Anda di halaman 1dari 7

PENOKOHAN

Bestari : Anak dari Mama Ratih Pendiam namun punya keingintahuan


yang tinggi,
Mama Ratih : Ibu dari Bestari, penyayang dan pekerja keras
Nenek Sina : Ibu dari Mama Ratih dan Tante Asni, baik namun tegas kepada
Anak dan cucunya
Dato’ Nisrul : Ayah dari Mama Ratih dan Tante Asni, keras namun sayang
keluarga
Tante Asni : Ibu dari Arham, cerewet dan senang membantu
Tante Rosani : Teman Tante Asni, kaya raya namun dermawan
Tante Fitri : Teman Tante Asni, tomboy dan setia kawan
Tante Rahayu : Teman Mama Ratih, feminim dan sopan
Tante Farah : Teman Mama Ratih, sedikit pemberontak namun setia kawan
Karisa : Sahabat Bestari
Jumaidil : Teman kelas Bestari
Herlin : Teman kelas Bestari
Arham : Kakak Sepupu Bestari

ADEGAN 1
Bel telah berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba. Para penghuni kelas
berbondong -bondong keluar kelas dengan berbagai tujuan, ada menuju kantin
dan adajuga yang menemui teman (atau gebetannya).

Bestari : “Seperti biasa, kalau sudah masuk minta tolong kasih bangun
nah”
Karisa : “Sampai kapan mau ‘turu’ terus di kelas Tari? Ayomi ke kantin
cari hantu”
Bestari : “Semoga kau ketemu betulan sama Genderuwo atau kuntilanak”
Karisa : “Ih kau tau mi bukan hantu itu yang saya maksud, cowok-cowok
ganteng ituloh yang berkeliaran di kantin”
Bestari : “Cari saja di semua bagian sekolah, tidak bakalan dapat ji cowok
kayak kayak ‘Oppa’ korea mu”
Karisa : “Ih jahatnya kata-kata nya.. Tapi saya tetap ke kantin sih, lupa
bawa
Bekal. mau nitip apa Tari?”
Bestari : (berpikir) “Beng-beng saja satu”
Karisa : “Okedeh”

ADEGAN 2
Bestari menelungkupkan wajahnya di meja dengan kedua tangan menjadi
pengganti bantal setelah Karisa sudah tidak terlihat di dalam kelas. Ia berencana
tidur selama lima belas menit karena waktu istiharat pertama hanya selama lima
belas menit. Namun saat terbangun dia berada di ruang makan Sang Nenek.

Bestari : (Membuka mata dan merenggangkan badan) “eh kenapa


tempatnya

1
familiar?” Ia mencoba mengingat tempat yang membuatnya Déjà
vu
Mama Ratih : (Tiba-tiba keluar dari kamar) “Mama pergi ka dulu ke sekolah”
lalu
menyalimi seorang yang dipanggil “Mama”
Bestari : “Loh Mama?! Kenapa pakai baju SMA ki?!” Bestari yang tadinya
duduk langsung berdiri terkejut melihat Mama nya dengan wajah
yang lebih muda dan tubuh yang lebih ramping dari yang Ia
ingat
Nenek Sina : “Kenapa tidak sarapan dulu?” Dan Nenek Sina terlihat lebih
muda
Dengan rambut yang masih berwarna hitam juga tanpa kerutan
di
wajah
Mama Ratih : “Kalau sarapan ka nanti ditutupkan meka pagar Ma” Namun
semp-
pat mengambil selembar roti isi meses. Setelah itu menyalimi
Mama-nya alias Nenek Sina.
Bestari : “Wah Mama waktu masih muda cantik sekali. Pantas saya juga
cantik” Ia terkekeh geli dengan perkataannya. Namun kecantikan
Mama Ratih saat muda benar adanya. Wajah sawo matang,
rambut ikal dan tubuh ramping, ditambah dengan balutan
seragam SMA
yang saat itu rok SMA hanya sepanjang lutut, dengan kaos kaki
Panjang yang menutupi betis.

Ternyata tidak ada yang menyadari keberadaan Bestari disini. Lebih tepatnya
tidak ada yang bisa melihat nya. Ia Kembali duduk dengan perasaan yang bingung
setelah melihat kejadian tadi. Apa ini mimpi?

ADEGAN 3
Bestari memutuskan untuk mengelilingi rumah jadul itu. Dan rumah Nenek Sina
ternyata hanya memiliki 1 lantai namun dengan lahan yang luas. Ruang tamu
menjadi ruangan yang pertama kali dilihat saat memasuki rumah. Dengan lemari
besar yang berisikan guci atau keramik sangat khas dengan rumah pada tahun 80
dan 90-an

Bestari : “Wah ada radio jadul, sepertinya punya Dato’ Nisrul” Ia


bergumam send- sendiri karena tidak ada yang melihatnya.
Bestari : (mengambil majalah) “majalah Gadis, Bobo, Fantasia” Ia
mengeja apa Majalah yang ia lihat
Ia merasa semuanya tidak familiar bahkan zaman sekarang orang-orang sudah
tidak membaca majalah, karena informasi dapat diakses melalui internet. Lalu ada
yang menarik perhatiannya, yaitu buku dengan hard cover yang ia tebak adalah
album foto. Di dalam album itu banyak peristiwa yang diabadikan dalam kamera
analog, dimana pengambilan gambarnya menggunakan roll film. Terdapat foto

2
Mama Ratih berusia 10 tahun dan anak berusia 5 tahun yang kutebak adalah adik
Mama yaitu Tante Asni.

Tante Asni : “Assalamualaikum Ma..hiks..ma” Terdengar suara sesegukan dari


Anak berseragam SD yang kutebak itu Tante Asni.
Nenek Sina : “Waalaikumsalam, Ya Allah kenapa menangis Nak?” tanya
Nenek
Sina yang kebingungan.
Tante Rosani : “Amir tante yang kasih menangis Asni, karena dia baca binder
nya
Asni jadi ketahuan nama bapaknya. Jadi tadi di sekolah Asni
dipa-
nggil pakai namanya Om Nisrul” Dijelaskan oleh Tante Rosani
yang menjadi teman Tante Asni hingga saat ini. Tante Ros
tipikal
anak orang kaya pada masa itu. Sampai Sekarang sih masih kaya.
Buktinya semua anaknya ia sekolahkan diluar negeri.
Nenek Sina : “Ohiya nak, makasih nah sudah temani Asni” Jawaban Nenek
Sina
Membuyarkan fokus ku melihat 2 bocah ini.
Tante Rosani : “iye tante, pulang ka duluan tante adami Om Itto tunggu di
depan”
Ternyata sudah ada mobil yang menunggu di depan rumah.
Nenek Sina :“Iya hati-hati Nak” lalu Tante Asni menyalami Nenek Sina
sebelum
akhirnya pergi menggunakan mobil Honda Civic.
Nenek Sina : “Asni kenapa hampir setiap hari bertengkar sama Amir?”
Tante Asni : “Hiks.. Dia duluan Ma.. Dia ambil binder ku baru dia ejek
namanya
Bapak. Hiks” Bestari terkekeh, sejak dahulu memang ejekan
deng-
an memanggil nama orangtua. Dan mungkin di zaman sekarang
masih terjadi masih sering terjadi di kalangan anak SD
Tanpa sadar Ibu dan Anak itu sudah masuk ke dalam rumah sementara Bestari
masih merenung di halaman rumah.

ADEGAN 4
Mama Ratih : “Assalamualaikum Mama. Izin nah Ma mau kerja kelompok sama
teman ku disini”
Nenek Sina : “Waalaikumsalam. Iya yang penting jangan terlalu ribut”
Tante Farah : “Iye tante tidak ribut-ribut mi lagi” ucapnya sambilcengengesan
Nenek Sina : “Sudah semua makan? Kalau lapar ada ikan sama nasi itu di meja
Makan”
Tante Rayahu : “Iye sudahmi makan Tante, tidak perlu repot-repot” ujarnya
sopan
Mama Ratih : “tidak ribut mi kali ini ma, ayo ke kamar” ujar Mama Ratih

3
sembari
terkekeh
Tak lama setelah itu,
Tante Fitri : “Assalamualaikum Asni.. Asnii Ayo main” terdengar suara teman
Asni yang memanggil dari luar pagar
Tante Asni : “Tunggu ambil mainan dulu” lalu memasukkan mainannya ke
dal-
am tas nya. Mainan yang kulihat yaitu bongkar pasang kertas,
boneka trolls, kelereng berbagai warna, Tamagotchi dan tak lupa
balon tiup AAA
Nenek Sina : “Sebelum maghrib harus pulang, nanti diculik wewe gombel”
Nenek Sina memperingatkan
Dan akhirnya mereka pergi menuju ke rumah teman Tante Asni yang tempatnya
hanya berjarak dua rumah. Karena Bestari KEPO dengan lingkungan yang baru ia
rasakan jadinya Ia mengikuti anak-anak itu yang ingin bermain di sore Hari.
Zaman yang sangat berbeda dengan zaman yang Bestari jalani. Saat ini segalanya
serba instan. Apa yang diinginkan bisa dijangkau hanya dengan satu klik. Berbeda
dengan zaman dahulu dimana segala hal perlu diperjuangkan.
Bestari akhirnya keluar dari pagar rumah Nenek Sina dan mendapati banyak anak-
anak yang bermain dijalanan, anak laki-laki bermain yoyo, ada juga anak-anak
yang bermain selepet sarung setelah sholat dan masih banyak permainan yang
mungkin sudah jarang dilihat di zaman sekarang.
Lalu Bestari melihat Tante Asni dan Tante Farah yang masuk kedalam rumah
kayu. Bestari pun ikut masuk karena penasaran. Ternyata di dalam rumah itu
sudah banyak teman-teman Tante Asni yang sudah bermain duluan. Setelah asik
melihat mereka bermain, Bestari Kembali ke rumah Nenek Sina.

Mama Ratih : “Bebas.. Lepas.. Kutinggalkan saja semua beban di hatiku”


Tante Rahayu : “Melayang ku melayang jauh”
Tante Farah : “melayang ku melayang..”
Suara ribut itu berasal dari dalam kamar Mama Ratih. Lalu Bestari mengintip dari
celah pintu yang sedikit terbuka. Ternyata mereka menyanyikan lagu Iwa K
berjudul Bebas. Dengan mengambil radio tape milik Dato Nisrul di ruang tamu.
Ternyata di masa-masa 90an, kebahagiaan itu sederhana.

ADEGAN 5
Hari menjelang maghrib. Dato’ Nisrul telah pulang dari bekerja, Teman-teman
Mama Ratih pun telah pulang. Namun ada yang kurang, Si Anak bungsu alias
Tante Asni ternyata belum pulang dari rumah temannya. Hingga terpaksa Nenek
Sina menjemput Tante Sina pulang ke rumah. Namun Bestari memilih tinggal di
rumah Bersama Dato’ Nisrul dan Mama Ratih. Mereka berkumpul di ruang tamu
menunggu Nenek Sina dan Tante Asni Pulang.

Dato’ Nisrul : “Sudah kau tentukan mau masuk di jurusan mana?” Tanya Dato’
Memecah keheningan. Dan sudah pasti pertanyaan itu diajukan
Kepada Si anak sulung yaitu Mama Ratih

4
Mama Ratih : “Ratih tetap mau masuk Kedokteran Pak, dan Insya Allah kalau
ada re- rezeki mau ambil spesialis anak, kita sudah tau kan kalau Ratih
suka sama anak-anak” Ujar Mama Ratih.
Dato’ Nisrul : “Ternyata tujuanmu masih sama, jangan lupa berdoa dan belajar
yang giat” Petuah dari Dato’ Nisrul kepada Mama Ratih
Mama Ratih : “Pak.. Jadi kita-”
Dato’ Nisrul : “Kejar impianmu Nak, tidak perlu pikirkan biayanya, tugasmu
Sekarang belajar sampai bisa diterima di jurursan yang kau mau”
Mama Ratih : “Makasih banyak Pak” Ia menangis di dalam pelukan ayahnya.
Dato’ Nisrul menepuk-nepuk punggung kecil putri sulung nya yang sesegukan
untuk menenangkannya. Bestari ikut menitikan air mata melihat hubungan kakek
dan ibu nya. Segala sesuatu akan berjalan dengan baik jika kita mendapat restu
dari orangtua. Segala Langkah akan terasa lebih ringan karena dukungan dari
orangtua.

ADEGAN 6
Jumaidil : “Tar.. Bangun Tari, sudah pulang orang”
Karisa : “huss, biarkan mi tidur dulu, belum dijemput juga sama Kak
Arham”
Herlin : “Tapi lama sekali tidur ini anak, kukira tidak bangun-bangun mi”
Karisa : “Astagifirullah sembarangnya kau bilang deh”
Bestari : “engh.. Jam berapa sekarang?” Ia bangun dengan tangan yang
kesemutan karena terlalu lama ia tindih.
karisa : “Sudah jam 12.30. Maaf Tari saya tidak bangunkan karena
tidurmu
nyenyak sekali. Tadi juga guru tidak masuk karena ada rapat”
sesal
Karisa karena tidak membangunkannya. Namun bersamaan
deng-
an itu telepon Bestari berdering
Jumaidil : “Dari siapa?” tanya Jumaidil penasaran
Herlin : “Posesif nya deh, pacaran juga tidak” ujar Herlin terkikik geli saat
dipelototi oleh Jumaidil.
Bestari : (mengangkat telepon)“ Assalamualaikum Kak… oh iya kak
tunggu
masih di kelas.. Iya Kak lima menit lagi”
Bestari : “Teman- teman duluan nah, Kak Arham sudah di depan”
Jumaidil : “Hati-hati Tari”
Karisa : “Ciee perhatian nya sama Tari” Herlin pun ikut-ikutan menggoda
Jumaidil dan Bertari. Namun Tari memilih untuk tidak meladeni
Godaan temannya

ADEGAN 7
Kak Arham : “Bertarii..” Seru kak Arham sambal melambaikan tangan ke arah
Bestari yang sedang mencarinya. Dan akhirnya Bestari melihat
Kak Arham yang melambai kepadanya, lalu berlari menuju Kak

5
Arham
Bestari : “Lama ki menunggu Kak?”
Kak Arham : “Tidak juga, 10 menit ji dek”
Bestari : “Maaf kak ketiduran tadi di kelas” ucapnya sambal meringis
Kak Arham : “tidakji dek, naik mi nanti keburu macet” Ujar Kak Arham
sembari
memberi helm kepada Tari
Dalam perjalanan pulang, Bestari banyak melamun karena memikirkan mimpi
yang ia alami tadi, walaupun samar namun ia merasa mimpi tadi begitu nyata.

Kak Arham : “Dek” namun tidak ada sahutan


Kak Arham : “Tari” namun lagi-lagi Tari tidak menyahut, ia melirik kaca spion
Kak Arham : “BESTARI!” Teriakan Kak Arham mampu membuat Tari keluar
Dari lamunannya
Bestari : “Eh iya Kak?”
Kak Arham : “Jangan melamun Dek, nanti kemasukan Jin kalau begitu terus”
Bestari : “oh iyaa Maaf Kak”
Bestari : “Kak bisa minta tolong” Tiba-tiba ia ingin melakukan sesuatu
Kak Arham : “hmm?”
Bestari : “Antar ketemu Mama” Kak Arham Kembali melirik Bestari lewat
Kaca spion

ADEGAN 8
Bestari : “Ma.. Tari sudah apply beasiswa keluar negeri. Dan minggu
depan
Insya Allah masuk tahap wawancara”
Bestari : “Tari tadi mimpi ma, di dalam mimpi itu ada kita, Dato’ Nisrul,
Nenek Sina dan Tante Asni.. Biasanya kalau kumimpikan ki
pasti
Sedih ka kalau bangun. Tapi tadi mimpinya sangat unik sampai
Saya tidak bisa bersedih” Bestari terkekeh jika mengingat
kembali
Mimpinya dimana ibunya berusia sama dengan dirinya.
Kak Arham : “Dek, ayo pulang.. Cuacanya sudah mendung. Kak Arham tidak
bawa jas hujan”
Bestari : “Iya kak, ayo mi pulang”
Bestari menatap dalam batu nisan yang bertuliskan nama Mama nya. Lalu
tersenyum dan berbalik untuk Kembali ke Rumah.
Terima kasih sudah hadir di mimpi ku Ma..

THE END

6
7

Anda mungkin juga menyukai