya”

Tiba-tiba, Dasilva muncul dihadapan Nabilla.

Dasilva : “Maaf, ya seharusnya aku yang meminta maaf”


Nabilla : “Iya, tidak apa-apa”
Billa : “Sekarang kita mencari kak Bella”
Dasilva : “Iya, Nabilla, aku minta minum dong!”
Nabilla : “Iya.Loh, berarti bukan kamu yang mengambil bekal kita”
Dasilva : “Memang bukan”
Nabilla : “Jangan-jangan”
Billa : “Kakak nakutin nih, kan Billa jadi seram”
Nabilla : “Bukan itu tapi”
Dasilva : “Bella yang mengambilnya”
Billa : “Kirain”
Dasilva : “Bel, kami tahu kamu disini”
Nabilla : “Bel, maafkan kami, ya”
Billa : “Kak Bella jangan marah terus tidak baik lo”

Suasana tiba-tiba menjadi hening.

Bella : “Aku tidak mau lagi bersama kamu Nabilla, kecuali”


Nabilla : “Kenapa lagi?”
Bella : “Si a-v-l-i-s sudah tidak disini”
Nabilla : “Kok kamu begitu sama sahabat sendiri?”
Dasilva : “Maafkan aku Bel, aku hanya ingin punya teman”
Bella : “Dengan cara seperti itu?”
Dasilva : “Aku memang tidak suka selai.Maafkan aku ya, Bella”
Bella : “Tapi, kamu harus berjanji tidak boleh mengeluh”
Dasilva : “Baiklah”

Bella akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya itu.

Nabilla : “Bagaimana jika kita membuat janji”


Dasilva : “Ya, aku setuju”
Bella : “Aku juga”
Nabilla : “Kalau begitu sumpahnya adalah BND Selalu bersama”
Dasilva : “Tentu saja”
Bella : “Baiklah, aku mulai”
Billa : “Hei, tunggu aku tidak?”
Nabilla : “Kalau begitu jadi “Double BND selalu bersama””
Bella : “Double”
Billa : “B”
Nabilla : “N”
Dasilva : “D”
Bella & Billa : “Selalu”
Nabilla&Silva: “Bersama”

Mereka akhirnya bersama-sama lagi untuk selamanya.

Tamat

Ini adalah pagi yang cerah. Mita dan Doni, dua orang siswa kelas VII sedang asyik membaca-
baca buku Biologi di koridor sekolah. Pasalnya nanti siang akan ada ulangan harian mata
pelajaran tersebut. Kemudian datang Anggi, sahabat mereka.

Anggi: “Mit, Don, rajin sekali kalian berdua!”

Mita: “Iya dong, tugas kita sebagai pelajar kan memang harus belajar. Hehehe…”

Anggi: “Iya juga sih. Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak, ada murid baru yang akan
masuk ke kelas kita hari ini.”

Doni: “Oh ya, siapa namanya? Lelaki atau perempuan?”

Anggi: “Lelaki, tapi aku juga belum tahu siapa namanya dan seperti apa rupanya.”

[Bel sekolah berbunyi]

Mita: “Eh ayo masuk kelas!”

[Ketiganya memasuki ruang kelas. Ibu guru masuk bersama seorang murid baru.]

Ibu Guru: “Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru dari Aceh, ia akan
menjadi teman sekelas kalian. Silakan perkenalkan dirimu, nak!”
Ridwan

Ridwan: “Selamat pagi, teman-teman. Nama saya Muhammad Ridwan. Saya berasal dari
Aceh.”

Mita [berbisik pada Anggi]: “Jauh sekali ya, dari Aceh pindah ke Bandung!”
[Anggi hanya mengangguk tanda setuju]

Ibu Guru: “Ridwan, kamu duduk di belakang Doni ya [menunjuk sebuah meja kosong].
Untuk sementara kamu duduk sendiri dahulu karena jumlah siswa di kelas ini ganjil.”
[Ridwan segera duduk di kursi yang disediakan]

Ibu Guru: “Ya baiklah, sekarang kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di halaman
48….”

[Pelajaran pun dimulai]

Tiba saatnya jam istirahat. Ridwan, yang belum memiliki teman, diam saja duduk di kursinya
sambil menunduk. Rupanya belum ada yang mau mendekati Ridwan. Semua siswa di kelas
itu masih sungkan dan hanya mau tersenyum saja padanya tanpa berani mengajak ngobrol
lebih lanjut.

Doni: “Psst, Mit, Nggi, coba lihat anak baru itu, sendirian saja ya!” [berbisik pada Mita dan
Anggi saat mereka baru kembali dari kantin]

Mita: “Ayo kita dekati saja.” [Ketiganya menghampiri Ridwan]

Anggi: “Hei, Ridwan. Kenalkan, aku Anggi, ini Ridwan dan Mita [menunjuk kedua
temannya].”

[Ketiganya duduk di sekeliling Ridwan]

Ridwan: “Hai, salam kenal.”

Doni: “Kamu kok tidak jajan ke kantin?”

Ridwan: “Aku… Aku bawa bekal makanan [pelan sekali, sambil tertunduk].”

Mita: “Oh begitu, rajin sekali kamu, Wan!

[Keempat siswa ini mulai terlibat obrolan ringan sehingga Ridwan merasa ditemani]

Saat jam pulang sekolah, Ibu Guru memanggil Anggi dan Doni yang hendak pulang ke
rumah.

Ibu Guru: “Anggi, Doni! Ke sini sebentar. Ibu mau menanyakan sesuatu.”

[Anggi dan Doni menghampiri Ibu Guru]

Doni: “Ada apa, Bu?”

Ibu Guru: “Itu, bagaimana perilaku Ridwan di kelas? Apakah ia bisa membaur?”

Doni: “Dia agak pendiam, Bu. Dan suka menunduk saat berbicara.”

Anggi: “Tadi di jam istirahat, kami berdua dan Mita berusaha mendekatinya. Kami
mengobrol cukup lama, ia anak yang baik kok, hanya saja ia seperti agak kurang percaya diri
dan muram.”
Ibu Guru: “Hmm… begitu ya. Anak-anak, Ridwan adalah salah satu korban selamat tragedi
tsunami Aceh beberapa bulan yang lalu. Kedua orang tuanya tewas terhempas ombak. Kini
hanya tinggal ia dan adik perempuannya, Annisa. Annisa masih duduk di kelas 4 SD, di SD
V kota kita ini.”

Anggi: “Ya Tuhan, sungguh berat cobaan yang menimpanya…”

Ibu Guru: “Iya. Untungnya, seorang pamannya tinggal di Bandung sehingga ia dan adiknya
tinggal di sini. Mereka tergolong masyarakat prasejahtera, sehingga Ridwan benar-benar
harus berhemat. Pamannya berkata pada Ibu tadi pagi, ia tak mampu memberi uang jajan
yang cukup untuk Ridwan sehingga Ridwan harus bekal nasi setiap hari agar tidak lapar di
sekolah.”

Doni: “Oh pantas saja tadi jam istirahat ia tidak ke kantin.”

Ibu Guru: “Ya sudah, Ibu cuma mau bilang begitu. Kalian berbaik-baiklah dengannya.
Temani dia agar tak merasa kesepian dan terus berduka.”
[Anggi dan Doni pamit kemudian pulang]

Di rumahnya, Doni terus menerus memikirkan teman barunya, Ridwan. Akhirnya ia


mendapatkan suatu ide. Dikabarkannya Anggi dan Mita melalui SMS. Keesokan harinya di
jam istirahat….

Doni: “Eh, kalian membawa apa yang aku bilang kemarin, kan?”

Mita: “Bawa dong. Ayo kita dekati Ridwan.”

Anggi: “Ridwan, bolehkah kami bertiga makan bersamamu?”

Ridwan: [kikuk dan kebingungan] “Eh, um.. boleh saja..”

Doni, Anggi, dan Mita mengeluarkan bekal makanan mereka. Ketiganya juga membawa
makanan camilan untuk dimakan bersama-sama, tentu saja Ridwan juga kebagian. Dengan
makan bersama setiap hari, mereka berharap bisa membuat Ridwan lebih ceria. Setelah
makan…

Ridwan: “Terima kasih, teman-teman. Kalian sangat baik kepadaku.”

Mita: “Kamu ini bicara apa, sih? Kita kan teman, wajar saja jika kita saling bersikap baik.”

Semenjak itu Ridwan menjadi semakin kuat karena dukungan teman-teman barunya. Siswa-
siswa lain di kelas itu pun banyak yang bergabung membawa bekal untuk dimakan bersama-
sama pada jam istirahat. Suasana menjadi semakin menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai