Anda di halaman 1dari 5

Tindakan Kebaikan untuk Hati yang Luka

Karya Alya Daywa Yudistira kelas XI MIPA 4

Di suatu hari yang cerah, Anne seorang gadis kecil yang manis dengan penasaran bertanya
kepada ibunya. Ia menanyakan kepada ibunya mengapa sang ibu memasak sup sedikit banyak dari
biasanya pada pagi ini? Padahal mereka hanya bertiga di rumah. Ternyata, sang ibu tidak membuat
makanan untuk keluarganya sendiri, melainkan untuk keluarga ibu Susi, tetangga mereka.

Akhirnya,Ibu si gadis itu menceritakan bahwa Ibu Susi baru saja berduka karena kematian
anak perempuan semata wayangnya dan baru saja berselang satu hari setelah pemakaman anaknya.
Tentu saja, ibu Susie masih mengalami duka yang sangat mendalam sehingga untuk mengerjakan
pekerjaan sepele pun beliau belum bisa. Seperti halnya memasak, membersihkan rumah dan lain
sebagainya. Makadari itu, sebagai tetangga harus membantu tetangga lain saat sedang mengalami
kesulitan. Dengan cara membagikan masakannya kepada ibu Susi itulah yang bisa dilakukan oleh
ibunda Anne untuk meringankan beban ibu Susi, tetangganya.

Anne pun mengerti maksud ibundanya. Tetapi Anne pun ingin meringankan beban ibu Susi
dengan caranya sendiri. Anne sangat prihatin kepada ibu Susi dan juga ingin menjadi tetangga yang
baik.

Setelah berpikir dan mencari ide bagaiaman menenangkan ibu Susi. Akhirnya Anne pun pergi
berlarian mencari toko kelontong. Ia ingin membeli sesuatu disana dengan uang tabungannya
sendiri.

Setelah selesai membeli apa yang ia inginkan, Anne langsung bergegas menuju rumah Ibu
Susi. Ia mengetuk-ngetuk pintu, dan dibukalah oleh ibu Susi. Ternyata ibu Susi baru saja menangis.
Ini saat yang tepat, Anne pun memberikan benda yang ia beli tadi. Ternyata, Anne membeli sebuah
plaster luka. Anne berpikir kalau plaster luka ini bisa mengobati hati ibu Susi yang sedang terluka.
Sungguh mulia tindakan Anne ini. Ibu Susi pun terharu dan menangis sejadi-jadinya dengan
memeluk Anne. Ibu Susi pun sangat berterimakasih kepada Anne yang sudah menghiburnya.
Di suatu pagi yang cerah, Anne gadis kecil yang manis dengan berlarian menghampiri ibunya
yang sedang memasak di dapur. Bau harum masakan Sang Ibu sangatlah menggoda lidah Anne.

“Ibu, Masak apa?” dengan penasaran si gadis kecil itu bertanya pada Sang Ibu. Sambil
memasak dan menyiapkan alat makan sang Ibu menjawab,

“seperti biasa nak, sop paling enak kesukaanmu”. Anne senang sekali mendengarnya ,
namun lagi-lagi Anne dirundung penasaran.

“ tapi ibu, kenapa ibu memasak banyak sekali? Padahal kan kita hanya berempat dirumah,
sedangkan nenek sedang dirumah Bibi.” Tanya Anne.

Setelah dihujani dengan pertanyaan dari si gadis kecil yang kritis ini, sang ibu dengan sabar
menjelaskan kepada Anne tentang maksudnya membuat masakan lebih banyak dari biasanya.

“ jadi begini sayang, perlu kamu ketahui, hari ini kita akan membantu tetangga kita, Ibu Susi.”

“ beliau kenapa Bu?” selanya penasaran.

“ beliau sedang berduka nak. Baru saja beliau kehilangan anak perempuan semata
wayangnya dan hari ini baru saja berselang satu hari pemakaman anaknya. Ia pasti sedang berduka.
Jadi, untuk smementara kita harus merawatnya.”

“mengapa?” masih saja Anne belum mengerti.

“ kalau seseorang sedang sangat berduka, ia akan merasa berat mengerjakan sesuatu yang
sepele seperti memasak dan membersihkan rumah” Anne masih terdiam

Sambil menambahkan penyedap ke dalam masakan, Ibu Anne melanjutkan.

“oh begitu ya Ibu, baiklah Anne juga paham”. Ucap Anne

Selepas itu, Anne pergi dari dapur dan keluar rumah. Sebetulnya ia ingin sekali pergi bermain,
tapi saying sekali tidak ada seorangpun temannya yang bermain di pagi itu. Ia pun merasa bosan.
Akhirnya untuk menghilangkan jenuhnya, Anne sekedar duduk di anak tangga depan rumahnya yang
mengarah ke pelataran rumahnya. Kebetulan sekali, udara saat itu terasa sangat segar. Tak terasa,
tiba-tiba terlintas di pikiran Anne tentang Ibu Susi.

“ Udaramya sejuk sekali, pemandangan disini juga indah. Tapi, apakah Bu Susi bisa
menikmatinya sekarang ya?” gumam Anne.

“ ada baiknya, aku menghiburnya. Tapi, bagaimana caranya?” ia masih saja tetap
kebingungan.

Dengan pemikiran polosnya akhirnya ia menemukan ide untuk menghibur Ibu Susi.

“Aku tau, aku tidak pintar menghibur seseorang. Tapi, kata Ibu aku pandai mengobati luka
seseorang. Kebetulan sekali, hati Ibu Susi terluka. Kukira aku tahu caranya.” Gumamnya.

Bergegas ia berlari masuk kedalam rumah. Ia mencari barang-barang apa saja yang entah
apa yang mau dilakukannya dengan barang tersebut. Ibu Anne sampai terheran-heran. Apakah yang
dicari Anne. Apa sebuah mainan? Lalu mengapa Ia terburu-buru sekali?. Ah dasar gadis kecil yang
lincah.

Setelah selesai mencari-cari barang yang ia inginkan. Tiba-tiba saja matanya terpaku pada
sebuah kotak obat.

“Nah ini dia, kemana saja kau? Susah sekali mencarimu saat aku butuh. Untung saja kau
ketemu disaat yang tepat” gumam Anne sambil mengangkat barang itu di udara dan ada seperti rasa
euphoria di hati Anne karena telah berhasil menemukannya.

Ia genggam benda itu, lalu ia masukkan kedalam saku dress berwarna kuning dengan aksen
bunga iris dan renda diujungnya yang kebetulan sedang ia kenakan sekarang.

Bergegas ia pergi ke ruang tamu dan menuju tempat gantungan topi dan mantel yang
berada di pojok ruang tamu rumahnya tepat di belakang pintu rumah. Ia kenakan sebuah topi baret
berwarna putih yang ia beli sewaktu mengunjungi pasar malam kala hari. Tak lupa ia berpose dahulu
di depan kaca, apakah ia sudah terlihat manis atau belum?. Ah sungguh selain pandai Anne pintar
berdandan juga ternyata

Tak lupa, sebelum berangkat ia berpamitan kepada Ibundanya. Baru saja Sang Ibu pulang
dari rumah Ibu Susi.

“ Ibu, Aku mau ke rumah Ibu Susi ya?”

“ mau apa nak?” Tanya Sang Ibu

“ ada bu. Nanti ibu juga tahu. Hehehe”. Sambil meringis ia menjawab pertanyaan ibunya dan
sang ibu nya pun mengiyakan. Memakluminya

Rumah ibu Susi berjarak sekitar 3 rumah ke arah barat dan berasa di seberang rumah ketiga.
Rumah Ibu cenderung dari luar terlihat bergaya eropa. Memang saja itu rumah kuno, bekas
bangunan Belanda dulu. Karena Ibu Susi merupakan penduduk lama yang tinggal di daerah tersebut.
Dan Ia baru dikarunia seorang puteri setelah 4 tahun pernikahannya. Namun, seperti itulah,
teradang takdir memang menyimpan berbagai misteri.

Sesampainya di depan rumah pagar pelataran rumah Ibu Susi, Anne langsung membuka
pagar yang kebetulan memang tidak dikunci. Ia bergegas berlalri menaiki tangga rumah Ibu Susi.

“ tok tok tok”. Ketukan pertama tidaka ada respon. Iapun mengetuk lagi.

“ tok tok tok” ketukan kedua juga tidak ada respon. Tapi Anne seperti mendengar suara
langkah kaki.

“ tok tok” baru saja mau mengetuk lagi. Terbukalah pintu rumah itu. Akhirnya Anne pun
mengurungkannya.

Ternyata Ibu Susi sendiri yang membukanya. Anne merasa aneh awalnya, kenapa lama
sekali?. Tapi Anne akhirnya paham. Oh jadi ini alasannya, Ibu Susi terlihat memprihatinkan sekali
menurut Anne. Dari suaranya saja sudah terdengar seperti tidak ceria dan bersemanagt seprti dulu.
Kedua matanya juga, terlihat bengkak dan sembab. Sepertinya memang Ibu Susi baru saja habis
menangis. Ah bukan baru saja, sudah berhari-hari ia menangis. Anne sungguh tidak tega melihatnya.
Anne hanya bisa bergumam dan membatin di dalam hati.

“ Ada apa Susi?” tanpa menyapa dan tanpa basa-basi Ibu Susi langsung saja menanyakan
perihal maksud kedatangan Anne pagi-pagi kerumahnya.

Dengan malu-malu dan ragu-ragu Anne pun menjawab sekenanya

“ emm anu Ibu Susi, tadi pagi Ibuku bilang kalau hati Anda sedang terluka”

Ibu Susi masih belum paham. Langsung saja Anne merogoh saku dressnya dan menyodorkan sebuah
benda yang ia bawa tadi yang Ia genggam didalam kepalan tangannya.

“ini”. Kata Anne sambil menyodorkan tangannya.

“ Apa ini Anne?” Tanya Ibu Susi. “ Ini plester” jawab Anne dengan spontan. Ternyata yang
Anne bawa adalah sebuah plester luka.

“ anda bisa menaruhnya di atas luka, jadi Anda akan merasa lebih baik. Anne tahu, hatimu
pasti sedsang terluka kan Ibu Susi? Dengan plester ini, semoga lukamu cepat terobati dan sembuh”.
Jawab Anne menjelaskan panjang kebar pada Ibu Susi

Tiba-tiba saja, air mata Ibu Susi yang baru saja kering, keluar lagi dan berlinang sampai-
sampai membuatnya menangis tersedu-sedu. Ibu Susi berjongkok dan memeluk erat Anne sambil
menangis.

“Terimakasih Anne.” Katanya sambil terisak

“ untuk apa?” Anne bertanya balik

“ terimkasih kamu telah menghiburku nak. Seperti yang kamu katakan plester ini akan
membuat lukaku segera sembuh. Terimakasih kamu dating disaat yang tepat Anne.” Jawab Ibu Susi

Tangis Ibu Susi semakin pecah dan semakin erat memeluk Anne. Anne mengerti, ternyata
beginilah ekspresi kehilangan seseorang yang paling kita sayangi di dunia.

“ menangislah sepuasmu ibu Susi. Pasti anda akan cepat sembuh” kata Anne dengan
polosnya. Ibu Susi hanya menanggapinya dengan anggukan lemah.

“ Karena plester ini dari hati Anne yang indah, plester ini akan membuatku merasa lebih baik.
Pasti”.

Sebagai rasa terimakasih atas kebaikan Anne, Ibu Susi pun mengabadikan dengan
membingkai plester bersamaan dengan foto mendiang anak perempuannya didalamnya dan
dijadikannya gantungan kunci rumahnya. Hal itu semata-mata untuk mengingat kebaikan hati
seorang gadis kecil yang manis bernama Susi. Tak lupa Ibu Susi juga mencantumkan sebuah tentang
kebahagiaanya di hari itu karena Anne di buku hariannya.

Sekian terimakasih. Selamat membaca. Harap maklum yaa. Ini cerpen pertama saya ^^

Anda mungkin juga menyukai