Anda di halaman 1dari 3

Dewi Gangga memondhong anak kecil diiringi Sentanu menuju ke tepian

sungai Gangga, anak kecil itu bernama Dewabrata, dalam dialog terdengar
pertentangan antara Sentanu dan Gangga tentang nasib Dewa Brata, Sentanu
memilih anaknya dari pada harus tetap bersama Gangga namun harus
kehilangan anak, akhirnya anak diserahkan kepada Sentanu dan Gangga pergi
ke kayangan...
Dikerajaan Hastina Sentanu dengan Durgandini (istri sambung) dihadap oleh
Patih Hastina, Dewa Brata dan Asthabrata yang merupakan anak Sentanu dan
Durgandini, membicarakan bahwa Sentanu sudah tua dan saatnya ada
pergantian kekuasaan yang akan diturunkan kepada putra tertua yaitu Dewa
Brata , karena salah satu syarat menjadi raja adalah sudah beristri maka
diutuslah kedua anaknya untuk ikut sayembara kasi dengan tiga Puteri yaitu
Amba, Ambika dan Ambalika sebagai putri boyongan...
Limbukan
Wahmuka dan Arimuka menanyakan apakah masih ada yang akan mengikuti
sayembara, akhirnya Dewa Brata dan Asthabrata mengikuti sayembara
tersebut, tadinya diminta secara baik2 supaya tidak terjadi kurban, karena
Arimuka dan Wahmuka menolak terjadilah perang tandhing yang
mengakibatkan Wahmuka dan Arimuka tewas dalam sayembara tersebut,
Dewa Brata dan Hastabrata berhak atas ketiga putri tersebut, karena jumlah
lakinya hanya dua maka Dewa Brata hanya memilih satu dan terserah siapa
saja namun Amba memilih Dewa Brata, sedangkan Ambika lan Ambalika
diperistri Asthabrata dibawa pulang ke Astina...
Dalam perjalanan Dewa Brata dan Amba berpisah dengan Asthabrata dan
kedua istrinya, Dewa Brata dan Amba memilih untuk menikmati suasana
namun seketika teringat bayangan gurunya yaitu Rama Bargawa yang
menjadi panutanya bahwa Dewa Brata sudah berjanji akan hidup sebagai
wadat tidak beristri, kaget Amba mendengar hal tersebut dan gak mau
berpisah dengan Dewa Brata, namun Dewa Brata pergi meninggalkan Amba,...
Amba mengejar dan bertemulah dengan Bargawa, menceritakan bahwa
dikhianati oleh Dewa Brata, Rama Bargawa ingin menolong karena memang
Dewa Brata adalah muridnya...
Dewa Brata ditemui oleh Rama Bargawa diminta menjelaskan apa alasan
mengkhianati Amba, dijelaskan bahwa dirinya mulai ingin meniru gurunya
yaitu Rama Bargawa yang berlaku wadat atau tidak beristri, namun Rama
Bargawa menganjurkan untuk tetap memperistri Amba karena sudah saling
mencintai, Dewa Brata menolak bahwa sesungguhnya walaupun saling
mencintai tidak harus memiliki, marah Bargawa karena perintahnya ditolak
sehingga terjadilah peperangan, walaupun Dewa Brata melayani namun
dengan menyembah dah tidak membalas, dari situlah timbul simpati dari
Bargawa, maka keputusan akhirnya diserahkan kepada Dewa Brata untuk
menyelesaikan dengan caranya sendiri, dan dianggap sebagai murid terbaik
malah mendapatkan ilmu bisa menentukan kapan matinya sesuai dengan
yang dikehendaki....
Dewa Brata dalam pengejaran Amba melihat daun Glagah dan dicabutnya
dengan maksud menakut2i supaya tidak mengejar dan kembali pada
pangkuan orang tua, namun lepaslah Glagah tersebut seperti layaknya anak
panah dan menembus dada Amba hingga meninggal, dalam kondisi linglung
yang merasa bahwa Dewa Brata seorang yang tidak bisa dipegang
omongannya akhirnya menghunus keris untuk mengakhiri hidupnya dan
bentuk dari penyesalannya karena telah secara tidak sengaja membunuh
Amba, namun arwah Amba justru melarang Dewa Brata untuk ikut mati
bersama Amba, dengan alasan kelak pada waktunya pasti akan bersama....
Di Astina Sentanu dan Durgandini yang sudah lebih dulu menerima Asthabrata
beserta kedua istrinya tiba2 datanglah Dewa Brata sendirian, ketika ditanya
mana Amba, Dewa Brata menceritakan kejadian yang barusan dialami dalam
perjalanan pulang bahwa istrinya telah mati, kaget Sentanu sehingga
bertanya terus bagaimana untuk kelanjutan tahta Astina yang akan
diturunkan kepada Dewa Brata....Dewa Brata menolak untuk menjadi raja
dengan alasan akan seperti gurunya Rama Parasu yaitu menjadi Brahmacari.
Dengan demikian diputuskan untuk Asthabrata menjadi penggantinya, namun
diprotes oleh Durgandini bahwa perjanjian waktu dia dilamar oleh Sentanu,
kelak yang menjadi raja adalah anak Durgandini yang dimaksud adalah
Abiyasa...maka Disuruhlah Dewa Brata untuk memanggil Abiyasa...
Goro Goro
Dewa Brata mengajak Abiyasa menghadap Sentanu, namun Abiyasa tidak
menghendaki kedudukan Raja tersebut, setelah diberi penjelasan akhirnya
menerima menjadi calon Raja, sehingga calon Raja menjadi dua yaitu Abiyasa
dan Asthabrata, untuk menakar siapa yang layak menjadi raja dari keduanya,
maka diadakan adu tanding keduanya namun tidak boleh memakai senjata,
disepakati kemudian keduanya perang tanding....
Namun dalam perang tanding Asthabrata yang merasa kalah kemudian
bertindak curang, yaitu memakai panah, melihat hal itu Semar mengingatkan
Abiyasa untuk menggunakan panah juga supaya tidak mati sia2, saling
bersamaan melepaskan panah sehingga panah saling berbenturan dan panah
Abiyasa lebih kuat sehingga melesat mengenai Asthabrata dan mati.
Melihat anaknya mati Sentanu marah dan akan menggunakan lebur sakethi
untuk membunuh Abuyasa, namun sebelum tangannya mengenai Abiyasa
sudah terlebih dahulu ditangkis oleh Dewa Brata, dan Dewa Brata
mengingatkan Sentanu untuk tidak berbuat demikian dan harus berlaku adil,
Sentanu akhirnya menyadari hal tersebut justru malah memberikan kedua
istri Asthabrata untuk dijadikan istri Abiyasa dan memberikan aji lebur
Sakethi kepada Abiyasa dengan peringatan bahwa besok jangan kaget kalau
ada anaknya yang lahir cacat ...bersamaan denga Itu meninggallah Sentanu,
dalam ratapan tangis Durgandini Semar mengingatkan bahwa semua itu
adalah karma dari Durgandini dan dari saat inilah nanti akan ada perselisihan
diantara anak2 Abiyasa....
Lanjutan...
Bisma memulai Barata Yuda dihadapan Durna dan Salya Bisma mempunyai
alasan agar dalam pertempuran imbang sehingga Bisma berada dipihak
Kurawa...
Kresna memerintah Srikandhi untuk menghadapi Bisma setelah bala Wiratha
termasuk eyang2nya gugur dalam peperangan...walaupun awalnya Srikandhi
tidak diperbolehkan oleh Arjuna, atas penjelasan Kresna akhirnya Srikandhi
diperbolehkan membawa panah maju ke palagan peperangan, dan panah
tersebut menembus Bisma, jatuh tersungkur...
Dihadapan Bisma yang sudah tak berdaya Kurawa dan Pandawa Berkumpul,
Bisma hanya menasehati bahwa perang itu sangat kejam, sehingga disuruh
menyingkir semua, Akhirnya Dewi Amba bergandengan tangan dengan Bisma
menuju kepada kehidupan kekal sesuai dengan janjinya terdahulu
TANCEP KAYON

Anda mungkin juga menyukai