Anda di halaman 1dari 5

Nama: Callista Azka

Kelas: IX – 5
Cerita Pendek Bahasa Indonesia

Ibu

Pagi ini Risa berangkat ke sekolah dengan semangat. Sebelum berangkat tidak lupa iya pamit pada
Ayahnya yang sedang membaca Koran di depan teras, “Yah Risa pergi sekolah dulu ya. Hari ini hari
terakhir di sekolah sebelum kelulusan minggu depan." . Ayah membalas pamitan Risa dengan senyuman,
dan menjawab, “Ya sudah hati-hati ya Nak. Jangan pulang terlalu lama, hari ini ada tamu mau bertemu
dengan mu." Risa penasaran siapa tamu yang dimaksud Ayah, “Siapa yang mau datang Yah?" Ayah tidak
menjawab dan malah menyuruh Risa untuk segera berangkat sekolah dan mengingatkan kembali agar
jangan pulang terlalu lama.

Selama di sekolah Risa penasaran siapa tamu yang Ayah maksud. Itulah sebabnya setelah semua urusan
di sekolah selesai, Risa segera menuju ke rumah dengan hati bertanya-tanya siapakah tamu yang ingin
menemuiku. Sesampainya di rumah, Risa langsung disapa oleh seorang wanita. “Halo Risa, perkenalkan
nama tante Mia. Tante adalah teman Ayah kamu." Risa perlahan-lahan mencerna siapa dan untuk apa
Tante Mia datang ke rumahnya. Apakah tante Mia ini tamu yang dimaksud oleh Ayah. Risa kemudian
menyapa kembali tante Mia dengan “Halo tante, aku Risa. Ayah ada di mana ya tante?" Tante Mia
menjawab, “Ayah kamu sedang di belakang membantu tante menyiapkan makan siang. Kami sudah
menunggu Risa sejak tadi."

Kemudian Risa beranjak menuju meja makan dan akhirnya bertemu dengan Ayahnya. Ayah Risa
memeluknya lalu kembali memperkenalkan tante Mia lagi. “Risa, ini tante Mia teman Ayah." Risa hanya
menganggukan kepala sekali lagi dan kembali memikirkan apa maksud Ayah memperkenalkan tante Mia
padanya.

Apakah Ayah ingin menggantikan posisi Ibu dengan Tante Mia? Memikirkan hal tersebut Risa seketika
menjadi sedih dan tidak bersemangat. Risa tidak mungkin mengecewakan Ayah dengan tidak ikut makan
siang bersama. Tapi Risa merasakan perasaan yang sangat sedih ketika memikirkan apakah benar Ayah
ingin menggantikan posisi Ibu dengan orang lain. Tidak lama selesai makan siang, tante Mia kemudian
pamit pulang. Ayah mengantarkannya ke luar dan Risa mengunci dirinya di kamar. Setelah beberapa
saat, Ayahnya menghampiri pintu kamar Risa dan mengetuk pintu beberapa kali, namun Risa tidak ingin
berbicara dengan Ayahnya terlebih dahulu. Risa masih belum mengerti kenapa harus ada orang lain
yang menggantikan posisi ibunya.

Tanpa Risa sadari Ayahnya mengajak berbicara dari balik pintu. Ayahnya berkata, “Risa, Ayah tahu kamu
pasti kaget dengan kedatangan tante Mia hari ini. Tapi Ayah ingin kamu tahu kalau tante Mia itu baik
dan Ayah ingin tante Mia membantu Ayah menjaga dan membesarkan kamu."Aku menangis mendengar
pengakuan Ayah. Risa pun menjawab sambil menangis, “Tapi Risa tidak mau siapapun menggantikan
Ibu, yah." Ibu memang sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu, tepat saat Risa berumur 12 tahun. Saat
itu Risa dan ayahnya sangat terpukul dengan kematian ibunya. Risa tidak pernah menyangka bahwa
ayahnya akan secepat ini mencari pengganti ibunya.

“Tante Mia tidak menggantikan Ibu, Nak. Tante Mia ada untuk membantu membesarkan kamu. Banyak
hal yang tidak ayah ketahui dalam membesarkan kamu menjadi seorang wanita dewasa. Ayah harap
kamu bisa mengerti nak." Ucap ayah lagi kali ini. Risa pun menyadari ada banyak hal yang harus Risa
mepertimbangkan. Ayahnya sudah bersusah payah selama tiga tahun terakhir bekerja sekaligus
membesarkan Risa sendirian. Risa harus mengerti ayahnya dan akhirnya Risa membuka pintu kamarnya.

“Ayah aku mengerti perasaan Ayah. Jika memang tante Mia adalah pilihan terbaik untuk Ayah, Risa tidak
akan menolaknya. Risa tahu Ibu juga bahagia ketika Ayah bahagia dan Risa bahagia." Risa memeluk
ayahnya sambil menangis. Risa yakin Ibunya mengerti dan tidak akan merasa tergantikan. Ibunya tetap
ada di hati mereka. Ibunya tetap hidup di hati mereka. Mereka sayang ibunya.

Unsur unsur cerpen :

1. Tema : Keluarga (Ibu)

2. Amanat : Ibu tidak akan tergantikan walau telah tiada di dunia.

3. Penokohan : Risa : sabar, emosional, pengertian, mau mengalah (protagonis)

Ayah : sabar, jujur, penyayang (protagonis)

Tante Mia : ramah, baik, penyayang (protagonis)

4. Alur : Maju

5. Latar : Waktu: Siang hari

Suasana: Mengharukan

Tempat: Rumah , sekolah

6. Sudut Pandang: 3. sampingan/di luar cerita


Nama: Callista Azka
Kelas: IX - 5
Cerita Pendek Bahasa Indonesia

Hai Cathrine

Hai namaku Ayu, aku hidup sebatang kara di kota yang besar ini tanpa keluarga dan tanpa
tempat tinggal. Aku terpisah dengan teman teman ku karena rumah pantiku hancur dihadang gempa di
Lombok. Setiap hari aku selalu mengambil bambu bekas lalu dijual agar aku bisa makan. Dan sekarang
titik dimana kehidupan ku di mulai.

Hari ini cuaca sedang panas, aku pergi ke warung untuk membeli minum

“Pa beli ar mineralnya satu ya, ini uangnya.” Ucapku


“Dek ini cuman Rp2.000 kurang.” Ujar tukang warung itu
“Hah kurang? Aduh pa saya ga punya uang lagi.” Ucapku lagi

Tiba-tiba ada seseorang di belakangku dan memberi uang sebesar Rp50.000 kepadaku. Aku mengejar
anak perempuan itu, sepertinya dia seusia denganku

“Heii kamu, tunggu!. Ini buat apa?” Tanyaku


“Buat kamu, sekalian ambil aja kembaliannya.” Ucap perempuan itu
“Serius? Makasih ya. Oh iya kenalin nama aku Ayu.”

Dia langsung pergi begitu saja tanpa menyebutkan namanya, ya sudah tak apa apa. Aku kembali ke
warung itu dan membayar kekurangannya. Setelah itu aku pulang ke tempat tinggal ku. Ini tempat
tinggal ku, di pinggir selokan, di bawah teriknya matahari, kasur yang terbuat dari kardus, tidak memakai
bantal dan selimut.

Keesokan harinya saat aku sedang mengambil bambu, perempuan yang kemarin sedang
berjalan sambil memegang dahinya. Aku menghampirinya dengan rasa bahagia karena dia adalah
temanku satu satunya.

“Haii kemarin kamu belom kasih tau namamu. Siapa nama kamu?.” Tanyaku
“Cathrine!!”

Aku sedikit kaget karena dia memberitahukan namanya dengan nada sedikit tinggi. Mungkin dia sedang
pusing.

“Bye Cathrine hati-hati di jalan” Ucapku sambil melambaikan tangan

Aku melanjutkan untuk mecari bambu lebih banyak, setelah terkumpul banyak aku mulai berkeliling
komplek untuk berjualan.

“Bambu…bambu cuman Rp3.000 aja dibeli dibeli”

“Ibu bambunya bu cuman Rp3.000 aja” penawaranku kepada ibu ibu yang keluar dari rumahnya
“Beli semuanya ya dek, jadi berapa?” Tanya ibu itu
“Wahh semuanya ya? Jadi Rp21.000 bu”
“ini dek uangnya.” Katanya ramah
“Makasih buuu, Alhamdullilah” Ucapku bersyukur

Aku pergi ke warung untuk membeli makanan tetapi saat di jalan, aku mendengarkan lantunan
piano yang sangat merdu berasal dari rumah yang mewah, beberapa detik kemudian aku dikagetkan
oleh suara beling beling yang seperti sengaja dipecahkan dan beberapa omongan kasar yang saling di
lemparkan oleh dua orang. Pagar rumah tersebut tiba-tiba terbuka dengan cepat, ternyata rumah itu
milik Cathrine, teman baikku.

“eh hai Cathrine”

Dia tidak menyapaku kembali, bahkan melihatku saja tidak. Huh! Tidak apa apa. Aku melanjutkan
perjalanan ke warung setelah itu kembali ke rumah. Di jalan menuju tempat tinggalku aku melihat
seorang ibu ibu yang sedang menangis, lalu aku menghampirinya.

“Ibu kenapa nangis?” tanyaku


“Ibu gapunya uang buat beli makanan, sedangkan ibu lapar” katanya
“Saya punya sedikit makanan dan ini ada uang juga, semoga bermanfaat ya bu”
“Aduhh makasih ya neng, makasih banyak”

Aku tersenyum kepada ibu ibu tersebut, saat aku berbalik ada Cathrine yang sedang lewat. Aku
menyapa kembali “Hai Cathrine” tetapi dia tetap tak menjawab sapaanku. Keesokan harinya aku
berjualan seperti biasa dan membeli makanan lebih banyak untuk ibu ibu yang kemarin dan kucing
kucing liar yang berada di sekeliling komplek. Aku istirahat sebentar di saung yang ada di pinggir jalan.
Ada mobil yang parkir persis di depan saung itu. Yang keluar dari mobil itu adalah cathrine

“Hai Cathrine”
“Dari kemarin hai Cathrine hai Cathrine, mau kamu itu apa sih?!!!!!” jawabnya dengan marah
“Kamu kenapa? Ini aku punya minum”
“Mana minum? Rasain tuh minum!!!” Jawabnya sambil mengguyurkan airnya ke badanku

Kenapa Cathrine bersikap begitu kepadaku? Salahku apa? Aku menangis dalam diam dan memikirkan
kembali apa yang salah denganku padahal aku hanya bersikap ramah. Beberapa hari kedepan saat aku
menghitung uang untuk membeli makanan, Cathrine berlari kepadaku kemudian bersujud, sambil
meminta maaf. Aku langsung mengangkat dia agar berdiri kemudian bicarakan apa yang dimaksudnya.

“Kamu selalu baik kepadaku, tetapi aku selalu memarahimu. Kamu selalu ngasih ke orang lain padahal
kamu sendiri tidak punya apa apa, kamu selalu bahagia dan selalu memberi kebahagiaan kepada orang
lain. Tidak seperti aku, meskipun hidup aku mewah tetapi aku belum pernah yang namanya merasa
bahagia”
“Kebahagiaan itu datang dari kita sendiri Cathrine, kalau kamu bersyukur pasti kamu akan merasa
bahagia. Hidup itu seperti ini rin kadang kita tidak merasa bahagia padahal banyak sekali kebahagiaan
yang kita dapat”
“Makasih ayu, kamu memberi pencerahan kepadaku. Aku ingin menjadi sahabatmu”

Pada akhirnya mereka berdua menjadi sahabat dan hidup bahagia.


Unsur-unsur cerpen:

1. Tema: Kebahagiaan

2. Amanat : Berilah kebahagiaan kepada orang lain meskipun kita sedang terpuruk

3. Penokohan : Ayu : Penolong, Penyayang, Ramah (protagonis)

Cathrine : Pemarah (antagonis)

4. Alur : Maju

5. Latar : Tempat: Komplek

Waktu : Siang hari

Suasana : Mengharukan

6. Sudut pandang : 1. Tokoh utama

Anda mungkin juga menyukai