2. Drama :
Dewi Gangga : "Wahai Prabu, aku baru saja memikirkan masa depan anak kita Bhisma,
bukanya dulu kamu ingin menjadikan Bhisma sebagai penerus takhta?."
Dewi Gangga : "Jadikan Bhisma sebagai raja, karena dia adalah anak pertama dan tertua,
seharusnya Bhismalah yang menjadi Raja."
Dewi Setyawati : ( tiba-tiba Dewi Setyawati datang ) " Tidak bisa begitu Prabu, kamu ingat
kan sebelum menikah denganku kamu sudah berjanji bahwa anakku lah yang akan menjadi
penerus takhtamu."
Prabu Sentanu :" Iya aku tahu, istriku. Aku akan menjadikan anak kita sebagai penerus takhta
dan sebagai Raja yang baik, aku akan menepati janjiku.”
Dewi Gangga : "Lalu bagaimana dengan nasib anakku Bhisma yang tidak bisa meneruskan
takhta... aku merasa ini sangat tidak adil bagiku dan Bhisma, dia adalah anak kita yang
seharusnya menjadi Raja."
Bhisma : ( tiba-tiba bhisma datang ) “Sudahlah bu, aku tidak apa-apa. Aku sadar bahwa ayah
tidak mungkin mengingkari janjinya, maka dengan lapang dada aku menyerahkan takhta
Hastina kepada adik-adikku.”
Dewi Gangga : “ Baiklah jika begitu keputusanmu Bhisma, aku sebagai ibumu akan selalu
berada disisimu.”
Dewi Setyawati: “aku meminta tolong carikanlah Citranggada dan Vicitrawirya calon
pendamping hidup, aku dengar Kerajaan Kasi mengadakan sebuah sayembara untuk
mencarikan ketiga putrinya seorang suami..... karena adik-adikmu itu sudah saatnya untuk
menikah dan kehebatan mereka tidak sebanding dengan dirimu. Aku takut jika mereka yang
mengikuti sayembara kekuatan mereka tidak sebanding dengan lawannya....”
Bhisma : “Baiklah, bu dengan senang hati aku akan melakukanya demi adik-adikku”
Dewi Setyawati : “ Terima kasih, Bhisma. Kebaikan mu tidak akan kulupakan sampai mati”
Narator : Sementara itu di Kerajaan Kasi Putri Amba, Ambika, dan Putri Ambalika
saling bercerita tentang sayembara perjodohan yang akan diadakan oleh Ayah mereka.
Ambika : “Jadi ceritanya begini... Aku kemarin tidak sengaja mendengar pembicaraan ayah
dengan penasehat kerajaan... Katanya ayah akan mengadakan sayembara untuk mencarikan
kita bertiga suami. Dan yang lebih mengejutkan lagi sayembara ini juga diikuti kekasih kak
Amba, Si Raja Salwa.”
Amba : “ Yang benar kamu? Kok Raja Salwa tidak memberi tau apa apa kepadaku. Tetapi
bagaimana jika yang memenangkan sayembara ini bukan Raja Salwa?”
Ambalika : “Percaya saja pada takdir kak, jika dia memang jodohmu maka Tuhan akan
mempersatukan.
Raja Kasi : “Perhatian kepada raja raja yang telah berkumpul di lapangan ini, aku akan
mengumumkan pada kalian semua bahwa aku akan mengadakan sebuah sayembara yang
sangat besar dimana siapapun yang akan menjadi pemenang dari sayembara tersebut berhak
untuk mempersunting ketiga putriku yang sangat berharga.”
Patih kerajaan kasi : “Pertandingan dimulai. Ronde 1 Raja Salwa melawan Pangeran
Kosala.”
............
Raja Salwa :" kamu itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan diriku"
Raja Salwa : “Tentu saja kehebatanku itu tidak tertandingi. Kau tau Kosala sudah banyak
kerajaan kerajaan kecil yang tunduk dibawah kerajaanku. Mereka semua takut kepadaku”
Pangeran Kosala : “Halah cuma kerajaan kecil saja sudah sombong kau...”
Raja Salwa : "Sudah sekarang dibuktikan saja lebih sakti mana aku atau dirimu!?"
(Adegan pertarungan)
Raja Salwa : (koar-koar) “ sudah kukatakan dari awal pada kalian semua.....bahwa akulah
yang akan memenangkan sayembara ini. Maka dari itu aku akan membawa ketiga putri dari
Kerajaan Kasi untuk ikut bersamaku ke Kerajaan Saubala."
Bhisma : ( Bhisma Datang ) “Tunggu dulu raja salwa!! Sayembara ini masih belum berakhir,
Kau belum bertanding denganku!”
Raja Salwa : "Tidak bisa begitu Bhisma. Pertandingan ini sudah berakhir dan akulah
pemenangnya."
Bhisma :" Raja Kasi belum menutup sayembara ini, jadi aku masih berhak untuk ikut. Apa
jangan-jangan kau takut untuk melawanku Salwa? "
Raja Salwa : “ Omong kosong. Dalam kamusku tidak pernah ada rasa takut Bhisma. Kulihat-
lihat nyalimu besar sekali, kau datang dengan jumlah pasukan yang sedikit tapi sudah berani
menantangku.”
Bhisma : “ Kau meremehkanku dan pasukanku Salwa, meskipun pasukan ku sedikit tapi
kemampuan mereka setara 2 kali lipat bahkan berlipat-lipat dari jumlah pasukanmu Salwa.”
Raja Salwa : “ Kurang ajar kau Bhisma, ayo kita buktikan sekarang mana yang lebih hebat.”
Raja Salwa : “ Karena aku kalah sebagai seorang raja sejati aku akan mengikuti kode etik
ksatria. Maka kamulah yang berhak membawa ketiga putri ini." (dengan wajah sedikit kesal)
Bhisma: “ Baiklah kalau begitu... Putri Amba, Ambika, dan Ambalika akan ikut denganku ke
kerajaan Hastinapura.”
Bhisma : “ Wahai putri, selamat datang di Kerajaan Hastinapura. Tujuanku untuk membawa
kalian bertiga kemari untuk dinikahkan dengan adik – adikku. Ambika dengan Citranggada
dan Ambalika dengan adikku Vicitrawirya.”
Ambika : “ Aku setuju-setuju saja Prabu. Akan tetapi aku belum pernah bertemu dengan
pangeran Citranggada.”
Ambalika : “ Aku pun juga setuju Prabu, tetapi aku sama sekali tidak mengenal Pangeran
Vicitrawirya.”
Bhisma : “ Kalau begitu akan kupanggilkan adik-adikku supaya kalian bisa saling mengenal.
Citranggada, Vicitrawirya......................................”
Bhisma : “ Aku telah berhasil memenangkan sayembara, sebagai bentuk kemenangannya aku
akan menikahkan kau Pangeran Citranggada dengan putri ambika dan kau Pangeran
Vicitrawirya dengan Puteri Ambalika.”
Bhisma ; “ Dan untuk putri amba, putri bisa memilih diantara Pangeran Citranggada dengan
Pangeran Vicitrawirya.
Dewi Amba : “ Maafkan hamba Prabu, hamba ingin membuat pengakuan bahwa sebelum
sayembara hamba telah menambatkan hati hamba kepada seorang ksatria bernama Raja
salwa. Sekali lagi hamba mohon maaf atas keadaan ini.”
Citranggada : “ Saya memahami yang putri alami, sebagai seorang ksatria saya tidak mau
merusak kebahagiaan yang seharusnya putri rasakan dengan orang yang kau cintai.”
Vicitrawirya : “ Untuk itu kembalilah kepada Raja Salwa, aku dan citranggada rela dan
ikhlas.”
Narator : Suatu ketika Dewi Amba datang menemui Bhisma untuk meminta
bantuan. Dewi Amba meminta bantuan agar Bhisma mau mengantarkannya menemui
Raja Salwa di kerajaan Saubala. Bisma pun setuju karena merasa tidak tega kepada
Dewi Amba. Selang beberapa hari Bhisma mengantar Dewi Amba menemui Raja
Salwa.
( Bhisma yang sedang berjalan jalan santai tiba tiba dipanggil oleh dewi Amba )
Dewi Amba: “ Begini Bhisma, aku ingin meminta bantuanmu. Tolong antarkan aku menemui
Raja Salwa. Aku ingin menjelaskan semuanya kepada Raja Salwa bahwa aku tidak jadi
menikah dengan adik-adikmu. Aku ingin memulai semuanya dari awal, ketika aku dan Raja
Salwa masih bersama-sama.”
Bhisma : “Sebenarnya aku mau mau saja Amba, tapi apakah kamu sudah memikirkannya
dengan matang-matang?”
Dewi Amba : “ Aku sudah memikirkan ini semenjak adik adikmu merelakan aku untuk
kembali ke Raja Salwa.. Aku mohon Bhisma.”
Bhisma : “Baiklah.”
Dewi Amba : “ Terima kasih Bhisma kamu sangat baik sekali. Aku tidak tau harus membalas
kebaikanmu dengan apa.”
Bhisma : “Tidak usah sungkan jika kamu ingin meminta bantuan kepadaku. Dengan senang
hati aku akan membantumu.”
Narator : Keesokan harinya, Dewi Amba berangkat ke Kerajaan Saubala ditemani
Bhisma. Selama perjalanan Bhisma dan amba banyak bertukar cerita. Dari situlah
timbul perasaan suka Bhisma kepada Amba. Tak terasa Amba dan Bhisma telah
sampai di Kerajaan Saubala.
Dewi Amba :“Sejak semula aku telah tetapkan hati untuk mengabdikan diri, lahir dan batin
kepadamu Raja Salwa. Pangeran Bhisma dan adik adiknya menerima penolakanku dan
mengantarkanku ke hadapan mu Raja Salwa. Jadikanlah aku sebagai permaisurimu.”
Raja Salwa :“Bhisma telah menaklukkanku dan telah membawamu di depan umum. Aku
merasa sangat terhina Amba. Karena itu, aku tidak bisa menerimamu menjadi istriku.
Sebaiknya kamu kembali kepada Bhisma dan lakukan apa yang ia perintahkan.”
Dewi Amba : “Apakah kau tidak merasa kasihan padaku Salwa mengapa takdir seolah-olah
tidak berpihak padaku? Aku telah ditolak oleh kedua pangeran dari Hastina , sekarang setelah
hatiku mulai berlabuh padamu kau juga tidak menginginkan diriku...”
Raja Salwa : “Sudahlah Amba,segalanya sudah terlanjur terjadi. Yang lalu biarlah berlalu.
Sekarang masing-masing dari kita saatnya untuk membuka lembaran baru. Aku dengan kisah
yang baru dan kamu pun juga.” ( salwa meninggalkan amba menangis sendirian )
Bhisma : “Aku turut bersedih atas semua yang telah terjadi Amba.”
Amba : “ Baik-baik saja bagaimana Bhisma, Raja Salwa telah menolakku dan ini semua
karena kamu. Kamu harus bertanggung jawab Bhisma, kamu harus menikah denganku...”
Bhisma : “Aku tidak bisa menikahimu. Kau tahu bahwa aku telah bersumpah untuk menjadi
seorang brahmacahya sepanjang hidupku. Bagaimana aku bisa menikahimu?"
Dewi Amba : "Mengapa engkau mengikuti sayembara jika kau tak mau bersamaku
Bhisma?"
Bhisma : "Seandainya engkau memberitahu aku bahwa kau telah memilih
suamimu, hal ini tidak akan terjadi Amba.... Aku pasti akan menikahimu, jika
segalanya berbeda. Tetapi sekarang, aku terikat sumpahku. Aku tidak bisa membantumu
seperti yang engkau inginkan.”
Bhisma : "Aku tidak mungkin bersamamu dan menikahimu Amba, aku telah
bersumpah Brahmacahya, aku tak akan menikah hingga aku mati"
Bhisma : “Sudahlah Amba, tolong jangan mendekat lagi, Atau aku tak akan
segan-segan menggunakan keris ini untuk membunuhmu jika kau terus
memaksaku.”(mengacungkan keris)
Dewi Amba : “Baiklah, (sambil memejamkan mata) Cepat Bunuhlah aku Bhisma,
lebih baik aku mati dengan Bahagia di tanganmu, dari pada harus menanggung malu kembali
ke kerajaan Kasi ataupun Hastinapura. "(merangkul Bhisma, keris menembus perut Dewi
Amba)
Bhisma : "Amba (air mata terus menetes), aku akan menunggumu..., aku siap
mati dijemput olehmu. AMBAAAAAA....!!!!!!” (Teriakan perih duka di hati Bisma,
memecah taman Hastinapura yang sunyi nan sendu diselimuti kabut dengan hujan gerimis
yang turun seketika dari langit.)
Narator : Bertambah kalutlah perasaan Bisma mengetahui orang yang ia cintai mati
ditangannya sendiri. Namun apalah daya seorang Bisma, ia adalah ksatria, ia harus
setia dengan sumpahnya. Bisma diselimuti perasaan bersalah karena telah memberikan
harapan palsu pada Dewi Amba dan membuat hidupnya menjadi kacau.
Singkat cerita, saat perang Baratayudha, Bisma menjadi panglima Kurawa, sebab ia
menepati janjinya bahwa akan melindungi Astina siapapun Rajanya. Walau di dalam
hatinya Bisma tidak pernah setuju pada perbuatan dan tindakan Kurawa.
Setelah mati, Dewi Amba bereinkarnasi dalam tubuh Srikandi, saat perang
Baratayudha inilah Bisma berhadapan dengan Srikandi. Ia melihat jiwa Dewi Amba
pada raga Srikandi, pada saat itulah ia menyadari bahwa waktunya telah tiba, Amba
telah datang menjemputnnya. Betapa bahagianya ia ketika panah Pasopati milik
Arjuna diluncurkan oleh Srikandi dan menancap di dadanya. Bisma merasa bahwa
inilah saatnya ia terlepas dari tanggung jawab sumpahnya sendiri dan ia bisa menjalin
cintanya yang sempat tertunda di kehidupan selanjutnya. Dewi Amba menantinya
dengan tersenyum dan merekapun bersama bergandengan tangan menuju kehidupan
selanjutnya. Bisma gugur sebagai ksatria sejati.