Anda di halaman 1dari 4

Hadiah untuk bapak

Karya : Ubaydullah A.W

“Tap..Tap..Tap”
Terdengar suara langkah kaki dari luar kamarku. Sontak akupun langsung bangun dan
segera mengecek darimana sumber suara itu berasal. Ternyata, suara itu berasal dari
langkah kaki bapak yang sedang berdiri di depan pintu. Sepertinya ingin pergi. Sontak
akupun langsung bertanya.
“Bapak mau pergi kemana di pagi buta begini?”
Bapak pun langsung menatapku seolah-olah tidak ingin memberitahuku kemana
beliau ingin pergi. Lalu, bapak pun langsung pergi tanpa berbicara apapun, ingin ku kejar
tetapi aku tidak bisa meninggalkan rumah, karna banyak barang berharga di
dalamnya. Aku pun langsung masuk kembali dan menatap jam dinding, jam
menunjukkan angka 4, akupun langsung bersiap-siap untuk sholat subuh dan bersiap-siap
untuk pergi ke sekolah.

Perkenalkan, aku Aldo, umurku 11 tahun. Lahir dan dibesarkan di desa sukamaju.
Tempat terpencil yang ada di pinggir kota. Bapakku bekerja sebagai supir angkot di
kota sana. Ibuku sudah tiada karena aku. Yap, ibuku wafat saat melahirkanku.
Sekarang hanya bapak yang kumliki. Bapakku seorang pekerja keras, ia rela bekerja
susah payah demi menafkahi anaknya satu-satunya. Walaupun aku sedih karena kasihan
kepada bapak yang sudah susah payah mencari uang, tetapi ya mau bagaimana lagi,
yang bisa kulakukan hanyalah belajar sungguh-sungguh untuk menjadi orang sukses dan
bisa membanggakan bapak.

Ketika aku sudah sampai di sekolah, teman-temanku sudah menunggu di depan


gerbang dan salah satunya berteriak

“oi aldo, kamu kok lama banget sih, upacara nya sudah mau dimulai nih!”

Ups, sepertinya aku hampir terlambat. Seperti biasa, setiap hari senin sekolahku
mengadakan upacara bendera. Ketika di tengah-tengah acara, bu yeni selaku kepala
sekolah mengumumkan bahwa sekolah kita sedang melaksanakan lomba spesial bulan
bahasa. lomba yang di sediakan antara lain lomba cipta cerpen, membaca puisi, dan
membuat kaligrafi. Bu yeni juga mengatakan bahwa juara lomba nanti juga akan
mendapatkan hadiah loh, untuk info selengkapnya akan di umumkan di mading
sekolah. Setelah mendengar informasi itu aku pun tertarik untuk mengikuti salah satu
lomba tersebut.

Setelah pulang sekolah, akupun langsung bergegas untuk melihat mading sekolah, di
mading tertulis untuk juara 1 akan mendapatkan uang tunai sebesar 200.000 rupiah,
dan juara 2 akan mendapatkan uang tunai sebesar 100.000 rupiaah, dan juara 3 akan
mendapatkan uang tunai sebesar 50.000 rupiah. Dan berlaku untuk setiap lomba. Aku
pun tertarik untuk meengikuti lomba membuat cerpen dan segera mandaftarkan diri
untuk mengikuti lombanya.

Setelah sampai rumah, aku pun segera mencari bapak. Akan tetapi bapak ternyata
belum pulang dari pekerjaannya. Sembari menunggu bapak pulang, akupun segera
mandi dan mengerjakan tugas yang diberikan bu guru di sekolah tadi dan juga
menulis cerpen untuk lomba nanti. Tak terasa, hari pun sudah larut malam dan jam
memperlihatkan angka 9. Aku pun semakin khawatir akan bapak.

“Tok..tok..tok.”

Ada suara orang yang sedang mengetuk pintu. Saat ku buka ternyata bapak yang
sedang memegang bungkus makanan. Aku pun segera memeluk nya dan bertannya

“Bapak darimana saja? Kok tadi pagi pergi begitu saja dan pulang sampai larut malam
begini? biasanya kan bapak berangkat kerja jam 6 pagi dan pulang jam 6 sore?”

Bapak pun tersenyum dan menjawab

“Bapak pergi lebih pagi dan pulang sampai larut malam itu untuk mendapatkan lebih banyak
penumpang, agar bisa segera membayar hutang kontrakakan yang sudah 3 bulan
belum lunas ini”

Oh iya juga ya, kami kan hanya rakyat jelata yang untuk hidup sehari-hari saja sudah
pas-pas an.

“Oh iya, ini bapak juga bawakan makanan untuk makan malam hari ini”

Lanjut bapak.

Akupun segera menyiapkan piring untuk kami berdua makan. Saat aku menyiapkan
makanan, aku baru tersadar, ternyata makanan yang bapak beli hanya bisa untuk
dimakan satu orang saja. melihat kondisi itu, akupun berniat mengalah kepada bapak.
Akupun bicara

“pak, ini makanan yang bapak beli hanya bisa dimakan untuk satu orang saja, bagaimana
kalau bapak saja yang makan? Bapak kan punya penyakit lambung, kalau bapak tidak
makan, penyakit nya akan kambuh”

Bapak pun menjawab mantap

“ tidak usah, bapak sudah makan tadi di jalan menuju pulang, sana kamu habiskan saja”

Akupun menjawab

“bapak tidak bohong kan? Baiklah kalau begitu”

Aku pun segera menghabiskan makanan yang ada dan segera pergi tidur.

Keesokan harinya, bapak sama seperti kemarin, berangkat pagi-pagi buta dan pulang
larut malam, dan saat ku ajak makan alasannya pun masih sama seperti kemarin.

Tak terasa, 3 hari sudah berlalu, dan bapak masih sama saja seperti kemarin. Oh iya,
hari ini kan ada pengumuman pemenang lomba, aku pun berangkat sekolah dengan
harapan aku menjadi pemenang di lomba membuat cerpen. Aku pun gugup dan juga
tidak sabar ingin mengetahui pemenangnya

“Dan…. pemenang lomba membuat cerpen adalah……. Aldo dari kelas 6A!”

Sontak, akupun kaget sekaligus senang mendengar bahwa aku memenangkan lomba
tersebut, dan akupun memenangkan uang tunai sebesaar 200.000 rupiah.

Saat pulang sekolah, akupun mampir ke pasar yang tidak jauh dari rumah untuk
melihat-melihat barang yang bisa ku berikan ke bapak dengan uang 200.000 yang
kudapatkan dengan usahaku sendiri. Saat melewati toko sepatu, akupun bergumam
dalam hati

“apa aku belikan bapak sepatu baru aja ya? Bapak kan setiap pergi bekerja hanya memakai
sendal saja, itupun sendal nya sudah usang dan sudah hampir mau rusak”

Akupun sudah memutuskan untuk membeli sepatu untuk bapak. setelah ku beli,
akupun pulang dengan rasa gembira sambil memegang kotak sepatu yang baru saja ku
beli.
Saat sudah dekat dengan rumah, aku melihat dari jauh, banyak warga yang
berkerumun di depan rumahku, sontak akupun kaget dan penasaran, apa yang sedang
terjadi. Setelah sudah sampai rumah, akupun langsung bertanya kepada salah satu
warga yang ada di situ

“ada apa ini? Kenapa semua orang berkerumun di depan rumahku?”

Salah satu bapak yang ada di situ pun menjawab dengan muka sedih

“ayahmu nak”

Akupun semakin panik dan heran dengan apa yang sedang terjadi. Lalu akupun
segera berlari menerobos kerumunan orang yang ada di situ, dan setelah sampai
ujung, akupun melihat sebuah mayat yang sudah di tutupi kain kafan di dalam
rumahku, hingga tak terasa, air mataku jatuh dan membasahi kotak sepatu yang
tadinya ingin kuberikan kepada bapak sebagai hadiah. Dan akupun tersadar, ternyata
yang bapak bilang selama ini itu bohong, bapak sebenarnya belum makan sama
sekali selama 3 hari. Hingga membuat penyakit yang di deritanya kambuh dan
semakin parah. Bapak berbohong hanya karna ingin membuat anak satu-satunya ini
bisa makan. Hingga tidak memperdulikan kesehatan diri nya sendiri. Sekarang aku
tidak punya siapapun lagi, yang tersisa hanyalah semua kenangan yang pernah
kualami bersama bapak. Dan pesan yang terakhir kali beliau sampaikan kepadaku
adalah

“Nak, kamu harus belajar sungguh-sungguh ya, karna bapak ingin kamu menjadi orang
sukses yang mempunyai pekerjaan yang layak dan pekerjaan yang bisa menafkahi
keluargamu kelak”

Anda mungkin juga menyukai