Anda di halaman 1dari 22

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

STUDI KASUS PENYIMPANGAN PADA SILA KE-1


“BOM BUNUH DIRI DI 3 GEREJA SURABAYA”
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
STIE PGRI Dewantara Jombang

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

1. Lailatul Khasanah (1662008)


2. Devi Fitria Irianti (1662012)
3. Athika Dwi Ariyanti (1662048)
4. Adi Murdiono (1662102)
5. Septika Dwi Cahyani (1662122)
6. Ria Puspitasari (1662145)

Dosen Pengampu

Retno Catur Kusuma Dewi, SH., MH.

AKUNTANSI / KP 1

STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat
waktu.
Adapun makalah Pancasila sebagai Ideologi Nasional ini telah kami usahakan dengan
semaksimal mungkin. Kami mengucapkan terimah kasih kepada Allah SWT dan Ibu Retno
Catur Kusuma Dewi SH., MH. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang
meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan atau kesalahan, baik dari segi penyusunan bahasanya maupun dari segi lainnya.
Oleh karena itu kami mempersilahkan bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
agar kami dapat memperbaiki makalah Pancasila sebagai Ideologi Nasional ini.
Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah yang kami buat ini dapat
memberi inspirasi dan diambil hikmah serta manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Jombang, 28 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1. Posisi Kasus ................................................................................................................ 1
1.2. Latar Belakang .......................................................................................................... 3
1.3. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.4. Tujuan Makalah ........................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Pancasila ................................................................................................. 5
2.2. Pengertian Ideologi .................................................................................................... 5
2.2.1. Arti Ideologi ........................................................................................................ 5
2.3. Pancasila sebagai Ideologi Nasional ......................................................................... 5
2.3.1. Karakteristik Pancasila sebagai Ideologi Nasional ......................................... 7
2.3.2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional ............................................... 8
2.4. Analisis Bom Bunuh Diri di Surabaya .................................................................. 10
2.5. Penyebab Terjadinya Bom Bunuh Diri di Surabaya ........................................... 10
2.6. Alasan Melakukan Bom Bunuh Diri di Surabaya ................................................ 11
2.7. Dampak Terjadinya Bom Bunuh Diri di Surabaya ............................................. 12
2.8. Cara Pemerintah Menanggulangi Adanya Pengeboman Kembali ..................... 12
2.9. Upaya Penanganan Terorisme ............................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................... 17
3.1. Kesimpulan................................................................................................................... 17
3.2. Saran ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV .................................................................................................................................... 18
KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Posisi Kasus
 Pukul 06.30-07.00 WIB
Serangan bom pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel
Madya, Kecamatan Gubeng. Dalam rekaman CCTV yang beredar, terlihat 2 orang
sedang berboncengan menaiki sepeda motor menuju gereja. Satu pelaku yang dibonceng
terlihat membawa ransel yang diduga berisi bom. Sejumlah saksi menyebut serangan
terjadi saat pergantian jemaat misa. Ledakan keras terdengar hingga radius 100 meter.
 Pukul 07.15 WIB
Serangan bom kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia Jalan Raya
Diponegoro, Surabaya. Sejumlah saksi sempat melihat wanita bercadar membawa
dua anak balita memasuki halaman gereja. Ibu dan dua anaknya yang berupaya masuk ke
ruang kebaktian ini sempat dihalau oleh seorang security di pintu masuk GKI Jalan
Diponegoro Surabaya, sebelum kemudian ketiganya meledakkan diri di halaman gereja.
 Pukul 07.53 WIB
Serangan bom ketiga terjadi di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno. Saksi mata
menuturkan ledakan terjadi dari tempat parkir kendaraan. Diduga serangan bom mobil.
Api langsung membumbung tinggi di lokasi kejadian.
 Pukul 08.00 WIB
Foto dan video bom di Surabaya beredar viral di masyarakat seluruh Indonesia. Polda
Jatim mengkonfirmasi serangan bom terjadi di tiga tempat. Polisi telah bergerak ke titik-
titik serangan.
 Pukul 09.00 WIB
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menyebut dua polisi yang
berjaga di Gereja Santa Maria Tak Bercela ikut menjadi korban. Data awal yang
diterimanya, serangan di gereja tersebut membuat dua orang tewas sementara belasan
lain luka.
 Pukul 10.00 WIB
Polisi merilis data awal korban tewas rangkaian bom di gereja Surabaya berjumlah empat
orang. Sementara korban luka 33 orang. Para korban sudah dibawa ke RSUD dr Sutomo.

1
 Pukul 10.20 WIB
Tim Gegana yang melakukan penyisiran menemukan sebuah bom yang belum meledak
dalam sebuah mobil di Gereja Pantekosta. Mereka kemudian melumpuhkan bom itu
dengan cara meledakannya.

 Pukul 10.30-11.00 WIB


Polda Jatim memperbarui informasi bahwa korban meninggal dunia dari peristiwa
ledakan bom di Surabaya ini telah mencapai 8 orang. Sementara korban luka telah
mencapai 38 orang. Wakapolrestabes Surabaya AKBP Benny Pramono mengkonfirmasi,
pelaku bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegeroro membawa
2 balita. Seorang ibu bercadar itu menggandeng dua orang balita. Ketiganya tewas
seketika.
 Pukul 13.40 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian tiba di Gereja Santa Maria, Surabaya. Gereja tersebut
merupakan satu dari tiga gereja yang diserang kelompok teroris, pagi tadi. Selain
Kapolri, Wali Kota Tri Rismaharini tampak sudah tiba di lokasi.
 Pukul 14.30 WIB
Presiden Joko Widodo tiba di Surabaya untuk mengunjungi korban ledakan bom di tiga
gereja di Surabaya pada Minggu.
 Pukul 14.40 WIB
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera menyampaikan kabar terbaru
terkait korban peristiwa bom gereja di Surabaya. Dia mengatakan, jumlah korban
meninggal dunia bertambah. Korban tewas menjadi 11 orang sementara 41 orang luka-
luka.
 Latar belakang : Sedikitnya 11 orang tewas dan 41 korban luka-luka saat rangkaian
bom bunuh diri terjadi di tiga gereja di surabaya, Jawa Timur. Kabid Humas Polda Jawa
Timur, Kombes Pol Frans Barung Mangera, mengatakan serangan itu terjadi dalam
waktu hampir bersamaan, antara pukul 06.00 hingga 08.00 WIB, Minggu (13/5).
 Pihak Terlibat : Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Frans Barung
Mangera, Wakapolrestabes Surabaya AKBP Benny Pramono, Kapolri Jenderal Tito
Karnavian, Presiden Joko Widodo.

2
1.2. Latar Belakang
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban,
yang bersifat massal, dan atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek
vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional.
Indonesia dihebohkan dengan terjadinya sebuah aksi pengeboman atau bom bunuh diri
yang terjadi di daerah Surabaya tepatnya di tiga gereja.Terjadinya ledakan bom bunuh diri ini
diakibatkan dari keluarga yang merupakan simpatisan ISIS dan jaringan dari Jamaah
Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
Dalam kacamata Bourdieu, pengeboman gereja Surabaya adalah bentuk eksternalisasi
nilai. Para teroris umumnya dan pelaku bom Surabaya khususnya adalah orang-orang yang
tentu saja memiliki ciri khas hukum sendiri yang diperkuat dengan teologinya sendiri.
Menurut Bourdei, Proses eksternalisasi bagi orang yang melakukan pengeboman tentu
didahului oleh sebuah internalisasi nilai. Dengan kata lain, dapat dipastikan sebelumnya
mereka mengkonsumsi nilai-nilai tertentu yang diyakini sebagai kebenaran. Nilai-nilai
tersebut merujuk pada dasar agama, yaitu hukum fiqih maupun teologi yang dipahaminya,
khususnya pemahaman dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pihak yang dipersepsi
sebagai kafir.
Diperkirakan pada tahun 2017 sekitar seratusan warga negara Indonesia pergi
ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan pasukan Negara Islam Irak dan Syam sebelum
mereka kembali. Masing-masing dari mereka kembali ke Indonesia melalui proses
deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, termasuk memantau proses
deradikalisasi setiap individu saat dilepas ke masyarakat. Beberapa serangan terorisme,
seperti serangan Thamrin, dikendalikan oleh orang-orang yang kembali atau ekstremis lokal
yang bersumpah untuk NIIS.
Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo meminta percepatan revisi kembali Undang-
Undang Antiterorisme yang diteribitkan tahun 2003 dan direvisi pertama tahun 2013 lalu.
Jokowi mempertanyakan efektivitas peraturan yang menyebabkan pemerintah secara hukum
tidak dapat menangkap pelaku serangan Thamrin secara dini. Revisi yang dihadapi
perlawanan, dengan kritik yang menyatakan bahwa undang-undang tersebut akan
mengizinkan penangkapan sewenang-wenang. Kemudian, kelompok kontra muncul dari
kelompok-kelompok hak asasi manusia yang berargumen bahwa keterlibatan Tentara
Nasional Indonesia dalam RUU akan menempatkan angkatan bersenjata dalam peran
penegakan hukum. Tanpa menghiraukan kelompk kontra tersebut, RUU itu terus berlanjut
3
meskipun ditunda pada akhir Februari karena masalah keterlibatan militer dalam
penanggulangan terorisme dan perdebatan definisi hukum terorisme.
Rangkaian peristiwa bom bunuh diri tersebut, digambarkan seorang jemaat GKI, Didin. Ia
menuturkan bahwa, ledakan terjadi sebelum kebaktian dimulai pukul 08.00 ketika jemaat
mulai berdatangan. Sekitar 300 jemaat sudah berada di dalam gereja, Didin termasuk yang
datang belakangan dan sudah sampai di depan gereja. Semula jemaat mengira suara ledakan
itu berasal dari trafo listrik. Dengan kata lain, di mata para teroris, Didin maupun jamaat
gereja lainnya telah dikategorikan sebagai orang kafir dengan pertimbangan hukum fiqih
maupun teologi mereka.
1.3.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila ?
2. Apa yang dimaksud dengan ideologi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi nasional ?
4. Bagaimana analisis bom bunuh diri di Surabaya ?
5. Apa penyebab terjadinya bom bunuh diri di Surabaya ?
6. Apa alasan melakukan bom bunuh diri di Surabaya ?
7. Apa saja dampak dari terjadinya bom bunuh diri di Surabaya ?
8. Bagaimana cara pemerintah menanggulangi jika adanya pengeboman kembali ?
9. Apa saja upaya penanganan terorisme ?
1.4.Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui arti dari Pancasila.
2. Untuk mengetahui arti dari ideologi.
3. Untuk mengetahui maksud dari Pancasila sebagai ideologi nasional.
4. Untuk mengetahui analisis dari terjadinya bom bunuh diri di Surabaya.
5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya bom bunuh diri di Surabaya.
6. Untuk mengetahui alasan melakukan bom bunuh diri di Surabaya.
7. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya bom bunuh diri di Surabaya.
8. Untuk mengetahui apa saja cara pemerintah menanggulangi jika adanya pengeboman
kembali.
9. Untuk mengetahui upaya dalam penanganan terorisme.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pancasila
Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (Bahasa Brahmana India), Pancasila berasal
dari kata ‘Panca’ dan ‘Sila’. Panca artinya lima, sila atau syila yang berarti batu sendi
atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata susila, yang berarti tingkah laku yang baik.
Jadi secara kebahasaan dapat disimpulkan bahwa Pancasila dapat berarti lima batu sendi
atau dasar. Atau dapat juga berarti lima tingka laku yang baik.
2.2. Pengertian Ideologi
2.2.1. Arti Ideologi
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk, yaitu ideas dan logos , yang berasal
dari bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana, ideologi berarti suatu gagasan yang
berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata
luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan
keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini,
ideologi disebut terbuka. Dalam arti sempit, ideologi adalah gagasan atau teori yang
menyeluruh tentang makna hidup dan bertindak. Artian ini disebut juga ideologi tertutup.
Kata ideologi, sering jugga dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu,
sifatnya tertutp, di mana teori-teori bersifat pura-pura dengan kebenaran tertentu, tetapi
menyembunyikan kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam
hal ini, ideologi diasosiasikan kepada hal yang bersifat negatif.
Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini
kebenarannya, yag disusun secara sistemastis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam
menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Bahan Penataran BP-7 Pusat, 1993). Suatu pandangan hidup akan meningkat
menjadi suatu falsafah hidup, apalagi telah mendapat landasan berpikir maupun motivasi
yang lebih jelas, sedangkan kristalisasinya kemudian membentuk suatu ideologi. Keterikatan
ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan ideologi suatu bangsa dengan bangsa
lain.

2.3. Pancasila sebagai Ideologi Nasional


Ideologi adalah istilah yang sejak lama telah dipakai dan menunjukkan beberapa arti.
Menurut Destutt de Tracy pada tahun 1976, semua arti itu memakai istilah ideologi dengan
pengertian science of ideas, yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan

5
institusional dalam masyarakat Prancis. Namun, Napoleon mencemoohkan sebagai khayalan
belaka yang tidak punya arti praktis. Ideologi semacam itu adalah impian semata yang tidak
akan menemui kenyataan riil. Namun demikian, ideologi mempunyai arti orientasi yang
menempatkan seseorang dalam lingkungan ilmiah dan social. Dalam orientasi ini ideologi
mempunyai pandangan tentang alam, masyarakat, manusia, dan segala realitas yang dijumpai
serta dialami semasa hidupnya.
Terdapat empat tipe ideologi (BP-7 Pusat, 1991 : 384), yaitu sebagai berikut :
a. Ideologi konservatif, yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang ada (status quo),
setidak-tidaknya secara umum, walaupun membuka kemungkinan perbaikan dalam hal-hal
teknis.
b. Kontra ideologi, yaitu melegitimasikan penyimpangan yang ada dalam masyarakat sebagai
yang sesuai dan malah dianggap baik.
c. Ideologi reformis, yaitu bekehendak untuk mengubah keadaan.
d. Ideologi revolusioner, yaitu ideologi yang bertujuan mengubah seluruh sistem nilai
masyarakat itu.
Kita mengenal berbagai istilah ideologi, seperti ideologi negara, ideologi bangsa, dan
ideologi nasional. Ideologi neraga khusus dikaitkan dengan pengaturan penyelenggaraan
pmerintahan negara. Sedangkan ideologi nasional mencakup ideologi negara dan ideologi
yang berhubungan dengan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa Indonesia, ideologi
nasionalnya tercermin dan terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Ideologi nasional bangsa Indonesia tercermin dan terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 adalah ideologi perjuangan, yaitu yang sarat dengan jiwa dan semangat perjuangan
bangsa untuk mewujudkan Negara merdeka, bersatu, bedaulat, adali, dan makmur (Bahan
Penataran. Bp-7 Pusat, 1993).
Dalam alinea pertama Pembukaan UUD 1945, terkandng motivasi, dasar, dan
pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan). Alinea kedua mengandung cita-cita bangsa
Indonesia (Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur). Alinea ketiga
memuat petunjuk atau tekad pelaksanaanya (menyatakan kemerdekaan atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa). Alinea keempat memuat tugas negara/tugas nasional, penyusunan
undang-undang dasar, bentuk susunan negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara
Pancasila.

6
Pembukaan UUD 1945 yang mengandung pokok-pokok pikiran yang dijiwai Pancasila,
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945. Dengan kata lain, pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu tidak lain adalah Pancasila,
yang kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal dari Batang Tubuh 1945.
Pembukaan UUD 1945 memenuhi persyaratan sebagai ideologi yang memuat ajaran,
doktrin, teori, dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk pelaksanaanya (NP-7 Pusat,
1993).
Pancasila sebagai ideologi nasional, dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang
memuat pendangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum, dan
negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
2.3.1. Karakteristik Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Suatu dasar atau filsafat yang akan dijadikan menjadi pedoman yang sangat berperan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara setidakya harus memiliki karakteristik-
karakteristik tertentu sehingga dalam penetapannya dapat diterima dan dilaksanakan sesuai
dengan yang telah dimiliki dan ditetapkan itu, begitu juga dengan pancasila sebagai ideologi
nasional, yang dimaksud dengan karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki oleh pancasila
yang dapat diakui sebagai idelogi nasional yang berbeda dengan ideologi lain. Karakreristik
ini berhubungan dengan sifat positif bangsa Indonesia yang memiliki pancasila. Adapun
karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
Pertama, Tuhan Yang Maha Esa. Merupakan pengakuan bangsa Indonesia akan
eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Karena itu sebagai umat yang
berTuhan harus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, Penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan
bahasanya. Sebagai umat manusia kita adalah sama dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Ciri
ini sesuai dengan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradap. Adil dan beradap berarti
bahwa adil adalah perlakuan yang sama terhadap sesama manusia dan beradap berarti
perlakukan yang sama itu sesuai dengan derajat kemanusiaan. Atas dasar ini kita menghargai
HAM dan kewajiban-kewajibannya.
Ketiga, bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Didalam persatuan
inilah dibina kerja sama yang harmonis, dan dalam hubungan ini bangsa Indonesia
menempatkan diri diatas kepentingan bersama. Pengorbanan untuk kepentingan bangsa, lebih
ditempatkan daripada pengorbanan untuk kepentingan pribadi, ini bukan berarti melupakan

7
kepentingan pribadi tetapi sebagai umat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
kehidupan pribadi itu menjadi yang terutama.
Keempat, bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan
atas sistem demokrasi, yakni demokrasi Pancasila. Hal ini tertuang dalam sila keempat yaitu
kerakyatan yang dipinpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perawakilan.
Dalam menjalankan demokrasi kita mementingkan akan musyawarah.
Kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita Bangsa Indonesia
sejak dulu adalah keadilan dan kemakmuran. Sistem pemerintahan yang Bangsa Indonesia
anut dengan bertujuan untuk tercapainya cita-cita bangsa Indonesia itu sendiri.
2.3.2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai-nilai merupakan dasar bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-
nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran
(kenyataan), nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi bersifat objektif dan subjektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat
universal (berlaku dimanapun), sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain.
Jadi kalau ada suatu negara lain menggunakan prinsip falsafah, bahwa negara berketuhanan,
berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan, maka Negara tersebut pada
hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:
a. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena
merupakan suatu nilai.
b. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan.
c. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.

8
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa
keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri.
Hal ini dapat dijelaskan, karena:
1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia
sebagai penyebab adanya nilai-nilai tersebut.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada
kepribadian bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan
subjektif tersebut, maka nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi
landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam
kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang dari budaya bangsa
Indonesia yang telah berakar dari keyakinan hidup bangsa Indonesia.

Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang tidak diciptakan oleh
negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia
sendiri. Sebagai nilai-nilai yang digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat Indonesia.Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh negara,
menjadikan Pancasila sebagai ideologi juga merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila
merupakan asas kerokhanian bagi tertib hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan
(Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum
bagi hukum dasar negara.Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-Undang
Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah, penyelenggara negara termasuk
pengurus partai dan golongan fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.

9
2.4. Analisis Bom Bunuh Diri di Surabaya
Dari permasalahan diatas dapat dikatakan bahwa bom bunuh diri ini sudah direncanakan
oleh kelompok tertentu yang diduga kelompok ISIS. Pelaku dari bom bunuh diri tersebut
adalah wanita dan anak-anak, alasan mereka melakukan bom bunuh diri adalah untuk
memberi suatu pesan kepada kelompok tertentu untuk melakukan sesuatu yang disebut
amaliyah. Hal ini tidak sesuai dengan filsafat pancasila yang dianut oleh bangsa dan Negara,
yaitu pada sila pertama yang berbunyi “keTuhanan yang Maha Esa”.
Pancasila sebagai pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia memiliki beraneka
ragam agama dan budaya, yang setiap orang bebas memeluk agama sesuai dengan
kepercayaan mereka masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa saling
menumbuhkan rasa toleransi kepada agama lain.
Namun sayangnya ada beberapa orang atau kelompok yang telah melakukan pelanggaran
baik disengaja atau tidak disengaja, da nada beberapa orang atau kelompk yang beranggapan
bahwa agama mereka paling tinggi dibanding agama yang lain. Ini menimbulkan rasa benci
terhadap agama lain dan mempunyai keinginan untuk menghancurkan agama lain. padahal di
Indonesia setiap agama mempuyai kedudukan yang sama, derajat yang sama.
2.5. Penyebab Terjadinya Bom Bunuh Diri di Surabaya
Terjadinya pengeboman di 3 gereja Surabaya dipandang sebagai aksi balas dendam
terhadap aparat kepolisian yang telah menangkap beberapa pentolan atau petinggi kelompok
teroris di Indonesia. Salah satunya yaitu penangkapan Aman Abdurahman alias Oman yang
merupakan terdakwah kasus perencanaan bom Thamrin. Aman merupakan pentolan JAD
Indonesia. Sehingga adanya instruksi dari ISIS yang mendesak kelompoknya untuk
melakukan pengeboman. Yang terlibat dalam pengeboman tersebut adalah satu keluarga yang
terdiri dari wanita dan anak-anak. Menurut kompas.com pengamat terorisme dari Universitas
Indonesia (UI), Solahudin, memandang ada beberapa alsan yang mendasari dilibatkannya
perempuan dan anak-anak dalam beberapa aksi bom bunuh diri di Jawa Timur, yaitu :
1. Alasan keamanan.
Karena kalau dilakukan oleh perempuan dan anak-anak lebih sulit diidentifikasi dan
tidak terlalu curiga.
2. Agar mendapatkan jangkauan pemberitaan yang lebih luas bahkan hinggan ke
seluruh dunia.
Jika bom bunuh diri dengan melibatkan laki-laki maka hal tersebut sudah biasa
namun lain halnya jika melibatkan perempuan dan anak-anak hal ini akan menjadi

10
perhatian khususnya bagi media-media asing karena berita tersebut mempunyai nilai
tinggi.
3. Pelaku memberikan pesan yang yang disampaikan kepada jaringan mereka sendiri.
Pesan yang dimaksud terkait tentang keberanian melakukan aksi bom bunuh diri yang
dilakukan oleh perempuan dan anak- anak. Pesannya seperti “anak-anak aja berani,
perempuan juga berani, masak laki-laki tidak berani?”
2.6. Alasan Melakukan Bom Bunuh Diri di Surabaya
Alasan kenapa bom bunuh diri dilakukan di Surabaya karena dengan meledakkan bom di
Surabaya, diharapkan bisa dilakukan di kota lain karena Surabaya termasuk kota besar. "Dan
berhasil mereka lakukan di Riau. Ternyata mifrahus shirok yang mereka inginkan di
Pekanbaru." kata Ali dalam Diskusi LIPI dengan tema "Memutus Mata Rantai Terorisme,
Mungkinkah?" di kantor LIPI, Jakarta, Kamis, 17 Mei 2018. Ali mengatakan pelaku bom
bunuh diri di tiga gereja Surabaya dalam satu keluarga termasuk jaringan baru teroris. Polisi
pun tidak mengetahui keberadaan mereka.
Di kalangan para teroris, Surabaya dikenal sebagai tempat reproduksi para calon teroris.
Berapa banyak pemain asal Surabaya? (Kasus) Bom Bali 1, Marriot 1, Marriot 2, Kedubes
Australia, pelakunya berasal dari Surabaya. Namun sejak 2000 Surabaya tidak tersentuh
ledakan bom.
Namun kali ini teror itu berdalih daf'us shoo'ii alias jihad dalam perspektif mereka untuk
mengambil kehormatan. Ali mengatakan isu yang berkembang di kalangan jaringan teroris
tentang kerusuhan Mako Brimob bukanlah soal nasi bungkus, namun karena adanya akhwat
atau perempuan yang melalui pemeriksaan ditelanjangi, menurut informasi yang beredar.
"Bahasa mereka, dia disekap. Hal membuat napi teroris di dalam sel emosi dan terbakar."
Salah satu pelaku bom di Surabaya, Dita Supriyanto, suami dan ayah dari pelaku lainnya,
punya hubungan dengan narapidana terorisme. "Pelaku bom bunuh diri Surabaya punya gen
teroris. Dita Supriyanto sesungguhnya adalah ponakan Sukastopo. Sukastopo ditangkap pada
akhir 2002 karena terlibat dengan bom Bali I. Anak laki-lakinya juga disergap karena kasus
yang sama. Ali pun memperlihatkan sebuah video seruan untuk meneror yang didasari dari
kejadian di Markas Brimob. Yakni sebuah larangan kepada para napi di Mako Brimob untuk
damai dengan polisi. "Diskusi dengan polisi dianggap haram oleh mereka."
Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengatakan serangkaian peledakan bom
belakangan ini, di antaranya adalah bom Surabaya, dilakukan oleh jaringan Jamaah Ansharut
Daulah. "Saya berani tunjuk hidung," kata Kapolri.

11
2.7. Dampak Terjadinya Bom Bunuh Diri di Surabaya
Serangan bom bunuh diri di Surabaya tentu akan berdampak pada jalannya ekonomi di
Surabaya dan juga perekonomian nasional. Setiap peristiwa pengeboman akan secara
signifikan terhadap investasi dan kunjungan wisata. Ledakan tersebut berpengaruh pada
kondisi rupiah yang tengah alami pelemahan. Ledakan tersebut menciptakan tekanan baru
pada rupiah dan pasar keuangan.
2.8. Cara Pemerintah Menanggulangi Adanya Pengeboman Kembali
Aksi teror di beberapa gereja di Surabaya kembali mencoreng wajah Indonesia. Apa yang
seharusnya diperbaiki dari cara kita memandang isu ini dan cara kita menanggulangi
permasalahan terorisme ini. Setidaknya, ada tiga catatan penting terkait terorisme di
Indonesia mengacu pada kejadian teror di Surabaya, yaitu :
1. Pelaku adalah perempuan. Hal ini mengingatkan kembali mengenai peran
perempuan yang cukup sentral dalam aksi terorisme. Di balik sosok keibuan,
perempuan berperan kuat sebanding dengan laki-laki untuk menjadi pelaku
pengeboman bunuh diri. Pelaku yang melibatkan anak-anak merefleksikan bahwa
aksi terorisme telah semakin melampaui batas kemanusiaan dan logika manusia.
Dunia internasional telah mendeteksi peran sentral perempuan dalam aksi terorisme
global. Di ISIS sendiri, peran perempuan dalam aksi terorisme semakin meningkat
dari segi kualitas dan kuantitas. Diperkirakan 1 dari 5 pejuang ISIS adalah
perempuan. Perempuan berperan sebagai ‘jihadi bride’ dan dianggap sebagai bentuk
‘emansipasi’ mewujudkan perjuangan khilafah.

Menurut Mia Bloom, peneliti dari Geogia State University, ISIS menggunakan
perempuan sebagai ‘win-win solution’, menciptakan jarak kepada pihak berwajib agar
segan melakukan pemeriksaan kepada perempuan. Dan dalam kasus lainnya, teroris
menggunakan argumen bahwa perempuan telah mengalami ‘kedzoliman atau tindakan
sewenang-wenang’ atas kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat.
Di beberapa negara Eropa misalnya, perempuan memperoleh hukuman yang lebih
ringan karena dianggap telah menjadi korban cuci otak, bukan pelaku utama. Kondisi
ini menciptakan bonus bagi gerakan ISIS karena semakin dapat meluaskan
jaringannya kepada masyarakat secara lebih luas.
2. Intensifikasi jaringan terorisme internasional ke jaringan nasional. Jaringan
Daulah Islamiyah yang menjadi afiliasi pelaku, diduga meyakini kebenaran ISIS
walaupun tidak melakukan baiat ke ISIS. Di satu sisi, hal ini mengharuskan

12
Pemerintah dan pihak terkait untuk membendung penyebaran ideologi radikal di
dunia maya.
Di sisi lain, pemerintah juga harus ‘mengamankan’ simpatisan ISIS yang kembali
dari Suriah. Sejak ISIS berdiri tahun 2014, tercatat lebih dari 1000 orang Indonesia
bergabung dengan ISIS dan berperang di Suriah. Terdapat lebih dari 500-an orang
telah kembali dari Suriah dan berkeliaran di Indonesia.
Sudah saatnya berbagai pihak terutama Pemerintah, DPR, LSM, dan masyarakat
menggapai momentum penanganan terpadu masalah terorisme. Diperlukan
pendekatan dari hulu ke hilir penanganan terorisme, yang meliputi pencegahan,
deteksi dini hingga respons atau penindakan.
3. Perlu benah diri, bukan penyangkalan, mengenai tumbuhnya benih-benih
radikalisme di sekitar kita. Dita Supriyanto, pelaku bom Surabaya, sejak muda
telah dikenal oleh teman-temannya sebagai seorang radikalis. Dirinya bahkan tidak
ikut upacara bendera di sekolah karena merasa bahwa penghormatan hanya pantas
diberikan kepada khilafah.
Di berbagai kesempatan, sering terdengar bahwa terorisme bukan merupakan bagian
dari agama Islam. Hal ini cukup aneh mengingat pelaku sendiri kebanyakan
beragama Islam.
Secara psikologis, umat Islam harus mengakui bahwa diperlukan benah diri, untuk
memperbaiki kondisi umat, bukan dengan menyalahkan pihak lain atau menyangkal
mengenai adanya ekstremisme dalam agama. Terdapat ekstremisme dalam banyak
agama dan pemuka agama harus terus membina umat agar tidak terjebak dalam
ekstremisme sempit.
2.9. Upaya Penanganan Terorisme
Tidak ada solusi one size fits all untuk menangani terorisme. Penyebab tindakan
terorisme beragam mulai dari alasan ekonomi, ideologi, sosial hingga psikologis. Penelitian
terhadap para teroris juga masih terbatas. United Nations Office of Counter-Terrorism yang
merupakan salah satu organ PBB yang bertugas dalam penanggulangan terorisme, mengakui
pihaknya kesulitan melakukan penelitian terhadap para pejuang ISIS di Suriah.
Hal ini karena keterbatasan akses dan isu keselamatan para peneliti. Namun demikian,
langkah-langkah yang sinergis dan berdasar pada penilitian-penelitian parsial tersebut dapat
meningkatkan kekuatan nasional memberantas terorisme.

13
1. Legalitas Penanganan Terorisme
Inilah saat yang tepat untuk bersatu mewujudkan revisi UU Anti Terorisme karena
momentum yang pas. Diperlukan dukungan DPR dan masyarakat untuk bersama-
sama membenahi perangkat hukum terorisme, agar lembaga negara bergerak sesuai
dengan koridor hukum.
Sebagaimana diketahui, UU Anti Terorisme Nomor 5 Tahun 2018 sudah tidak
memadai lagi sebagai payung hukum penanggulangan terorisme nasional, karena
aparat hukum tidak bisa menindak mereka yang merencanakan aksi teror, termasuk
kegiatan pendoktrinan para calon pelaku teror.
Hal ini memprihatinkan mengingat tindakan terorisme bukan aksi sesaat yang datang
tiba-tiba. Seseorang yang melakukan aksi teror telah mengalami berbagai fase mulai
dari fase radikalisasi (pemikiran) hingga terorisme (aksi). Periode waktu dari tahap
radikal ke aksi teror tidak instan, namun berjalan cukup lama. Artinya, sudah
seharusnya negara dapat mendeteksi akar-akar terorisme yang berasal dari
radikalisme.
2. Penangkalan Ideologi Radikal di Dunia Nyata dan Dunia Maya.
Tren media yang digunakan pun telah bergeser dari pertemuan langsung ke media
internet dan media sosial. Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, menghimbau
kepada jaringan di berbagai negara, agar bergerak pada level nasional dan lokal; untuk
melawan pemerintah masing-masing. Tidak heran, sasaran aksi teroris bergeser dari
simbol Barat ke simbol pemerintah. Pemerintah perlu memperkuat aspek pencegahan
dengan menggandeng pihak swasta termasuk LSM, bahkan Google untuk
membendung penyebaran ideologi radikalisme di dunia maya.
Diperlukan peningkatan kapasitas komunitas intelijen dari tingkat kota hingga ke
pelosok untuk mendeteksi pergerakan jaringan teroris baik di dunia nyata atau dunia
maya. Dengan kapasitas komunitas intelijen hingga ke pelosok tanah air, pengawasan
dan deteksi dini seharusnya dapat dilakukan. Dengan diskresi dan kegiatan
klandestine yang cenderung tidak terdeteksi publik, tidak seharusnya komunitas
intelijen menjadi lebih ‘rileks’ dibanding kementerian atau lembaga lainnya, yang
aktivitas dan pertanggung jawaban dananya dilakukan secara transparan kepada
publik.
3. Pendekatan Penanggulangan Terorisme Berbasis Gender
Menurut Katharina Kneip dari Uppsala University, adalah salah apabila kita
memandang rendah peran perempuan dalam isu terorisme. Peran perempuan krusial
14
sebagai penggerak anak-anak dan pendukung utama suami untuk melancarkan aksi.
Umumnya, perempuan bergabung dengan ISIS dikarenakan alasan kemiskinan dan
ketidakberdayaan. Perempuan tersebut ingin turut serta mewujudkan negeri idaman
khilafah yang akan ‘memuliakan’ kaum perempuan.
Pemerintah dapat menerapkan pendekatan berbasis gender untuk penanggulangan
terorisme. Peran perempuan yang dapat ditingkatkan misalnya pada strategi
penindakan, rehabilitasi dan reintegrasi bagi pelaku dan simpatisan teroris. Pemerintah
juga dapat mendukung munculnya tokoh agama dan masyarakat dari kalangan
perempuan untuk mencegah penyebaran paham radikal.
4. Peran Sentral Tokoh Agama dan Masyarakat
Sebagai pemimpin umat, tokoh agama berperan penting untuk mengarahkan umat.
Islam mengenal pilar negara yang terdiri dari umara (pemimpin) dan ulama (pemuka
agama). Peran keduanya dibutuhkan untuk menegakkan sebuah negara, terlebih
kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk. Umara yang korup akan membuat
negara mundur dan semakin bangkrut. Sementara itu, ulama yang sibuk dengan
kepentingan duniawi sesaat atau menyebarkan kebencian, dapat menjerumuskan umat
ke jurang kebodohan.
Masyarakat menantikan peran Kementerian Agama untuk memimpin inisiatif
penanggulangan permasalahan ekstremisme ini. Hal ini wajar mengingat Kementerian
Agama tercatat sebagai salah satu kementerian yang memperoleh anggaran terbesar
yakni sebesar Rp 62 triliun (2018). Anggaran tersebut terbesar ke-empat setelah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertahanan dan
Polri.
Perlu digaris bawahi pula bahwa pengaruh luar Indonesia sangat intens terhadap
tumbuhnya radikalisme di dalam negeri. Karenanya, diperlukan langkah ‘tidak biasa’
seperti peninjauan berkala untuk mendeteksi negara maupun institusi yang berperan
menjadikan warga Indonesia menjadi lebih radikal.
Institusi radikal umumnya tidak memperbolehkan ada perbedaan pendapat dalam
diskursus akademisnya. Tidak seharusnya ada trade-off dalam usaha pencegahan
terorisme, baik dengan dalih bantuan beasiswa atau insentif lainnya dari negara atau
institusi asing tersebut.
5. Penguatan Gugus Tugas Penanggulangan Terorisme
Pemerintah perlu memperkuat Gugus Tugas penanggulangan terorisme yang telah
dibentuk oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Gugus Tugas perlu
15
dimaksimalkan untuk mengintervensi perjalanan WNI ke Suriah. Hal ini diperlukan
mengingat sifat jaringan teroris yang illegal, unregulated, dan unreported. Perlu kerja
bersama komunitas intelijen, termasuk imigrasi yang menjadi poin terakhir keluar-
masuk WNI. Pemerintah juga dapat meminta informasi dari maskapai terkait rute
perjalanan WNI ke negara transit untuk menuju Suriah.
Pendekatan soft dan hard untuk menanggulangi terorisme harus terus diperkuat.
Program deradikalisasi (menurunkan tingkat radikal seseorang) seharusnya dilakukan
secara menyeluruh. Selama ini, terdapat kesan eks-teroris yang kembali ke masyarakat
‘dibiarkan’ tanpa ada pengawasan secara berkelanjutan. Setelah dilepas oleh Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme ke panti-panti sosial yang dikelola oleh
Kementerian Sosial, tetap diperlukan pengawasan oleh komunitas intelijen. Terdapat
estafet penanganan dan pengawasan terhadap para eks-teroris ini.
Pelibatan masyarakat juga sangat diperlukan mengingat masyarakat adalah pengamat
langsung di lapangan. Dengan kondisi demografis Indonesia yang begitu luas,
pengawasan masyarakat mutlak diperlukan untuk menghambat aksi terorisme.
Masyarakat tidak seharusnya permisif atau membiarkan pihak yang mencurigakan
tanpa melaporkan kepada instansi berwenang.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai berikut:

Sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi jika dicermati sesungguhnya terkandung


inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni ideologi adalah prinsip, dasar, arah, dan
tujuan dalam kehidupan. Selain mengetahui pengertian ideologi, kita juga menganalisis study
kasus pengeboman di Surabaya yaitu Terorisme adalah tindakan jahat yang semua orang
dapat lakukan. Pelaku terorisme sendiri selalu yakin bahwa apa yang mereka lakukan itu
benar. Tetapi sebagai manusia yang cerdas,alangkah baiknya kita tidak melakukan hal jahat
itu karena selain merugikan diri sendiri, pastinya nanti akan banyak pula korban jiwa dari
sebuah kasus terorisme.

3.2 Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa
pancasila sangat penting sebagai ideologi nasional dan bagi kehidupan kita, dan agar
pembaca dapat melaksanakan atau bisa menerapkan di kehidupan.

Dan sebagai manusia yang berperikemanusiaan akan lebih baik jika di dunia ini kita
menabur kebaikan pada sesama manusia daripada melakukan tindakan jahat kepada orang
lain yang nantinya dapat merugikan kita sendiri. Dan jika, ada kasus seperti ini lagi,ada
baiknya masyarakat menilainya dari sudut pandang tingkah laku dan sikap pelaku, bukan dari
sudut pandang agama yang dianut pelaku.

Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami
masih dalam proses pembelajaran.Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini, dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.

17
BAB IV
KAJIAN PUSTAKA

Syarbaini, S. (2017). Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

https://abyaliasbrian.blogspot.com/2016/10/makalah-tentang-pancasila-sebagai.html diakses
tanggal 27 Oktober 2019 pukul 19.35 WIB

http://digilib.uinsby.ac.id/15954/5/Bab%202.pdf diakses tanggal 27 Oktober 2019 pukul


19.38 WIB

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/hnyxu/download/%
3Fformat%3Dpdf&ved=2ahUKEwjX_MyGwrblAhVadCsKHUu-
BqYQFjAKegQIAhAB&usg=AOvVaw10bNR8eeGwZVSI9oB4mh32 diakses tanggal 28
Okober 2019 pukul 14.31 WIB

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya diakses tanggal 28 Oktober 2019


pukul 16.08 WIB

https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/news/indonesia/amp/teatrika/dpr-dan-
pemerintah-akhirnya-tetapkan-definisi-terorisme-di-ruu-antiterorisme-1 diakses tanggal 28
Oktober 2019 pukul 16.12 WIB

https://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kronologi-lengkap-serangan-bom-bunuh-diri-di-3-
gereja-surabaya.html diakses tanggal 28 Oktober 2019 18.53 WIB

https://jabar.tribunnews.com/amp/2018/05/14/ternyata-ini-alasan-kuat-teroris-ngebom-di-
surabaya-hingga-penyebab-aksi-teror-bom-ajak-keluarga#referrer=https://www.google.com
diakses tanggal 25 Oktober 2019 pukul 12.02 WIB

https://amp.kompas.com/nasional/read/2018/05/16/13330841/3-alasan-aksi-teror-di-surabaya-
libatkan-perempuan-dan-anak-anak diakses tanggal 25 Oktober pukul 12.19 WIB

https://kumparan.com/fitri-riduan/teror-surabaya-dan-penanggulangan-terorisme-di-indonesia
diakses tanggal 25 Oktober pukul 13.21 WIB

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44097913 diakses tanggal 26 Oktober pukul 19.12


WIB

https://m.detik.com/news/berita/d-4358370/terorisme-terlaknat-2018-bom-sekeluarga-
mengguncang-surabaya diakses tanggal 26 Oktober pukul 19.36 WIB

18
19

Anda mungkin juga menyukai