Anda di halaman 1dari 5

LEGENDA DEWI ANJANI

PENGUASA GUNUNG RINJANI

Alkisah pada zaman dahulu kala di sebuah pulau yang indah bernama Lombok
ada sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Tuan. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Raja
yang adil dan bijaksana bernama Datu Tuan. Baginda Datu Tuan memiliki permaisuri yang
sangat cantik dan baik hati bernama Dewi Mas.
Di bawah pemerintahan Baginda Raja Datu Tuan, kerajaan dalam keadaan aman,
damai, dan tenteram sehingga rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Daerah kekuasaan
Kerajaan Taun meliputi seluruh Pulau Lombok yang saat itu sebenarnya terdiri atas
beberapa kerajaan kecil, tetapi semuanya tunduk pada kekuasaan Kerajaan Tuan.
Kehidupan Baginda Raja dan permaisuri sangat bahagia. Namun, sepertinya ada satu
yang masih kurang, mereka belum dikaruniai putra maupun putri. Tahun demi tahun telah
berlalu, mereka terus menunggu dengan penuh kesabaran permaisuri tak kunjung mengandung.
Pada suatu hari Baginda Raja kelihatan sangat bersedih karena beliau begitu
merindukan seorang putera, sementara Baginda Raja dan Permaisuri sudah semakin
bertambah tua. Raja sangat bingung, jika ia tidak mempunyai anak. Lalu siapa yang akan
meneruskan tahta kerajaan. Mereka berdua sangat kesepian. Berbagai cara telah dilakukan oleh
permaisuri agar ia bisa mengandung.
Pada suatu hari di sebuah taman sari istana yang elok penuh dengan bunga yang sedang
mekar beraneka warna, Baginda Raja dan permaisuri duduk bercakap-cakap sambil menikmati
keindahan taman dan bersenda gurau. Tak lama kemudian Permaisuri melihat ada kekalutan
dalam pikiran Baginda Raja. Sang Permaisuri pun bertanya.
“Baginda...apakah gerangan yang sedang Baginda pikirkan? Katakanlah Kanda!”
Baginda pun mengutarakan apa yang berkecamuk dalam pikirannya.
“Adinda...Kanda bersedih karena memikirkan bagaimana susahnya kita kelak jika
tidak memiliki anak sebagai penerus.”
Permaisuri pun menitikkan air matanya... ia sangat bersedih dan merasa bersalah
karena belum bisa memberi keturunan buat Baginda. Maka, permaisuri berkata.
“Kakanda... Adinda mohon ampun karena belum bisa memberi Baginda keturunan,
Adinda mengizinkan sekiranya Baginda ingin meminang seorang gadis.”
Baginda Raja Datu Tuan membalas “Benarkah Adinda...? Mudah-mudahan dengan ini
kita akan dikaruniai anak yang akan menggantikan pemerintahan kelak, terima kasih Adinda.”
Baginda Raja Datu Tuan pun Bahagia karena ada setitik harapan untuk menimang seorang
anak.
Tak lama kemudian, Baginda Raja Datu Tuan meminang seorang gadis cantik yang
bernama Sunggar Tutul, puteri dari Patih Aur. Sejak saat itu, perhatian Raja terhadap Dewi
Mas mulai berkurang, beliau lebih sering tinggal di istana isteri kedua. Baginda Raja yang
terkenal adil ini telah bertindak tidak adil terhadap permaisurinya. Meskipun demikian Dewi
Mas tetap selalu sabar, dan karena kemurahan Yang Maha Kuasa maka Dewi Mas pun
mengandung.
Namun, Berita tentang Dewi Mas mengandung ini tentu saja mengejutkan Sunggar
Tutul, ia merasa keberadaannya terancam karena takut Baginda Raja akan berpaling dari
dirinya dan kembali kepada Permaisuri Dewi Mas. Untuk itu, dengan cara yang licik Sunggar
Tutul menghasut Raja dan memfitnah bahwa kehamilan Dewi Mas diakibatkan oleh seorang
yang bernama Lok Deos.
Baginda Raja percaya begitu saja dengan hasutan Sunggar Tutul. Murkalah Baginda
Raja Datu Tuan, maka Dewi Mas pun diusir dari istana dan dibuang ke sebuah gili yang tidak
berpenghuni. Dengan ditemani para pengiringnya Dewi Mas tinggal di gili, mereka membangun
suatu pemukiman. Walau diusir jauh dari istana permaisuri tidak mengeluh, ia terima cobaan
berat itu dengan sabar dan tabah. Dewi Mas tetap tegar dalam menempuh kehidupan menuju
hari depan.
Pada suatu ketika lewatlah sebuah kapal saudagar mendakati gili tersebut, seperti ada
suatu kekuatan gaib sang nakhoda kapal mengarahkan kapalnya ke gili, dari kejauhan dia
melihat seorang wanita cantik yang bersinar. Nakhoda dan para awak kapalpun berlabuh dan
mampir ke pondok Dewi Mas.
Setelah dijamu oleh Dewi Mas, para penumpang kapal tersebut menanyakan mengapa
Dewi Mas bisa tinggal di tempat tersebut, karena selama ini gili tersebut tidak berpenghuni.
Dewi Mas pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Dewi Mas meminta
nakhoda dan awak kapal tersebut untuk mengantarkannya ke Pulau Bali. Akhirnya Dewi Mas
beserta para pengiringnya tinggal di Pulau Bali dan membangun pemukiman baru.
Setelah beberapa bulan tinggal di Pulau Bali, hari kelahiranpun tiba, Dewi Mas
melahirkan dua anak kembar yang masing-masing disertai dengan keajaiban. Seorang bayi laki-
laki lahir beserta sebilah keris, dan seorang lagi bayi perempuan lahir beserta anak panah. Bayi
laki-laki ini diberi nama Raden Nuna Putra Janjak sedangkan bayi perempuan dinamakan Dewi
Anjani.
Waktu terus berjalan, kedua bayi tersebut tumbuh besar menjadi anak-anak yang lucu
dan menarik. Dewi Mas merawatnya dengan penuh kasih sayang. Namun, Pada suatu hari kedua
anak kembar tersebut menanyakan siapakah gerangan ayah kandung mereka, karena selama ini
mereka sering diejek teman-temannya karena tidak punya ayah. Dewi Mas belum mau
menceritakan siapa sebenarnya ayah kandung kedua anak kembarnya tersebut, karena usia
mereka masih terlalu kecil untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setiap kali
Raden Nuna Putra Janjak dan Dewi Anjani menanyakan tentang ayah kandungnya Dewi Mas
mengatakan kalau ayah kandung mereka ada di negeri seberang, kelak jika mereka dewasa
pasti akan bertemu.
Beberapa tahun telah berlalu, kedua anak tersebut terus mananyakan tentang ayah
kandungnya. Karena desakan kedua anaknya yang terus menerus, maka Dewi Mas pun
menceritakan semua kisah yang dialaminya. Diceritakannya bahwa ayah mereka adalah
seorang Raja di Pulau Lombok yang bernama Datu Tuan, dirinya dibuang ke sebuah gili
karena difitnah oleh madunya Sunggar Tutul.
Mendengar apa yang diceritakan ibundanya, Raden Nuna Putra Janjak menjadi sangat
marah dia memohon kepada ibunya agar diizinkan untuk menemui ayahnya ke Pulau
Lombok. Karena terus didesak akhirnya Dewi Mas pun mengizinkan puteranya bersama
para pengiring berlayar ke Pulau Lombok.
Sesampai di Pulau Lombok Raden Nuna Putra Janjak segera menuju balai kota raja dan
masuk ke istana. Namun, kedatangannya di hadang oleh para penjaga. Pertarunganpun tak
terelakkan, Raden Nuna Putra Janjak meskipun masih kecil dengan keris ditangan yang
muncul bersamaan ketika ia lahir, sangatlah sakti dan tak tertandingi. Banyak lawan yang tak
berdaya hingga Baginda Raja Datu Tuan harus turun bertanding. Pertarungan berdarah-
darahanpun terjadi, mereka saling menghujamkan kerisnya. Mereka berdua sama kuat. Tiba-
tiba terdengarlah suara gaib dari angkasa, ”Hai Datu Tuan, jangan kau aniaya anak itu. Anak
itu adalah anak kandungmu sendiri dari istrimu Dewi Mas.”
Setelah mendengar suara itu, ia amat menyesal maka dipeluknya Raden Nuna Putra
Janjak. Setelah mendengar cerita dari Raden Nuna Putra Janjak, maka Baginda Datu Tuan segera
menjemput permaisuri ke Pulau Bali. Seluruh istana dan penduduk Kerajaan Tuan bersuka cita,
Dewi Mas tidak menaruh dendam sama sekali kepada Sunggar Tutul, mereka semua hidup
damai dan tenteram.
Dewi Anjani tumbuh menjadi putri yang sangat catik jelita, cerdas, dan memiliki
kesaktian dengan anak panah yang muncul bersamaan ketika ia lahir. Baginda Raja sangat
bangga, walaupun dia anak perempuan, tapi merupakan orang yang sangat disegani dan
dicintai oleh seluruh rakyat Kerajaan Tuan karena kecerdasan dan kesaktiannya.
Baginda Raja Tuan mengatakan bahwa dia memiliki firasat kalau nantinya anak
perempuannya itu akan menjadi Ratu bahkan penguasa besar yang abadi dan akan dikenal turun-
temurun dalam waktu yang sangat lama.
Beberapa tahun kemudian, Raden Nuna Putra Janjak tumbuh dewasa menjadi seorang
pemuda yang sangat tampan dan bijaksana. Baginda Datu Tuan sudah semakin tua dan
akhirnya menyerahkan tahta kerajaan kepada puteranya. Untuk putri kesayangannya karena
aturan kerajaan yang mewarisi kekuasaan kerajaan adalah anak laki-laki maka sang raja
memerintahkan Dewi Anjani sebagai penguasa gunung Rinjani.
Sesudah puteranya naik tahta Baginda, Datu Tuan kemudian menyepi di gunung
Rinjani diiringi putrinya Dewi Anjani. Di puncak gunung itulah baginda dan puterinya
bertapa bersemedi memuja Yang Maha Kuasa.
Semenjak itulah akhirnya, Dewin Anjani menjadi penguasa gunung Rinjani sampai
saudaranya Raden Nuna meninggal dan kerajaannya hancur. Dan Sang Dewi masih menjadi
penguasa gunung Rinjani bahkan sampai sekarang tidak ada satupun yang berani mengklaim
wilayah kekuasaannya tersebut. Meninggalnya sang Dewi tidak diketahui waktunya. Hingga
sampai sekarang dipercaya bahwa dia masih hidup dan masih menguasai kerajaannya
walaupun jasad kasarnya sudah tidak terlihat tetapi jasad halusnya masih menjadi ratu digunung
Rinjani yang abadi sampai sekarang.
Dengan kesaktiannya sang Dewi selain memiliki pengikut manusia dia juga menjadi Ratu
dari seluruh makhluk halus digunung Rinjani dan kerajaannya meliputi dua alam yaitu alam
nyata dan alam gaib. Konon sebenarnya nama gunung itu adalah gunung Samalas yang
kemudian meletus dan terbentuk gunung baru yang belum memiliki nama sampai sang Dewi
Anjani ditunjuk oleh Ayahandanya sebagai penguasa maka semenjak itu namanya menjadi
gunung Rinjani.
Setelah Dewi Anjani diangkat menjadi ratu bagi seluruh makhluk halus di gunung
Rinjani, Sang Ratu bertahta di sebuah istana yang megah. Konon pada saat-saat tertentu
dengan kasat mata istana ratu jin ini akan terlihat berada di sebuah kaldera lautan debu yang
dinamakan Segara Muncar. Dalam menjalankan pemerintahannya, Dewi Anjani dibantu oleh
Patih Songan.
Ratu Dewi Anjani memiliki peliharaan seekor burung Beberi berparuh perak dan
berkuku amat tajam karena terbuat dari baja. Waktu itu daratan Pulau Lombok masih berupa
bukit berhutan lebat dan belum dihuni manusia.
Pada suatu hari Dewi Anjani bermimpi. Dalam impiannya itu kakeknya datang dan
berpesan padanya agar mengisi pulau tempatnya bertahta itu dengan manusia. Dewi Anjani
mengajak Patih Songan untuk memeriksa seluruh daratan pulau itu. Mereka mendapati
pulau itu dipenuhi aneka pepohonan yang tumbuh amat rapat seolah saling berjalin. Begitu
rapatnya aneka pepohonan besar itu tumbuh hingga Patih Songan menjadi kesulitan untuk
berjalan karenanya. Mengetahui keadaan pepohonan yang begitu rapat tersebut, Dewi Anjani
lalu berkata, “Paman Patih, karena daratan pulau ini penuh sesak ditumbuhi aneka pepohonan,
maka pulau ini kuberi nama Pulau Sasak.”
Setelah mengetahui pulau itu penuh dengan hutan dan bukit, Dewi Anjani
memerintahkan burung Beberi untuk meratakan sebagian hutan untuk dijadikan lahan pertanian.
Dengan paruh yang amat tajam, burung Beberi bekerja keras menebang aneka pepohonan besar
dan juga meratakan tanah. Tak berapa lama kemudian telah tercipta lahan pertanian sesuai
dengan perintah Dewi Anjani. Lahan tersebut siap untuk diolah manusia.
Setelah bagian selatan Pulau Lombok berhasil diratakan, Dewi Anjani memanggil
seluruh bangsa jin yang berdiam di Gunung Rinjani. Ratu jin itu menyatakan hendak mengubah
jin-jin tersebut menjadi manusia. Ada jin yang setuju dan ada yang menolak untuk diubah
wujudnya menjadi manusia. Dewi
Anjani sangat marah terhadap jin-jin yang menolak perintahnya. Ia perintahkan prajurit
jin untuk menangkap jin-jin yang membangkang. Sebagian jin pembangkang berhasil
ditangkap, sebagian lainnya bersembunyi di balik pepohonan dan batu-batu besar serta
melarikan diri dari Pulau Sasak.
Setelah keadaan Aman, Dewi Anjani mengubah dua puluh pasangan jin
bangsawan menjadi manusia dan seorang di antaranya ditunjuk menjadi pemimpin. Masing-
masing pasangan akhirnya memiliki keturunan. Lambat laun mereka menjadi sangat banyak
dan hidup menyebar di seluruh Pulau Lombok sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai