Aku Mengetahuinya - Ida Lailatin
Aku Mengetahuinya - Ida Lailatin
***
“Nggak deh, kamu aja Lail yang nggak pulang. Aku mau
bantuin mamak di rumah.” Ah, pertama kali lebaran nggak
bareng keluarga. Memikirkannya saja sedih. Bisa nggak ya?
“Wes ket mau Lail, habis tidur kamu ya?” Aku nyengir
membalas Mbak Nana. Karena tidur terlalu malam dan
mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk, Aku tertidur
setelah jamaah salat dzhuhur. Heh, mereka meninggalkanku.
Padahal aku sudah berpesan untuk membangunkanku kalau
mereka mau berangkat mengaji. “Ya wes mbak. Aku mau ke
aula dulu,” pamitku kepada Mbak Nana, yang dibalas anggukan
olehnya.
Aula terlihat penuh, tapi masih bisa untuk satu dua orang.
Terdengar suara Bu Nyai yang sedang menerangkan isi kitab.
Aku melihat Saudah dan Nia sedang duduk di barisan depan
sembari diam memperhatikan penjelasan Ibu. Mengapa mereka
tidak membangunkanku? Kalau marah bilang dong, jangan
kayak gini. Kitabku kan jadi kosong. Ah.sudahlah. Aku
membuka kitab, siap mencatat penjelasan dari Ibu Nyai.
Namun,,,
“Ada kok, Aku duluan ya. Mau telfon Bapak.” Aku berjalan
lebih cepat dari mereka. Aku harus menahannya
***
***
Suasana kamar sangat sepi, hanya Aku yang ada disini. Saat
Aku ingin bangun mengambil kasur di pojok kamar, Saudah
dan Nia masuk kamar kemudian menghampiriku. Mereka
duduk di depanku lalu memelukku sembari mengucap kata
maaf. Aku tidak bisa menahannya. Air mataku menetes
perlahan. Tanganku membalas pelukan mereka. Kata maaf juga
terucap dari bibirku. Benar kata Abah, ‘Puasa tidak hanya
menahan kita untuk tidak makan dan minum. Tapi juga
menahan kita dari segala hawa nafsu. Seperti marah,
berbohong, rasa malas dan lain-lain.’ Aku jadi teringat kisah
seorang wanita yang sedang marah saat puasa, lalu Rasulullah
menyuruh wanita tersebut untuk makan. Lalu bagaimana
dengan diriku saat ini? Apakah Aku benar-benar berpuasa?
Ada hikmah di balik semuanya. Aku jadi mengetahui makna
puasa yang sesungguhnya.
END
Profil Penulis