Disebuah desa yang aman, tentram, dan damai, hiduplah 2 tetangga yang baik. Keluarga Bapak Ari
Irham keluarga sederhana yang sangat bersahaja dan keluarga Ibu Suminem janda tua yang
memiliki satu anak, yang sangat baik terhadap tetanggnya. Bapak Ari memiliki istri yang sangat
cantik jelita bernama Ibu Aisyah dan putra tunggal yang sangat tampan bernama Azka. Sedangak
Scene 1
Ibu Suminem : “Nduk sebentar lagi 100 harinya bapak, sedangkan kita tidak memiliki biaya untuk membeli
Ibu Suminem : “Jangan nduk, tugas kamu itu sekolah bukan bekerja, salama ibu masih bisa, biar ibu saja yang
usaha.”
Scene 2
Pak Ari : “Buk ne tadi saya lihat Bu Sum sedang melamun, kelihatannya ada yang sedang ia pikirkan.”
Bu Aisyah : “Oh iya pak ne, kan sebentar lagi 100 harinya Pak Ponidi, apa mungkin mereka sedang kesulitan
mencari biaya ?”
Pak Ari : “Bisa jadi buk ne, mari kapan-kapan kita berntandang ke rumah mereka.”
Bu Aisyah : “Iya pak ne lagian kan Bu Sum sering bantu-bantu di rumah kita dan gak mau dibayar.”
Scene 3
Saat bel istirahat berdentang, Nisa keluar kelas dan duduk di bangku panjang sekolah,
Azka : “Kamu kenapa sih ay, kok kelihatannya murung gitu ?”. ( Tanya Azka heran)
Azka : “Emm gak papa, Cuma kelihatannya beda, gak seperti biasanya, kalau ada masalah cerita aja,
Nisa : “Maaf jika menurutmu aku beda. Hmm.. Begini, sebentar lagi kan 100 harinya kematian bapakku dan
Azka : “Oh jadi begitu, hmm yang sabar ya ay. Aku akan coba membantu.”
Scene 4
Pak Ari : “Eh buk ne kan kita udah lama nikah nih, buk ne ingat tidak hal yang paling romantis yang pak ne
Bu Aisyah : “Hal romantis ? ngasih cincin mas kawin aja masih ngutang, kok melakukan hal romantis.” (Sewot)
Pak Ari : “Lho masak sih buk ne, maaf pak ne lupa hehehe.” (Cengar-cengir)
Bu Aisyah : “Halah gak kaget, pak ne selalu gitu.”
Pak Ari : “Gini buk ne, sebagai tanda permintaan maaf pak ne ke buk ne, buk ne mau minta apa ?”
Azka : “Cieee…. Berduaan , lagi ngomongin apa nih ,,,,, lagi ngomongin aku ya, anak satu satunya , yang
Pak Ari : “Lho memang benar kan pak ne ganteng , buktinya buk ne mau sama pak ne.”
Bu Aisyah : “Iya deh iya , pak ne sama azka ganteng. Ayah sama anak sama saja.”
Pak Ari : “Iya , besok ayah cariin sekalian beli mobil buat ibumu …”
Azka : “Oh ya Azka lupa yah , Azka juga butuh duit nih …”
Azka : “Azka kasihan lihat Nisa , tadi di sekolah dia terlihat murung , ternyata setelah dia
cerita ke Azka , ternyata dia butuh duit buat memperingati 100 hari kematian
bapaknya.”
Pak Ari : “Oh ,, makanya kemarin saat menyapu teras rumah , Bu Sum terlihat murung ,
seperti memikirkan sesuatu . Oke, ayah bantu , kalau soal itu gak usah difikirkan ,
( Namun disisi lain Bu Aisyah pun bertanya tanya , darimana Pak Ari mendapatkan uang
Pak Ari : “Azka ayo temenin ayah untuk membersihkan kandang burung.”
Azka : “Ayo…”
( Kemudian Pak Ari dan Azka pun menuju ke teras belakang rumah).
Buk Aisyah : “Pak ne kok bisa dapat uang sebanyak itu dari mana ya ? lagian gaji perbulanpun
Scene 5
Bu Suminem : “Iya waalaikumussalam.”(Habis cuci piring langsung pergi menuju arah depan). “Oh
Pak ari dan Bu Aisyah to, mari masuk, mari masuk, maaf ya, rumah saya masih
berantakan”.
Bu Aisyah : “Jangan terlalu banyak fikiran bu, tidak baik untuk kesehatan janin ibu.”
Pak Ari : “Ma’af ya bu,saat kecelakaan suami ibu kami tidak datang menjenguk,kami hanya
Bu Suminem : “Iya pak,tidak apa-apa, itu sudah dapat meringankan beban dalam pikiran saya”
Bu Aisyah : “Oh iya bu … Kan sebentar lagi 100 hari wafatnya Pak Ponidi, ini ada sedikit rezeki
Bu Suminem : “Lho tidak usah repot-repot bu ….” ( Seraya mendorong tangan Bu Aisyah dengan
pelan )
Bu Aisyah : “Tidak apa-apa bu … Kan kita sudah menjadi tetangga yang cukup lama,jadi sudah
Pak Ari : “Iya Bu … toh saya juga sudah menganggap keluarga ibu sebagai keluarga saya sendiri
…”
Ari,Bu Aisyah,kalian seperti Malaikat penolong bagi saya …”. (Dengan mata yang
berkaca-kaca )
Pak Ari dan Bu Aisyah : “Iya Bu Sum sama-sama.”
Setelah bertandang kerumah Bu Suminem,Pak Ari dan Bu Aisyah pun berpamitan pulang.
Scene 6
2 Bulan kemudian setelah peringatan 100 hari wafatnya Pak Ponidi.Keluarga Pak Ari Irham
berubah menjadi keluarga yang kaya raya. Mereka sering jalan-jalan ke Luar Negeri. Bu Aisyah
menjdi wanita sosialita, Azka menjadi cowok terkeren di Sekolahnya, sedangkan Pak Ari menjadi
seseorang yang sibuk dan Keluarga Pak Ari Irham berubah menjadi keluarga yang tidak peduli
Pak Sayur : “Sayur …. Sayur … sayur murah,sayur segar …” ( Dengan berteriak keras )
Bu Aisyah keluar dari dalam mobil dan di sisi lain Bu Suminem keluar dari dalam rumah yang
edagan sayur : “Bu Aisyah mau beli apa? langganan aku kasih diskon, lagian udah lama gak keliahatan dan gak beli
dagangan saya ”.
Bu Aisyah : “Iuuuh.... uh sayuran kamu udah gak selevel lagi, udah bau asap, bau panas matahari, gak segar jadi,
gak higenis lagi deh... gak mau ah nanti kulitku yang cantik ini bisa keriput gara - gara sayur kamu”.
Pedagang sayur : “Ya udah bu kalau gak beli sayuran saya tidak apa–apa, tapi tidak usah menghina dagangan saya
segala”.
Pedagang sayur : “Heran kok ada orang kaya kayak gitu, udah gendut cantik juga enggak, sombong,
Bu Suminem : “Pak ini harganya berapa, kalau yang ini... ini... ini..”. (Tetapi tidak ada respon dari
Bu Suminem : “Mikirin apa sih pak, dari tadi saya panggil kok gak jawab – jawab”.
Pedagang sayur: “Enggak mikirin apa–apa kok bu”. (Seraya bertingkah kikuk)
Pedagang sayur: “Rp 3.000 aja, eh... bu itu rumahnya Bu Aisyah yang dulu langganan beli sayur
disini?”.
Pedagang sayur : “Kok sekarang beda, jadi tambah kaya, rumahnya megah, mobilnya bagus dan gak
Bu Suminem : “Iya kan Pak Ali baru naik pangkat, jadi gajinya nambah. Oh... ini Pak uangnya” .
(Si tukang sayur pun tidak percaya dan bergumam sendiri seraya menatap rumah keluarga Pak Ali
lekat – lekat)
Pedagang sayur : “Mana mungkin dalam waktu sesingkat ini bisa membangun rumah sebesar ini
“Akan aku lampiaskan rasa sakit hatiku ini akibat penghinaan Bu Aisyah”. (Gumam pedagang sayur )
Scene 7
Bu Suminem : “Sebenarnya ada apa sih Nis, kok kelihatannya kamu memikirkan sesuatu”.
Nisa : “Iya Bu, sebenarnya Nisa lagi memikirkan hubungan Nisa dengan Azka”.
Nisa : “Aku merasa tidak cocok lagi bersama dengannya, dia sekarang menjadi lelaki
tampan yang kaya sedangkan aku hanya gadis miskin yag tidak punya apa – apa”.
Bu Suminem : “Jangan merasa seperti itu, jodoh tak akan kemana, bagi Tuhan statuspun tak akan
pernah dipersoalkan, selama janur kuning masih belum melengkung Azka masih jadi milik umum”.
Nisa : “Iya Bu makasih atas sarannya, yaudah ibu tidur saja, kasihan dede’ bayinya nanti”.
Bu Suminem : “Ndak apa–apa, ibu lanjutin dulu ya kebelakang”. (Tiba – tiba perutnya
berkontraksi)
Bu Suminem : “Iya”.
Nisa : “Ibu istirahat ya, jangan kebayakan mikir, nanti kasihan ibu dan adek bayinya.”
Scene 8
Wartawan : “ Dikabarkan Bank Assalam Center Asia telah terjadi penggelapan uang, apakah
benar begitu?”
Polisi : “Benar..”
Wartawan : “Apakah Pihak KPK sendiri sedang mengusut masalah ini dengan sigap”
Polisi : “Kami selaku pihak KPK akan mengusut masalah ini dengan tuntas dan kami akan
mengumpulkan bukti – bukti serta menjaring orang – orang yang telah bekerjasama untuk
Wartawan : “Apakah ada banyak orang yang terlibat dalam kasus ini?”
Polisi : “ Kami masih belum mengetahui siapa saja orang yang terlibat dalam kasus ini”
Scene 9
Malam hari itu bertepatan dengan keluarga Pak Ari pergi berlibur keluar negeri, pak sayur
mulai melancarkan aksinya. Dengan mengendap-endap, dia mulai memasuki halaman rumah.
Padagang sayur : “(Seraya memakai kaus tangan). Besar banget nih rumah, tapi saying rumah se-
gede gini nggak ada system pengamannya. Hem.. kok system pengaman, gerbang rumah
sama satpam aja nggak punya. Hahaha… apalagi yang namanya CCTV, haha.. kalau kaya
begini kan nggak perlu susah-susah buat obrak-abrik nih rumah. Hahaha…”.
Dengan langkah yang begitu santai, Pak sayurpun menuju pintu depan. Ia mulai mencoba
membuka pintu itu dengan mencongkelnya. Dan tanpa diduga pintu dapat terbua dengan begitu
Padagang sayur :”(Waduh, gak nyangka dengan mudahnya gue buka nih pintu, seperti rumah sendiri
aja rasanya)”.
Tanpa ada rasa was-was dan keraguan apapun, Pak sayur memasuki rumah keluarga Pak Ari
dengan santainya.
Padagang sayur :”Ehm… (enaknya barang berharga apa ya yang gue sikat?)”.
Pak sayur pun berkeliling dan melihat-lihat barang berharga apa yang sekiranya dapat dia
bawa.
Padagang sayur :”Nah, ini dia… (teriaknya senang melihat kuni mobil ditempat gantungan kunci).
Oiya... gue kan nggak bisa pakai mbil. Aduh, gubluk. (Tambahnya seraya melihat-
lihat disekitarnya). Nah, ada kunci lagi nih. Kelihatannya kunci motor, ehm.. gue
Pak sayur pun keluar dari dari halaman rumah keluarga Pak Ari dengan mengendarai sepeda motor
tersebut, dan berhasil membawa kabur sejumlah perhiasan dan beberapa uang.
Scene 10
Dua hari kemudian keluarga Pak Ari pulang dari liburnnya. Sesampainya dirumah, Pak Ari
terkejut mendapati pintu depan rumhnya yang sudah tidak terkunci lagi sebagaimana saat ia tinggal.
Pak Ari segera masuk kedalam rumah dan menyalakan lampu, ia terkejut melihat keadaan
Pak Ari :”Ada apa buk ne ??”. ( seraya berlari menghampiri istrinya).
Bu Aisyah :”Pak ne, perhiasanku hilang semua.( dengan nada bingung dan kalut)
Pak Ari pun teringat uangnya yang ia simpan dilaci meja kerjanya.
Azka :”Kuncinya yang Azka taruh dimeja tidak ada, lagian motornya pun juga nggak ada”.
Kemudian Pak Ari membuka laci meja kerjanya, betapa terkejutnya ia setelah melihat laci
meja kerjanya yang awalnya bergepok-gepok uang kini hanya tersisa beberapa lembar uang ratusan
ribu rupiah saja. Pak Ari mulai menerka-nerka siapa orang yang telah berani merampok dirumah ini.
Pak Ari :”Ya sudah, sekarang kita istirahat saja terlebih dahulu, besok kita usut lagi siapa
Scene 11
Keesokan harinya, Bu Suminem merasa bahagia karena Nisa mendapat bantuan dari
sekolahnya sebab prestasi yang ia peroleh, sehingga ia dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Bu
Suminem pun membeli perabotan rumah baru. Dan dari sisi lain Pak Ari keluar dari dalam
rumahnya.
Pak Ari :”Pagi ini cerah banget. Huft”. ( seraya mengedarkan pandangan). “loh, Bu Suminem
membeli perabotan rumah kok banyak banget. Jangan-jangan…”. ( pak Ari pun
Bu Aisyah :”Kenapa pagi-pagi sudah teriak-teriak ?. membuat kepala buk ne seperti mau pecah
saja !”.
Pak Ari :”Begini buk ne, dia kok bisa-bisanya beli perabotan rumah baru, banyak lagi. Padahal
kan kita juga tahu sendiri keadaan ekonomi keluarganya. Dapat uang dari mana ya
buk ne ?”.
Pak Ari :”Iya buk ne, pagi-pagi begini sudah 2 mobil yang mengantarkan barang kerumahnya”.
Bu Aisyah :”Iya ya pak ne, apa mungkin ya pak ne kalau Bu Sum yang telah merampok rumah
kita ?. Tapi nggak mungkin loh pak ne, soalnya Bu Sum itu kelihatannya orang baik-
baik”.
Pak Ari :”Jangan menilai orang dari luarnya buk ne. semua orang itu bisa saja melakukan
Scene 12
Bu Suminem : (Dengan tergesa berlari menuju ruang tamu). Iya.. oh.. Pak Ari sudah pulang dari luar
Pak Ari :” Alah nggak perlu basa-basi, ngomong jujur saja kalau ibu lah yang telah mencuri
uang saya”.
Pak Ari :”Alah tinggal jujur saja sulit banget, bagaimana mungkin orang miskin seperti ibu
Bu Suminem :”Asal Pak Ari tahu saja ya, uang ini saya dapat dari gaji Nisa dan bantuan dari
Pak Ari :”Udah wanita janda, suka berbohong, suka mencuri lagi”.
Bu Suminem :”Terserah Pak Ari mau bilang apa, tetapi saya sudah berkata yang sejujur-jujurnya”.
Pak Ari :”Sudahlah bu, saya akan laporkan semua ini ke polisi”. (sambil berlalu pergi
Belum sempat Pak Ari melapor kepihak yang berwajib, Pak Ari keburu digrebek oleh pasukan
khusus polisi karena terbukti melakukan korupsi secara besar-besaran. Dan Bu Sum terbebas dari
tuduhan karena tiada bukti yang kuat yang menunjukkan bahwa Bu Sum adalah tersangka dalam
perampokan dirumah Pak Ari. Kemudian Bu Aisyah meminta maaf kepada Bu Sum atas tuduhan
suaminya yang tanpa didasari bukti-bukti. Dan kini hubungan keluarga Bu Aisyah dan Bu Sum
Bu Suminem : “Iya Bu … saya sudah mema’afkan semua kesalahan yang telah Pak Ari lakukan,saya
ikhlas …”
Bu Aisyah : “Semoga kita bisa menjadi tetangga yang baik dan rukun lagi seperti dulu …”
Setelah Pak Ari berada didalam sel jeruji besi, Keluarga Pak Ari kembali berubah menjadi
keluarga yang sederhana, bersahaja, dan peduli lagi terhadap lingkungan sekitar.