Anda di halaman 1dari 3

Senin yang Menyebalkan

Hujan tak begitu lebat membasahi Kota Rembang disertai angin yang berhembus begitu kencang.
Dinginnya udara membuat sebagian orang memilih tidur dengan nyenyaknya menikmati hawa yang
mendukung saat itu. Sebagian lagi tengah sibuk mempersiapkan peralatan sekolah. Ya, hari Senin besok
adalah hari pertama masuk sekolah bagi pelajar di seluruh Nusantara setelah menikmati libur panjangnya.
Berbeda dengan orang lain yang dengan semangatnya mempersiapkan peralatan untuk sekolah, tampak
seorang gadis kecil nan imut masih saja asyik bermain dengan adik laki-lakinya. Gadis itu berumur
sekitar 10 tahun, kini ia menginjak kelas 4 SD. Entah mengapa ia merasa tak bersemangat masuk
sekolah, mungkin ini efek dari libur panjang yang tengah dirasakannya.

Kynaaaaaaa, buku baru yang kemarin dibeli sudah disampuli? ujar Ibu sambil menonton tv.

Belum bu jawabnya sambil mendesah. Ah sudahlah nanti saja, urusan buku itu gampang
gumamnya dalam hati. Lagian kan besok hari pertama sekolah, mana mungkin langsung pelajaran.

Ayo siapkan sekarang peralatan sekolahmu, ibu akan menyampuli buku adikmu

Kok aku enggak sih, kok cuma adik saja yang dibantuprotes Kyna.

Ayo cepat nanti ibu juga akan bantu

Segera Kyna menyudahi game yang sedang ia mainkan bersama adiknya. Dan segera
mempersiapkan peralatan sekolah mulai dari menyampuli buku, mengecek alat tulis, dan lain sebagainya.
Adiknya pun juga ikut-ikutan Kyna mepersiapkan peralatan sekolahnya. Kemudian membantu Ibunya
menyampuli buku ia dan adiknya. Sang adik yang jail menempelkan selotip pada pipinya, kemudian ia
membalasnya. Begitu seterusnya tanpa ada yang mengalah dan malah berujung pertengkaran.

Peralatan sekolah telah siap semua, saatnya melanjutkan memainkan game dengan adiknya.
Hingga lupa waktu, tak menyadari jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Ibunya yang lebih dulu
terlelap, tiba-tiba bangun setelah mendengar Kyna dan adiknya yang bersorak ria telah memenangkan
game yang mereka mainkan.

Kyna ayo tidur besok sekolah. Dikira tadi ke kamar langsung tidur kok ya masih main terus.
Sudah jam 11 ini, besok kalo telat rasakan akibatnya marah ibunya pada Kyna.

Iya ini juga mau tidur kok, aku terus yang kena jawab Kyna dengan sedikit marah.

Udah sholat tadi? Tanya ibu pada Kyna dan adiknya

Eeeee iya belom, hampir aja lupa hehehehe ujarnya sambil menggaruk-nggaruk kepala

Sholat sek sana, ajak adiknya

Hmmm iya
Selesai sholat, langsung ia rebahkan tubuhnya di kasur. Tak lupa ia memasang alarm agar esok
tak bangun kesiangan.

Kriiiiiiiiiiiiiiiiing kriiiiiiiiiiiiing kriiiiiiiiiing kriiiiiiiing kriiiiiiiiiiing kriiiiiiiiiing

Ah benda itu lagi kecil, bulat, berisik. Tak henti hentinya menari-nari dan bernyanyi ria seakan
tak punya rasa dosa. Sudah tau masih ngantuk tetap saja mengganggu tidur nyenyakku ini. Tak peduli
apapun yang terjadi benda ini masih saja berbunyi. Ya, alarm namanya, benda ini memang sangat
membantu namun terkadang juga menyebalkan. Kriiiiiing kriiiiiing kriiiiing,lagi-lagi benda itu Kyna
bangun hanya untuk mematikan alarm dan kembali tidur. Untung saja benda itu tak mengoceh lagi, gini
kan bisa melanjutkan mimpiku tadi.

Kynaaaaaaaaaaaa Kynaaaaaaaaaa bangun!!jam setengah 6 ini, banguunteriak ibu untuk


membangunkan Kyna.

Rasa kantuknya belum bisa dilawan membuat kedua matanya sangat sulit untuk dibuka.

Kynaaaaaa yang lain udah bangun, banguuun!! jam 6 ini, telat nanti kamuteriak ibu sambil
mencubit Kyna agar bangun.

Ia bangun dan terbelalak mata Kyna saat lihat jam.

Apa?jam 6 lebih 15? Ibu itu gimana sih, nggak bangunin aku, udah tau hari ini hari pertama
masuk sekolahujar Kyna dengan rasa kesalnya.

Ibu membiarkan Kyna yang sedang mengoceh karena tak dibangunkan. Ayah, kakak dan adik
Kyna sudah siap dari tadi. Terpaksa Kyna ditinggal dan harus berangkat tersendiri. Terbirit birit ia
hingga terjatuh. Baru sadar hari ini kalau ada upacara hari Senin yang menjadi rutinitas sekolah. Hatinya
semakin merasa tak enak, ada sesuatu yang terganjal rasa takutnya yang berlebihan datang terlambat
semakin menghantuinya. Maklum saja baru kali ini ia bangun sesiang itu dan belum pernah sama sekali
terlambat datang ke sekolah. Seragam sekolah yang dikiranya sudah disetrika ibunya ternyata masih
tergeletak di meja, makin panik karena dikejar waktu. Sementara ibunya menyetrika, ia makan sambil
memakai sepatu. Jam 06.50 Kyna masih saja di rumah, sudah dapat ditebak kalau ia akan terlambat.
Ibunya segera mengeluarkan motor dan bersiap untuk mengantarkan Kyna ke sekolah. Melaju dengan
agak cepat supaya Kyna tak terlambat. Jarak rumah ke sekolah Kyna membutuhkan waktu 15 menit.

Dan ternyata benar dugaan ibunya tadi, gerbang sekolah telah ditutup. Namun, mengapa tak ada
upacara kali ini?ah sungguh sedikit menguntungkan baginya. Kembali jantungnya berdegup kencang,
matanya memerah dan meneteskan air mata. Ia sangat takut sangatlah takut, terbayang banyak hukuman
yang akan dijalaninya, ini pertama kalinya ia datang terlambat ke sekolah. Rasa menyesal dalam hatinya
mengapa ia tak bangun pagi. Mengapa,mengapa,mengapa sudahlah terlalu banyak mengapa dalam
pikirannya saat ini, membuat ia begitu semakin bertambah menyesal. Greek! Di bukalah pintu gerbang
oleh seorang guru. Diintrograsi dari A sampai Z penyebab ia terlambat. Kyna menjawabnya menunduk.
Menghapus air matanya dengan dasinya.Mencoba bertanggung jawab atas semua kesalahan ia sendiri
sehingga ia harus mengahadapi persoalan seperti ini. Tak berapa lama guru itu menyuruhnya masuk kelas.
Tap tap tap tap entah mengapa setiap langkah kakinya terasa begitu beratnya. Sampai dikelasnya
ia tak langsung masuk,ia mencoba mengintip dari balik jendela siapakah guru yang menjadi wali
kelasnya sekarang. Dan ternyata Bu Heni yang ada di dalam kelas, itu berarti beliaulah yang menjadi wali
kelasnya sekarang. Apa?habislah riwayatku hari ini, guru itu terkenal akan kedisiplinannya dan sangat
galak. Semua murid takut dengannya. Keringat dingin mengucur di tubuhnya, rasa takutnya semakin
menjadi-jadi. Pintu yang terlihat biasa saja berubah menjadi monster yang sangat menakutkan dimatanya.
Memang sih, berlebihan tapi ini yang dirasakan Kyna. Air matanya kembali muncul. Aku tak boleh
menangis, tak boleh cengeng. Aku harus menghadapinya apapun yang terjadi, hukuman apapun yang
diberikan aku harus menerimanya. Ini semua salahku. Salahku memang, bukan ibuku yang salah. Kreeek!
Dengan penuh keberanian ia membuka pintu kelas dan mengucapkan salam.

huuuuuuhuuuuhuuuusorak teman-teman Kyna padanya.

Ssssttt diam jangan bersorak seperti orang pasar seperti itutegur bu Heni pada teman-temannya.

Kyna sini!sentak

bu Heni.

Ia berjalan dengan tertunduk menuju meja wali kelasnya itu. Seperti dengan kebanyakan guru
pada umumnya, menanyai muridnya mengapa ia bisa terlambat pada hari ini. Ia bercerita dengan sejujur-
jujurnya.

Sudah sana duduk!perintah bu Heni.

Kaget. Ia menatap bu Heni dengan heran, mengapa ia tak dihukum atau diberi sanksi bahkan bu
Heni tak marah padanya, hanya saja ia menasehati agar tidak mengulanginya lagi. Dewi fortuna sedang
ada dipihaknya atau bu Heni yang sedang berbaik hati atau mungkin ini hari yang spesial karena hari
pertama masuk sekolah usai libur panjang. Entahlah yang pasti sekarang hati Kyna telah lega. Yang
menjadi masalah saat ini adalah ia harus duduk belakang. Duduk belakang hal yang sangat dibenci Kyna
sejak dulu, namun ini konsekuensinya yang harus dihadapi jika ia terlambat. Memang Senin ini menjadi
Senin yang menyebalkan bagi Kyna tetapi juga menjadi Senin yang tak terlupakan sampai kapanpun.
Pengalaman ini sungguh membekas dalam hatinya.

Anda mungkin juga menyukai