Narator : “Pada suatu sore berkumpulah ibu-ibu komplek heboh menceritakan tentang
gosip terbaru yang mereka tahu”
*Ibu Agus, Ibu Rina, Ibu Naomi dan Ibu Susan, berkumpul duduk lesehan di
panggung*
I. Agus : “Eh ibu-ibu, kalian tau k tarada, ada berita yang lagi heboh di torang pu komplek
k’ini”
I. Rina : “Yang tentang Mace Yohana itu k..?”
I. Agus : Ji Mace Rina ko cepat sampe,... itu sudah..... (sambil ketawa)
I. Naomi : “Berita apa mace? Sa belum tau...e”
I. Susan : “Saya baru pulang dari Belanda, ketinggalan berita nih”
I. Agus : “Itu tuh Mace Yohana,.. mace baru beli rumah sama mobil baru, rumah nya
bokar skali...e ibu-ibu”
I. Susan : “Wow oh my God ? seriusan bu ?”
I. Agus : “Ya ampun tra percaya dia, ya benarlah ibu”
I. Rina : “Hebat...e, tapi aneh...oh ibu-ibu, dia pu pace kan cuma karyawan bank kecil,
terus mace dia kan Cuma diam di rumah, masa bisa secepat itu punya harta
banyak... aneh k tigak tu”?
I. Naomi : “Jangan-jangan dia pu pace ikutan cara pejabat-pejabat sekarang, itu tu yang
koperasi”
I. Susan : “Korupsi bu, bukan koperasi” (sambil senyum)
I. Naomi : “Tadi kan saya bilang begitu bu”
I. Agus : “Eh tapi kita tra boleh sembarangan bu, tapi siapa tau itu bener”
I. Rina : “Ssstttssttt, Mace Yohana dia ada jalan menuju kemari, diam....diam....”
Ibu Yohana : “OMG Hellooww, rakjel duduknya emperan, ga kece keles, iyuuhh. Sebentar-
sebentar saya mau selfie eh groufie dulu, biar upload di facebook with rakjel,
yuu ibu-ibu bikin gayanya ‘peace’. Oke nanti saya masukin facebook aah ”
(sambil semua ibu-ibu pasang gaya masing-masing)
I. Naomi : “Eh rakjel tu apa mace ?”
Ibu Yohana : “Rakjel itu rakyat jelata, iyuuhh”
I. Agus : “Baah sembarangan saja ko bilang tong rakyat jelata, jadi ko tu apa hah ?”
(nada emosi)
Ibu Yohana : “OMG Helloww, selooww aja keles ga usah sensi begityuu”
I. Susan : “Eh ibu ini kok ngomongnya sembarangan banget ya”
I.Agus : “Mau sa cakar orang ini kah” (emosi sambil berdiri)
Ibu Yohana : “Eeh eehh jangan dekat-dekat” (menjauh/menghindar)
Ibu Sarah : “Kangkung, Kangkung, bu kangkung seger lo (nawarin). Duh tumben sepi ini....
trada yang beli...e. Eh itu ada ibu-ibu komplek. Kangkung.. kangkung, bu
kangkung nya mau beli?”
I.Susan : “Iih saya mah ga suka, kangkungnya pasti tidak sehat, kecil lagi”
Ibu Sarah : “Ini mah kangkungnya beda bu, tidak kecil kok”
I. Rina : “Apa bedanya ?”
Ibu Sarah : “Kangkung saya tuh khas bu, kalau dimasak rasanya enak skali bu”
I. Susan : “OMG ?”
I. Sarah : “apa itu OMG bu?”
I. Naomi : “Sejenis makanan ringan, (sambil senyum ke ibu-ibu lainnya)”
I. Sarah : “Oh ya ya ya”
I. Rina : “Ibu Rina kenapa dari dulu jualan Kangkung terus k?”
Ibu Sarah : “Buat kasih sekolah sa pu anak ibu, oh iya bu, saya mau Tanya bisa ?”
I. Rina : “Tanya apa bu ?”
Ibu Sarah : “Sa pu anak mau jadi Polisi, tapi dia mau ambil kuliah hukum duluk atanya,
kalau di Maranatha itu dapat beasiswa dari gereja ka ibu ? caranya bagaimana?”
I. Agus : “Eh Ibu Sarah, ko gaya skali mo ksh skolah ko pu anak, mau jadi Polisi lagi,
macam ko mampu saja”
I. Susan : “mace, biaya kuliah tuh mahal tau, belum biaya hidupnya, apalagi di kota besar”
I. Rina : “Mace ko serius apa becanda ?”
Ibu Sarah : “Serius bu, ya anak saya mau coba, kan ada Tuhan Yesus to ibu”
I. Rina : “Kalau masalah biaya dari gereja coba mace ko tanya pengurus gereja saja,
mereka lebih tau”
I. Susan : “Kalau saya boleh saran ya bu, mending anak ibu suruh nikah aja, cari istri yang
kaya, gapapa jelek juga bu, dari pada mimpi tinggi-tinggi tapi ga kesampean”
I. Agus : “Iya betul itu, macam anaknya pintar saja, lebih baik sa pu anak deh”
Ibu Sarah : “Saya tau kemampuan anak saya bu, makanya saya berani, kok ibu-ibu
bukannya mendukung malah menjatuhkan” (sambil sedih)
*Datang Agust dari arah depan / samping dengan gaya mabuk sambil nyanyi / dengar musik
berjalan menghampiri ibu-ibu*
Ibu Sarah : “Ibu, itu bukannya anak ibu si Agus ya ?”
Agus : “Helloo ma...., helloo ibu-ibu, ma minta uang dulu”
I.Agus : “Ko bikin barang apa ni agus? Bikin malu orang tua saja, pulang sana !* (sambil
jewer telinga agus)
I.Sara : “Ya sudah ibu-ibu, saya mau jualan lagi, takut keburu sore” (kemudian
meninggalkan panggung)
I.Naomi : “Liat Agus tadi tu, mamanya hina-hina anak orang eh anaknya malah lebih
parah”
I. Susan : “Iya bu, tadi tuh saya mo ketawa, tapi saya tahan kaini”
I. Rina : “Makanya kita jangan menghina orang seperti tadi, jadinya malu sendiri kan. Ya
sudah tong pulng yuk su mendung ni’
I. Susan : “Iya yu Ibu”
Narator : “Ya begitulah manusia selalu menyalahkan Tuhan, seharusnya kita selalu ingat
dengan ayat alkitab yang mengatakan “Apa yang engkau tabur, maka itulah
yang akan engkau tuai”, kita di ingatkan lain kali jangan terlalu sibuk
mengomentari kehidupan orang lain, lebih baik kita sibuk memperbaiki
kehidupan kita”
I.Agus : “Ibu-ibu tolong saya k, saya tau ibu-ibu pasti udah dengar berita tentang agus
kan ? Saya bingung bu, saya takut, saya harus gimana lagi ?” (nada nangis)
I.Rina : “Iya bu, kami sudah dengar, gimana ya bu, saya juga lagi banyak pengeluaran
nih, jadi ga bisa bantu ibu”
I. Susan : “Saya juga baru aja kemarin pulang dari luar negeri bu, saya telat dapat
kabarnya bu, maaf ya bu”