Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM


BIDANG MORFOLOGI”

DOSEN MATA KULIAH


YENI SETIATI, S. Pd., M. Pd.

DISUSUN OLEH:
1. FEBRIUSTA ALRUTVI JENGRANI 4201614128
2. GIAN SELVINA 4201614025

JURUSAN AKUNTANSI
PRODI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2018
i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membahas mengenai
“Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Morfologi”. Diucapkan pula terima
kasih kepada Ibu Yeni Setiati, S.Pd., M. Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Untuk itu disusunlah makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca
untuk lebih memahami lagi tentang demokrasi yang ada di Negara Indonesia ini untuk
memperlancar proses pembelajaran. Namun demikian tentu saja dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata
yang tepat. Dengan ini, dimemohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak
kekurangan. Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Pontianak, 20 Januari 2018


Penulis,

Kelompok XIII
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Morfologi ................................ 3
B. Bentuk-Bentuk Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi ............................... 3
1. Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Afiksasi ............................................ 3
a. Salah Menentukan Bentuk Asal .............................................................. 3
b. Fonem Yang Luluh, Tidak Diluluhkan ................................................... 4
c. Fonem Yang Tidak Luluh, Diluluhkan ................................................... 4
d. Penyingkatan Morf Men-, Meny-, Meng-, dan Menge- Menjadi N, Ny,
Ng, dan Nge ............................................................................................ 4
e. Perubahan Morfem Ber-, Per-, Dan Ter- Menjadi Be-, Pe-, dan Te- ..... 5
f. Penulisan Morfem Yang Salah ............................................................... 6
1. Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Reduplikasi ...................................... 8
2. Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Gabungan Kata Atau Kata
Majemuk ...................................................................................................... 8
a. Kata Majemuk yang Ditulis Serangkai ................................................... 8
b. Kata Majemuk yang Ditulis Terpisah ..................................................... 9
c. Perulangan Kata Majemuk...................................................................... 9
d. Kata Majemuk Berafiksasi.................................................................... 10
e. Kata Majemuk dengan Gabungan Afiks dan Sufiks ............................. 10

BAB III : PENUTUP................................................................................................ 11


A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa dalam penggunaan bukanlah sekedar alat komunikasi, tetapi lebih dari
itu bahasa dalam penggunaaan merupakan bagian dari pesan dalam komunikasi.
Dalam kegiatan berkomunikasi lisan maupun tulisan
(menyimak,berbicara,membaca dan menulis) setiap hari menggunakan Bahasa.
Dalam berkomunikasi dengan Bahasa itu pasti membuat kesalahan. Kesalahan itu
ada yanh sistematis danada yang tidak sistematis. Dalam kaitannya dengan analisis
kesalahan, yang dilihat adalah kesalahan yang bersifat sistematis. Kesalahan
sistematis berarti kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Kompetensi
dalam pembicaraan ini adalah kemampuan pembicara atau penulis untuk
melahirkan pikiran dan perasaannya melalui Bahasa sesuai dengan kaidah Bahasa
yang berlaku. Bahasa yang digunakan itu berwujud kata, kalimat, dan makna yang
mendukungnya. Kata dan kalimat berunsurkan bunyi-bunyi yang membedakan
yang disebut dengan fonem.
Memperhatikan penjelasan diatas, kesalahan yang perlu dianalisis mencakup
tataran tata bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morgfologi), tata kalimat (sintaksis),
dan tataran tata makna (semantik). Analisis kesalahan bidang tata bunyi
berhubungan dengan kesalahan ujaran atau pelafalan, grafemik, pungtuasi, dan
silabisasi. Analisis kesalahan dalam tata bentuk tentu saja kesalahan dalam bentuk
kata terutama pada afiksasi. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika
kalimat. Dan yang terakhir adalah kesalahan dalam bidang semantik yang berkaitan
dengan ketepatan penggunaan kata, frase atau kalimat yang didukung oleh makna
baik, makna gramatikal, ataupun makna leksikal.
Kesalahan berbahasa merupakan suatu bagian dari pembelajaran Bahasa itu
sendiri. Umumnya kesalahan yang terjadi dalam berbahasa tersebut disebabkan
oleh adanya interferensi Bahasa dan penyamarataan. Meskipun, merupakan bagian
dari pembelajaran Bahasa, kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh
siswa harus diminimalisir bahkan dihapuskan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang baik. Fenomena Bahasa yang memiliki
kesalahan salah satunya adalah kesalahan dalam morfologi, namun kasus kesalahan
dalam morfologi berbeda-beda. Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas
tentang kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi.

1
2

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan analisis kesalahan dalam bidang morfologi?
2. Seperti apa bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis kesalahan dalam bidang
morfologi.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari kesalahan berbahasa dalam bidang
morfologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Morfologi


Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa
digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi : kegiatan mengumpulkan
sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel,
menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi
taraf keseriusan kesalahan itu.
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan
dengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini
berkaitan juga dengan bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam
penulisan morfologi itu dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi
disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat
dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau
kata majemuk.

B. Bentuk-Bentuk Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi


1. Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Afiksasi
Kesalahan berbahasa dalam tataran afiksasi dapat disebabkan oleh berbagai
hal. Hal-hal tersebut diantaranya:

a. Salah Menentukan Bentuk Asal


Kata telantar dan telunjur dianggap berasal dari bentuk asal lantar dan lunjur.
Kemudian dari kedua bentuk asal yang salah itu dibentuklah kata kompleks
terlantar dan terlunjur. Dari kata kompleks mengelola diambil kesimpulan bahwa
bentuk asalnya adalah lola. Dari bentuk dasar lola dibentuk kata dilola dan melola.
Tentu saja bentukan baru itu salah karena bentuk asalnya pun salah. Bentuk asal
yang benar adalah kelola.
Berikut ini disajikan sejumlah contoh bentuk asal yang salah dan di
sebelahnya disertakan bentuk asal yang benar.
Salah Benar
Himbau Imbau
Telor Telur

3
4

b. Fonem Yang Luluh, Tidak Diluluhkan


Fonem /t/ dalam kata terjemah dan fonem /s/ di awal kata sukses seharusnya
luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem men-. Dalam kenyataan
penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata
kompleks menterjemahkan dan menyukseskan. Hasil pengafiksasian seharusnya
menerjemahkan dan menyukseskan.
Berikut ini disajikan sejumlah contoh kata-kata lain yang fonem awalnya
seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan dalam proses afiksasi.
Salah Benar
Mentabrak Menabrak
Mentendang Menendang

c. Fonem Yang Tidak Luluh, Diluluhkan


Fonem /t/ dalam kata fitnah, foto, dan fokus seharusnya tidak luluh apabila
kata-kata itu digabung dengan morfem meN-. Dalam kenyataan penggunaan
bahasa fonem /f/ dalam kata-kata tersebut luluh dalam proses afiksasi dengan
morfem meN-. Akibatnya terjadilah kesalahan berbahasa dalam bidang
morfologi.
Berikut ini penulis sajikan sejumlah contoh kata lain yang fonem pertamanya
(/f/ atau /p/) seharusnya tidak luluh tetapi diluluhkan oleh pemakai bahasa dalam
proses afiksasi.
Salah Benar
Memitnah Memfitnah
Memilemkan Memfilemkan

d. Penyingkatan Morf Men-, Meny-, Meng-, dan Menge- Menjadi N, Ny, Ng, dan
Nge
Salah satu morfem pembentuk kata kerja yang sangat produktif dalam bahasa
Indonesia adalah morfem meN-. Variasi atau alomorf morfem meN- adalah me-,
men-, meny-, mem-, meng-, dan mengetahui-. Dalam penggunaan bahasa,
mungkin karena pengaruh bahasa daerah, morf men-, meny-, meng-, dan menge-
disingkat menjadi n, ny, ng, dan nge dalam pembentukan kata kerja. Hal ini tentu
menimbulkan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.
Berikut ini disajikan sejumlah contoh pembentukan kata kerja yang salah
karena menyingkat morf men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan
nge.
1) Morf men- disingkat menjadi n
Salah Benar
Natap Menatap
Nari Menari
5

2) Morf men- disingkat menjadi n


Salah Benar
Nyuruh Menyuruh
Nyapu Menyapu

3) Morf meng- disingkat menjadi ng


Salah Benar
Ngarang Mengarang
Ngambil Mengambil

4) Morf menge- disingkat menjadi nge


Salah Benar
Ngelap Mengelap
Ngecat Mengecat

e. Perubahan Morfem Ber-, Per-, Dan Ter- Menjadi Be-, Pe-, dan Te-
1) Morfem ber- berubah menjadi be- apabila bergabung dengan kata-kata:
a) Yang diawali oleh fonem /r/
b) Yang suku pertamanya mengandung bunyi (er)
Salah Benar
Berracun Beracun
Berkerja Bekerja

2) Morfem per- berubah menjadi pe- apabila bergabung dengan kata-kata:


a) Yang diawali oleh fonem /r/
b) Yang suku pertamanya mengandung bunyi (er)
Salah Benar
Perracun Peracun
Perkerja Pekerja

3) Morfem ter- berubah menjadi te- apabila bergabung dengan kata-kata:


a) Yang diawali oleh fonem /r/
b) Yang suku pertamanya mengandung bunyi (er)
Salah Benar
Terraih Teraih
Terperdaya Teperdaya
6

f. Penulisan Morfem Yang Salah


1) Morfem non dan pan bila digabung dengan kata-kata yang diawali dengan
huruf kapital maka di antara morfem non dan pan dengan kata tersebut diberi
garis tanda pisah.
Salah Benar
Non Islam Non-Islam
Pan Asia Pan-Asia

2) Morfem –Mu dan –Nya sebagai kata ganti untuk Allah selalu ditulis dengan
huruf kapital bila digabungkan dengan bentuk gramatik lainnya.
Salah Benar
Hambanya HambaNya
Kepadanya KepadaNya

3) Morfem ku- dan kau- yang dikenal dengan nama klitika dituliskan serangkai
dengan kata kerja yang mengikutinya.
Salah Benar
Ku ajar Kuajar
Kau akhiri Kauakhiri

4) Morfem di, ke dan dari yang dikenal dengan nama depan ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya.
Salah Benar
Dirumah Di rumah
Dipasar Di pasar

Selain di depan keterangan tempat atau arah kata depan di juga dituliskan
di depan kata ganti dan keterangan waktu. Penulisan seperti halyang terakhir
ini tidak tepat. Lebih tepat apabila kata depan di diganti dengan kata pada.
Salah Benar
Di mereka Pada mereka
Di pagi hari Pada pagi hari

Kata depan ke digunakan untuk menyatakan tempat, arah, atau tujuan.


Kata depan ke selalu ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Salah Benar
Keatas Ke atas
Kesamping Ke samping
7

Selain di depan keterangan tempat atau arah, kata depan ke juga


digunakan di depan kata ganti. Penulisan seperti ini tentu tidak tepat sehingga
menimbulkan kesalahan berbahasa.
Salah Benar
Ke saya Kepada saya
Ke mereka Kepada mereka

Kata depan dari digunakan untuk menyatakan tempat atau arah. Kata
depan dari selalu dituliskan secara terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Salah Benar
Dariatas Dari atas
Daritengah Dari tengah

5) Morfem per dan pun yang lebih dikenal dengan nama partikel per dan pun
cara penulisannya ada dua. Pertama dituliskan secara terpisah dan kedua
dituliskan secara terpadu.
a) Apabila partikel per berarti mulai, demi, atau tiap, maka partikel per ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Salah Benar
Perjam Per jam
Perhari Per hari

b) Apabila partikel per tidak berarti mulai, demi, atau tiap, maka partikel per
itu bernama morfem per- dituliskan serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Salah Benar
Per besar Perbesar
Per satu Persatu

c) Apabila partikel pun bermakna juga, maka partikel pun dituliskan secara
terpisah dengan kata yang diikutinya.
Salah Benar
Airpun Air pun
Akupun Aku pun

d) Apabila partikel pun tidak bermakna juga, maka partikel pun dituliskan
secara terpisah dengan kata yang diikutinya.
Salah Benar
Kendati pun Kendatipun
Sekali pun Sekalipun
8

2. Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Reduplikasi


Kesalahan berbahasa dalam tataran reduplikasi disebabkan oleh berbagai hal.
Bentuk dasar dapat diulang sehingga menghasilkan bentuk gramatik yang baru.
Bentuk dasar itu dapat diulang seluruhnya dan dapat pula diulang sebahagian.
Hasil perulangan itu disebut kata ulang. Ada dua sumber penyebab kesalahan kata
ulang, yakni cara penulisan dan penentuan bentuk dasar yang diulang.

a. Kata ulang ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung
(-)
Salah Benar
Kuda kuda Kuda-kuda
Tolak menolak Tolak-menolak

b. Morfem non dan pan bila digabung dengan kata-kata yang diawali dengan huruf
kapital maka di antara morfem non dan pan dengan kata tersebut diberi garis tanda
pisah
Salah Benar
Cinta-menyintai Cinta-mencintai
Cari-menyari Cari-mencari

3. Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Gabungan Kata Atau Kata Majemuk


Kesalahan berbahasa dalam tataran gabungan kata atau kata majemuk terjadi
dalam penggabungan, reduplikasi, dan afiksasi. Penyebab-penyebabnya yaitu:

a. Kata Majemuk yang Ditulis Serangkai


Sejumlah kata majemuk telah mengalami proses perpaduan secara sempurna.
Kata majemuk yang telah mengalami proses perpaduan seperti ini biasanya ditulis
serangkai.
Salah Benar
Bumi putra Bumiputra
Darma wisata Darmawisata

Kata majemuk yang ditulis serangkai ini dapat dikenali dengan salah satu
unsurnya. Unsur-unsur seperti anti, antar, baku, dasa, ekstra, infra, intra, dan
9

lainlain, merupakan tanda bahwa paduan kata dengan kata tersebut di atas adalah
kata majemuk yang ditulis serangkai.
Salah Benar
Anti narkotika Antinarkotika
Antar pulau Antarpulau
Baku hantam Bakuhantam
Dasa marga Dasamarga
Ekstra parlementer Ekstraparlementer
Infra merah Inframerah
Intra molekul Intramolekul

b. Kata Majemuk yang Ditulis Terpisah


Sebagian besar kata majemuk dalam bahasa Indonesia sedang mengalami
proses penyatuan. Selama proses ini belum selesai maka kata majemuk itu ditulis
terpisah.
Salah Benar
Anakbawang Anak bawang
Jurumasak Juru masak

Kata majemuk yang ditulis terpisah ini mempunyai ciri tertentu. Biasanya
salah satu unsur pembentuk kata majemuk itu adalah kata-kata yang tertulis
berikut ini.
Salah Benar
Adulari Adu lari
Anakasuh Anak asuh
Bibirbelanga Bibir belanga
Besarkepala Besar kepala
Burukhati Buruk hati

c. Perulangan Kata Majemuk


Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam perulangan kata majemuk.
Kata majemuk merupakan perpaduan dua kata atau lebih menjadi satu kata baru.
Perpaduan kata pembentuk kata majemuk itu ada yang sudah berpadu benar dan
ada pula yang dalam proses berpadu secara lengkap atau utuh. Kata majemuk yang
sudah dianggap bersatu benar bila diulang, perulangannya berlaku seluruhnya.
Kata majemuk yang belum berpadu benar-benar terbukti dalam penulisannya
yang masih berpisah apabila diulang seluruhnya atau diulang sebagian.
10

1) Perulangan seluruhnya
Salah Benar
Buah-buah hati Buah hati-buah hati
Harta-harta benda Harta benda-harta benda

2) Perulangan sebagian
Salah Benar
Abu gosok-abu gosok Abu-abu gosok
Alat ukur-alat ukur Alat-alat ukur

3) Lebih dianjurkan perulangan sebagian


Tidak dianjurkan Dianjurkan
Rumah sakit jiwa-rumah sakit Rumah-rumah sakit jiwa
jiwa
Wakil kepala bagian-wakil kepala Wakil-wakil kepala bagian
bagian

d. Kata Majemuk Berafiksasi


1) Kata majemuk berawalan
Salah Benar
Beraducepat Baradu cepat
Dicacimaki Dicaci maki

2) Kata majemuk berakhiran


Salah Benar
Anakasuhan Anak asuhan
Anakdidikan Anak didikan

e. Kata Majemuk dengan Gabungan Afiks dan Sufiks


Salah Benar
Dialih bahasakan Dialihbahasakan
Pemberi tahuan Pemberitahuan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan
oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel
kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan
kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf
keseriusan kesalahan itu. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian
besar berkaitan dengan bahasa tulis.
2. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kesalahan
dalam tatanan afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah pemilihan kata merupakan mutu dan
kelengkapan kata pada suatu kalimat yang dikuasai seseorang sehingga mampu
menggunakan secara tepat dan cermat, sehingga pemilihan kata dan penulisan kata
sangat penting dalam membuat sebuah kalimat. Untuk itu, diharapkan agar dapat
mempelajari lebih mendalam mengenai struktur Bahasa, sehingga kesalahan yang
sering terjadi semakin berkurang dan kemudian akan hilang.

11
iii

DAFTAR PUSTAKA

Eka, Riri. “Analisis Kesalahan Berbahasa”.


http://mencariilmuriri.blogspot.co.id/2014/11/analisis-kesalahan-berbahasa.html
(diakses tanggal 14 November 2014)
Sari, Yunita. “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Tatanan Morfologi”.
http://yunitassari.blogspot.co.id/2014/11/analisis-kesalahan-berbahasa-
indonesia.html (diakses tanggal 19 November 2014)

Anda mungkin juga menyukai