Di samping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan
Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang
budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor, dan aktris dari etnis Sunda yang
memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.[4]
Etimologi
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata sund
atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar,
terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289). Dalam bahasa Kawi
dan bahasa Bali pun terdapat kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak
tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186;
Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki
etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter orang
Sunda yang dimaksud dalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas
diri), wanter (berani) dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat
Sunda sejak zaman Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-
Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.
Kepercayaan
Mayoritas orang Sunda beragama Islam (sekitar 99,85%). Ada juga sebagian kecil orang
Sunda yang beragama Kristen (sekitar 0,08%) seperti di wilayah Cigugur Kabupaten
Kuningan. Masyarakat Sunda yang menganut agama Kristen juga tersebar di beberapa
wilayah selain di Cigugur, Kuningan yakni di: Cianjur & Bandung. Bukti adanya
Kekristenan di tanah Sunda dan pada masyarakat Sunda bisa dibuktikan dengan
adanya Gereja Kristen Pasundan yang mana itu merupakan Gereja Kristen Protestan
yang berisi orang-orang Sunda yang menganut Protestan dengan jemaat sebanyak
kurang lebih sekitar 30-33 ribu jiwa dari 35-36 ribu jiwa masyarakat Sunda Kristen yang
mana sisanya menganut Katolik. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa
komunitas pedesaan suku Sunda, seperti pada masyarakat Sunda Baduy. Populasinya
secara signifikan terdapat di Kabupaten Lebak, Banten. Sebagian sisanya terdapat juga
di wilayah pedesaan Jawa Barat. Orang-orang Sunda Baduy di Banten mayoritas masih
menganut kepercayaan asli Sunda, dan mereka juga terbagi menjadi 2 yaitu: Baduy luar
dan Baduy dalam. Meski begitu, orang Baduy juga ada yang menganut agama Islam.
Walau jumlahnya hanya sedikit sekitar 1% saja dari total populasi masyarakat Baduy.
Ada pula beberapa suku Sunda yang masih menganut ajaran Hindu-Buddha, tetapi
jumlahnya sangat sedikit yakni 0,01% dari populasi. Beberapa dari mereka diketahui
mempunyai darah/keturunan bangsawan kerajaan Sunda pada zaman dahulu pada
masa Hindu-Buddha.
Bahasa
Seni musik
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan
degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan
nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan
sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan sinden
karena nada dan ritmenya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari. Di bawah ini merupakan
beberapa lagu dari daerah Sunda:
Bubuy Bulan
Unggal bulan
Unggal bulan abdi téang
Unggal poé
Unggal poé ogé hadé
Situ Ciburuy
laukna hésé dipancing
Nyérédét haté
Ningali ngeplak caina
Selain itu, ada alat musik khas Sunda di antaranya adalah:
Angklung