Anda di halaman 1dari 7

Contoh Cerpen "Tanpa Orang Tua" oleh

Hasbi Dewantara
Agustus 17, 2011

Pagi ini matahari tersenyum lembut, burung kenari berkicau dengan


indahnya dan sang awan melindungi setiap insan di dunia.
Cuaca pagi ini sangat mendukung untuk bersenang-senang namun ada
seorang anak laki-laki sedang bersedih di dekat pohon bringin yang besar,
dengan ditemani sebuah buku tulis yang sudah kotor dan robek. Ia hanya
mengamati sebuah buku yang dipegangnya. Betapa malang dirinya. Sepuluh
tahun sudah Joki putus sekolah. Perceraian antara bapak dan ibunya membuat
Joki putus sekolah. Setelah perceraian tersebut, bapak dan ibu meninggalkan
Joki bersama kedua adiknya yang kini menjadi pengamen. Joki mempunyai
angan-angan untuk bersekolah kembali. Joki adalah seorang anak laki – laki
yang pintar dan  disiplin.

Merasa terbuang dan tak ada satu pun yang dapat memberikan kasih
sayang, Joki selalu merasa sedih dan murung, dilamunannya dia selalu bertanya
pada dirinya sendiri.

“Mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa harus aku ?”.

Hanya sakit diliputi kesal dan amarah yang dia pendam di hatinya untuk
kedua orang tuanya yang telah meninggalkannya. Namun dengan kegigihannya
ia dan kedua adiknya mencoba membangun kehidupan yang layak bagi mereka.
Walaupun tanpa bantuan orang lain ia tetap semangat membuat kehidupan yang
layak baginya.

Setiap hari Joki hanya mencari kayu untuk dijual dan mencari buku bekas
yang masih layak untuk dibaca. Dan hampir setiap hari pula ia pergi ke
sekolahan yang ada di dekat rumahnya untuk melihat pelajaran yang ada. Joki
hanya melihat di balik pintu, tetapi ia juga mencatat apa yang ia lihat di
sekolahan itu. Setiap Joki sedang mencatat, Joki selalu bicara di dalam hati,

“ Betapa enaknya bisa duduk dibangku itu ”.

Akan tetapi itu hanya sebuah mimpi yang tak pernah terwujud. Tetapi
diantara rasa bimbang ia bisa bersekolah atau tidak, ia masih beruntung, karena
mempunyai tetangga yang baik hati, orang yang baik hati itu bernama Bu Olin.
Bu Olin adalah salah satu guru geografi di sekolah yang biasa Joki datangi.
Ketika Bu Olin mengetahui kalau Joki ditinggal oleh kedua orang tuanya, Bu
Olin hampir setiap hari mendatangi rumah Joki untuk memberikan makanan dan
sekedar memberikan ilmu kepada Joki dan kedua adiknya.

Bu Olin ingin mengembalikan kecerdasan Joki yang dulu selalu


mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Dan dengan semangatnya Bu Olin
tak pernah mengeluh untuk mengajarkan Joki. Bu Olin selalu mendorongnya
untuk belajar dengan giat. Lalu Bu Olin menyekolahkan Joki dan kedua adiknya,
tetapi Joki tak mau bersekolah, karena Joki takut diejek oleh teman
disekolahnya dan ia takut tidak bisa mencari nafkah untuk kedua adiknya.
Dengan gigihnya Bu Olin selalu menyuruh Joki untuk sekolah kembali, dan
akhirnya Joki mau bersekolah kembali. Joki sangat bersemangat untuk
bersekolah, walaupun dalam keadaan apapun ia tetap bersekolah. Saat Joki
ditanyakan oleh gurunya, apa yang dicita–citakan oleh Joki, Joki menjawab
bahwa Joki ingin bertemu dengan kedua orang tuanya dan ingin menjadi
seorang pengusaha yang hebat. Joki setiap hari mencari kedua orang tuanya
tetapi Joki juga tidak lupa dengan kewajibannya untuk belajar, karena Joki
ingin menjadi pengusaha yang hebat.

13 tahun kemudian, pada umur 25 tahun Joki telah menjadi pengusaha


yang hebat, bahkan Joki masuk 10 besar orang terkaya di Indonesia. Walaupun
dia telah menjadi pengusaha yang hebat, joki tetap tidak bangga dengan hasil
jerih payahnya itu, karena joki belum mampu menemukan ke dua orang tuanya.
Dan akhirnya ada berita bahwa kedua orang tua Joki telah tiada, dan pada saat
itu juga Joki memilih untuk tidak mencari kedua orang tuanya lagi. Joki mulai
melupakan kedua orang tuanya. Bahkan kini Joki telah hidup bahagia dengan
kedua adiknya.

Author: Handy Razie Dharmawan

DAMAIKAN HATIMU
 Home
 Iklan
o Bla
o Pesanan Roti
o Pesanan kacang tanah
o Aneka Olahan daging sapi siap saji
o
o Tutorials
 Aspek Legalitas
 SISTEM UN 2015
 Daftar PTN
 Tugas Pameran
 Angket KIR
 Kisah Islami
 Kisah Cinta Salman Al-Farisi
 Anak Ajaib dari Afrika
 cerpen tentang berbakti kepada orangtua
 Wanita Sholehah
 10 KISAH CINTA PALING INDAH DALAM ISLAM
 Materi Kes.
 pengetahuan umum pmr wira
 MATERI DONOR DARAH
 KESENJANGAN GENDER DALAM KESEHATAN
 Sub Page #4
 Sub Page #5
 Tokoh
 Profil Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
 Abdullah bin Mas'ud
 Kisah 'Aina al Mardhiyyah
 Kisah Zinnirah
 Inspiring Man
 SINGKAPAN
 Santapan Fana
 Kata kata inspiratif
 PUISI;IBU MENGANDUNG LUKAKU
 Kump.kata mutiara arabb
 Article
 ASAL-USUL DESA PACE
 Silabus limit1
 SILABUS II
 MAKALAH EKONOMI
 Contoh kalender F4
 Agama
 Cerpen Islami
 Antara 7 Wali Allah di Tanah
Melayu
 Kisah Husein ibn ali
 Makna Persahabatan
 Sub Page #5

Jumat, 11 April 2014

cerpen tentang berbakti kepada orangtua


“PESAN AYAH UNTUK AISYAH”
    “Aisy”,panggil seorang ayah kepada putri sulungnya. Putri dari tiga bersaudara itupun
menyahut panggilan ayahnya. “Ya, ayah. Aisyah mau selesai kok”, sahut gadis berusia
15tahun itu sambil membereskan pot-pot yang telah ia isi dengan berbagai tanaman yang ia
dapat dari bibinya. Sambil berlari menuju sang ayah. Ayahnya pun bekata ,”kamu lihat,
sekarang sudah jam 15.45 cepat mandi! Lalu segera antarkan kue pesanan Bu Romlah
keburu hujan nanti” perintah sang ayah yang akrab disapa Bapak Anam tersebut. Dengan
sigap Aisyah segera berlari mengambil handuknya.
    Pukul setengah lima, Aisyah siap berangkat memenuhi perintah sang ayah dengan
mengendarai sepeda mini pemberian kakeknya sebagai hadiah karena ia menang lomba
CCAI saat kelas 8 MTs. Aisyah melaksanakannnya dengan senang hati, ia paling tidak
berani kalau orang tuanya sedang berbicara namun ia menyela atau bahkan
membantahnya.
Aisyah sekarang sedang mengenyam bangku pendidikan akhir di salah satu MTs tempat ia
tinggal. Seorang adik laki-lakinya yang bernama Hisyam sedang mondok di daerah Tuban
dengan ndherek di dalem sambil menuntut ilmu umum di MTs kelas VII. Adik terkecilnya
Fatimah masih hendak menduduki bangku sekolah dasar beberapa bulan lagi setelah
Aisyah duduk di bangku sekolah menengah atas. 
    Ayah dan ibu Aisyah menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang kala sore itu. “Bu,
bagaimana tentang kelanjutan pendidikan Aisyah? Mau disekolahkan dimana? Tanya laki-
laki berusia 40 tahunan itu. “ iya yah, ibu juga masih bingung tapi ibu inginnya Aisy sekolah
di SMADA atau MAN yang terletak di kota. Dia termasuk anak yang pandai yah”, jawab
seorang ibu dengan sapaan Ibu Rina tersebut. “ Ayah inginnya juga begitu, tapi
keuangan. . .”belum sempat sang ayah melanjutkan pendapatnya. Tiba-tiba mereka
dikejutkan oleh suara si putri bungsunya, ”Assalamu’alaikum”, tukas Fatimah dengan wajah
ceria setelah pulang dari TPA diikuti Aisyah yang menjemputnya. “ Eh, adek sudah pulang.
Nampaknya adek bahagia sekali? Tanya sang ibu yang tampak heran dengan tingkah
Fatimah. “ ya ibu, bagaimana Fatim tidak senang. Fatim kan mau disekolahkan di SDI. Ya
kan yah,” perkataan yang keluar dari bibir mungil Fatimah sontak membuat orang tuanya
kaget.
    “ Fatim, sekarang mandi dulu ya biar wangi, Aisy sini nak ibu dan ayah mau bicara,”
perintah Ibu Rina kepada putri- putrinya. Aisyah pun mendekat dan Fatimah bergegas ke
menuju ke kamar mandi. “ Aisy, kan sekarang sudah mau ujian kelulusan. Aisyah belajarlah
yang rajin,ibu dan ayah berharap Aisy mendapat hasil yang maksimal” ucap sang ibu
dengan nada lemah lembut. “ Iya bu, Aamiin... Insya Allah Aisya akan berusaha semaksimal
mungkin. Ibu dan ayah tolong do’akan ya.” Tutur Aisyah penuh harap. “iya nak, orang tua
selalu mendo’akan yang terbaik bagi anaknya. Oh, ya Aisy bagaimana tentang kelanjutan
studimu? Tanya sang ibu kepada putrinya yang hobi main skipping itu. “ saya menurut ibu
dan ayah saja “ kata Aisyah menjawab pertanyaan ibunya. “ iya sudah Aisy, ayo siap- siap
sholat. Yah, sudah jam setengah 6 ndak ke masjid?” tanya ibu kepada pak Anam yang sejak
tadi bergelut dengan kitab- kitabnya lalu menjawab “ lo, cepat sekali ya bu. Perasaan baru
saja ayah duduk. Ya sudah tak kekamar mandi sulu. Samean tolong ambilkan kopiah
bapak”.
    Sebenarnya Aisyah ingin sekali bersekolah di SMADA karena disana ada suatu
pengajaran yang berbeda dengan sekolah- sekolah yaitu dengan mempergunakan bahasa
Inggris untuk bahasa percakapan sehari- hari. Akan tetapi ia tak tega menyampaikan angan
yang terpendam sejak lama itu. Ia tak ingin menambah beban orang tuanya.
    Habis sholat maghrib Aisyah dan adiknya mengaji hingga menjelaangshoalt isya’.
Ayahnya akan pulang sekitar pukul 8 malam. Bapak Anam  biasanya nderes di masjid atau
kadang saking lelahnya beliau beristirahat saja setelah seharian bertani sambil menunggu
waktu sholat isya’.
    Setelah Aisyah sholat bersama ibu dan adiknya. Ia belajar hingga malam larut.namun
terkadang ketika diintip oleh sang ibu ia sudah telelap dan buku masih terbuka di sisi
kepalanya. Ibunya akan merebahkan badannya bilamana putrinya itu telah terlelap.
    Pukul 2.30 Aisyah beserta orang tuanya terjaga dari tidurya dan melaksanakan qiyamul
lail. Ini merupakan agenda harian yang wajib dilaksanakan keluarga ini. Ketika jarum pendek
menuju angka 4 sang ayah pergi ke masjid. Tinggallah Aisyah dengan ibunya bersiap- siap
untuk mendirikan sholat shubuh. Ibu Rina turun dari tempat sholat lebih dulu lau
membangunkan Fatimah agar melaksanakan sholat shubuh lalu memasak makanan untu
sarapan. Setelah pukul 5 Aisyah pun turun dari tempat sholat lalu menyiapkan pelengkapan
sekolahnya. Pukul 6 lebih 40 menit Aisyah sudah siap dengan sepedanya hendak berangkat
sekolah setelah sarapan oagi dan berpamitan kepada orang tua serta adiknya.
    Jarak sekolah Aisyah sekitar 5 km dari rumahnya. Ia pun harus mengayuh sepeda lebih
cepat bila tidak ingin berdiri di tengah lapangan basket untuk yangke sekian kalinya. Pukul 2
siang ia akan berlelah- lelah ria bersama kawan- kawannya pulang dengan sepeda mereka
masing- masing. Pada waktu sebelum dimulai pembelajaran, diberitahukan oleh gurunya
bahwa Ujian Akhir Sekolah akan dimulai dua bulan lagi. Mulai saat itu Aisyah pun lebih giat
belajar.
    Tepat hari senin pagi ujian akhir sekolah dimulai. Dengan penuh kepercayaanpad diri
sendiri pengerjaan soal ujian dihadapi Aisya serta tak lupa memanjatkan do’a kepada Allah
SWT..
    Tiga minggu kemudian hasil ujian pun diumumkan. Dan Aisyah dinyatakan telah lulus.
Ketika diadakan perpishan di sekolahnya Aisyah dipanggil ke panggung untuk menerima
trofi karena ia mendapat juara 2 di sekolahannya. Orang tuanya pun semakin berbangga
hati karenanya.
    Dengan keputusan yang cukup matang, orang tua Aisyah menyekolahkannya di suatu
Yayasan Pendidikan Islam di Pare. Disini anak yang terbilang pandai akan mendapatkan
pendidikan gratis tanpa ditarik biaya sepeser pun untuk pendidikan di jenjang Madrasah
Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah. Meskipun sekolahnya masih tergolong swasta namun
telah ada alumni dari MA tersebut yang pernah mengikuti lomba tingkat se-Asia Tenggara.
Aisyah akan menimba ilmu ilmu umum dan agama di yayasan ini. Lingkungan pondok telah
diangan- angan oleh Aisyah sejak ia lulus dari SD dulu.
    Hari yang begitu cerah bagi Aisyah pun tiba, tepatnya hari senin. Hari pertama bagi
Aisyah dengan semangat barunya untuk bersekolah di MA yang berjarak sekitar 18 km dari
tempat keluarganya bernaung. “ Semoga berkah Ya Allah, Bismillahirrahmanirrahiim.”
Gumam Aisyah dalam hatinya.
    Setelah menjalani serangkaian kegiatan MOS, ia sudah cukup beradaptasi dengan
keadaan sekolahnya. Ia berniat mengikuti ekstrakurikuler PMR di sekolahnya. Tiap hari
sebelum berangkat menuntut ilmu, Aisyah mendirikan sholat dluha terlebih dahulu berharap
Allah memberkahinya. Tak ubahnya seperti teman-temannya hari libur sekolah dan mengaji
adalah saat yang cukup disenanginya. Meskipun pondok dan MA nya adalah satu yayasan,
namun berjarak 1 km diantara keduanya.
    Pernah ketika hari kamis kala itu, ketika gerbang MA telah ditutup Aisyah baru tiba di
sekolah. Ada 2 siswi dan beberapa siswa lainnya yang juga akan menemani Aisyah
menjalani hukuman nantinya. Aisyah serta murid- murid lain yang terlambat, disuruh
membentuk barisan di tengahlapangan. Sekitar 25 menit, guru piket yang menghukumnya
hari itu menyudahi hukuman bagi mereka. Namun belum kapoknya Aisyah untuk dihukum,
dua minggu kemudian ia terlambat lagi dan disuruh membersihkan rumput dan
mengangkatnya untuk dibuang ke tempat sampah serta membersihkan dalem.
    Satu tahun berlalu, setelah Aisyah memutuskan untuk menjadikan kota Pare sebagai
naungan ilmunya. Kini ia telah duduk di bangku kelas XI. Dua trofi telah ia sumbangkan bagi
sekolahnya. Ada suatu pengalaman yang membuat Aisyah sebal saat kelas XI dengan
jurusan IPA itu. Aisyah sedang duduk sendiri di depan kelas. Ia diminta keluar oleh gurunya.
Bukan karena ia sedang menjalani hukuman tapi tersebab ia tak harus menjalani remidi
suatu pelajaran eksak. Fahri ,siswa kelas XII berturut-turut menyindirnya karena Aisyah
yang berada di luar kelas kala itu seperti sedang dikeluarkan oleh gurunya. Aisyah yang
terus-terusan disindir hanya terdiam lalu memilih masuk ke kelas dengan izin sang guru.
Begitulah Aisyah, ia paling tidak senang bilamana ada laki-laki di dekatnya untuk urusan
yang tidak penting.
    Menginjak tahun ketiga Aisyah di MA ia ditunjuk sebagai perwakilan sekolah dalam acara
“Science of The Week” di Malang.namun duka datang menyelinap di kehidupannya.
Ayahnya sedang terbaring lemah di rumah sakit. Perasaan bingung sedih bercampur jadi
satu. Bagaimana ia tidak kalut, sebelum mengikuti lomba selam seminggu, ia pulangke desa
untuk meminta do’a restu orang tuanya dan baru3 hari ia di Malang, dikabarkan padanya
bahwa ayahnya sedang sakit keras. Setelah seminggu mengikuti lomba, sebelum kembali
ke yayasan ia pamit kepada guru yang mengantarkan ia lomba untuk izin pulang. Meskipun
dalam lomba kali ini, ia pulang belum membawa trofi, namun ia masuk peringkat 10 besar.
    Setelah tiba di rumah sakit,ia mencium tangan ayahnya denagn sangat ia pun  menitikkan
air matanya kala melihat kondisi sang ayah. Ia senantiasa mendampingi ayahnya saat di
rumah sakit. Seminggu lamanya ia rela izin meninggalkan kegiatan sekolahnya. Hingga
ketika dalam balutan suasana pagi, hari jum’at ketika itu hanya Aisyah yang menunggui
ayahnya. Ibu dan adik-adiknya pulang lebih dulu untuk memberi makan ayam dan sapi di
rumah.sang ayah memanggilnya lau ia mendekat kepada ayahnya,” Aisy,kamu. .kamu ndak
lihat ayah bahagia?”ucap pak Anam lemah. “iya ayah, Aisy ingin ayah dan ibu bahagia ”
jawab Aisy dengan mata berkaca-kaca. “Ayah ingin Aisy kelak jadi orang sukses. Ayah
sayang sekali sama Aisy,ibu,Fatim, dan Hisyam jaga mereka ya nak” tutur sang ayah
dengan suara yangmakin melemah. Aisyah pun tak kuasa menahan airmatanya seraya
berkata,” Insya Allah Ayah, Aisy sangat sayng ayah,ibu, dan adik-adik. Ayah Aisya seraya
bersyahadat dengan nafasnya yang semakin terputu-putus. Tumpahan airmata Aisya
semakin tak terbendung. Lau ia membisikkan dua kalimah syahadat bagi ayahnya. Hingga
akhirnya sang ayah melafalkan syahadat untuk terakhir kalinya. Aisyah lemah tak berdaya
tak sampai kuat ia berdiri. Dan suster yang membawa makan untuk sang ayah segera
memberitahukan hal ini kepada dokter. Lalu Aisya bersama ayahnya pulang
denganAmbulan. Ibu, fatimah, dan Hisyam menangis sejadi-jadinya. Bahkan Ibu Rina
sempat pingsan berkali-kali.
    Tujuh hari berselang setelah kepergian sang ayah tercinta. Aisyah kembali bersekolah.
Telah dua minggu ia tidak mengenakan seragm sekolah.
    Kini Aisyah telah duduk di kels XII IPA. Ia semakin giat belajar lagi karena ujian akhir
sekolah telah di depan mata. Ia juga tak ingin mengecewakan sang ayah akan nasehat yang
diberiakn kepadanya. Di pondok, Aisyah dilatih menghafadz Al-Qur’an. Ia ingin menjadi
wanita yang cerdas lagi sholikhah seperti idolanya yaitu Siti Aisyah ra.
    Hingga hari senin tiba untuk menjalani UAS. Sebelumnya seminggu yang lalu Aisyah
telah pulang ke desa untuk menziarahi makam ayahnya dan meminta do’a restu ibunya.
    Sujud syukur ia lakukan karena kelulusan telah ada di genggamannya setelah tiga
minggu lamanya menunggu hasil tersebut. Guru di pondoknya menyarankan untuk
mengikuti tes akan beasiswa kuliah di Turki. Sambil menunggu hasilnya ia kembali ke desa
membantu sang ibu. Hampir dua minggu setelah tes Aisyah laksanakan hasilnya pun
diberikan. Ia lulus dan bulan depan ia akan berangkat ke universitas di Turki. Sang ibu dan
adik-adiknya pun gembira mendengar kabar tersebut. Aisyah pun berpamitan kepada
keluarganya.
    Empat tahun Aisyah menimba ilmu di Mesir, ia ditempatkan sebagi guru di salah satu
MAN di kota tempat ia tinggal. Ia pun sekarang menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
Kini Hisyamsedang kuliah di Kairo dengan perantara beasiswa dan Fatimah duduk di
bangku MTs Negeri di daerah Jombang.
    Satu tahun Aisyah mengajar ia memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya dengan
seorang laki-laki pilihan pamannya. Seorang anak kyai dari daerah Jawa Tengah. Usaha
Aisyah untuk melaksanakan dawuh ayahnya semakin nampak. Ia selalu berdo’a dan
memanjatkan syukur kepasa Sang Maha Kuasa atas segala karunia yang Allah
anugerahkan bagi hamba-hamba-Nya yang sabar dan berusaha. 

( Dewi Masulah/ XI-IPA 1)

Anda mungkin juga menyukai