Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Arjuna Desember

Kelas : XI MIPA 3

No Absen : 18

Pada suatu hari ditahun 2005, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Abi, ia merupakan anak ke-2 dari
4 bersaudara dan juga anak laki-laki pertama diantara para saudaranya. Abi memiliki seorang ayah yang
bekerja sebagai tentara, sejak kecil ia selalu di didik keras oleh ayahnya, karena sang ayah memiliki pola
fikir “anak laki-laki itu harus kuat, apalagi kamu anak pertama, kamu yang akan menggantikan ayah jika
ayah tidak ada kelak”. Ayah mendidiknya dengan keras mulai dari hal-hal kecil seperti makan harus
cepat, mencuci piring yang sudah ia pakai makan, mencuci pakaiannya sendiri dan sebagainya.

Singkat cerita, ia pun masuk Sekolah Dasar (SD) dan mulai menjalankan hari-hari nya dengan santai
karena ia sudah mulai terbiasa dengan didikan keras dari ayahnya. Awalnya ia memiliki kehidupan yang
baik-baik saja, normal seperti anak-anak pada umumnya yang senang bermain, ceria, aktif, dan periang.
Namun, semua kebahagiaan itu harus terhenti saat ia mulai mamasuki bangku Sekolah Menengah
Pertama (SMP).

Pada tahun 2018 tepatnya pada saat Abi kelas 1 SMP dan berusia 13 tahun, dimulailah awal pengalaman
pahit Abi. Awalnya disuatu pagi yang indah abi berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk berangkat
sekolah, lalu ia berangkat ke sekolah, sesampainya disekolah abi belajar seperti biasanya, setelah
semuanya selesai abi pun segera pulang kerumah. Sesampainya dirumah, abi dikagetkan dengan
pemandangan yang ada dirumah, dimana semua orang menangis. Dengan heran abi pun bertanya pada
kakak “ada apa ini kak? kok semua orang nangis?” Tanya abi, lalu kakak pun menjawab “ibu bi, ibu ditipu
orang, dan jumlah uang yang penipu itu ambil 300 juta bi, mana uang itu semua ibu pinjam dari bank”.
Kata kakak memberi tahu abi sembari menangis.

Setelah mendengar kabar itu Abi pun syok dan terdiam sejenak, lalu abi pun mencoba untuk menghibur
dan menenangkan yang lain dengan berkata “ udah nggak usah nangis lagi, ini ujian dari allah, allah nguji
kita karena allah tau kita kuat, udah daripada nangis mending kita pikirin gimana jalan krluarnya”.
Setelah bicara itu, Abi pun pergi ke kamarnya untuk menyimpan tas dan mengganti baju. Sesampainya
dikamar Abi pun langsung menangis sambil berfikir bagaimana cara untuk melunasi uang 300 juta itu,
karena gaji ayahnya pun hanya 5 juta perbulan, juga masih memiliki 2 adik yang harus dibiayai
pendidikan nya.

Semenjak mendengar kejadian itu, sikap Abi yang semula ceria, aktif, dan periang pun hilang. Kini, Abi
menjadi pendiam dan tidak seceria dulu lagi. Setiap malam nya Abi selalu menangis dan berfikir
bagaimana cara untuk membayar uang itu. Sesekali terlintas difikiran Abi “apa aku berhenti sekolah aja
ya, lalu mencari kerja untuk membantu ayah melunasi uang itu”. Tetapi disatu sisi Abi juga berfikir
“kalau sekarang aku keluar sekolah lalu cari kerja, aku hanya punya ijazah SD. Apa mungkin hanya
dengan ijazah SD aku bisa mendapatkan pekerjaan”.

Keesokan harinya, dengan mata yang masih sembab akibat menangis tadi malam Abi kembali sekolah
seperti biasanya, namun ada yang berbeda dari sekolah, yaitu menjadi lebih rapih dan bersih. Lalu
sesampainya dikelas, Abi pun bertanya kepada teman sebangku nya Riza “mau ada acara apa za?
Tumben rapih banget”. Tanya Abi, lalu Riza pun menjawab “ohh itu, nanti siang akan ada kunjungan dari
bapak Jenderal TNI, kebetulan dia alumni sekolah ini juga”. “ohh pantesan rapih banget”. Kata Abi.

Siang hari pun tiba, dan semua siswa dipanggil untuk berkumpul dilapangan sekolah untuk menyambut
bapak Jenderal TNI, lalu bapak Jenderal TNI pun menyampaikan pidato nya, setelah selesai
menyampaikan pidato nya, seluruh siswa pun disuruh kembali ke kelasnya masing-masing untuk belajar
kembali, lalu setelah semua kegiatan disekolah selesai Abi pun kembali pulang ke rumah. Sesampainya
dirumah Abi pun teringat apa yang Jenderal TNI itu katakan saat pidato yaitu “ada cita-cita yang harus
diwujudkan, ada masa depan yang harus dipersiapkan, dan ada orang tua yang harus dibahagiakan”.

Setelah ingat kata-kata itu Abi pun kembali termotivasi dan menjadi rajin belajar kembali demi untuk
mencapai cita-citanya dan untuk membantu ayahnya melunasi uang yang hilang itu.

Anda mungkin juga menyukai