Anda di halaman 1dari 4

Kisah Cinta Bhisma dan Dewi Amba

Seting : Balairung kerajaan Hastina

Narator : Bisma merupakan putra dari Prabu Sentanu dengan Dewi Gangga, nama aslinya adalah
Dewabrata. Dewabrata merupakan putra mahkota dari kerajaan Astina. Suatu saat tibalah hari dimana
Dewabrata akan diangkat menjadi raja Astina menggantikan sang ayah Prabu Sentanu. Namun tak
disangka datanglah Dewi Setyawati membawa anak lalu berbicara pada Prabu Sentanu yang didampingi
oleh Dewi Durgandini.

Dewi Setyawati : "Wahai Prabu, ingatkah dahulu siapa yang menolongmu saat terluka di hutan? Akulah
orangnya lalu anak yang kubawa ini adalah putramu"

Prabu Sentanu : "Lalu sekarang apa maumu ?"

Dewi Setyawati : "Jadikan dia Raja!"

Dewabrata sadar bahwa Ayahnya tidak dapat memungkiri janjinya, maka dengan lapang dada Ia
menyerahkan takhta Astina pada adik Tirinya.

Dewi Durgandini : "Aku mempercayai ketulusan Dewabrata yang memberikan Takhta Astina pada
anakku, namun bagaimana dengan keturunannya nanti ? Akankah anak-anaknya akan menjadi Raja ?

(Layar tutup)

Setinga : Balairung Kerajaan Hastinapura

Narator : Karena cintanya kepada kerajaan dan Ayahnya, Dewabrata bersumpah untuk tidak menikah
hingga dirinya mati. Sumpah ini dikenal dengan sumpah Brahmacahya. Gemparlah seluruh jagad raya,
dan sejak saat itu ia dikenal dengan nama Bisma yang berarti 'menggemparkan'. Sejak saat itu, Bisma
mendapatkan 'Aji Swacandomarono' yaitu aji dimana ia bisa mati hanya atas kemauannya sendiri.

Bhisma : "Demi bangsa dan negara aku bersumpah aku tidak akan menikah hingga aku mati. Aku tidak
mau keturunanku menjadi raja yang dapat menimbulkan perselisihan diantara saudara".

(Layar tutup)

Seting : Alun-alun Kerajaan kasi

Narator : Waktupun berlalu, hingga suatu ketika Bisma mengikuti sayembara di Kerajaan Kasi untuk
mendapatkan 3 Putri dari Kerajaan tersebut lalu akan dijadikan permaisuri bagi adik tirinya. 3 putri
tersebut adalah Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika. Pada hari sayembara, di alun-alun
Kerajaan Kasi berkumpul putra-putra mahkota dari Kerajaan Kosala, Wangsa, Pundra, Kalingga dan lain-
lain. Satu per satu mereka berperang-tanding melawan Bhisma, namun semuanya kalah. Segera setelah
mengalahkan semua putra mahkota, Bhisma membawa ketiga putri jelita itu dan melarikan mereka
dengan keretanya yang termasyhur.

Bhisma : "Ikutlah kalian bertiga bersama saya ke Hastinapura, karena aku telah memenangkan
sayembara".

Dewi Amba : "Ya, tuanku, kami bertiga akan ikut Anda ke kerajaan Hastinapura. Kami bertiga akan
menjadi istri dari adik Anda. Kami menepati janji yang disampaikan sebelum sayembara dilaksanakan".

(Layar tutup)

Setinga : Hutan di Kerajaan Kasi

Narator : Belum lagi jauh dari arena sayembara Kerajaan Kasi, mereka dihadang Raja Salwa dari Kerajaan
Saubala. Raja itu menantang Bhisma untuk bertarung. Sebenarnya, Raja Salwa sudah menjalin kasih
dengan Amba dan Amba yang jelita telah memilih Salwa sebagai calon suaminya. Setelah perkelahian
sengit, Salwa takluk dan menyerah. Bhisma mengangkat senjata, hendak membunuh, tetapi dicegah
oleh Amba. Karena permintaan putri itu, Bhisma urung membunuh Salwa.

Dewi Amba : "Janga bunuh dia, Bhisma. Sebagai seorang Ksatria tidak boleh membunuh musuh yang
sudah tidak berdaya. Sekali lagi lepaskanlah dia".

Bhisma : "Ya, aku sadar dan aku tidak akan membunuh dia, Dia akan kubiarkan hidup karena permintaan
Dewi".

(Layar tutup)

Seting : Balairung kerajaan Hastinapura

Narator : Sesampainya di Hastina Pura, Bisma menyerahkan ketiga putri kepada adiknya Vicitavirya.
Namun, Dewi Amba membuat pengakuan bahwa ia telah mengalungkan bunga kepada Raja Salwa
sebagai tanda telah memilihnya sebagai suami. Vicitavirya merasa tidak etis untuk memperistri wanita
yang telah menyimpan hati untuk orang lain.

Dewi Amba : "Maafkan hamba tuanku, hamba ingin membuat pengakuan bahwa sebelum
sayembara hamba telah menambatkan hati hamba kepada seorang kesatria bernama Prabu Salwa.
Sekali lagi hamba mohon maaf atas keadaan ini".
Prabu Vicitavirya : "Saya memahami yang Dinda alami, sebagai seorang ksatria saya tidak akan
merusak kebahagian yang seharusnya Dinda rasakan dengan orang yang dicintai. Untuk itu kembalilah
Dinda kepada Prabu Salwa, saya rela dan ikhlas demi kebahagiaan Dinda".

(Layar tutup)

Seting : Balairung kerajaan Saubala

Narator : Bisma mengirim utusan untuk mengantar Dewi Amba kepada Raja Salwa. Sesampainya di
kerajaan Saubala Dewi Amba menghadap Prabu Salwa.

Dewi Amba : “Sejak semula hamba telah tetapkan hati untuk mengabdikan diri, lahir dan batin
kepada Tuanku. Pangeran Bhisma menerima penolakan hamba dan mengantarkan hamba ke hadapan
Tuanku. Jadikanlah hamba permaisuri Tuanku menurut ajaran kitab-kitab suci sastra.”

Prabu Salwa : “Bhisma telah menaklukkan aku dan telah melarikan engkau di depan umum. Aku
merasa sangat terhina. Karena itu, aku tidak bisa menerima engkau menjadi istriku. Sebaiknya engkau
kembali kepada Bhisma dan lakukan apa yang ia perintahkan.”

(Layar tutup)

Seting : Taman Hastinapura

Narator : Dewi Amba kembali ke Hastina Pura dan meminta Bisma untuk menikahinya, namun Bisma
tidak dapat melanggar sumpahnya untuk tidak menikah seumur hidup. Bhisma menenangkan gadis yang
menangis dihadapannya ini dengan penuh kelembutan. Ia kasihan padanya. Ia tidak bisa berkata apa-
apa. Air matanya telah membuatnya menangis, air mata yang ia tangiskan sendiri tidak keluar tapi
terdapat dalam hatinya. Ia menyesal karena wanita ini kehidupannya telah hancur karena dirinya. Ia
berkata lembut padanya.

Bhisma : “Aku turut bersedih atas semua yang telah terjadi. Aku tidak bisa menikahimu. Kau tahu bahwa
aku telah bersumpah untuk menjadi seorang brahmacahya sepanjang hidupku. Bagaimana aku bisa
menikahimu?"

Dewi Amba : "Mengapa engkau mengikuti sayembara jika kau tak mau bersamaku ?"

Bhisma : "Seandainya engkau memberitahu aku bahwa kau telah memilih suamimu, hal ini tidak akan
terjadi. Aku pasti akan menikahimu, jika segalanya berbeda. Tetapi sekarang, aku terikat sumpahku. Aku
tidak bisa membantumu seperti yang engkau inginkan.”

Dewi Amba : "Aku hanya ingin bersamamu Bisma"

Bhisma : "Aku tidak mungkin bersamamu dan menikahimu Amba, aku telah bersumpah Brahmacahya,
aku tak akan menikah hingga aku mati"
Narator : Dewi Amba terus membujuk agar Bisma menikah dengannya dan bukan adik tiri Bisma. Bisma
menjadi bingung, Ia lalu mengeluarkan kerisnya untuk sekedar menakut-nakuti Dewi Amba. Namun
yang terjadi, Dewi Amba tidak sengaja tertusuk keris milik Bisma lalu mati. Sebelum kematiannya, Dewi
Amba bersumpah bahwa ia akan bereinkarnasi dan ia sendirilah yang akan membunuh dan menjemput
Bisma saat kematiannya.

Bhisma : “Sudahlah Amba, tolong jangan mendekat lagi, Atau aku tak akan segan-segan keris ini
membunuhmu jika terus memaksaku.”(mengacungkan keris)

Dewi Amba : “Baiklah, (sambil memejamkan mata) Cepat Bunuhlah aku, lebih baik aku mati dengan
Bahagia di tanganmu, dari pada harus menanggung malu kembali ke kerajaan Kasi ataupun
Hastinapura."(merangkul Bhisma, keris menembus perut Dewi Amba)

Bhisma : “Ambaaaa..., Maafkan aku, Amba... sejujurnya aku menginginkanmu. Tolong bertahanlah
Amba (terus membasuh luka darah di dada Amba yang sekarat), Maafkan...maafkan aku..”

Dewi Amba : “Bismaaaaa...(ucapnya lirih), ingatlah..., aku bersumpah terlahir (reinkarnasi) sebagai
anak Raja Drupada, akan ikut dalam perang Pandawa dan Korawa, dan aku sendiri yang akan
membunuh dan menjemput kematianmu nanti..., Bismaa..., kita akan bersama selamanyaa...” (nafasnya
pun terhenti, Amba tiada).

Bhisma : "Amba (air mata terus meleleh), aku akan menunggumu..., aku siap mati dijemput olehmu.
“AMBAAAAAA....!!!!!!” (Teriakan perih duka di hati Bisma, memecah taman Hastinapura yang sunyi nan
sendu diselimuti kabut dengan hujan gerimis yang turun seketika dari langit.)

Anda mungkin juga menyukai