Anda di halaman 1dari 4

KELAS XI.

3
Nama Kelompok :
- I Kadek Agus Eka Putra (07) (Sebagai Bhisma)
- I Putu Aditya Wijayasena (18) (Sebagai Pangeran Posala dan Vicitrawijaya)
- Komang Dhio Rimben Januarta (22) (Sebagai Raja Sentanu)
- Komang Kirana Marsyla Mentari (23) (Sebagai Dewi Amba)
- Made Axl Bintang Arya Putra (27) (Sebagai Raja Salwa dan Citranggada)
- Ni Komang Mirah Adnyani (33) (Sebagai Dewi Gangga dan Ambika)
- Ni Komang Triani (34) (Sebagai Narator)
- Ni Putu Ani Sri Ananta (36) (Sebagai Dewi Setyawati dan Ambalika)

Naskah Drama Dewi Amba dan Bhisma


Narator : Bisma merupakan putra dari Prabu Sentanu dengan Dewi Gangga, nama aslinya
adalah Dewabrata. Dewabrata merupakan putra mahkota dari kerajaan Astina. Suatu saat
tibalah hari dimana Dewabrata akan diangkat menjadi raja Astina menggantikan sang ayah
Prabu Sentanu. Namun tak disangka datanglah Dewi Setyawati membawa anak lalu berbicara
pada Prabu Sentanu.
Dewi Gangga : "Wahai Prabu, bukanya dulu kamu ingin menjadikan Bhisma sebagai penerus
takhta?"
Prabu Sentanu : "Lalu sekarang apa maumu ?"
Dewi Gangga : "Jadikan Bhisma raja, sebagai anak pertama dan tertua seharusnya Bhismalah
yang menjadi Raja."
Dewi Setyawati :" Tidak bisa begitu Prabu, sebelum menikah denganku kamu sudah
berjanji bahwa anakku lah yang akan menjadi penerus takhtamu."
Prabu Sentanu :" Iya aku tahu dinda"
Dewi Gangga : "Lalu bagaimana dengan nasib anakku Bhisma yang tidak meneruskan
takhta,aku merasa ini sangat tidak adil bagiku dan Bhisma, dia adalah anak kita yang
seharusnya menjadi Raja."
Bhisma : (tiba tiba bhisma datang) “Sudahlah bu, aku tidak apa-apa. Aku sadar bahwa ayah
tidak mungkin mengingkari janjinya, maka dengan lapang dada aku menyerahkan takhta
Hastina kepada adik-adikku.”
Dewi Setyawati : "Aku menghargai ketulusanmu Bisma, yang memberikan
kepercayaanmu pada anak-anaku untuk meneruskan takhta kerajaan Hastina”
Narator : Waktupun berlalu, hingga suatu ketika Bismah mengikuti sayembara di Kerajaan
Kasi untuk mendapatkan 3 Putri dari Kerajaan tersebut lalu akan dijadikan permaisuri bagi
adik tirinya. 3 putri tersebut adalah Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika.
Raja Salwa :”Menurutku kamu tidak cukup baik”
Pangeran Posala : “Anda menghina saya?”
Raja Salwa : “Nah sekarang buktikan! siapa yang lebih baik saya atau Anda?”
(Adegan pertarungan)
Narator : Siang itu matahari sangat terik membakar semangat peserta lomba demi
mendapatkan tiga gadis kembar nan cantik rupawan. Bhisma sebagai peserta terakhir karena
peserta yang lainnya semua tumbang tak ada yang mampumengalahkan dua raksasa gagah
perkasa.

Raja Salwa : “Ketiga putri kerajaan kasi akan ikut bersamaku ke kerajaan salwa karena
akulah yang telah memenangkan sayembara ini”
Bhisma : ( Bhisma Datang ) “Tunggu dulu raja salwa!! Sayembara ini masih belum berakhir,
kau belum bertanding denganku!”
Raja Salwa : “Tidak bisa begitu Bhisma. Pertandingan ini sudah berakhir dan akulah
pemenangnya.”
Bhisma :” Raja Kasi belum menutup sayembara ini, jadi aku masih berhak untuk ikut.
Sebagai ksatria apa kau takut untuk melawanku Salwa?”
Raja Salwa : “ Omong kosong. Dalam kamusku tidak pernah ada rasa takut Bhisma.
Yasudah, jangan banyak bicara ayo sekarang kita buktikan”
(Adegan Pertarungan)
Narator : Sudah kehendak cerita, Bhisma memenangkan sayembara itu dan memboyong
hadiah berupa tiga gadis kembar yang cerdas itu.
Raja Salwa : “ Karena aku kalah maka sebagai seorang raja aku akan mengikuti kode etik
ksatria. Maka kamu yang berhak membawa ketiga putri ini.” (dengan wajah sedikit kesal)
Bhisma: “ Putri Amba, Ambika, dan Ambalika. Ikutlah kalian denganku ke kerajaan
Hastinapura”
Narator : Sesampainya di kerajaan hastinapura, Bhisma menyerahkan ketiga putrinya
kepada adiknya citraanggada dan vicitrawirya. Namun, Dewi amba membuka pengakuan
bahwa ia telah mengalungkan bunga kepada Raja Salwa sebagai tanda telah memilihnya
sebagaisuami. Citranggada dan Vicitrawirya merasa tidak etis untuk memperistri wanita yang
telah menyimpan hati untuk orang lain.
Bhisma : “ Wahai putri, selamat datang di Kerajaan Hastinapura. Tujuanku untuk membawa
kalian bertiga kemari untuk dinikahkan dengan adik-adikku. Ambika dengan Citranggada dan
Ambalika dengan adikku Vicitrawirya.”
Ambika : “ Aku setuju-setuju saja Prabu. Akan tetapi aku belum pernah bertemu dengan
Pangeran Citranggada.”
Ambalika : “ Aku pun juga setuju Prabu, tetapi aku sama sekali tidak mengenal
PangeranVicitrawirya.”
Bhisma : “ Kalau begitu akan kupanggilkan adik -adikku supaya kalian bisa saling mengenal.
Citranggada, Vicitrawirya....kemari.....”
Citranggada dan Vicitrawirya : “ Ada apa Bhisma memanggil kami ?”
Bhisma : “ Aku telah berhasil memenangkan sayembara, sebagai bentuk kemenangannya aku
akan menikahkan kau Pangeran Citranggada dengan putri ambika dan kau Pangeran
Vicitrawirya dengan Puteri Ambalika.”
Citranggada dan Vicitrawirya : “ Baiklah kami setuju.”
Bhisma :“ Dan untuk putri amba, putri bisa memilih diantara Pangeran Citranggada dengan
Pangeran Vicitrawirya.
Dewi Amba : “ Maafkan Hamba Prabu, hamba ingin membuat pengakuan bahwa sebelum
sayembara hamba telah menambatkan hati hamba kepada seorang ksatria bernama Prabu
Salwa. Sekali lagi hamba mohon maaf atas keadaan ini.”
Citranggada : “ Saya memahami yang putri alami, sebagai seorang ksatria saya tidak,
merusak kebahagiaan yang seharusnya putri rasakan dengan orang yang dicintai.”
Vicitrawirya : “ Untuk itu kembalilah kepada Prabu, aku dan citranggada rela dan ikhlas”
Narator : Bisma mengirim utusan untuk mengantar Dewi Amba kepada Raja Salwa.
Sesampainya di kerajaan Saubala Dewi Amba menghadap Prabu Salwa.
Dewi Amba : “Sejak semula hamba telah tetapkan hati untuk mengabdikan diri, lahir dan
batin kepada Tuanku. Pangeran Bhisma menerima penolakan hamba dan mengantarkan
hamba ke hadapan Tuanku. Jadikanlah hamba permaisuri Tuanku.”
Prabu Salwa : “Bhisma telah menaklukkan aku dan telah membawamu di depan umum. Aku
merasa sangat terhina. Karena itu, aku tidak bisa menerima engkau menjadi istriku.
Sebaiknya engkau kembali kepada Bhisma dan lakukan apa yang ia perintahkan.”
Narator : Dewi Amba kembali ke Hastinapura dan meminta Bisma untuk menikahinya,
namun Bisma tidak dapat melanggar sumpahnya untuk tidak menikah seumur hidup. Bhisma
menenangkan gadis yang menangis dihadapannya ini dengan penuh kelembutan. Ia kasihan
padanya. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya telah membuatnya menangis, air mata
yang ia tangiskan sendiri tidak keluar tapi terdapat dalam hatinya. Ia menyesal karena wanita
ini kehidupannya telah hancur karena dirinya.
Bhisma : “Aku turut bersedih atas semua yang telah terjadi. Aku tidak bisa menikahimu. Kau
tahu bahwa aku telah bersumpah untuk menjadi seorang brahmacahya sepanjang hidupku.
Bagaimana aku bisa menikahimu?”
Dewi Amba : “Mengapa engkau mengikuti sayembara jika kau tak mau bersamaku?”
Bhisma : “Seandainya engkau memberitahu aku bahwa kau telah memilih suamimu, hal ini
tidak akan terjadi. Aku pasti akan menikahimu, jika segalanya berbeda.Tetapi sekarang, aku
terikat sumpahku. Aku tidak bisa membantumu seperti yang engkau Inginkan.”
Dewi Amba : “Aku hanya ingin bersamamu Bhisma”
Bhisma : “Aku tidak mungkin bersamamu dan menikahimu Amba, aku telah bersumpah
Brahmacahya, aku tak akan menikah hingga aku mati”
Narator : Dewi Amba terus membujuk agar Bisma menikah dengannya dan bukan adik tiri
Bhisma. Bhisma menjadi bingung, Ia lalu mengeluarkan kerisnya untuk sekedar menakut-
nakuti Dewi Amba. Namun yang terjadi, Dewi Amba tidak sengaja tertusuk keris milik
Bisma lalu mati. Sebelum kematiannya, Dewi Amba bersumpah bahwa ia akan bereinkarnasi
dan ia sendirilah yang akan membunuh dan menjemput Bisma saat kematiannya.
Bhisma : “Sudahlah Amba, tolong jangan mendekat lagi, atau aku tak akan segan-segan keris
ini membunuhmu jika terus memaksaku.” (mengacungkan keris)
Dewi Amba : “Baiklah, (sambil memejamkan mata) Cepat Bunuhlah aku, lebih baik aku mati
dengan bahagia di tanganmu, dari pada harus menanggung malu kembali kekerajaan Kasi
ataupun Hastinapura.” (keris menembus perut Dewi Amba)
Bhisma : “Ambaaaa..., Maafkan aku, Amba... sejujurnya aku menginginkanmu.Tolong
bertahanlah Amba , Maafkan...maafkan aku..”
Dewi Amba : “Bismaaaaa...(ucapnya lirih), ingatlah..., aku bersumpah terlahir (reinkarnasi)
sebagai anak Raja Drupada, akan ikut dalam perang Pandawa dan Korawa, dan aku sendiri
yang akan membunuh dan menjemput kematianmu nanti..., Bismaa..., kita akan bersama
selamanyaa...” (nafasnya pun terhenti, Amba tiada).
Bhisma : “Amba (air mata terus meleleh), aku akan menunggumu..., aku siap mati dijemput
olehmu. “AMBAAAAAA....!!!!!!” (Teriakan perih duka)
Narator : Singkat cerita, setelah mati, Dewi Amba bereinkarnasi dalam tubuh Srikandi, saat
perang Baratayudha inilah Bhisma berhadapan dengan Srikandi. Ia melihat jiwa Dewi Amba
pada raga Srikandi, pada saat itulah ia menyadari bahwa waktunya telah tiba, Amba telah
datang menjemputnnya. Betapa bahagianya ia ketika panah Pasopati milik Arjuna
diluncurkan oleh Srikandi dan menancap di dadanya. Bisma merasa bahwa inilah saatnya ia
terlepas dari tanggung jawab sumpahnya sendiri dan ia bisa menjalin cintanya yang sempat
tertunda di kehidupan selanjutnya. Dewi Amba menantinya dengan tersenyum dan
merekapun bersama bergandengan tangan menuju kehidupan selanjutnya. Bisma gugur
sebagai ksatria sejati.

Anda mungkin juga menyukai