Anda di halaman 1dari 5

KEBOHONGAN DI BULAN APRIL

Arima Kousei adalah mahasiswa di Universty of Tokyo, Jepang. Dia seorang pendiam
di kelasku. Akan tetapi dia pintar dalam memainkan piano. Dia pernah mengikuti kejuaraan
di Jepang. dia sudah tidak mempunyai ibu, bapaknyapun jarang pulaang dikarenakan beliau
bekerja sangat jauh.
Aku adalah temannya Arima. Namaku Ryouta Watari. Aku seorang yang jago bermain
sepak bola. Aku teman dekat Arima, akan tetapi rumahku jauh dari rumah Arima. Pada saat
aku bemain bola, teman sekalasku sedang bermain baseball. Namanya Tsubaki Wasabe. Pada
saat itu juga Tsubaki memecahkan kaca ketika dia bermain baseball. Kebetulan pada saat itu
Arima sedang berada di ruangan tersebut. Akhirnya Arima terkena bola baseball yang dipukul
oleh Tsubaki dan Arimapun pingsan. Kemudian, Tsubaki pergi ke ruangan yang ditempati
Arima. Saat membuka pintu, Tsubakipun terkejut dengan keberadaan Arima yang sedang
tergeletak di lantai. Lalu Tsubaki berteriak Ada mayat disini!!. Lalu Arima terbangun dari
pingsannya karena mendengar suaranya yan begitu keras. Lalu Arima berteriak membalas
Siapa yang kau bilang mayat?. Lalu Tsubaki tidak menjawab lagi. Kemudian Tsubaki
bertanya kepada Arima Maukah kau mengantarkanku besok?. Kemana? jawab Arima.
Tsubaki menjawab Aku tidak akan memberi tahumu, Arima. Yasudahlah.. Mau bagaimana
lagi jawab Arima.
Keesokan harinya Arima berjalan ke tempat pertemuan. Setelah menunggu lama,
Arimapun berkeliling sebentar. Kemudian Arima melihat perempuan yang cantik nan
rupawan sedang bermain biola. Arima terkejut karena peremuan itu bermain dengan sangat
anggun. Ketika setelah selesai bermain biola, aku dan Tsubaki akhirnya menemui Arima.
Kemudian Tsubaki memperkenalkanku dengan wanita yang cantik nan rupawan tersebut.
Nama perempuan itu Miyazono Kaori. Setelah itu, aku, Kaori, Arima, dan Tsubaki masuk ke
gedung kesenian yang sedang ada perlombaan permainan biola. Ternyata lomba tersebut
diikuti oleh Kaori. Setelah sekian banyak pemain biola yang main, akhirnya Kaoripun naik ke
atas panggung. Sebelum itu sebenarnya aku tertidur dengan pulas karena membosankan. Pada
saat Kaori di panggung, akupun terbangun. Lalu, saat Kaori sedang memainkan dengan
bagus, Kaori tiba-tiba saja berhenti bermain. Kemudian Kaoripun memainkan biolanya
terlalu gegabah. Akibatnya, setelah turun dari panggung, pianis yang mengiringi Kaoripun
lelah dan akhirnya dia mengundurkan diri.
Setelah itu, Kaori ingin memainkan biola lagi. Ditengah pelajaran yang sedang
berlangsung, Kaori pergi ke atap sekolah. Disana dia bersedih karena tidak bisa bermain biola
lagi. Kemudian akupun menghiburnya. Aku tau yang bisa bermain piano hanya Arima.
Akhirnya aku memanggil Arima untuk menemani dia dalam konsernya. Lalu Arima diajak ke
cafe oleh Kaori untuk membicarakannya. Saat di cafe, ada anak kecil yang sedang
memainkan piano. Lalu Kaoripun menghampirinya. Apakah kakak bisa bermain piano?
tanya ank kecil tersebut. Tidak, tapi.. kakak yang disana pianis yang hebat sambil
menunjuk ke Arima. Benarkah? sahut anak kecil itu. Arimapun terkejut mendengarnya.
Tidak, aku sudah tidak bermain piano lagi.. jawab Arima. Lalu Arima ditendang oleh
Kaori. Jangan mempermalukanku di depan anak-anak! Kaori dengan wajah mengancam.
Arimapun bingung harus berbuat apa. Kalau begitu, sedikit saja sahut Arima dengan

terpaksa. Akhirnya Arima mengajarkan piano itu. Para pelanggan yang mendengarkan piano
yang dimainkan Arimapun terkejut. Akan tetapi, ditengah permainan Arima berhenti bermain
karena tangan Arima yang kaku. Kenapa berhenti kak? Jangan berhenti dong.. anak-anak
dengn kecewa. Maaf.. Aku benar-benar minta maaf... Arima dengan penuh penyesalan.
Lalu keseokan harinya, aku, Arima, Kaori, dan Tsubaki pergi ke tempat
berlangsungnya pertandingan biola. Setelah beberapa pemain biola bermain di atas panggung
dengan baik, Arima dan Kaoripun naik ke atas panggung. Arima awalnya bermain dengan
baik. Saat ditengah permainan, Arima bermain tidak beraturan. Kaoripun ikut menandingi
Arima dengan cepatnya Kaori bermain biola. Setelah bermain biola, Kaori kelelahan dan
kemudian dia pingsan. Lalu dibawalah Kaori ke rumah sakit. Arima, aku, dan Tsubaki
mengantarkannya ke rumah sakit. Kau sudah sadar, Kaori? kami bertanya. Aku tak apaapa.. hanya saja aku mempunyai penyakit animea jawab Kaori. Lalu akupun pulang duluan.
Setelah aku sampai rumah, aku ingin tahu apa yang dilakukan Arima saat malam. Ternyata
dia hanya memainkan pianonya.
Hari demi haripun berlalu, tetapi Kaori masih di rumah sakit. Tak lama kemudian,
Kaori pulang ke rumahnya. Setelah sampai rumah dia beristirahat. Setelah itu, Kaori berjalan
dengan menghafal chord biolanya. Saat di jalan di rumahnya, dia terjatuh. Kepalanya
terbentur hingga kepalanya berdarah. Karena takut darah, Kaoripun pingsan. Lalu, dia dibawa
ke rumah sakit lagi. Kemudian, saat aku tau dia di rumah sakit, aku langsung mengajak
Arima dan Tsubaki ke rumah sakit untuk menjenguk Kaori. Setelah sampai rumah sakit, kami
bertiga bertujuan untuk menyenangkan hati Kaori. Akhirnya Kaoripun terhibur.
Hari sudah menjelang sore, kemudian aku dan Tsubaki pulang ke rumah masingmasing. Saat di rumah sakit, aku terus menghibur Kaori, tetapi Arima hanya diam saja
ditempat. Tak lama setelah aku dan Tsubaki pulang, Arimapun pulang. Tunggu! teriak
Kaori. Lalu Arima berhenti sejenak. Apa? Arima berdiri membelakangi Kaori karena sedih
melihatnya yang sedang sakit. Maukah kau bermain piano bersamaku sekali lagi? Kaori
ingin kepastian dari Arima. Baiklah, jika itu keinginanmu Arima dengan belas kasihan.
Terima kasih banyak, Arima Kaori dengan senang. Baiklah, aku pulang dulu ya, Kaori
Arima pamit kepada Kaori.
Suatu hari, Arima pulang bersama dengan Tsubaki. Ditengah perjalanan pulang, tibatiba hujan turun dengan derasnya. Mereka berduapun berteduh supaya tidak terkena hujan.
Kemudian Arima membeli air lemon hangat untuk mereka berdua. Kau tidak mau
menjenguk Kaori karena ada Mahier Tsubaki bertanya. Bukan karena itu jawab Arima.
Pembohong tsubaki dengan wajah kesal. Lagi pula kita tidak boleh mengganggu kan, ini
kesempatan mereka berduaan sahut Arima. Tidak! Kau hanya tidak menyukainya teriak
Tsubaki dengan penuh kesal. Soalnya saat kau melihat Kaori dan Mahier tertawa bersama
itu menyakitkan lanjut Tsubaki. Arima hanya terdiam. Karena itulah kau menghindarinya
Tsubaki berbicara dalam hati. Sama sepertimuyang selalu berada disampingmu, aku ingin
selalu disampingmu lanjut Tsubaki. Setelah terdiam, Tsubaki berbicara Arima, kau
menyukai Kaori. Lalu Arima terkejut. Seseorang pernah bilang, saat aku bertemu
dengannya, hidupku berubah. Semua yang kulihat, kudengar, dan kurasakan, semua
pemandangan disekitarku mulai berwarna. Dunia mulai berkilauan Tsubaki dalam hati.
Iya Arima dengan senang. Raut wajah Tsubaki mulai terlihat kecewa, karena dia suka pada
Arima.

Kemudian, sepulang sekolah Arima ingin menemui aku. Kemudian aku bercandacanda dengan Arima. Disaat sedang mengobrol, aku bertanya Tumben sekali, saat aku
mengajakmu untuk menjenguk Kaori, kau tidak mau. Aku menghindarinya Arima
menjawab dengan penuh penyesalan. Aku terdiam. Arima berkata dalam hati Saat aku
membandingkan diriku dengan Mahier, mentalku langsung jatuh. Arima memberanikan diri
untuk berkata jujur. Hei Mahier, aku sangat menyukai Kaori Arima berkata. Aku hanya
terdiam, kemudain aku menjawab Aku tahu itu. Sambil tertawa, aku berkata Akhirnya kau
mau juga bersaing denganku juga, ya?. Panggil Dr.Katagiri! kata salah satu perawat.
Dengan terkejut, aku dan Arima melihat ruangan Kaori penuh dengan perawat. Kemudian
aku dan Arima di perintahkan untuk pulang. Saat perjalanan pulang, ada kucing hitam yang
tertabrak dan aku segera menolongnya. Saat sampai di rumah sakit hewan, ternyata nyawanya
tak tertolong.
Saat di sekolah aku meceritakan semua ke tsubaki. Saat terakhir kali aku
menjenguknya, kita mengobrol seperti biasa Tsubaki sedih. Saat aku dan Arima ke rumah
sakit, tiba- tiba dia.... aku dengan sedih. Sekarang Kaori sedang di ruang ICU lanjutku.
Dia baik-baik saja kan? Kita akan bertemu dengannya lagi kan? Tsubaki berbicara. Aku
tak tahu, tapi kondisinya sangat buruk kataku. Tsubaki berkata, kau dan Arima. Arima
mengetahui semua ini?. Aku tiba-tiba merasa sedih. Padahal esok adalah hari dimana Arima
bertanding dalam kompetisi piano Jepang. Lalu Tsubaki meminta tolong dengan guru
pianonya sekaligus teman ibunya. Setelah berkali-kali Arima di telpon, akhirnya pintunya
didobrak. Kemudian dia menemukan Arima di kamarnya sedang sendiri. Ternyata Arima
menangis. Padahal aku baru saja mencintainya, mengapa jadi seperti ini? Arima berkata
kepada gurunya. Tiba-tiba saja Arima putus asa.
Saat Arima ke sekolah, dia melihat surat yang bertuliskan permintaan Mahier. Lalu
Arima membukanya. Saat melihat isinya, arima terkejut karena didalamnya terdapat tulisan
Kaori. Dengan wajah sedih, Arimapun pergi ke tempat Kaori. Tapi Kaori berbicara seakanakan tak terjadi apa-apa. Karena Arima diam saja, Kaori melemparnya dengan boneka dan
berkata, Jangan kesini kalau kau hanya memperlihatkan wajah murungmu itu. Kau hanya
memperparah keadaanku. Cokelat, aku ingin memakannya di luar. di luar dingin tau
Arima menjawab. Aku tidak mau makan di rumah sakit kata Kaori. Akhirnya Arima
mengggendong Kaori ke atas rumah sakit. kalau kau bilang kalau aku berat, aku akan
menghajarmu. Kaori dengan bercanda. Kurasa kau harus makan lebih banyak. Sahut
Arima. Setelah sampai atap, ternyata salju mulai turun. Dan dia berkata, apakah kau latihan
piano?. Arima menjawab Aku tidak latihan. Sudah kuduga, kau sudah kehilangan
keberanian sahut Kaori. Aku tak bisa melakukannya lagi Arima menjawab. Orang-orang
yang kusayangi terus-terusan meninggalkanku. Musik mengambil orang-orang yang
kusayangi dariku. Dan aku akan sendirian. lanjut Arima. Kan ada aku. Kaori menyambung
perkataan Arima. Arima terkejut. Aku akan dioperasi tanggal 18 Februari. Aku akan
berjuang sekeras mungkin. Berjuang, berjuang, berjuang seperti tidak ada hari esok. Ini sekua
salahmu, pokoknya semuany salahmu. Lalu dalam hati Kaori berkata, Alasan mengapa aku
mulai berjuang, alasan kenapa aku begitu ingin hidup, ini semua salahmu. Kau membuatku
terikat dengan waktu yang kuhabiskan bersamamu. Apa kau tidak berjuang? Kita hebat
dalam berjuang! Kita mempertaaruhkan nyawa kita untuk berjuang karena kita pemusik
kan? sambung Kaori. Arima terkejut Kaori berkata begitu. Arimapun menjawab Tapi,
sudah seminggu aku tidak menyentuh piano. Jari-jariku.... Saat jadi pengiringku juga kau
begitu Kaori memotong pembicaraan. Saat itu aku memainkan piano untuk pekerjaan

sampinganku. Tak mungkin aku bisa bermain dengan baik sekarang! teriak Arima. Tiba-tiba
Kaori berdiri dia membayangkan sedang bermain paino. Arimapun terkejut lagi melihat Kaori
bisa berdiri. Lihat.. Keajaiban bisa saja langsung terjadi. Kaori berbicara dengan lemas
karena memaksakan untuk berdiri. Tak lama kemudian Kaori jatuh lau Arima menagkapnya.
Kaori berkata Kau ada didalam diriku, Arima Kousei. Kau menyukai roti isi telur, kau
menyukai susu Moo-Moo. Apalagi yang kau suka? Serangga apa yang kau suka? Barang apa
yang kau koleksi? Anime apa yang kau suka? Ada banyak hal yang tak ku ketahui. Aku iri
pada Tsubaki yang tau segalanya. Aku ingin mengetahui lebih banyak tantangmu. Aku taku.
Jangan tinggalkan aku sendiri! Kaori sambil menangis. Setelah itu, Kaori dibawa ke
kamarnya lagi oleh Arima.
Tanggal 18 Februari, hari dimana Arima Kompetisi piano dan hari pengoperasian
Kaori. Arima menunggu saat dia bermain piano, akan tetapi dia bersedih memikirkan Kaori
yang sedang dioperasi. Saat dia menaiki panggung, dia merasa tidak akan bisa. Tapi, karena
Tsubaki bersin, Arima sadar bahwa dia harus bermain. Saat bermain, Arima membayangkan
bermain dengan Kaori. Saat itu, Kaori menghilang. Dan Arima bermain dengan sedihnya
lagu. Lalu Arima memainkan lagunya sampai habis sambil menangis. Setelah kompetisi,
Arima memakamkan Kaori dan bertemu dengan orang tuanya Kaori. Jika kamu tidak
keberatan, tolong terima ini ibu Kaori sambil mengasih surat ke Arima. Terima kasih,
karena sudah membuat hidup Kaori berwarna lanjut bapaknya Kaori.
Setelah musim salju berlalu, Arima menjalani hidup seperti dulu lagi. Saat Arima
perjalanan pulang, dia membaca surat dari Kaori. Yang isinya:
Untuk Arima Kousei. Rasanya aneh sekali menulis surat untuk seseorang yang baru saja
bersamaku. Kau orang yang jahat. Sampah, lambat, bodoh. Aku pertama kali bertemu
denganmu saat berumur lima tahun. Itu saat pertunjukan piano sekolah. Anak laki-laki gerogi
yang membuat penonton tertawa karena menjatuhkan kursi pianonya. Dia duduk di depan
piano yang lebih besar darinya. Tapi saat dia memainkan not pertamanya, aku langsung
terpukau mendengarnya. Suaranya seperti pallet 24 warna. Melody-nya seperti berdansa. Aku
terkejut saat anak perempuan yang duduk disampingku menangis kencang. Meski begitu, kau
berhenti bermain piano. Padahal kau sudah mempengaruhi hidupku. Kau jahat sekali. Jahat,
lambat, bodoh. Saat aku tahu kita satu SMP, aku sangat senang. Bagaimana caranya aku bisa
berbicara denganmu? Apa aku beli roti isi saja setiap hari? Tapi pada akhirnya, yang bisa
kulakukan hanyalah memandangimu dari kejauhan. Soalnya semua orang terlihat dekat sekali
denganmu. Tak ada sedikitpun ruang untukku masuk. Saat aku kecil, aku sering dioperasi lalu
sering di rawat di rumah sakit. Saat aku jatuh pingsan saat kelas satu SMP, aku jadi lebih
sering keluar masuk rumah sakit. Dan akupun dirawat jadi semakin lama. Aku jadi banyak
bolos sekolah. Aku tau kalau kondisi tubuhku tidak begitu baik. Suatu malam, aku melihat
orang tuaku menangis di ruang tunggu rumah sakit, aku sadar kalau waktuku tidak banyak
lagi. Saat itulah, aku mulai berlari. Aku mulai melakukan apapun yang ku mau, supaya aku
tidak membawa penyesalan ke surga. Aku tak takut lagi memakai lensa kontak. Memakan
banyak kue yang sebelumnya tidak kulakukan. Partiturmusik yang selalu mengaturku,
sekarang aku memainkannya dengan memakai carku sendiri. Lalu, aku mengucapkan satu
kebohongan. Kalau Miyazono Kaori menyukai Mahier Fhadilah. Itulah kebohonganku.
Kebohongan itu membawanya ke depanku. Arima Kousei, itu membawamu padaku.
Sampaikan permintaan maafku pada Mahier. Ya tapi, aku yakin kalau Mahier sudah
melupakanku sekarang. Sebagai teman dia menyenangkan, tapi sepertinya aku lebih

menyukai orang yang setia. Dan juga, sampaikan maafku pada Tsubaki. Aku hanyalah
seseorang yang kebetulan lewat dan akan langsung menghilang. Aku tidak ingin
meninggalkan kesan yang aneh, jadi aku tak bisa memintanya pada Tsubaki. Atau, meskipun
aku secara langsung memintanya tolong kenalkan aku pada Arima aku yakin Tsubaki tidak
akan menerimanya. Lagipula Tsubaki sangat menyukaimu. Semua orang tahu itu. Yang tidak
mengetahui hanya kau dan Tsubaki. Kebohongan licik yang membawamu padaku tak pernah
kubayangkan sebelumnya. Kau jauh lebih suram dan murung dari yang kuduga, kau juga
keras kepala, tak kenal lelah, dan tukang intip. Suaramu jauh lebih pelan dari yang kuduga,
dan kau jauh lebih jantan dari yang kuduga. Namun sesuai dugaanku, kau pria yang baik.
Saat kita melompat ke sungai airnya sangat sejuk dan menyegakan ya? Bulan yang mengintip
ke ruang musik seperti roti manju yang enak. Saat kita balapan dengan kereta, aku yakin kita
bisa menang. Saat kita berdua bernyanyi Twinkle-Twinkle Litle Star rasanya sangat
menyenangkan bukan? Salju yang turun seperti kelopak bunga sakura kan? Aku adalah
musisi namun terpengaruh oleh segala sesuatu dari luar panggung, aku ini orangnya aneh
ya?
Lalu Arima menjawab pertanyaan yang ingin dijawabnya. Kaori bertanya Saat-saat
yang tak terlupakan untukku hanyalah hal-hal kecil, ituh aneh ya? Arima menjawabItu
tidak benar. Kaori bertanya Bagaimana dengamu? Apakah aku berhasil masuk ke dalam
hati seseorang?. Arima menjawab Kau berhasil. Kaori bertanya Apakah aku berhasil
masuk ke dalam hatimu?. Arima menjawab Kau berhasil menerobos tanpa melepas
sepatumu dulu. Kaori bertanya Mseki hanya sedikit, apakah kau akan mengingatku?.
Arima menjawab Jika aku melupakanmu, kau pasti akan kembali untuk memburuku. Kaori
berkata Jangan menekan tombol reset-nya ya?. Arima menjawab Takkan pernah. Kaori
berkata Jangan melupakanku ya?. Arima menjawab Iya. Kaori berkata Itu janji loh!.
Arima menjawab Iya. Arima Kousei, Aku mencintaimu. Maaf aku sudah banyak
memukulmu, maaf aku sudah egois, tolong banyak maafin aku ya. Terima kasih. Arima
berkata Kau seenaknya saja, seharusnya yang berterima kasih adalah aku. Setelah itu Arima
bertemu dengan Tsubaki. Tsubaki berkata Arima, kau jangan merasa sendirian ya. Karena
ada aku malaikat pelindungmu. Dengan berkata begitu Arima akhirnya tidak sendirian lagi.

Penulis

Muhammad Ilham Fhadilah

Anda mungkin juga menyukai