Anda di halaman 1dari 6

ABI

“Akiiii.....” dengan suara parau aku telephon laki-laki yang begitu ku hormati. “Abi ki.... sudah tau
belum kabarnya ki...?”. “Ada apa dengan Abi om...” dengan suara agak tersedak akhirnya beliau jawab
juga panggilan handphon ketiga kalinya ini. Innalillahi wa innailaihi roojiuun... satu siswa kami
dipanggil Allah SWT sejam lalu.
Satu setengah tahun lalu seorang ibu dengan cucuran air mata datang ke sekolah kami untuk
mendaftarkan anaknya, namun anak yang duduk di sebelahnya tetap dengan muka masamnya terlihat
sangat marahnya karena sebenarnya tidak mau masuk ke sekolah kami yang memang konsen dengan
keislaman dan karakter shalih. Beberapa kali debat ringan ditunjukkan di hadapan kami. “Abi.... ayah
kamu sudah tidak tinggal sama kita, ibu harap kamu bisa masuk sekolah ini ya nak.... agar kamu lebih
sholeh, pinter ngaji... dan selalu taat dengan nasehat ibu..” terdengar lirih dari lisan seorang ibu yang
terlihat begitu terbebani dengan masalah keluarga. “ga mau pokoknya bu... aku mau sekolah di SMP
Tunas saja, deket, murah dan santai lagi... aku ga mau hafalan Qur’an apalagi belajar bahasa arab...
betein banget, aku pengen seperti teman-teman aku bu....” timpal si anak. Sekali lagi terlihat mata si ibu
berkaca-kaca, “maaf ya Ustadz... kalo boleh, saya ajak Abi ngobrol dulu sebentar di luar ya....” dengan
sedikit ragu, si ibu menggandeng anaknya keluar ruang PPDB.
Dengan berbagai pertimbangan Abi kami terima sebagai siswa di sekolah kami. Karena suatu hal,
pekan pertama Abi belum mau masuk dan mengikuti kegiatan MPLS, bahkan beberapa teman Abi
menanyakan keberadaan Abi, kenapa sudah seminggu Abi belum masuk juga. Tepatnya hari senin
pekan kedua, seorang siswa dengan perawakan tinggi dengan kulit sedikit legam melangkah dengan
pasti masuk gerbang sekolah kami, dialah Abi, seorang siswa yang di dalam jiwanya terlihat begitu
banyak beban yang tidak seharusnya dipikul oleh anak seumurnya. Seperti biasa, beberapa guru terlihat
menyambut siswa di pagi hari itu. Disampingku Aki dengan tingkah lucunya menyambut para siswa
dengan candaan ringan yang membuat anak-anak tertawa simpul. Saatnya giliran Abi yang ditemani
oleh ibunya salaman dengan Aki, “Ahlan wa sahlan Abi.... Cerah banget ya pagi ini, apalagi lihat
senyuman Abi” candaan Aki dimulai, namun tak ada senyum sama sekali dari Abi. “ Hehehehe.... maaf
ya Ustadz...., masih jetlek nih Abinya” Ibunya menimpali becandaan Aki. Untuk mengalihkan perhatian
Abi, akhirnya aku sahutin aja candaan Aki, “ Iya ki.... cerah banget pagi ini yak.... apalagi Aki ga pake
peci, hehehehe.... “ semua mata yang ada di lobi sontak langsung melihat kepala botak Aki. Kami yang
ada saat itu tertawa terbahak-bahak dan akhirnya Senyuman Abi terlihat tersungging walau hanya
sedetik.
Hari pertama jatuh korban di kelas 7B, Rofi jatuh terslengkat kaki Abi, Buku gambar Irfan dicorat-
coret dengan gambar porno oleh Abi. Dari laporan dari Ustadz Turhan selaku wali kelas 7B, Abi
dipanggil ke ruang kesiswaan. “Abi... gimana kabarnya nak... baik kan ?” Aki membuka percakapan.
Diam... muka asem, mulut manyun khasnya Abi. Sekali lagi Aki bertanya “Abi.... gimana kabarnya
nak.... sehat ?”. tidak juga terlihat gerakan bibir Abi alias diam seribu bahasa. “ Oke..... kalau begitu
Bapak tinggal sebentar ya.... Abi tunggu disini dulu”.
Empat puluh lima menit Aki meninggalkan Abi sendiri di ruang kesiswaan, sekembalinya Aki ke
ruangnya masyaAllah... buku referensi, bunga meja dan peralatan olahraga berhamburan di lantai. Tetap
dengan sikap lembutnya dibelai rambut Abi,”Abi.... sehat nak.... ?”, dengan mata berkaca-kaca abi
menjawa sekenanya “Sehat...”. Bagi kami seorang pendidik, melihat hal ini sudah bisa memastikan
bahwa si anak tertalu berat memendam masalah di hatinya, namun belum tau bagaimana dia
menceritakan kepada orang lain, pun demikian kepada ibunya.
Tiga hari sebelum Abi masuk, sang ibu memang sudah memberitahukan kepada kami tentang
kondisi Abi yang masih labil dan sekalian meminta izin untuk belum bisa masuk sekolah. Pelan namun
rinci, ibu Abi menceritakan latar belakang kenapa Abi bersikap seperti ini. Singkat cerita bermula saat
dipindahtugaskannya Ayah Abi dari kantor sebuah perusahaan pelayaran ke posisi nahkoda sebuah
kapal pesiar mewah. Saat masih bekerja di kantor, Ayah Abi adalah type seorang ayah yang sayang
sama anak dan istri walaupun pulang kerja sekitar pukul 20.00 malam, namun Abi masih sempat
bermain dan bercengkrama dengan sang ayah. Para tetanga kadang iri dengan keharmonisan keluarga
ini, kakak Abi sukses di Sekolah Menengah Atas favourite di Kota Depok dengan banyak prestasi,
begitu juga dengan Abi, beberapa kali menjuarai lomba sampai tingkat kota. Hampir tiap weekend
keluarga ini selalu menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama.
Saat Abi kelas lima, prahara rumah tangga orang tua Abi mulai muncul satu persatu, diawali
dengan perjalanan Ayah Abi ke Dubai menghantarkan beberapa artis yang sedang melancong. Selama
tujuh hari Ayah Abi hanya menghubungi keluarga sekali, itu juga hanya beberapa menit saja. Alasan
beliau sangat sibuk melayani keinginan kliennya. Perlu diketahui bahwa Ayah Abi adalah seorang
keturunan arab yang memiliki wajah tampan dan tubuh yang proporsional. Saat pulang ke rumah, sikap
ayah Abi mulai terlihat aneh baik kepada ibunya maupun kepada kedua anaknya, yang biasanya
tersenyum ramah, saat itu hanya memberikan senyuman sekali-sekali saja. Beberapa kali hp terdengar
dan dengan cepat Ayah Abi menjawab panggilan tersebut dengan wajah berseri dan dengan nada manja.
Sekali pernah ibu Abi yang menjawab panggilan hp ayahnya, seorang perempuan dengan tergesa-gesa
memutuskan sambungan.
Dua hari di rumah, si ayah berangkat lagi dan kali ini lebih jauh perjalanannya yaitu ke salah satu
negara di benua eropa, tepatnya ke negara Perancis. Bukan para artis lagi yang dibawanya, namun
beberapa ibu-ibu pejabat yang pengen menguras pundi-pundi dolar para suami mereka. Mereka tidak
mau tahu uang apa yang mereka pakai, gaji suami atau uang negara yang penting nafsu hedonistis
mereka tersalurkan. Ada istri seorang jaksa, asisten menteri sampai istri seorang wali kota, diantaranya
memang menggunakan jilbab, namun sangat terlihat perhiasan dimana-mana, intinya mah mereka kaum
sosialitah. Perjalanan kali ini butuh waktu sebulan, dan dalam waktu ini Ayah Abi hanya menghubungi
keluarga dua kali, pasnya pada hari ke sepuluh dan hari ke duapuluh lima. Saat pulang, sikap si ayah
tambah aneh dan mengesalkan, tiap kali disapa hanya deheman saja yang keluar bahkan tidak ada satu
senyumanpun terlihat. Hp berdering lagi, karena si ibu dekat dengan hp maka langsung dijawablah
panggilan tersebut, seorang wanita dengan manja menanyakan Ayah Abi. Saat melihat hp diangkat oleh
istrinya, ayah Abi marah dan langsung menampar muka istrinya dengan keras, Abi yang hanya beberapa
meter dari tempat kejadian langsung memeluk ibunya yang kesakitan akibat tamparan ayahnya.
Keduanya langsung meninggalkan ayahnya sendiri di ruang tamu. Tamparan demi tamparan sering
dialami oleh ibu Abi bahkan pernah sekali tendangan mendarat di perut sang ibu.
Saat ayahnya bertugas ke Afrika Selatan, tiba-tiba ada seorang wanita cantik datang ke rumah Abi,
dia adalah teman kantor Ayah Abi. Dengan mata berkaca-kaca si perempuan tadi menceritakan
perbuatan Ayah Abi beberapa bulan terakhir, termasuk kondisinya yang sedang hamil oleh Ayah Abi.
Di samping hamil, si perempuan tersebut mengaku sedang mengidap virus mematikan yaitu HIV yang
ditularkan oleh Ayah Abi. Air mata sudah kering, pandangan kosong ibunda Abi menyiratkan
kekecewaan yang luar biasa pada kekasih hatinya. Akhirnya ibunda Abi bertekat mengajukan cerai
kepada suaminya yang sudah lima belas tahun hidup bersama.
Demikian sekilas cerita prahara rumah tangga Abi yang meninggalkan bekas yang sangat
mendalam buat Abi terutama. Tidak ada prestasi, nilai selalu dibawah poin lima puluh, kesehariannya
dihabiskan untuk main keluar dengan teman-temannya, bahkan pernah sekali Abi ditemukan tergeletak
di pos security komplek dengan bau alkohol di mulutnya. Namun ibundanya tetap memberikan kasih
sayangnya kepada Abi. Beberapa kali melakukan konsultasi ke psikolog untuk mencari solusi dari
kondisi Abi sekarang.
Kembali ke penanganan Abi oleh Ustadz Bambang yang biasa dipanggil Aki. Dengan sesengukan
Abi mulai membuka mulut dan menjawab pertanyaan Aki. “Pak... aku pengen sendiri, aku masih sebel
sama ibu, sekarang hp aku disita”. Dengan sikap kebapakannya, dipeluknya Abi sambil dengan lirih
didisampaikan untaian demi untaian nasihat kepada Abi dan akhirnya Abi terlihat lebih tenang.
“Yasudah nak... sekarang sudah waktunya sholat dzuhur, yuukkk kita bareng ke masjid” pelan namun
pasti, bimbingan demi bimbingan diberikan.
“Ibu mohon maaf, apakah Abi sedang jamaah di masjid ?, mohon setelah sholat diingatkan untuk
murojaah surat Adz-Dzariyat ya bun” tak lelah Aki selalu mengecek ibadah yaumiyah Abi. Hari demi
hari...tak lelahnya Aki memantau Abi melalui Ibundanya, bahkan beberapa kali home visit baik setelah
maghrib maupun sepulang sekolah, tak lain hanya satu azzam di dalam hati Aki, Abi harus berubah. Di
bulan ke empat tiba-tiba ibunda Abi telpon “terima kasih banyak ustadz.... Alhamdulillahirabbil
alamiiin... sekarang Abi sudah mulai rajin kembali sholat dan tilawahnya. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan ustadz”. Subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar.... Allah SWT sang pembolak
balik hati hambaNya. Hari demi hari, pekan demi pekan dilalui Abi dengan progres yang begitu
mengejutkan, dari seorang anak yang kecewa, berlanjut ke pergaulan bebas sampai kecanduan miras,
menjadi seorang Abi yang kembali sholeh.
Dengan perawakannya yang tinggi dan setelah diobservasi beberapa bulan di mata pelajaran olah
raga akhirnya Abi terpilih sebagai duta prestasi sekolah di ajang O2SN untuk lomba atletik, yaitu lari
sprint dan lompat jauh. Sepuluh hari Abi digembleng oleh Ustadz Bambang di stadion dekat dengan
sekolah. Dengan semangat yang tinggi akhirnya Abi memperoleh juara dua untuk sprint dan harapan
satu untuk lompat jauh. Subhanallah wallahu akbar..... Abi... bapak titipkan nama harum sekolah kita
kepadamu. Lega... puas... dan tak henti-hentinya aku ucapkan syukur kehadirat Ilahi rabbi dengan
perubahan yang ditunjukkan oleh seorang anak yang bernama Abi. Penghargaan demi penghargaan
terus ditorehkan oleh Abi dan membawa sekolah menjadi terkenal di Kota Depok.
Tiba saatnya kenaikan kelas, Abi naik ke kelas delapan dengan capaian prestasi yang luar biasa di
bidang akademik maupun di non akademik. Oleh karena prestasi sekolah meningkat drastis yang salah
satunya disumbangkan oleh Abi, maka PPDB tahun ini mendapatkan prestasi luar biasa, biasanya siswa
yang masuk hanya sekitar 60-70 siswa saja, namun tahun ini bisa mencapai 138 siswa dengan 6 kelas
yang dibuka. Sekali lagi syukur kami panjatkan... terima kasih Abi....
Terdengan kabar dari keluarga Abi, bahwa Ayah abi mengalami koma setelah dua hari terkena
serengan jantung. Kami mewakili sekolah menjenguk Ayah Abi di ruang ICU salah satu Rumah Sakit
cukup elit di Kota Depok. Saat kami turun dari motor tiba-tiba Abi lari menghampiri Aki dan langsung
memeluknya sambil menangis sejadi-jadinya,”Ustadz.... Ayah Abi sudah tidak ada.... padahal Abi
belum sempat minta maaf kepadanya”. tetap dengan kata-kata halusnya Aki membisikkan sesuatu
kepada Abi, “Nak.... hidup dan mati kita ada di tangan Allah SWT. Kita tidak tahu kapan Allah akan
menjemput kita, sekarang Ayah Abi yang dijemput mungkin sebentar lagi Aki yang dijemput.... sabar
ya nak....”. akhirnya jenazah sang ayah diberangkatkan ke rumah orang tuanya di bilangan daerah
Cinere Depok. Kamipun mengikuti semua prosesi sampai dengan pemakamannya. Ibunda Abi terlihat
sangat tabah, tidak begitu dengan seorang wanita yang beberapa kali pingsan di samping jenazah Ayah
Abi, rupanya wanita tersebut adalah istri mudanya.
Sebulan di kelas delapan, sinar Abi semakin cemerlang. Banyak teman yang menyayangi Abi,
begitu juga dengan bapak dan ibu guru... “Aki.... kamu memang hebat” dalam hatiku. Bukan hanya
karena prestasinya, namun akhlak dan sikap yang Abi tunjukkan di kesehariannya juga sangat perfect.
Sampai ada salah seorang siswi yang diam-diam menaruh hati kepada Abi dan selalu berada di loby
sekolah saat Abi dan teman-temannya main basket di lapangan. Uppppsss..... ini hanya selingan saja.
Okehhh.... cerita Abi memang tidak pernah habis diulas dan bagi kami inilah kebanggaan kami memiliki
Abi dan tentunya Aki. Bulan Februari sudah lewat dari tanggal sepuluh, undangan Olimpiade Olah
Raga dan Seni Nasional (O2SN) telah kami terima. Akhirnya kami langsung diskusi dan
bermusyawarah dengan beberapa guru untuk menentukan siapa yang akan kami utus mewakili sekolah.
Nauval mewakili lompat tinggi, Rofi dan timnya diajukan dalam sepak bola, irfan mewakili badminton,
Dhita mewakili silat, Abi mewakili lari sprint dan lompat jauh. Gemblengan demi gemblengan
dilakukan oleh bapak guru agar hasil yang diperoleh siswa dan siswi lebih maksimal lagi. Ustadz Budi
mengawal Rofi dan teman-teman, sedangkan Ust Turhan mengewal Nauval, dan biasa.... Aki selalu
mendampingi latihan Abi.
Untuk sprint, Abi bisa mempercepat larinya hingga mengurangi waktu tempuh sampai 7 detik,
rekor yang diperoleh juara satu tahun lalu, sedangkan lompat jauh Abi mampu menambah jarak sampai
17 cm dari tahun sebelumnya, sehingga diprediksi bisa menjadi juara di kedua cabang ini. Latihan
persiapan O2SN sudah memasuki hari ke delapan, berarti tiga hari lagi pelaksanaan lomba akan dimulai.
Di hari ke delapan itu terdengan kabar dari Abi kalau ibunya tiba-tiba perutnya sakit dan harus di bawa
ke Rumah Sakit terdekat, dokter bilang tidak apa-apa hanya asam lambungnya naik. Lega kami
mendengarnya, karena bisa berpengaruh pada semangat Abi menghadapi lomba. Tibalah hari terakhir
latihan untuk persiapan lomba, siswa dan siswi semuanya dikumpulkan di lapangan untuk
melaksanakan apel pelepasan duta prestasi sekolah. Dengan semangat tinggi, satu persatu duta prestasi
dipanggi ke depan dan saat Abi dipanggil tiba-tiba ada seorang siswi yang memimpin bertakbir yang
diikuti oleh semua siswa dan para guru. Memang.... Abi sekarang menjadi famous di sekolah kami.
Kami menyarankan kepada atlit-atlit sekolah untuk istirahat sampai pelaksanan lomba, tetap semangat
dan terus berdoa agar Allah SWT memberikan rizkiNya dengan kemenangan-kemenangan tim kami.
Kami juga menghimbau seluruh siswa dan bapak serta ibu guru untuk tetap berdoa, memperbanyak
sholat sunnah agar mendapat keberkahan dari Allah SWT.
Pukul 21.00, terasa perut Abi keroncongan, karena dari pulang sekolah belum terisi makanan,
karena efek nervous menghadapi lomba esok hari. Akhirnya Abi izin ke ibunya untuk beli nasi goreng
di pertigaan PLN dan ibunyapun mengizinkannya. Akhirnya nasi goreng sudah didapat oleh Abi,
sampai akhirnya beberapa anak SMP yang nongkrong di warung pancong mendekati Abi. Rupanya
mereka adalah teman-teman Abi yang pada saat itu selalu mengajak Abi pesta miras. Di tangan salah
satu dari mereka ditenteng miras oplosan yang biasa mereka konsumsi, tanpa sepatah katapun mereka
menyerang Abi dengan membabi buta. Abi sempat melawan, namun karena kalah jumlah maka
akhirnya Abi berhasil dilumpuhkan. Sambil tertawa terbahak-bahak, Abi dipaksa minum miras oplosan
itu sampai habis, tidak puas sampai situ, salah seorang tiba-tiba menendangkan kakinya tepat di ulu hati
Abi. Abi terkapar ditinggal begitu saja di gang sempit nan sepi itu. Baru sekitar tiga puluh menit, tubuh
lemas Abi ditemukan warga yang melintas dan langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Shock....
terlihat ibu Abi mendengar kabar anaknya masuk rumah sakit dengan kondisi mengenaskan.
Dengan tubuh yang masih belum sehat, akhirnya Ibunda Abi dengan ditemani kakak Abi meluncur
ke Rumah Sakit dimana Abi dirawat. Sesampainya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Ibunda Abi
langsung meringsek masuk ke dalam ruangan mencari Abi yang mulai kehilangan kesadaran. Bau miras
oplosan masih tercium dari mulut Abi. Semua masih mengira kalau Abi jatuh gegara pesta miras
oplosan, bahkan dokter yang menanganipun terlihat enggan untuk memberikan pertolongan kepada
Abi. Kondisi tersebut yang semakin membuat kondisi Abi semakin memburuk. Saat ibunya datang, Abi
membisikkan sesuatu,”Ibu... maafin Abi ya.... tadi temen-temen lama Abi tiba-tiba memaksa Abi
minum miras oplosan ini. Ibu.... sekali lagi maafin Abi ya....”. Ibunya dengan penuh kasih sayang
membelai rambut Abi yang masih terlihat basah dengan miras oplosan,”Iya Abi.... Ibu tahu kalo Abi
tidak bersalah.... sekarang tenang dulu ya nak... sebentar lagi dokter akan kasih obat. Abi istirahat dulu
ya nak...”. dengan suara yang semakin melemah terdengar suara lirih Abi,”Ibuuuuu..... Aaabiii sudah
tidak kuat lagi..... Asyhaduanlaaa ilaaha illallaahhhh wa asyhadu anna muhammadarrosuulullah”
dengan satu hempasan nafas kuatnya, akhirnya Abi menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Mengetahui putra tersayangnya telah tiada, pecahlah tangisan Ibunda Abi sambil mengucap,”Ibu ikhlas
naaakkkk.... ikhlasss... pergilah dengan tenang buah hatiku..... innalillahi wa inna ilaihi roojiuun.
Beberapa menit setelah ibunda Abi terisak, tiba-tiba beliau jatuh sambil memegangi perut sambil
mengerang kesakitan. “Abiiii..... nak.... tolong ibu... ibu sudah tidak kuat lagi....
Allah...Allah....Allah...”. sontak seisi ruang IGD mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun. Dua
insan yang saling mengasihi menghadap ilahi rabbi secara bersamaan. Khusnul khotimah insyaAllah.
Kabar begitu cepat berhembus, kami serentak menuju Rumah Sakit dan sekuat tenaga kami
membantu pengurusan kedua jenazah ibu dan anak dari memandikan, mengkafani sampai
menguburkannya di esok hari. Di pagi harinya, setelah berdiskusi dengan manajemen yang lain, maka
kami putuskan tidak mengikuti seluruh lomba O2SN dan kami seluruh warga sekolah menghantarkan
Abi sampai ke liang lahat. Abi.... masalah demi masalah mampu Abi hadapi dengan baik, prestasi demi
prestasi mampu Abi torehkan dengan sangat sempurna, namun Allah berkehendak lain.... Allah lebih
sayang Abi dan Bunda Abi, sehingga terlebih dahulu dijemput yang maha kuasa. Selamat jalan Abi....
semoga arwah Abi dan Ibunda diterima di Sisi Allah SWT sebagai hamba yang taat dan patuh
kepadaNya. Amiin

Depok, 3 Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai