Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA
“TITRASI ASAM-BASA”

OLEH:

1. STEFANY DRIZZLE INTYAS


2. SUGRIYANDI AKBAR
3. TITIS TRIYANI
4. ULVA AULIYA
5. VIKRAM PRANATA
6. WORO DYAH KRISDIANA
7. YANTI NOVITA
8. YUDA DWI PRAKOSO

SMA NEGERI 1 PESANGGARAN


Jln.Pesanggaran NO.50 Pesanggaran – Banyuwangi Telp. (0333) 710091

Email : sanggarsma@yahoo.com Website: smanegeri 1 pesanggaran.sch.id

TITRASI ASAM-BASA Page 1


BAB I

Judul Praktikum : PRAKTIKUM “TITRASI ASAM-BASA”


Tempat : Laboratorium SMAN 1 Pesanggaran
Waktu : 20 Februari 2015
Pembimbing : Nanik Anggrainingsih Spd.

LANDASAN TEORI

 TITRASI

Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu larutan
asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan
menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan sebaliknya kadar larutan basa
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya. Titrasi
yang menyandarkan pada jumlah volum larutan disebut titrasi volumetri. Pengukuran volum
diusahakan setepat mungkin dengan menggunakan alat-alat, seperti buret dan pipet volumetri.

Larutan yang akan dicari kadarnya dimasukkan ke dalam labu erlemeyer, sementara
larutan yang sudah diketahui kadarnya dimasukkan ke dalam buret. Sebelum memulai titrasi,
larutan yang akan dititrasi ditetesi larutan indikator. Jenis indikator yang digunakan
disesuaikan dengan titrasi yang dilakukan, misalnya Fenolftalein untuk titrasi asam kuat oleh
basa kuat.

Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit larutan
penitrasi melalui buret, ke dalam larutan yang akan dititrasi dalam labu erlemeyer.
Penambahan dilakukan terus menerus sampai kedua larutan tepat habis bereaksi yang

TITRASI ASAM-BASA Page 2


ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Kondisi pada saat terjadi perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam habis
bereaksi dengan larutan basa. Pendekatan antara titik akhir titrasi dan titik ekuivalen titrasi
bergantung pada pH perubahan warna dari larutan indikator. Jika perubahan warna indikator
terletak pada pH titik ekuivalen, maka titik akhir titrasi sama dengan titik ekuivalen. Akan
tetapi, jika perubahan warna terjadi setelah penambahan larutan penitrasi yang berlebih, maka
titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekuivalen. Perbedaan antara titik akhir titrasi dengan
titik ekuivalen disebut kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh
pemilihan indikator. Jika indikator yang digunakan tepat, maka kesalahan titrasinya kecil.

Dalam titrasi, ada saat dimana terjadi perubahan pH secara drastis. Kondisi ini terjadi
saat titrasi mendekati titik ekuivalen. Perubahan ini akan tetap terjadi meskipun larutan
penitrasi yang ditambahkan sangat sedikit. Titik ekuivalen dalam titrasi berbeda-beda
tergantung jenis titrasinya. Titrasi asam kuat oleh basa kuat dan sebaliknya mempunyai titik
ekuivalen pada pH 7. Titik ekuivalen titrasi asam lemah oleh basa kuat terjadi pada pH cara,
antara 8 dan 9. Sementara titik ekuivalen titrasi basa lemah oleh asam kuat berada pada pH
asam.

 PENYANGGA ASAM-BASA

Larutan buffer atau penyangga adalah larutan yang dapat menahan pH tersebut
atau tidak berubah meski ditambah sedikit asam atau sedikit basa atau juga diencerkan.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga
basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7) sedangkan
larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
a.     Sifat Larutan Penyangga
Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa, meskipun dalam jumlah
yang sedikit, harga pH dapat berubah secara drastis. Contohnya larutan yang mengandung
campuran asam lemah dengan basa konjugasinya yang disediakan oleh garam dari asam
lemah tersebut. Misalnya asam asetat (CH3COOH) dengan ion asetat (CH3COO-) yang
berasal dari natrium asetat (CH3COONa). Jika ke dalam larutan ini ditambahkan sedikit asam
atau basa, ternyata pH larutan tidak berubah. Hal ini disebabkan ion H+ dari asam segera
ditangkap oleh ion asetat (CH3COO-) dan ion OH- dari basa segera ditangkap oleh molekul
asam asetat (CH3COOH). Dengan demikian, penambahan asam atau basa tidak mengubah
konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan, sehingga pH larutan konstan. Larutan yang dapat
mempertahankan pH ini disebut larutan penyangga atau larutan buffer.
b.     Kegunaan Larutan Penyangga

TITRASI ASAM-BASA Page 3


Kebanyakan reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup hanya dapat
berlangsung pada harga pH tertentu. Oleh karena itu, cairan tubuh harus merupakan larutan
penyangga, agar pH senantiasa konstan ketika reaksi metabolisme berlangsung. Kegunaan
larutan penyangga tidak hanya terbatas pada tubuh makhluk hidup. Reaksi-reaksi kimia di
laboratorium dan di bidang industri juga banyak menggunakan larutan penyangga. Reaksi
kimia tertentu ada yang harus berlangsung pada suasana asam ( pH < 7 ) atau suasana basa
( pH > 7 ). Buah-buahan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan natrium sitrat untuk
menjaga pH agar tidak mudah rusak.
Buah-buahan yang bisa disebut dengan larutan adalah buah yang mengandung
asam sitrat. Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah
tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik
dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman
ringan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat
melepas proton dalam larutan.Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat.Sitrat
sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan.Ion sitrat
dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Misalnya seperti tomat,
jeruk dan nanas.
Air soda (berkarbonasi) adalah air dikarbonasikan dengan penambahan gas
karbondioksida dibawah tekanan. Air soda mendapatkan namanya dari garam natrium yang
dibandingnya yang menyatakan senyawa “bergaram” dan menambah kualitas berbeda bagi
sejumlah minuman tanpa alkohol.
Di dalam minuman bersoda ini terdapat buffer yaitu ion phosphat yang
mempertahankan pH minuman tersebut, sehingga minuman bersoda ini dapat lebih lama
(hingga bertahun-tahun) selama dalam masa penyimpanannya.
Garam sitrat yang salah satunya terdapat dalam komposisi air bersoda
ini dihasilkan ion sitrat yang dihasilkan dari pelepasan proton oleh tiga gugus karboksil
COOH dalam asam sitrat, sitrat sangat baik dalam larutan penyangga untuk mengendalikan
pH larutan ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam yang membentuk garam sitrat
tersebut.
Beberapa komposisi minuman bersoda :
-          Air
-          CO2
-          Gula
-          Kafein

TITRASI ASAM-BASA Page 4


-          Flavour buatan (rasa jeruk, lime, strawberry dan sebagainya)
-          Bahan soda pol sprite = asam phosphat, kalium sitrat, asam sitrat,
kalium benzoat, aspartam, gula, natrium.

Jenis – Jenis Buffer


1.    Larutan penyangga asam
Larutan penyangga asam mengandung suatu asam (HA) dan basa
konjugasinya (ion A-). Larutan seperti ini dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu:
a.     Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam LA menghasilkan ion
A- yang merupakan basa konjugasi dari asam (HA) dan basa konjugasinya (ion A‫)־‬.
Contoh :
1) Larutan CH3COOH + larutan NaHCO3 (komponen penyangga CH3COOH dan CH3COO-).
2) Larutan H2CO3 + larutan NaHCO3 (komponen penyangga H2CO3 dan HCO3-).
b.    Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dan asam lemah yang bersangkutan (Purba, 2007).
2.    Larutan penyangga basa
Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam
konjugasinya (BH+). Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara yang serupa dengan
pembuatan larutan penyangga asam, yaitu :
a.     Mencampurkan suatu basa lemah dengan garamnya. Contoh : Larutan
NH3 + larutan NH4Cl (komponen penyangganya NH3 dan NH4+).
b.    Mencampurkan basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebihan.
Cara Kerja Buffer
Larutan penyangga mengandung sesuatu yang akan menghilangkan ion
hidrogen atau ion hidroksida yang mana anda mungkin menambahkannya – sebaliknya akan
merubah pH. Larutan penyangga yang bersifat asam dan basa mencapai kondisi ini melalui
cara yang berbeda.
a.     Larutan penyangga yang bersifat asam
Kita akan mengambil campuran asam etanoat dan natrium etanoat sebagai
contoh yang khas. Asam etanoat adalah asam lemah, dan posisi kesetimbangan akan bergeser

ke arah kiri:

TITRASI ASAM-BASA Page 5


Penambahan natrium etanoat pada kondisi ini menambah kelebihan ion
etanoat dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan Prinsip Le Chatelier, ujung posisi
kesetimbangan selanjutnya bergeser ke arah kiri.
o  Penambahan asam pada larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan penyangga harus menghilangkan sebagian besar ion hidrogen yang
baru sebaliknya pH akan turun dengan mencolok sekali. Ion hidrogen bergabung dengan ion
etanoat untuk menghasilkan asam etanoat. Meskipun reaksi berlangsung reversibel, karena
asam etanoat adalah asam lemah, sebagaian besar ion hidrogen yang baru dihilangkan

melalui cara ini.


Karena sebagian besar ion hidrogen yang baru dihilangkan, pH tidak akan
berubah terlalu banyak – tetapi karena kesetimbangan ikut terlibat, pH akan sedikit menurun.
o  Penambahan basa pada larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan basa mengandung ion hidroksida dan larutan penyangga
menghilangkan ion hidroksida tersebut. Penghilangan ion hidroksida melalui reaksi dengan
asam etanoat
Sebagian besar zat yang bersifat asam yang mana ion hidroksida bertumbukan dengan
molekul asam etanoat. Keduanya akan bereaksi untuk membentuk ion etanoat dan air.
Karena sebagian besar ion hidroksida dihilangkan, pH tidak berubah terlalu besar.
Penghilangan ion hidroksida melalui reaksi dengan ion hidrogen
Harus diingat bahwa beberapa ion hidrogen yang ada berasal dari ionisasi asam aetanoat.
Ion hidroksida dapat bergabung dengannya untuk membentuk air. Selama hal itu terjadi,
ujung kesetimbangan menggantikannya. Hal ini tetap terjadi sampai sebagian besar ion
hidrogen dihilangkan.Sekali lagi, karena anda memiliki kesetimbangan yang terlibat, tidak
semua ion hidroksida dihilangkan – karena terlalu banyak. Air yang terbentuk terionisasi
kembali menjadi tingkat yang sangat kecil untuk memberikan beberapa ion hidrogen dan ion
hidroksida.
b.    Larutan penyangga yang bersifat basa
Kita akan menganbil campuran larutan amonia dan amonium klorida sebagai
contoh yang khas. Amonia adalah basa lemah, dan posisi kesetimbangan akan bergerak ke
arah kiri. Penambahan amonium klorida pada kondisi ini menambahkan kelebihan ion
amonium dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan Prinsip Le Chatelier, hal itu akan
menyebabkan ujung posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri.
o  Penambahan asam pada larutan penyangga yang bersifat basa

TITRASI ASAM-BASA Page 6


Terdapat dua proses yang dapat menghilangkan ion hidrogen yang anda
tambahkan.
Penghilangan ion hidrogen melalui reaksi dengan amonia
Sebagian besar zat dasar yang mana ion hidrogen bertumbukan dengannya adalah molekul
amonia. Keduanya akan bereaksi untuk membentuk ion amonium. Sebagian besar, tetapi
tidak seluruhnya, ion hidrogen akan dihilangkan. Ion amonium bersifat asam yang sedikit
lemah, dan karena itu ion hidrohen akan dilepaskan kembali.Penghilangan ion hidrogen
melalui reaksi dengan ion hidroksida
Harus diingat bahwa beberepa ion hidroksida yang ada berasal dari reaksi antara amonia. Ion
hidrogen dapat bergabung dengan ion hidroksida tersebut untuk menghasilkan air. Selama hal
itu terjadi, ujung kesetimbangan menggantikan ion hidroksida. Hal ini terus terjadi sampai
sebagian besar ion hidrogen dihi

Sekali lagi, karena anda memiliki kesetimbangan yang terlibat, tidak semua ion hidrogen
dihilangkan – hanya sebagian besar.
o  Penambahan basa pada larutan penyangga yang bersifat basa
Ion hidroksida dari alkali dihilangkan melali reaksi yang sederhana dengan ion
amonium.Karena amonia yang terbentuk merupakan basa lemah, amonia akan bereaksi
dengan air – dan karena itu reaksi sedikit reversibel. Hal ini berarti bahwa, sekali lagi,
sebagian besar (tetapi tidak semuanya) ion hidrogen dihilangkan dari larutan.
Fungsi Larutan Penyangga
a.     Larutan Penyangga Asam Karbonat Bikarbonat dalam Darah
Proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh dapat menghasilkan beberapa zat kimia seperti
karbondioksida dan ion hidrogen. Dalam hal ini, keberadaan zat-zat kimia tersebut dapat
menyebabkan pH darah turun atau naik. Jika pH darah sangat rendah, maka kondisi pada saat
tersebut dikenal dengan asidosis, sedangkan jika pH darah sangat tinggi, maka kondisi pada
saat tersebut dikenal dengan alkalosis. Larutan penyangga yang paling penting untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah adalah sistem penyangga asam
karbonat bikarbonat. Dua buah reaksi kesetimbangan penyangga asam karbonat bikarbonat
tersebut dituliskan sebagai berikut :
Bukan reaksi asam basa
H3O+(aq) + HCO3-(aq) à H2CO3(aq)

TITRASI ASAM-BASA Page 7


Asam karbonat (H2CO3) merupakan asam dan air merupakan basa. Basa
konjugasi untuk H2CO3 adalah HCO3- (ion karbonat). Asam karbonat juga terurai dengan
cepat untuk menghasilkan air dan karbondioksida. Meskipun kesetimbangan antara gas CO2
dengan asam karbonat bukan merupakan reaksi asam basa, tetapi reaksi ini berperan dalam
mempertahankan konsentrasi H2CO3 dengan konsentrasi HCO3- dalam darah yaitu sebesar
20:1. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh keseimbangan kelarutan gas CO2 dari paru-
paru dengan gas CO2 yang terlarut dalam darah. Ketika suatu senyawa asam dimasukkan ke
dalam darah, maka ion H+ dari asam tersebut segera bereaksi dengan ion karbonat (HCO3-)
dalam darah yang menghasilkan asam karbonat menurut reaksi sebagai berikut:
H2CO3(aq) à HCO3(aq) + H + (aq)

Jika dalam darah banyak terlarut H2CO3, maka pH darah menjadi lebih
rendah, sehingga H2CO3 segera terurai menjadi air dan CO2, dimana gas CO2 ini dibuang ke
paru-paru. Akibatnya pH darah relatif tetap. Akan tetapi, ketika suatu asam basa dimasukkan
ke dalam darah, maka ion OH- dari basa tersebut segera bereaksi dengan asam karbonat
(H2CO3) dalam darah yang menghasilkan ion bikarbonat dan air menurut reaksi sebagai
berikut :
OH-(aq) + H2CO3(aq) → HCO3-(aq) + H2O(l)

Akibatnya, asam karbonat dalam darah berkurang dan untuk menggantinya, gas CO2 disuplai
dari paru-paru ke dalam darah.
b.    Larutan Penyangga Fosfat dalam Darah
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4- )
dengan monohidrogen fosfat (HPO 32- ).
H 2 PO 4-(aq) + H +(aq) --> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 - (aq) + OH -(aq) --> HPO 42-(aq)) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel
hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
Larutan penyangga fosfat terdiri dari asam fosfat (H3PO4) dalam
kesetimbangan dengan ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan H+. Larutan penyangga fosfat ini
hanya berperan kecil dalam darah, hal ini karena H3PO4 dan H2PO4- ditemukan dalam
konsentrasi yang sangat rendah dalam darah.
c.     Larutan Penyangga Hemoglobin dalam Darah

TITRASI ASAM-BASA Page 8


Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk
selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi
hemoglobin adalah:
HHb + O 2 (g) « HbO 2- + H +
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin.
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H
+
, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa.
Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam
hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang
diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.
Hemoglobin juga bertindak sebagai penyangga pH dalam darah. Hal ini
karena protein hemoglobin dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein) maupun O2
(pada Fe dari “gugus heme”), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut diikat, maka zat yang
lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH darah dengan mengikat beberapa
proton berlebih yang dihasilkan dalam otot. Pada saat yang sama, molekul oksigen dilepaskan
untuk digunakan oleh otot tersebut.
d.    Menjaga keseimbangan pH tanaman.
Suatu metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya ikerjakan
dalam kamar kaca dengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan
hidroponik . Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh
karena itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga.
e.     Larutan Penyangga pada Obat-Obatan
Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin,
merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan
perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk
merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.

 HIDROLISIS
Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti penguraian.
Hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam dengan air.
Garam adalah senyawa elektrolit yang dihasilkan dari reaksi netralisasi antara asam dengan
basa. Sebagai elektrolit, garam akan terionisasi dalam larutannya menghasilkan kation dan

TITRASI ASAM-BASA Page 9


anion. Kation yang dimiliki garam adalah kation dari basa asalnya, sedangkan anion yang
dimiliki oleh garam adalah anion yang berasal dari asam pembentuknya. Kedua ion inilah
yang nantinya akan menentukan sifat dari suatu garam jika dilarutkan dalam air.
ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU :
1.      Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl,
K2SO4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian nilai pH =
7 (bersifat netral)
2.      Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4Cl,
AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial).
Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam)
3.      Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH3COOK,
NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk
jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa)
4.      Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya
CH3COONH4, Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam
yang demikian nilai pH-nya tergantung harga Ka dan Kb

Harga pH pada garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak bergantung pada
konsentrasi ion-ion garam dalam larutan, tetapi tergantung pada harga Ka dan Kb dari asam
dan basa pembentuknya.

  Jika Ka = Kb maka larutan akan bersifat netral    (pH = 7)


  Jika Ka > Kb maka larutan akan bersifat asam      (pH < 7)
  Jika Kb < Kb maka larutan akan bersifat basa      (pH > 7)

Beberapa identifikasi yang menandakan jika suatu larutan bersifat asam atau basa, yaitu:
  Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan dan tidak mengalami perubahan
warna, maka larutan tersebut bersifat asam.
  Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan mengalami perubahan
warna, yaitu berwarna biru, maka larutan tersebut bersifat basa.
  Jika kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam larutan dan tidak mengalami perubahan
warna, maka larutan tersebut bersifat basa.
  Jika kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam suatu larutan dan mengalami perubahan
warna, yaitu berwarna merah, maka larutan tersebut bersifat asam.

TITRASI ASAM-BASA Page 10


  Jika kertas lakmus merah ataupun biru dicelupkan pada larutan netral, maka kartas
lakmus tidak akan mengalami perubahan warna, tapi tidak bersifat asam ataupun basa.

TITRASI ASAM-BASA Page 11


BAB II

TITRASI ASAM-BASA
1. Pendahuluan
Salah satu cara menentukan asam dengan basa atau sebaliknya adalah titrasi.
Titrasi adalah penentuan larutan baku atau larutan yang telah diketahui konsentrasinya
dengan bantuan indikator.
2. Tujuan :
Mengetahui konsentrasi CH 3 COOH pada cuka makan.
3. Alat dan bahan

N Alat Jumlah Bahan Jumlah


O

1 Statif / kelm 1/1 Larutan NaOH 0,1 M 150 ml

2 Biuret 1 Cuka makan 1 botol

3 Corong plastik 1 Aquades 100 ml

4 Labu Erlenmeyer 3 Indikator PP Secukupnya

5 Gelas Kimia 1000 ml 1 Vaselin secukupnya

6 Gelas Ukur 10 ml 1

7 Pipet tetes 1

4. Prosedur
4.1. Encerkan 1 ml cuka makan sampai 100 ml
4.2. Masukkan 10 ml larutan hasil pengenceran dalam labu erlenmeyer
4.3. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalam erlenmeyer
4.4. Masukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam Biuret
4.5. Lakukan titrasi, hentikan saat terjadi perubahan warna
4.6. Catat volume NaOH yang dibutuhkan dan lakukan sampai 3 kali percobaan
5. Hasil Pengamatan

No. Percobaan Volume Cuka Volume NaOH 0,1 M (ml)


(ml)

1 10 1,5

2 10 2

3 10 2,6

TITRASI ASAM-BASA Page 12


Rata-rata 10 2,03

6. Pertanyaan
6.1. Tulislah reaksi yang terjadi !
6.2. Hitunglah molaritas cuka makan !
6.3. Buatlah grafik pH hasil titrasi !

TITRASI ASAM-BASA Page 13


JAWABAN :

1. Labu erlenmeyer yang berisi campuran cuka makanan yang telah diencerkan dengan
indikator fenolftalein 2 tetes mengalami perubahan warna yaitu merah muda saat
ditetesi larutan NaOH 0,1 M. Volume NaOH 0,1 M yang tercampur dengan larutan
didalam labu erlenmeyer mencapai 24,6 ml yaitu sampai mencapai titik ekuivalen.

CH 3 COOH + NaOH CH 3 COONa+ H 2 O

2. Berdasarkan hasil percobaan :


 Molaritas Cuka Dalam Botol
Massa botol= 25g
Volume cuka dalam botol=110ml
Mr CH3COOH = 60

Ditanya: Mbotol....??
Jawab:
1000 25
=M= X
110 60
25000
= =3,8 M
6600

 Molaritas cuka dalam erlenmeyer


Vch3COOH = 10 ml
V2= 2,03
M2 = 0,1 ml
Ditanya.. ??
Jawab :
V1M1 = V2M2
10.M1 = 2,03 . 0,1
10 M1 = 0,203
0,203
M1 =
10
M1 = 0,0203 M

 Molaritas Cuka dalam gelas kimia


V1 =100 ml

M1 = 1 ml

V2 = 0,0203 ml
Ditanya M2..??
Jawab :

TITRASI ASAM-BASA Page 14


V1M1 = V2M2
100 . 0,0203 = 1 . M2
M2 = 2,03 M
Perbandingan : 3,8 M : 2,03

pH Hasil Tritasi

1. pH pada saat volume NaOH = 0 ml (Ka = 10-5)


Mmol CH3COOH = 0,0203 X 10 = 0,203 mmol
Mmol NaOH = 0 X 0,1 = 0,020
mol asam – mol basa
[H+] = Ka .
mol basa
0,203−0
= 10-5 .
0
-5
= 0 . 10

[H+]=√ Ka× Ma
= √ 10−5 ×0,0203
= 0,450 . 10-5

pH = -log 0,450 . 10-3,5


= 3,5 – log 0,450
= 3,5 – ( – 0,346 )
= 3,5 + 0,346
= 3,846

2. pH pada saat volume NaOH = 0,203 ml (Ka = 10-5)


Mmol CH3COOH = 0,0203 X 10 = 0,203 mmol
Mmol NaOH = 0,203 X 0,1 = 0,020
mol asam – mol basa
[H+] = Ka .
mol basa
0,203−0,020
= 10-5 .
0,020
-5
= 9,15 . 10

pH =-log 9,15 . 10-5


= 5 – log 9,15
= 5 – 0,961
= 4,039

3. pH pada saat volume NaOH= 0,406 ml (Ka=10-5)


Mmol CH3COOH=0,0203 X 10 =0.0203 mmol
Mmol NaOH=0,406 X 0,1 = 0,040

TITRASI ASAM-BASA Page 15


mol asam−mol basa
[H + ]= Ka .
mol basa
0,203−0,040
=10-5 .
0,040
=4,075 . 10-5

pH = -log 4,075 . 10-5


=5 – log 4,075
=5 - 0,610
=4,390

4. pH pada saat volume NaOH = 0,609 ml (Ka =10-5)


Mmol CH3COOH = 0,0203 X 10 = 0,203 mmol
Mmol NaOH=0,609 X 0,1 = 0,060
mol asam−mol basa
[H+]= Ka .
mol basa
0,203−0,060
=10-5 .
0,060
= 2,383 . 10-5

pH= -log 2,383 . 10-5


= 5 – log 2,383
= 5 – 0,37
= 4,630

5. PH pada volume NaOH = 0,812 ml (ka=10-5)

Mmol CH3COOH = 0,0203 x 10 = 0,203

Mmol NaOH = 0,812 x 0,1 = 0,081

mol asam−mol basa


(H+) = Ka
mol basa

0,203−0,081
=10-5
0,081

=1,506 . 10-5

PH = - log 1,506 . 10-5

= 5 –log 1,506

= 5 – 0,177

TITRASI ASAM-BASA Page 16


= 4,823

6. PH pada volume NaOH = 1,015 ml (ka=10-5)

Mmol CH3COOH = 0,0203 x 10 = 0,203

Mmol NaOH = 1,015 x 0,1 = 0,101

mol asam−mol basa


(H+) = Ka
mol basa

0,203−0,101
=10-5
0,101

=1 . 10-5

PH = - log 1 . 10-5

= 5 –log 1

=5–0

=5

7. PH pada volume NaOH = 1,218 ml (ka=10-5)

Mmol CH3COOH = 0,0203 x 10 = 0,203

Mmol NaOH = 1,218 x 0,1 = 0,121

mol asam−mol basa


(H+) = Ka
mol basa

0,203−0,121
=10-5
0,121

= 0,677 . 10-5

PH = - log 0,677 . 10-5

= 5 –log 0,677

= 5 - (- 0,169)

= 5 + 0,169

= 5,169

TITRASI ASAM-BASA Page 17


8. PH pada volume NaOH = 1,421 ml (ka=10-5)

Mmol CH3COOH = 0,0203 x 10 = 0,203

Mmol NaOH = 1,421 x 0,1 = 0,142

mol asam−mol basa


(H+) = Ka
mol basa

0,203−0,142
=10-5
0,142

= 0,429 . 10-5

PH = - log 0,429 . 10-5

= 5 –log 0,429

= 5 - (- 0,367)

= 5 + 0,367

= 5,367

9. PH pada volume NaOH = 1,624 ml (ka=10-5)

Mmol CH3COOH = 0,0203 x 10 = 0,203

Mmol NaOH = 1,624 x 0,1 = 0,162

mol asam−mol basa


(H+) = Ka
mol basa

0,203−0,162
=10-5
0,162

= 0,253 . 10-5

PH = - log 0,253 . 10-5

= 5 –log 0,253

= 5 - (- 0,596)

= 5 + 0,596

= 5,596

10. PH pada volume NaOH = 1,827 ml (ka=10-5)

TITRASI ASAM-BASA Page 18


Mmol CH3COOH = 0,0203 x 10 = 0,203

Mmol NaOH = 1,827 x 0,1 = 0,183

mol asam−mol basa


(H+) = Ka
mol basa

0,203−0,183
=10-5
0,183

= 0,109 . 10-5

PH = - log 0,109 . 10-5

= 5 –log 0,109

= 5 - (- 0,962)

= 5 + 0,962

= 5,962

11. Pada saat volume NaOH 2,030 ml ( ka=10−5 )

Mmol C H 3 COOH = 10 x 0,0203 = 0,203

Mmol NaOh = 2,030 x 0,1 = 0,203

CH3COOH + NaOH → CH3COONa+ H2O

Mula2 0,203 0,203 - -

Reaksi 0,203 0,203 0.203 0,203

Sisa - - 0,203 0,203

0,203
[ Gr ]= =0,016=16 . 10−3
10+2,03

10−4
¿
√ 10−5
. 16 . 10−3

¿ √ 16 .10−12

¿ 4 .10−6

pOH =−log ¿

TITRASI ASAM-BASA Page 19


¿−log 4 . 10−6

= 6 – log 4

= 6 – 0,602

= 5,398

pH¿ 14 – 5,398

¿ 8,602

12. Pada saat volume NaOH 2,233 ml ( ka=10−5 )

Mmol C H 3 COOH = 10 x 0.0203 = 0,203

Mmol NaOh = 2,233 x 0,1 = 0,223

CH3COOH + NaOH → CH3COONa+ H2O

Mula2 0,203 0,223 - -

Reaksi 0,203 0,203 0,203 0,203

Sisa - 0,02 0,203 0,203

n
M [ NaOH ]=
v

0,02
M [ NaOH ]=
10+2,223

0,02
¿
12,223

¿ 1,63 . 10−3

¿ 1× 1,63 .10−3

¿ 1,63 .10−3

pOH =−log ¿

¿−log 1,63 .10−3

pOH =3−log 1,63

TITRASI ASAM-BASA Page 20


pH ¿ 14 – ¿)

¿ 11 + log1,63

¿ 11 +0,2

¿ 11, 2

13. Pada saat volume 2,436 ml ( ka=10−5 )

Mmol C H 3 COOH = 10 x 0.0203 = 0,203

Mmol NaOh = 2,436 x 0,1 = 0,243

CH3COOH + NaOH → CH3COONa+ H2O

Mula2 0,203 0,243 - -

Reaksi 0,203 0,203 0,203 0,203

Sisa - 0,04 0,203 0,203

n
M [ NaOH ]=
v

0,04
M [ NaOH ]=
10+2,243

0,04
¿
12,243

¿ 2,47 . 10−3

¿ 1× 2,47 . 10−3

¿ 2,47 . 10−3

pOH =−log ¿

¿−log 2,47 .10−3

pOH =3−log 2,47

TITRASI ASAM-BASA Page 21


pH¿ 14 – ¿)

¿ 11 + log2,47

¿ 11 +0,392

¿ 11, 392

14. Pada saat volume NaOH= 2,639 ml (Ka=10-5)


Mmol C H 3 COOH = 10 x 0,0203= 0,203
Mmol NaOh = 0,1 x 2,639= 0,263

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula2 0,203 0,263 - -

Reaksi 0,203 0,203 0,203 0,203

Sisa - 0,060 0,203 0,203

n 0,060
M (NaOH)= = = 4,747.10-3
v 10+2,639

[OH-] = b . m
=1 . 4,747.10-3

POH = -log x 4,747.10-3


= 3-log 4,747

pH = 14-(3-log 4,74)
= 11+ log 4,74
= 11+ 0,675
= 11,675

15. PH pada saat volume NaOH= 2,842 ml (Ka=10-5)


Mmol C H 3 COOH =10 x 0,0203=0,203
Mmol NaOh = 0,1 x 2,842= 0,284

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula2 0,203 0,284 - -

Reaksi 0,203 0,203 0,203 0,203

TITRASI ASAM-BASA Page 22


Sisa - 0,081 0,203 0,203

n 0,081
M (NaOH)= = = 6,3 x 10-3
v 10+2,842

[OH-]= b.m
=1 x 6,3.10-3

POH=-log x 6,3.10-3
=3- log 6,3

PH= 14- (3- log 6,3)


=11 + 0,799
=11,799

16. Pada saat volume NaOH= 3,045 ml (Ka=10-5)


Mmol C H 3 COOH = 10 x 0,0203= 0,203
Mmol NaOh = 0,1 x 3,045= 0,304

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula2 0,203 0,304 - -

Reaksi 0,203 0,203 0,203 0,203

Sisa - 0,101 0,203 0,203

n 0,101
M (NaOH)= = = 7,74.10-3
v 10+3,045

[OH-]= b.m
=1 x 7,74.10-3
=7,74.10-3

POH = -log 7,74.10-3


=3- log 7,74

PH = 14-(3-log 7,74)
= 11 + 0,888
= 11,888

TITRASI ASAM-BASA Page 23


17. Pada saat volume NaOH 3,248 ml ( ka=10−5 )

Mmol C H 3 COOH = 10 x 0.0203 = 0,203

Mmol NaOh = 3,248 x 0,1 = 0,325

CH3COOH + NaOH → CH3COONa+ H2O

Mula2 0,203 0,325 - -

Reaksi 0,203 0,203 0.203 0,203

Sisa - 0,122 0,203 0,203

n
M [ NaOH ]=
v

0,122
M [ NaOH ]=
10+3,248

0,122
¿
13,248

¿ 0,009209

¿ 9,209 x 10-3

¿ 1× 9,209 ×10−3

¿ 9,209x 10-3

pOH =−log ¿

TITRASI ASAM-BASA Page 24


¿−log 9,209 x 10−3

pOH =3−log 9,209

pH¿ 14 – ¿)

¿ 11 + log 9,209

¿ 11 +0 , 960

¿ 11, 960

18. pH pada saat volume NaOH 3,451 ml (Ka = 10-5)

Mmol CH3COOH = 10 X 0,0203 = 0,203

Mmol NaOH = 3,451 X 0,1 = 0,345

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula2 0,203 0,345 - -

Reaksi 0,203 0,203 0.203 0,203

Sisa - 0,142 0,203 0,203

n
M [ NaOH ]=
v

0,142
M [ NaOH ]=
10+3,451

0,142
¿
13,451

¿ 0,01055

¿ 1,055 x 10-2

¿ 1× 1× 10−2

¿ 10−2
TITRASI ASAM-BASA Page 25
pOH =−log ¿

¿−log 10−2

¿2

pH ¿ 14 –2

¿ 12

19. pH pada saat volume NaOH 3,654 ml (Ka = 10-5)

Mmol CH3COOH = 10 X 0,0203 = 0,203

Mmol NaOH= 3,654 X 0,1= 0,365

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula2 0,203 0,365 - -

Reaksi 0,203 0,203 0.203 0,203

Sisa - 0,162 0,203 0,203

n
M [ NaOH ]=
v

0,162
M [ NaOH ]=
10+3,654

0,142
¿
13,654

¿ 0,01186

¿ 1,186 x 10-2

¿ 1× 1,186 ×10−2

¿ 1,186x 10-2

pOH =−log ¿

¿−log 1,186 x 10−2

pOH =2−log1,186

TITRASI ASAM-BASA Page 26


pH ¿ 14 – ¿)

¿ 12 + log1,186

= 12 +0,07

= 12, 07

20. PH pada saat volume NaOH 3,857 ml (Ka = 10-5)


Mmol CH3COOH = 10 X 0,0203 = = 0,023

Mmol NaOH = 3,857 X 0,1 = 0,385

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula2 0,203 0,385 - -

Reaksi 0,203 0,203 0,203 0,203

Sisa - 0,182 0,203 0,203

n 0,182
M [ NaOH ] = =
v 10+3,857

0,182
=
13,857

= 0,0131

= 1,313 X 10-2

[OH-] = b. M

= 1 . 1,313 X 10-2 = 1,313 X 10-2

POH = -log [ OH- ]

= -log 1,131 X 10-2

= 2 –log 1,313

PH = 14 – ( 2- log 1,131)

= 12 + log 1,313

= 12 + 0,118

= 12,118

TITRASI ASAM-BASA Page 27


21. PH pada saat volume NaOH 4,060 ml (Ka =10-5)

Mmol CH3COOH = 10 X 0,0203 = 0,203

Mmol NaOH = 4,060 X 0,1 = 0,406

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula2 0,203 0,406 - -

Reaksi 0,203 0,203 0,203 0,203

Sisa - 0,203 0,203 0,203

n 0,203
M [ NaOH ] = =
v 10+4,060

0,203
=
14,060

= 0,014438122

= 1,443 X 10-2

[OH-] =b.M

= 1 . 1,443 X 10-2

[ OH- ] = 1,443 X 10-2

POH = - log [OH- ]

= - log 1,443 X 10-2

= 2 –log 1,443

PH = 14 – ( 2-log 1,443 )

TITRASI ASAM-BASA Page 28


= 12 + log 1,443

=12 + 0,159

=
NO Volume NaOH (ml) pH 12,159
1 0 3,846

2 0,203 4,039

3 0,406 4,390

4 0,609 4,630

TABEL 5 0,812 4,823 HASIL


TITRASI
6 1,015 5

7 1,218 5,169

8 1,421 5,367

9 1,624 5,596

10 1,827 5,962

11 2,030 8,602

12 2,233 11,2

13 2,436 11,392

14 2,639 11,675

15 2,842 11,799

16 3,045 11,888

17 3,248 11,96

18 3,451 12

19 3,654 12,07

20 3,857 12,118

21 4,060 12,159

TITRASI ASAM-BASA Page 29


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN :

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa molaritas asam basa
larutan dapat ditentukan dengan titrasi. Kenaikan pH sedikit demi sedikit menunjukkan
semakin banyak larutan NaOH yang ditambahkan ke dalam larutan asam, larutan akan
semakin bersifat basa. Perubahan pH dalam titrasi asam basa ini ditunjukkan pada kurva atau
grafik titrasi. Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam dan
basa.
·         Kurva titrasi adalah grafik.
·         Titrasi dibagi menjadi 3, yaitu:
-       Titrasi asam kuat dengan basa kuat.
-       Titrasi asam lemah dengan basa kuat.
-       Titrasi basa lemah dengan asam.
·   Jika pH pada asam ditetesi basa maka pH larutan akan naik, dan sebaliknya jika basa ditetesi
asam maka pH larutan akan turun.
SARAN :

1. Berdoalah sebelum melakukan percobaan.


2. Persiapkan alat dan bahan sebelum praktikum titrasi dilakukan.
3. Baca dan pahamilah prosedur untuk praktikum, tanyakan pada guru pembimbing
mengenai hal yang kurang jelas.
4. Patuhilah perintah dari guru pembimbing.
5. Lakukan praktikum dengan benar dan sesuai prosedur.
6. Jangan bergurau saat melakukan praktikum.

TITRASI ASAM-BASA Page 30


7. Setelah praktikum selesai bersihkan dan rapikan kembali baik tempat maupun
peralatan yang digunakan untuk praktikum seperti semula untuk menjaga
kebersihan laboratorium.

TERIMAKASIH KEPADA SEMUA PIHAK YANG TERLIBAT BAIK UNTUK


DUKUNGAN MAUPUN BIMBINGANNYA. SEMOGA LAPORAN PRAKTIKUM
INI DAPAT BERMANFAAT. AMIN

TITRASI ASAM-BASA Page 31

Anda mungkin juga menyukai