Anda di halaman 1dari 9

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SSAWAI

A. Suku Bangsa Serawai


Asal-usul suku Serawai masih belum bisa dirumuskan secara ilmiah,
baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk-bentuk publikasi lainnya.
Asal-usul suku Serawai hanya diperoleh dari uraian atau cerita dari orang-
orang tua. Sudah tentu sejarah tutur seperti ini sangat sukar menghindar dari
masuknya unsur-unsur legenda atau dongeng sehingga sulit untuk
membedakan dengan yang bernilai sejarah. Ada satu tulisan yang ditemukan
di makam Leluhur Semidang Empat Dusun yang terletak di Maras, Talo.
Tulisan tersebut ditulis di atas kulit kayu dengan menggunakan huruf yang
menyerupai huruf Arab kuno. Namun sayang sekali sampai saat ini belum
ada di antara para ahli yang dapat membacanya.
Berdasarkan cerita para orang tua, suku bangsa Serawai berasal dari
leluhur yang bernama Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Asal-usul
Serunting Sakti sendiri masih gelap, sebagian orang mengatakan bahwa
Serunting Sakti berasal dari suatu daerah di Jazirah Arab, yang datang ke
Bengkulu melalui kerajaan Majapahit. Di Majapahit, Serunting Sakti
meminta sebuah daerah untuk didiaminya, dan oleh Raja Majapahit dia
diperintahkan untuk memimpin di daerah Bengkulu Selatan. Ada pula yang
berpendapat bahwa Serunting Sakti berasal dari langit, ia turun ke bumi
tanpa melalui rahim seorang ibu. Selain itu, ada pula yang berpendapat
bahwa Serunting Sakti adalah anak hasil hubungan gelap antara Puyang
Kepala Jurai dengan Puteri Tenggang.
Di dalam Tembo Lebong terdapat cerita singkat mengenai seorang
puteri yang bernama Puteri Senggang. Puteri Senggang adalah anak dari
Rajo Megat, yang memiliki dua orang anak yakni Rajo Mawang dan Puteri
Senggang. Dalam tembo tersebut kisah mengenai Rajo Mawang terus
berlanjut, sedangkan kisah Puteri Senggang terputus begitu saja. Hanya saja
ada disebutkan bahwa Puteri Senggang terbuang dari keluarga Rajo Mawang.

1
Apabila kita simak cerita tentang kelahiran Serunting Sakti, diduga
ada hubungannya dengan kisah Puteri Senggang ini dan ada kemungkinan
bahwa Puteri Senggang inilah yang disebut oleh orang Serawai dengan nama
Puteri Tenggang. Dikisahkan bahwa Puyang Kepala Jurai yang sangat sakti
jatuh cinta kepada Puteri Tenggang, tapi cintanya ditolak. Namun berkat
kesaktiannya, Puyang Kepala Jurai dapat melakukan hubungan seksual
dengan puteri Tenggang, tanpa disadari oleh puteri itu sendiri. Akibat dari
perbuatan ini Puteri Tenggang menjadi hamil. Setelah Puteri Tenggang
melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Puteri Tolak Merindu
barulah terjadi pernikahan antara Putri Tenggang dengan Puyang Kepala
Jurai, itupun dilakukan setelah Puteri Tolak Merindu dapat berjalan dan
bertutur kata.
Setelah pernikahan tersebut, keluarga Puyang Kepala Jurai belum lagi
memperoleh anak untuk jangka waktu yang lama. Kemudian Puyang Kepala
Jurai mengangkat tujuh orang anak, yaitu: Semidang Tungau, Semidang
Merigo, Semidang Resam, Semidang Pangi, Semidang Babat, Semidang
Gumay, dan Semidang Semitul. Setelah itu barulah Puyang Kepala Jurai
memperoleh seorang putera yang diberi nama Serunting. Serunting inilah
yang kemudian menjadi Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Serunting
Sakti berputera tujuh orang, yaitu :
Serampu Sakti, yang menetap di Rantau Panjang (sekarang termasuk
marga Semidang Alas), Bengkulu Selatan;
1. Gumatan, yang menetap di Pasemah Padang Langgar, Lahat;
2. Serampu Rayo, yang menetap di Tanjung Karang Enim, Lematang Ilir
Ogan Tengah (LIOT);
3. Sati Betimpang, yang menetap di Ulak Mengkudu, Ogan;
4. Si Betulah, yang menetap di Saleman Lintang, Lahat;
5. Si Betulai, yang menetap di Niur Lintang, Lahat;
6. Bujang Gunung, yang menetap di Ulak Mengkudu Lintang, Lahat.
7. Putera Serunting Sakti yang bernama Serampu Sakti mempunyai 13
orang putera yang tersebar di seluruh tanah Serawai. Serampu Sakti

2
dengan anak-anaknya ini dianggap sebagai cikal-bakal suku Serawai.
Putera ke 13 Serampu Sakti yang bernama Rio Icin bergelar Puyang
Kelura mempunyai keturunan sampai ke Lematang Ulu dan Lintang.

B. Bahasa Suku Bangsa Serawai


Dalam kebahasaan dan aksara, Suku Serawai adalah masyarakat
pemakai bahasa Melayu seperti Suku Bangsa Melayu lainnya yang tinggal di
Sumatera, namun Suku Serawai memiliki pembeda dalam hal dialeknya yang
hampir dalam setiap katanya menggunakan kata "Au", dan dari segi aksara,
mereka menggunakan aksara Rencong.
Bahasa dan adat Serawai ini dipakai oleh masyarakat yang berada di
distrik Pino, Ulu Manna, Manna, dan Bengkenang yaitu dalam : Marga Anak
Gumai, Marga Tanjung Raya, Marga VII Pucukan, Marga Anak Lubuk Sirih,
Marga Anak Dusun Tinggi, Sumbai Besar Manna, Sumbai Kecil Manna dan
Luar Khalifah Manna.
Bahasa Serawai merupakan salah satu dialek lokal bahasa melayu
(http://melayuonline.com). Dalam bahasa Serawai ada dua macam dialek,
yaitu dialek “o” dan dialek au. Yang dikmaksud dengan dialek “o” ialah
kata-kata yang pada umumnya berakhiran dengan “o” seperti ke mano
“kemana’, Tuapo “apa”, dan sapo “siapa”. Dialek “o” ini dipakai dalam
wilayah Kecamatan Seluma dan Kecamatan Talo.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan dialek “au” ialah kata-kata yang
pada umumnya berakhiran “au”, seperti ke manau “ke mana”, tuapau “apa”,
dan sapau “siapa”. Dialek au ini dipakai dalam wilayah Kecamatan Pino dan
Kecamatan Manna.
Bahasa Serawai “o”, yaitu mulai dari Marga Andelas (Kecamatan
Seluma) sampai ke Marga semindang Alas (Kecamatan Talo). Jadi, secara
administratif, bahasa Serawai yang diteliti ini mulai dari dusun Pekan Sabtu
(Marga Andelas), kira-kira 13 km dari kota Bengkulu kearah Selatan sampai
ke Dusun Pekan Markas (Marga Semindang Alas), kira-kira 119 km dari
kota Bengkulu. Di dusun pekan Maras, yang merupakan perbatasan bahasa

3
Serawai berdialek “o” dan au, sudah ada percampuran dialek “o” dan “au”.
Sebagian penduduk memakai dialek “o” dan sebagian lagi memakai dialek
“au”.
Pada umumnya bahasa Serawai dipakai antara keluarga Di dusun-dusun
yang jauh dari kota besar, bahasa Serawai kadang-kadang dipakai juga dalam
suasana dengan depati, pasirah, atau camat.
Di Dusun, Marga, Kecamatan yang jauh dari kota Bengkulu, orang
Serawai memakai bahasa Serawai bila berbicara dengan orang yang baru
dikenal. (misalnya Dusun Babatan, Marga Andelas) orang Serawai kadang-
kadang memakai bahasa Melayu Bengkulu/ Indonesia bila berbicara dengan
orang yang baru dikenal itu ternyata orang Serawai atau orang yang dapat
berbicara dalam bahasa Serawai, barulah mereka memakai bahasa Serawai
sebagai alat komunikasi.
Di Sekolah Dasar (SD) di dusun, ibu kota marga, kecamatan dan
Kabupaten, bahasa Serawai digunakan sebagai bahasa pengantar di samping
bahasa Indonesi. Di sekolah-sekolah lanjutan, bahasa Serawai tidak lagi
dipakai sebagai bahasa pengantar.
Dalam masyarakat bahasa Serawai terdapat sastra lisan yang
digolongkan atas dua golongan, yaitu prosa dan puisi. Yang digolongkan ke
dalam prosa antara lain nandai, dan dongeng-dongeng. Nandai dalam bahasa
Serawai ada dua macam Pengertiannya. Petama, dalam pengertian cerita
rakyat biasa, misalnya nandai “Harimau Bersahabat dengan Kancil” dan
nandai “Kura-kura Bersahabat dengan Beruk”. Nandai jenis ini ditubjukkan
kepada anak-anak sebagai penghibur agar ia lekas tertidur. Kedua, nandai
dalam pengertian cerita yang berisi unsur sejarah, misalnya nandai yang
berisi sejarah peperangan Bengkulu dengan Aceh. Nandai jenis ini dituturkan
oleh seseorang yang ahli dan ditujukan kepada orang-orang dewasa, sebagai
pelipulara, misalnya jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Oleh
karena nandai jenis kedua ini berisi unsur sejarah, biasanya ia diturkan dalam
waktu berjam-jam, kadang-kadang sampai semalam suntuk. Dongeng-
dongeng yang dapat digolongkan kedalam bentuk sastra misalnya ialah

4
dongeng-dongeng tentang keajaiban sesuatu tempat. Selanjutnya, yang
tergolong kedalam bentuk puisi antara lain pantun, rejung, dundai, taliban,
jampi, ucap, dan dindang.

C. Kosakata dalam bahasa Serawai


Abang = merah
Agas = nyamuk
Aghapan = Harapan
Aiak = air
Ajung = suruh
Akap = pagi
Alap = bagus
Amun = saat
Andai-andai = dongeng
Angat = hangat
Angit = bau yang tak sedap, gosong
Anguak = arah
Anjung = pondok
Anyigh = amis
Asau = rasa
Ati = hati
Awangan = jendela
Awu = iya
Babat = memukul dengan benda
Baghi = dulu, lampu
Bai tangan = ibu jari
Bak = kotak
Bal = bola
Baliak = pulang
Balung = paha
Batak = bawa

5
Batan = untuk, bahan
Bebilang = berhitung
Bedalak = mencari
Bediau = ada
Begabus = bohong
Begelut = bermain
Beghangan = masak
Beghijau = musyawarah
Beghuak = monyet
Beghukal = telur yang tak menetas walaupun sudah dierami
Beghusiak = bermain
Bejeghum = mengabari, mengajak
Bejigak = sibuk
Bejigat = bermain
Bejijiah = ngomel
Bekayu = singkong
Belagak = cantik, bagus
Belago = berkelahi
Belagham = penurut, rajin
Belangau = kuali
Bengkaghung = kadal
Berayak = jalan-jalan
Beringgak = bersiap-siap
Besak = besar
Betegak = berdiri
Betunggal = berkumpul
Bigal = bodoh
Beimbang = acara kesenian daerah
blangkit = selimut
Ble = kamu (kasar)
Ble = beliau (halus)

6
Bucur = mencret
Budak = masih muda
Buluah = bambu
Bungin = pasir
Buntang = bangkai
bupit = lemari
Buyan = bodoh
Bunting/bini = istri
Cangkuk manis = katu
Cecirut = oleh-oleh
Cekatan = rajin
cekugh = kencur
Cintung = sendok besar terbuat dari kayu
Cungak = melihat ke atas
Dang = sebutan kakak tertua laki-laki/sedang(melakukn sesuatu)
Dendan = tempat jemuran
Depatka = jemput
Dighi = kamu (untuk orang yang lebih tua)
Duago = pintu
Embak = sebesar, saat
Endalak = mencari

D. Struktur Bahasa Serawai


Kata Ganti Subjek
1. Aku Dalam percakapan dengan siapa pun lawan bicara tetap
menggunakan kata “Aku”. Seperti “aku jemau Manna” (Aku orang
Manna).
2. Kamu Di daerah kota manna penggunaan kamu dapat digantikan
dengan Nama apabila lawan bicara adalah teman sebayan, dan bisa
menggunakan kata “kaba”, kata “kaba” terdengar sangat kasar apabila
disapakan kepada orang yang lebih tua. Sehingga kata “kaba”

7
dikhususkan untuk teman yang sebayan. Seperti “Kaba endak
kemanau”(kamu mau kemana). Untuk sapan kepada yang lebih tua
biasanya menggunakan kata ”dighi”. Seperti “dighi jak manau” (Kamu
dari mana).
Rumus Bahasa berbicara bahasa serawai sebenarnya bisa dikatakan
mudah. Hampir semua bahasa Melayu Indonesia sama dengan bahasa
Serawai.
1. Penambahan “U” Setiap kali berbicara menggunakan bahasa serawai,
penggunaan bahasa indonsia yang berakhiran huruf “a” akan ditambah
dengan huruf “u”. Contoh : Kemana = Kemanau Gila = Gilau Mana =
manau Siapa = Siapau Bisa(racun) = bisau Kita = Kitau
3. Struktur kalimat Kalimat positif = subjek + kata kerja + objek. dan juga
bisa diberi keterangan. Jika dalam bahasa Indonesia predikat
menggunakan awal huruf m, dalam bahasa serawai huruf m boleh
dihilangkan. Tapi hanya beberapa saja yang dapat di hilangkan. Contoh
: Aku embeli ayam di pekan = Saya membeli ayam di pasar. Uncu
masak gulai ikan = bibi masak gulai ikan Kalimat negataif. Penggunaan
kalimat negatif biasaanya menggunakan endik(tidak). Subjek + endik +
predikat + objek. Aku embuat layang-layang(aku membuat layang-
layang ) > aku endik embuat layang-layang(aku tidak membuat layang-
layang) Aku galak beghusiak(aku suka bermain) > aku endik galak
beghusiak(aku tidak suka bermain) Kalimat tanya Pada dasarnya
struktur bahasa serawai hampir sama dengan bahasa Melayu versi
Indonesia. Seperti : Jak manau kaba(dari mana kamu) Endak kemanau
kaba(mau kemana kamu) Lah udim kaba bekerjau(sudahkah kamu
bekerja) Cara melafaskan kata Jika dalam bahasa Indonesia pengucapan
huruf r di ujung lidah. Namu dalam bahasa serawai, biasanya apa bila
ada kata yang menggunakan huruf r. pengucapannya dilakukan di
pangkal lidah sehingga akan berubah bunyi menjadi “gh”. Seperti :
Ghumah(rumah) Gheban(kandang tempat ternak) Akan tetapi ada juga

8
yang tidak bisa dirubah menjadi bunyi “gh” Seperti : Rajin Riang
Make.

Anda mungkin juga menyukai