Anda di halaman 1dari 3

Alkisah...

Di suatu kerajaan, hiduplah seorang raja yang bijaksana, yang bernama Raden
Wijaya. Ia adalah Raja pertama dari kerajaan maja pahit. Konon, Dia memiliki permaisuri
yang bernama Tribuana Prameswari dan seorang selir bernama Dewi Andong sari.
Pada suatu ketika, diketahui selir Dewi Andongsari sedang mengandung seorang bayi, yang
diberitakan akan menjadi keturunan pertama dan pewaris kerajaan Majapahit. Raja pun
senang mendengar kabar gembira itu.
Raja : " Sungguh ini adalah kabar yang sangat menggembirakan, aku sangat bersyukur.
Untuk itu, aku akan mengadakan perayaan bersama seluruh rakyat majapahit.
Dewi Andong : Terima kasih raja, sungguh suatu kehormatan bagiku dapat mengandung
buah hati kita yang akan menjadi penerusmu kelak.
Raja : Ya tentu kau harus berbangga, anak kita ini kelak akan menjadi penerusku memegang
seluruh kekuasan majapahit. Jagalah anak kita baik-baik aku ingin dia lahir dengan sehat.
Raja : Dan ya bersama dengan perayaan anak kita, kau akan kuangkat menjadi ratu utama
kerajaan Majapahit.
Disisi lain, Permaisuri raja, Tribuana Prameswari mendengar percakapan raja dan selirnya,
dan menyimpan rasa iri dan cemburu dalam hatinya .
Prameswari : "Tidak bisa dibiarkan, dia telah merebut posisiku. Bagaimana bisa dia yang
seorang selir menjadi ratu utama, aku adalah permaisuri yang hebat seharusnya akulah yang
menjadi ratu utama bukan dia.
Detik demi detik berlalu, hingga datang hari dimana perayaan dimulai. Dentuman gendang
dan suara-suara musik indah dibunyikan, penari- penari cantik memulai tarian mereka dengan
sangat indah. Segala pertunjukkan ditampilkan secara meriah.
Andong sari : Sungguh aku sangat bahagia raja, ini adalah perayaan yang sangat meriah, aku
sangat senang berada disini.
Raja : Tentu, apapun untuk kebahagiaanmu dan anak kita akan aku berikan. Sebentar lagi
akan aku umumkan berita penting kepada seluruh rakyat majapahit.
Dung dung dung dung
Suara gendang ditabuh, menandakan raja akan memasuki ruangan penting.
Prajurit : Maha Raja Kerajaan Majapahit telah tiba!
Semua rakyat memberi hormat dan berdiri menyambut kedatangan raja.
Raja : Dengar seluruh rakyat majapahit, Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan
bagiku, saat ini Aku Raden Wijaya Raja Kerajaan Majapahit memutuskan untuk mengangkat
selirku Dewi Andongsari menjadi ratu utama kerajaan Majapahit, dan aku umumkan saat ini
aku akan menjadi seorang ayah karena ratu Majapahit Dewi Andongsari telah mengandung
putraku, penerus kerajaan Majapahit.
Setelah diumumkannya keputusan raja Majapahit perayaan berjalan dengan lancar dan
meriah. Kebahagiaan menyertai seluruh keluarga istana dan rakyat Majapahit kecuali
Permaisuri Tribuana Prameswari.
Hari demi hari kandungan Dewi Andongsari semakin membesar dan berkembang, semakin
besar pula rasa iri yang tertimbun dalam hati permaisuri Prameswari. Berbagai rencana ia
susun untuk menyingkirkan Dewi Andong sari dari hati raja dan kerajaan Majapahit.
Preswari : sudah cukup ia menjadi sanjungan raja dan seluruh rakyat, aku harus
menyingkirkannya..
Hingga pada suatu hari, Permaisuri berencana untuk mengajak dewi andongsari mengunjungi
sebuah kuil, dengan dalih untuk mendoakan kandungan dewi andongsari agar tetap sehat.
Permaisuri : “Permisi raja, izinkan aku membawa saudariku Andongsari ke kuil, aku ingin
mendoakan bayi didalam kandungannya agar selalu sehat.
Raja : “ Tidak, aku tak mengizinkan kau ia bawa ke kuil, kuil itu sangat jauh, perjalanan yang
dilalui ke sana pun cukup berbahaya, bagaimana jika terjadi sesuatu pada kalian berdua dan
calon penerusku.
Dewi Andongsari : “ Tak apa raja, ini demi anak kita, lagi pula ini adalah niat baik
Permaisuri, jadi izinkan kami pergi, aku berjanji akan menjaga anak kita baik-baik, banyak
prajurit yang akan mengantarkan dan menjagaku.”
Raja : “ Baik, tapi ingat jaga dirimu baik-baik, aku tak ingin terjadi sesuatu yang tidak
kunginkan padamu dan anak kita.”
Dewi Andong sari : “ Baik raja, mari permaisuri kita berangkat.”
Tanpa rasa curiga sekalipun, dewi andongsari pergi meninggalkan istana bersama permaisuri
tribuana prameswari. Hingga sesampainya di tengah hutan yang sangat lebat mereka terhenti
oleh segerombolan pasukan penjahat, yang tak lain dan tak bukan adalah para prajurit
suruhan permaisuri.
Salah satu penjahat tersebut berkata : “ serahkan ratu Dewi Andongsari pada kami, atau
kalian semua akan mati ditangan kami.”
Permaisuri memainkan aksinya ...
Permaisuri : “ Apa yang terjadi..prajurit cepat lindungi Dewi Andongsari!!”
Satu persatu prajurit dilumpuhkan, Dewi Andongsari dibawa menuju suatu tempat yang
orang lain akan sulit menjangkaunya. Namun, tuhan melindungi Dewi Andongsari, seorang
Mpu ahli senjata, Ki gede Sidowayah menyelamatkannya dari para penjahat suruhan
permaisuri.
Dewi Andong sari : Terimakasih tuan kau telah menyelamatkanku
Ki gede : Tentu ratu, kau adalah ratu kerajaan majapahit, aku pasti akan melindungimu.
Ikutlah denganku, tidak ada seorangpun yang akan menyakitimu juga calon bayimu itu.
Mereka pergi ke dusun Cacing, Kediaman Ki gede..
Ki gede : “Menetaplah disini, hingga anakmu besar nanti, kelak ia akan menjadi seseorang
yang gagah perkasa dan akan menjadi raja yang hebat.
Ratu : “ Terimaksih tuan, kau telah memberiku bantun,aku tak tahu bagaimana aku bisa
membalasnya annti
Ki gede : “Tak apa ratu, cukup jaga calon maha raja ini dengan baik.”
Beberpa bulan telah berlalu, hingga pada suatu hari, angin bertiup kencang, suara gemuruh di
langit memekakkan telinga...dan pada hari itu pula anak Dewi Andongsari telah lahir
kedunia.
Ki Gede : “ Seperti gemuruh petir yang cepat dan kuat, seperti angin kencang kau akan
dikenal dengan nama GAJAH MADA.”
Semenjak lahirnya Gajah mada hidup Dewi Andong sari semakin berwarna, penuh ceria dan
canda tawa. Namun, tuhan berkehendak lain, diusianya yang masih kecil, ia telah ditinggal
oleh ibunya. Ibunya telah meninggal dunia, meninggalkannya selama-lamanya. Ibunya
dimakamkan di daerah kediaman Ki Gede, Dusun Cacing, dan saat ini makam tersebut
dikenal sebagai makam ibunda gajah mada, tepatnya didusun cancing, Desa sendangrejo,
Kecamatan ngimbang, kabupaten lamongan. Makam itu dijaga dengan baik oleh masyrakat
sekitar dan konon katanya pernah dijadikan tempat bertapa.

Anda mungkin juga menyukai