PRAKTIKUM KIMIA
“TITRASI ASAM-BASA”
OLEH:
LANDASAN TEORI
TITRASI
Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu larutan
asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan
menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan sebaliknya kadar larutan basa
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya. Titrasi
yang menyandarkan pada jumlah volum larutan disebut titrasi volumetri. Pengukuran volum
diusahakan setepat mungkin dengan menggunakan alat-alat, seperti buret dan pipet volumetri.
Larutan yang akan dicari kadarnya dimasukkan ke dalam labu erlemeyer, sementara
larutan yang sudah diketahui kadarnya dimasukkan ke dalam buret. Sebelum memulai titrasi,
larutan yang akan dititrasi ditetesi larutan indikator. Jenis indikator yang digunakan
disesuaikan dengan titrasi yang dilakukan, misalnya Fenolftalein untuk titrasi asam kuat oleh
basa kuat.
Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit larutan
penitrasi melalui buret, ke dalam larutan yang akan dititrasi dalam labu erlemeyer.
Penambahan dilakukan terus menerus sampai kedua larutan tepat habis bereaksi yang
Dalam titrasi, ada saat dimana terjadi perubahan pH secara drastis. Kondisi ini terjadi
saat titrasi mendekati titik ekuivalen. Perubahan ini akan tetap terjadi meskipun larutan
penitrasi yang ditambahkan sangat sedikit. Titik ekuivalen dalam titrasi berbeda-beda
tergantung jenis titrasinya. Titrasi asam kuat oleh basa kuat dan sebaliknya mempunyai titik
ekuivalen pada pH 7. Titik ekuivalen titrasi asam lemah oleh basa kuat terjadi pada pH cara,
antara 8 dan 9. Sementara titik ekuivalen titrasi basa lemah oleh asam kuat berada pada pH
asam.
PENYANGGA ASAM-BASA
Larutan buffer atau penyangga adalah larutan yang dapat menahan pH tersebut
atau tidak berubah meski ditambah sedikit asam atau sedikit basa atau juga diencerkan.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga
basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7) sedangkan
larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
a. Sifat Larutan Penyangga
Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa, meskipun dalam jumlah
yang sedikit, harga pH dapat berubah secara drastis. Contohnya larutan yang mengandung
campuran asam lemah dengan basa konjugasinya yang disediakan oleh garam dari asam
lemah tersebut. Misalnya asam asetat (CH3COOH) dengan ion asetat (CH3COO-) yang
berasal dari natrium asetat (CH3COONa). Jika ke dalam larutan ini ditambahkan sedikit asam
atau basa, ternyata pH larutan tidak berubah. Hal ini disebabkan ion H+ dari asam segera
ditangkap oleh ion asetat (CH3COO-) dan ion OH- dari basa segera ditangkap oleh molekul
asam asetat (CH3COOH). Dengan demikian, penambahan asam atau basa tidak mengubah
konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan, sehingga pH larutan konstan. Larutan yang dapat
mempertahankan pH ini disebut larutan penyangga atau larutan buffer.
b. Kegunaan Larutan Penyangga
ke arah kiri:
Sekali lagi, karena anda memiliki kesetimbangan yang terlibat, tidak semua ion hidrogen
dihilangkan – hanya sebagian besar.
o Penambahan basa pada larutan penyangga yang bersifat basa
Ion hidroksida dari alkali dihilangkan melali reaksi yang sederhana dengan ion
amonium.Karena amonia yang terbentuk merupakan basa lemah, amonia akan bereaksi
dengan air – dan karena itu reaksi sedikit reversibel. Hal ini berarti bahwa, sekali lagi,
sebagian besar (tetapi tidak semuanya) ion hidrogen dihilangkan dari larutan.
Fungsi Larutan Penyangga
a. Larutan Penyangga Asam Karbonat Bikarbonat dalam Darah
Proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh dapat menghasilkan beberapa zat kimia seperti
karbondioksida dan ion hidrogen. Dalam hal ini, keberadaan zat-zat kimia tersebut dapat
menyebabkan pH darah turun atau naik. Jika pH darah sangat rendah, maka kondisi pada saat
tersebut dikenal dengan asidosis, sedangkan jika pH darah sangat tinggi, maka kondisi pada
saat tersebut dikenal dengan alkalosis. Larutan penyangga yang paling penting untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah adalah sistem penyangga asam
karbonat bikarbonat. Dua buah reaksi kesetimbangan penyangga asam karbonat bikarbonat
tersebut dituliskan sebagai berikut :
Bukan reaksi asam basa
H3O+(aq) + HCO3-(aq) à H2CO3(aq)
Jika dalam darah banyak terlarut H2CO3, maka pH darah menjadi lebih
rendah, sehingga H2CO3 segera terurai menjadi air dan CO2, dimana gas CO2 ini dibuang ke
paru-paru. Akibatnya pH darah relatif tetap. Akan tetapi, ketika suatu asam basa dimasukkan
ke dalam darah, maka ion OH- dari basa tersebut segera bereaksi dengan asam karbonat
(H2CO3) dalam darah yang menghasilkan ion bikarbonat dan air menurut reaksi sebagai
berikut :
OH-(aq) + H2CO3(aq) → HCO3-(aq) + H2O(l)
Akibatnya, asam karbonat dalam darah berkurang dan untuk menggantinya, gas CO2 disuplai
dari paru-paru ke dalam darah.
b. Larutan Penyangga Fosfat dalam Darah
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4- )
dengan monohidrogen fosfat (HPO 32- ).
H 2 PO 4-(aq) + H +(aq) --> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 - (aq) + OH -(aq) --> HPO 42-(aq)) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel
hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
Larutan penyangga fosfat terdiri dari asam fosfat (H3PO4) dalam
kesetimbangan dengan ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan H+. Larutan penyangga fosfat ini
hanya berperan kecil dalam darah, hal ini karena H3PO4 dan H2PO4- ditemukan dalam
konsentrasi yang sangat rendah dalam darah.
c. Larutan Penyangga Hemoglobin dalam Darah
HIDROLISIS
Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti penguraian.
Hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam dengan air.
Garam adalah senyawa elektrolit yang dihasilkan dari reaksi netralisasi antara asam dengan
basa. Sebagai elektrolit, garam akan terionisasi dalam larutannya menghasilkan kation dan
Harga pH pada garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak bergantung pada
konsentrasi ion-ion garam dalam larutan, tetapi tergantung pada harga Ka dan Kb dari asam
dan basa pembentuknya.
Beberapa identifikasi yang menandakan jika suatu larutan bersifat asam atau basa, yaitu:
Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan dan tidak mengalami perubahan
warna, maka larutan tersebut bersifat asam.
Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan mengalami perubahan
warna, yaitu berwarna biru, maka larutan tersebut bersifat basa.
Jika kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam larutan dan tidak mengalami perubahan
warna, maka larutan tersebut bersifat basa.
Jika kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam suatu larutan dan mengalami perubahan
warna, yaitu berwarna merah, maka larutan tersebut bersifat asam.
TITRASI ASAM-BASA
1. Pendahuluan
Salah satu cara menentukan asam dengan basa atau sebaliknya adalah titrasi.
Titrasi adalah penentuan larutan baku atau larutan yang telah diketahui konsentrasinya
dengan bantuan indikator.
2. Tujuan :
Mengetahui konsentrasi CH 3 COOH pada cuka makan.
3. Alat dan bahan
6 Gelas Ukur 10 ml 1
7 Pipet tetes 1
4. Prosedur
4.1. Encerkan 1 ml cuka makan sampai 100 ml
4.2. Masukkan 10 ml larutan hasil pengenceran dalam labu erlenmeyer
4.3. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalam erlenmeyer
4.4. Masukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam Biuret
4.5. Lakukan titrasi, hentikan saat terjadi perubahan warna
4.6. Catat volume NaOH yang dibutuhkan dan lakukan sampai 3 kali percobaan
5. Hasil Pengamatan
1 10 1,5
2 10 2
3 10 2,6
6. Pertanyaan
6.1. Tulislah reaksi yang terjadi !
6.2. Hitunglah molaritas cuka makan !
6.3. Buatlah grafik pH hasil titrasi !
1. Labu erlenmeyer yang berisi campuran cuka makanan yang telah diencerkan dengan
indikator fenolftalein 2 tetes mengalami perubahan warna yaitu merah muda saat
ditetesi larutan NaOH 0,1 M. Volume NaOH 0,1 M yang tercampur dengan larutan
didalam labu erlenmeyer mencapai 24,6 ml yaitu sampai mencapai titik ekuivalen.
Ditanya: Mbotol....??
Jawab:
1000 25
=M= X
110 60
25000
= =3,8 M
6600
M1 = 1 ml
V2 = 0,0203 ml
Ditanya M2..??
Jawab :
pH Hasil Tritasi
[H+]=√ Ka× Ma
= √ 10−5 ×0,0203
= 0,450 . 10-5
0,203−0,081
=10-5
0,081
=1,506 . 10-5
= 5 –log 1,506
= 5 – 0,177
0,203−0,101
=10-5
0,101
=1 . 10-5
PH = - log 1 . 10-5
= 5 –log 1
=5–0
=5
0,203−0,121
=10-5
0,121
= 0,677 . 10-5
= 5 –log 0,677
= 5 - (- 0,169)
= 5 + 0,169
= 5,169
0,203−0,142
=10-5
0,142
= 0,429 . 10-5
= 5 –log 0,429
= 5 - (- 0,367)
= 5 + 0,367
= 5,367
0,203−0,162
=10-5
0,162
= 0,253 . 10-5
= 5 –log 0,253
= 5 - (- 0,596)
= 5 + 0,596
= 5,596
0,203−0,183
=10-5
0,183
= 0,109 . 10-5
= 5 –log 0,109
= 5 - (- 0,962)
= 5 + 0,962
= 5,962
0,203
[ Gr ]= =0,016=16 . 10−3
10+2,03
10−4
¿
√ 10−5
. 16 . 10−3
¿ √ 16 .10−12
¿ 4 .10−6
pOH =−log ¿
= 6 – log 4
= 6 – 0,602
= 5,398
pH¿ 14 – 5,398
¿ 8,602
n
M [ NaOH ]=
v
0,02
M [ NaOH ]=
10+2,223
0,02
¿
12,223
¿ 1,63 . 10−3
¿ 1× 1,63 .10−3
¿ 1,63 .10−3
pOH =−log ¿
¿ 11 + log1,63
¿ 11 +0,2
¿ 11, 2
n
M [ NaOH ]=
v
0,04
M [ NaOH ]=
10+2,243
0,04
¿
12,243
¿ 2,47 . 10−3
¿ 1× 2,47 . 10−3
¿ 2,47 . 10−3
pOH =−log ¿
¿ 11 + log2,47
¿ 11 +0,392
¿ 11, 392
n 0,060
M (NaOH)= = = 4,747.10-3
v 10+2,639
[OH-] = b . m
=1 . 4,747.10-3
pH = 14-(3-log 4,74)
= 11+ log 4,74
= 11+ 0,675
= 11,675
n 0,081
M (NaOH)= = = 6,3 x 10-3
v 10+2,842
[OH-]= b.m
=1 x 6,3.10-3
POH=-log x 6,3.10-3
=3- log 6,3
n 0,101
M (NaOH)= = = 7,74.10-3
v 10+3,045
[OH-]= b.m
=1 x 7,74.10-3
=7,74.10-3
PH = 14-(3-log 7,74)
= 11 + 0,888
= 11,888
n
M [ NaOH ]=
v
0,122
M [ NaOH ]=
10+3,248
0,122
¿
13,248
¿ 0,009209
¿ 9,209 x 10-3
¿ 1× 9,209 ×10−3
¿ 9,209x 10-3
pOH =−log ¿
pH¿ 14 – ¿)
¿ 11 + log 9,209
¿ 11 +0 , 960
¿ 11, 960
n
M [ NaOH ]=
v
0,142
M [ NaOH ]=
10+3,451
0,142
¿
13,451
¿ 0,01055
¿ 1,055 x 10-2
¿ 1× 1× 10−2
¿ 10−2
TITRASI ASAM-BASA Page 25
pOH =−log ¿
¿−log 10−2
¿2
pH ¿ 14 –2
¿ 12
n
M [ NaOH ]=
v
0,162
M [ NaOH ]=
10+3,654
0,142
¿
13,654
¿ 0,01186
¿ 1,186 x 10-2
¿ 1× 1,186 ×10−2
¿ 1,186x 10-2
pOH =−log ¿
pOH =2−log1,186
¿ 12 + log1,186
= 12 +0,07
= 12, 07
n 0,182
M [ NaOH ] = =
v 10+3,857
0,182
=
13,857
= 0,0131
= 1,313 X 10-2
[OH-] = b. M
= 2 –log 1,313
PH = 14 – ( 2- log 1,131)
= 12 + log 1,313
= 12 + 0,118
= 12,118
n 0,203
M [ NaOH ] = =
v 10+4,060
0,203
=
14,060
= 0,014438122
= 1,443 X 10-2
[OH-] =b.M
= 1 . 1,443 X 10-2
= 2 –log 1,443
PH = 14 – ( 2-log 1,443 )
=12 + 0,159
=
NO Volume NaOH (ml) pH 12,159
1 0 3,846
2 0,203 4,039
3 0,406 4,390
4 0,609 4,630
7 1,218 5,169
8 1,421 5,367
9 1,624 5,596
10 1,827 5,962
11 2,030 8,602
12 2,233 11,2
13 2,436 11,392
14 2,639 11,675
15 2,842 11,799
16 3,045 11,888
17 3,248 11,96
18 3,451 12
19 3,654 12,07
20 3,857 12,118
21 4,060 12,159
KESIMPULAN :
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa molaritas asam basa
larutan dapat ditentukan dengan titrasi. Kenaikan pH sedikit demi sedikit menunjukkan
semakin banyak larutan NaOH yang ditambahkan ke dalam larutan asam, larutan akan
semakin bersifat basa. Perubahan pH dalam titrasi asam basa ini ditunjukkan pada kurva atau
grafik titrasi. Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam dan
basa.
· Kurva titrasi adalah grafik.
· Titrasi dibagi menjadi 3, yaitu:
- Titrasi asam kuat dengan basa kuat.
- Titrasi asam lemah dengan basa kuat.
- Titrasi basa lemah dengan asam.
· Jika pH pada asam ditetesi basa maka pH larutan akan naik, dan sebaliknya jika basa ditetesi
asam maka pH larutan akan turun.
SARAN :