Anda di halaman 1dari 6

Ketika Hidayah Allah dan Bulan Ramadhan Datang

Oleh : Heri Anggara

Namaku Roy, aku adalah seorang anak tunggal yang dilahirkan dari keluarga yang jauh dari pendidikan
agama, ibu dan ayahku yang bersekolah hanya sampai tamat SD, begitupun aku yang sekolah hanya
sampai tamat SD. Keterbatasan ekonomi Orang Tualah yang membuat aku hanya bersekolah sampai
tamat SD. Alhamdulillah meskipun aku hanya tamatan SD, aku tetap bersyukur karena bisa membaca.
Akan tetapi, karena kuranganya pendidikan agama, aku sering melakukan dosa dan maksiat tanpa ada
sedikitpun rasa takut kepada Allah. “Ya Allah betapa hinanya diri ini,” gumamku dalam hati.

Sekarang usiaku sudah memasuki kepala dua, yang mana aku telah ditinggal pergi oleh ayahku. Aku
masih ingat, dua tahun yang lalu ayahku meninggal disebabkan karena penyakit serangan jantung. Kini
hanya aku dan ibu saja yang tinggal dirumah tanpa kehadiran seorang ayah.

Aku merenung muhasabah diri sambil melihat kelangit yang tak bertiang, ditutupin awan berwarna
putih yang suci tanpa dosa. Berbeda dengan diriku yang begitu banyaknya dosa, aku sedih, malu
kepada Allah Subhaana wa ta’aala yang telah memberikan kepadaku banyak kenikmatan, tapi aku
balas dengan kemaksiatan dan dosa. Andai dosa itu memiliki wujud dan aroma, mungkin tidak ada satu
pun manusia yang mau dekat denganku , seperti bangkai yang baunya busuk, yang tidak ada satu pun
manusia yang mau dekat dengannya. Betapa hinanya diri ini, tak terasa air mataku jatuh membasahi
pipiku. Aku bertanya pada diri sendiri, mungkinkah Allah mengampuniku? entahlah. “Ya Allah aku
mengakui nikmatmu kepadaku, dan aku mengakui dosaku kepadamu, maka ampunilah aku yang Allah
karena tidak ada yang bisa megampuni dosa kecuali engkau yang Allah, Aamiin,” doaku dalam hati.

Tak terasa hari pun sudah mulai senja, matahari yang menyinari dunia akan terbenam, kegelapan akan
datang dan cahaya rembulan yang indah akan muncul. “Sebelum aku berjodoh dengan maut
(kematian), aku akan berusaha untuk menjadi lebih baik,” gumamku dalam hati.

Azan magrib sudah mulai berkumandang, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Datanglah temanku yang
bernama Andi untuk pergi mengajaku ke Masjid mengerjakan sholat Magrib berjama’ah. Andi
merupakan temanku yang paling baik diantara teman-temanku yang lain, dia yang paling sholeh yang
sering megajakku untuk berbuat kebaikan, Sering menasehatiku. Tetapi selama ini aku sering
mengabaikannya. Itulah kalau hidayah belum datang.
“Assalamu’alaikum Roy,” sahut Andi.

“Wa’alaikumussalam,” jawab Roy.

“Roy Sholat Magrib berjama’ah yoo di Masjid,” ujar Andi dengan senyuman yang manis.

“Untuk kali ini aku tidak akan menolak ajakanmu lagi kawan, ayo kita ke masjid,” jawab Roy dengan
penuh semangat.

“Alhamdulillah.. akhirnya,” ujar Andi dengan perasaan yang sangat senang.

“Ibu.” sahut Roy.

“Iya nak,” jawab ibu.

“Roy mau ke masjid buk, untuk sholat Magrib berjama’ah sama Andi,” ujar Roy. “Serius?” jawab ibu
dengan senyum.

“Serius buk, Roy ingin berubah, Roy ingin menjadi lebih baik.”

“Alhamdulillah, mudah-mudahan kamu Istiqomah nak,” ujar ibu dengan perasaan yang sangat senang.

“Iya buk insyaa Allah, ibu doakan aja,” jawab Roy.

Andi pun terharu melihat Roy yang sudah mulai berubah. “Maa syaa Allah,” puji Andi dalam hati.

Kami pun bergegas menuju masjid dengan berjalan kaki, dalam keadaan tenang, dan tidak terburu-
buru. Jarak antara rumah Roy dengan masjid sekitar 250 M. ketika sampai di masjid, mereka berwudhu
lalu sholat magrib berjama’ah bersama imam dan makmum yang lain. Selesai sholat, Andi pun
mengajak Roy untuk tidak pulang terlebih dahulu, karena ada pengajiaan setelah sholat Magrib sampai
menjelang sholat Isya.

“Roy, kita pulangnya habis Isya aja ya, soalnya ada pengajian habis magrib,” ujar Andi dengan raut
wajah yang putih bersih, bekas air wudhu.

“Iya ngak apa-apa, justru ini awal yang baik buatku untuk menjadi lebih baik,” jawab Roy.

Kami pun mendengarkan pengajiaan sampai menjelang Sholat Isya, dan setelah sholat Isya, kami
langsung pulang, ditengah perjalanan kami mendengar suara petir, dengan hembusan angin yang sangat
kencang yang menunjukan bahwa cuaca malam ini akan hujan. Ternyata benar, belum sampai kami di
rumah, hujan pun turun membasahi pakaian kami. Kami pun berteduh ditempat duduk yang ada
atapnya dalam keadaan menggigil kedinginan.

Sambil menunggu hujan berhenti, kami pun ngobrol tentang ceramah pengajian di masjid tadi.

“Andi bagus ya ceramah pak ustadz tadi,” tanya Roy.

“Iya, ceramahnya membuat aku semangat untuk memperbanyak amal ibadah, apalagi kita akan
kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang apabila seseorang melakukan kebaikan dan amal ibadah,
maka akan dilipat gandakan pahalanya, terus juga bulan Ramadhan merupakan bulan ampunan, yang
mana pintu-pintu Syurga di buka dan pintu-pintu Neraka di tutup, sebagaimana hadits nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam “jika telah datang bulan Ramadhan pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu,” jelas Andi.

“Maa syaa Allah, sungguh mulia nya bulan Ramadhan,” ujar Roy dengan perasaan yang kagum.

“Iya akh, bulan Ramadhan ini bulan yang istimewa, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ustadz
yang ceramah di pengajian tadi. Oh yaa Roy ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan dalam
menyambut kedatangan bulan Ramadhan, agar kita mendapatkan hasil yang lebih baik,” ujar Andi.

“Apa itu akh?” tanya Roy.

“Persiapan ruhiyah (keimanan), persiapan jasmani, dan persiapan ilmu,” jawab Andi.

”Iya akh, nanti ajarin aku yaa, bagaimana beribadah dengan baik dan benar, aku banyak tidak tau akh,
bagaimana tata cara beribadah dengan baik dan benar,” ujar Roy.

“Iya akh kita sama-sama belajar, intinya kita itu harus beribadah sesuai dengan apa yang Allah dan
Rasulnya telah ajarkan, jangan sampai kita itu beribadah yang tidak ada contohnya dari nabi, karena
akan tertolak, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shahih. “Barang siapa mengerjakan suatu
amal yang tidak ada dasarnya/contonya dalam urusan agama kami, maka amal itu tertolak.”

“Oohhh, kayak gitu yaa, terima kasih akh atas ilmunya,” ujar Roy.

“Sama-sama akh, dan jangan lupa kita berdoa agar umur kita sampai pada bulan Ramadhan. Insyaa
Allah malam besok kita sudah memasuki bulan Ramadhan”

“Doanya kayak mana akh?” tanya Roy.


“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan usia kami di bulan Ramadhan,”
jawab Andi.

“Aamiin, maa syaa Allah bermanfaat sekali ilmunya, sekali lagi terima kasih akh, ana beruntung sekali
punya teman kayak antum nie, uda ganteng, pintar, sholeh, baik lagi hehehe” ujar Roy dengan raut
muka yang senyum.

“Ahhhh. Kamu bisa aja, jangan kayak gitulah,” jawab Andi.

Tak terasa, waktu telah menunjukan jam setengah sepuluh malam, hujan perlahan tapi pasti sudah
mulai berhenti, kami pun bergegas untuk pulang ke rumah.

“Assalamu’alaikum ibu,” sahut Roy, sambil mengetok pintu.

Wa’alaikumussalam,” jawab ibu sambil membuka pintu dari dalam.

“Maaf buk baru pulang, kami kehujanan tadi di jalan,” ujar Roy.

“Ngak apa-apa nak, yang penting kalian sudah pulang dengan selamat,” jawab ibu.

“Iya buk, Alhamdulillah,” Ujar Roy.

“Andi, ngk masuk dulu,” tanya ibuk Roy.

“Ngak buk, sudah malam soalnya” jawab Andi.

Andi pun langsung pamit untuk pulang ke rumahnya, dia tidak bisa menginap di rumah Roy karena ada
pekerjaan yang harus di selesaikan.

Kesokan hari, aku benar-benar mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan,
mulai dari keimanan, ilmu, dan jasmani. Aku akan jadikan bulan Ramadhan nanti, momen untuk
memperbaiki diri, untuk memperbanyak ampunan, dan memperbanyak amal ibadah. Untuk
mewujudkan semua itu, Aku mengajak temanku Andi pergi ke rumah ustadz, untuk belajar tentang
amal ibadah di bulan Ramadhan.

Alhamdulillah, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. “Ramadhan tiba..Ramadhan tiba..


Marhaban ya Ramadhan,” gumamku dalam hati yang sangat gembira.

Sesuai dengan apa yang telah aku persiapkan, aku berusaha semaksimal mungkin untuk mengisi selama
bulan Ramadhan ini dengan kebaikan dan meninggalkan semua perbuatan yang sia-sia.
Selain puasa di bulan Ramadhan, aku memperbanyak membaca ayat suci Al-Qur’an dengan teman-
temanku yang sholeh, memperbanyak sedekah, ikut sholat terawih, sholat witir, dan amal-amal ibadah
yang lain.

Andai ini Ramadhan yang terakhir bagiku, maka tidak ada waktu kosong kecuali aku isi dengan
kebaikan, dan jika timbul rasa malas pada diriku, aku akan berusaha untuk menghilangkannya, dan
mengingat pahala-pahala yang dilipat gandakan oleh Allah agar aku termotivasi.
BIODATA

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh….

Perkenalkan nama saya Heri Anggara, saya cukup unik, biasa dipanggil dengan berbagai
macam nama, seperti Heri, Atiw,Harun. Saya dilahirkan ke muka bumi ini, sudah kurang lebih 23
tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 29 November. Saya adalah anak yang ketiga dari empat saudara
yang semuanya laki-laki. Saya lahir di Beringin, yaitu sebuah desa yang jaraknya 100 KM lebih, dari
kota Palembang yang biasa di sebut dengan bumi Sriwijaya. Saya dilahirkan dari keluarga yang
sederhana, ibu dan ayahku hanya pekerja sebagai petani, Alhamdulillah.

Saya melalui masa-masa sekolah di SD, SMP, dan SMA hanya di kampung halaman. Namun
ketika saya tamat SMA, saya mulai jauh dari keluarga, saya merantau ke pulau jawa untuk menuntuk
ilmu, tepatnya di kota Jember Jawa Timur. Selama satu tahun saya menuntuk ilmu di sebuah Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) di kota Jember, setelah itu saya pindah ke kota Pangkalpinang provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Di kota ini saya diterima di Perguruan Tinggi Islam Negeri melalui jalur
Mandiri Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Dari riwayat belajar ini, saya mulai mencoba untuk menulis, dan ini adalah naskah pertama
yang saya buat, mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik agar mahir dalam menulis. Bimbingan dan
kritik sangat saya perlukan agar kedepannya saya bisa lebih baik lagi dalam menulis. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai