Anda di halaman 1dari 6

PENYIASATAN STRUKTUR

Penyiasatan struktur atau sarana retorika merupakan suatu gaya bahasa yang bermain
diranah struktur. Dimana penyiasatan struktur ini berfungsi sebagai struktur yang sengaja
disiasati, dimanipulasi, dan didayakan dengan tujuan untuk memperoleh efek keindahan.

Menurut Altenbernd Istilah sarana retorika atau penyiasatan struktur dipandang


sebagai sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran yang bertujuan untuk menghadirkan
dan menarik perhatian pembaca.

1. REPETISI
Penyiasatan struktur yang banyak ditemukan data, teks sastra adalah repetisi. Repetisi
adalah bentuk pengulangan baik berupa pengulangan bunyi, kata, bentukan kata, frase,
kalimat, maupun bentuk lain yang bertujuan memperindah penuturan. Bentuk-bentuk repetisi
dapat mencakup berbagai unsur kebahasaan. Misal: bentuk repetisi, paralelisme, anafora,
polisindenton, dan asindenton (Nurgiyantoro, 2014:247). Berikut beberapa bentuk stile
repetisi :

a. Repetisi

Secara bentuk penyiasatan struktur yang mengandung unsur pengulangan adalah


bagian dari repetisi. Gaya repetisi yang mengandung unsur pengulangan, misalnya kata-
kata atau frase tertentu, yang dimaksudkan untuk menekankan dan menegaskan
pentingnya suatu yang dituturkan. Kata atau kelompok kata yang diulang bisa terdapat
dalam satu kalimat atau lebih, berada pada posisi awal, tengah atau di tempat yang lain
yang bertujuan untuk memperindah penuturan. (Nurgiyantoro, 2014:248).
Bentuk-bentuk repetisi dapat mencakup berbagai unsur kebahasaan seperti
pengulangan bunyi, kata, bentuk kata, frase, kalimat, larik, bait, tanda baca atau bentuk
yang lain.
b. Paralelisme

Paralelisme menurut arti katanya dapat diartikan sebagai suatu majas yang
mengungkapkan tentang suatu hal yang saling menunjukkan titik kesejajaran suatu benda.
Paralelisme juga lazimnya digunakan dalam mengungkapkan kata-kata pada puisi, dimana
disetiap baris dalam satu bait menggunakan kata yang sama. Majas ini termasuk dalam majas
pertautan dimana gaya bahasa menggunakan kata-kata yang mempunyai kaitan makna
sesuatu. Adapun tujuannya adalah untuk menunjukan suatu titik kesamaan kedudukan
sesuatu yang sering dianggap sebagai suatu yang memiliki jarak karena memiliki
karakteristik yang berbeda, untuk menyatakan sesuatu melalui cara kata yang diulang terus
menerus untuk menggambarkan makna yang ingin diutarakan sama seperti deskripsi dari kata
yang diulang-ulang itu. Paralelisme sering kali digunakan untuk mengungkapkan isi hati
seseorang melalui puisi-puisi yang dibuatnya.

c. Anafora

Anafora merupakan gaya yang memiliki ciri khas yaitu menggunakan kata – kata yang
diulang – ulang. Dalam gaya anafora, pengulangan kata terjadi di awal kalimat pada setiap
baris atau setelah tanda koma pada satu kalimat. Dalam kalimat anafora, terjadi pengulangan
kata atau frasa yang mana dimaksudkan untuk mempertegas suatu makna dari gagasan atau
ide yang ingin diungkapkan. Pengulangan – pengulangan kata pada anafora dapat memberi
makna penegasan. Mengingat bentuk dari kalimat anafora, dapat juga dikelompokkan sebagai
pecahan dari gaya paralelisme, yang mana merupakan majas perulangan. Kalimat – kalimat
pengulangan seperti anafora ditemukan sangat banyak dalam puisi – puisi, atau dapat juga
digunakan dalam kalimat berbentuk pertanyaan namun tidak membutuhkan jawaban. Hal ini
karena maksud dari pengulangan-pengulangan kata tersebut hanya untuk mempertegas
maknanya saja.

d. Polisendenton dan Asindenton

Polisendenton merupakan gaya bahasa penegasan dengan menyebutkan beberapa benda,


hal, atau keadaan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung. Sedangkan
Asindenton adalah gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa benda, hal atau
keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
2. PENGONTRASAN
Gaya pengontrasan atau pertentangan adalah suatu bentuk gaya yang menuturkan sesuatu
secara berkebalikan dengan sesuatu yang disebut secara harfiah. Artinya, sesuatu yang
sebenarnya dimaksudkan oleh penutur adalah dalam pengertian yang sebaliknya dari apa
yang diungkapkan.

a. Hiperbola

Gaya ini biasanya dipakai jika seseorang bermaksud melebihkan sesuatu yang
dimaksudkan dibandingkan keadaan yang sebenarnya dengan maksud untuk menekankan
penuturannya. Makna yang ditekankan atau dilebih-lebihkan sering menjadi tidak masuk akal
untuk ukuran nalar biasa. Namun orang akan dapat memahami bahwa makna tersebut
dimaksudkan oleh penutur (Nurgiyantoro, 2014:261).

b. Litotes

Litotes merupakan gaya melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya
dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri, padahal maksudnya tinggi. Atau,
dalam pengertian yang lain litotes adalah majas yang mengecilkan suatu hal yang positif
menjadi negatif atau dalam kata lain mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Majas litotes
merupakan majas pertentangan yang bertujuan mempengaruhi orang lain dengan cara
merendahkan diri. Dalam pengungkapannya, majas litotes mengurangi atau melemahkan
kenyataan yang sebenarnya. Litotes dapat diartikan sebagai ungkapan berupa mengecilkan
fakta. Hal ini biasanya untuk menjaga kesopanan atau menghaluskan.

c. Paradoks

Paradoks merupakan gaya pernyataan yang betul atau sekelompok pernyataan yang menuju
ke sebuah kontradiksi atau ke sebuah situasi yang berlawanan dengan intuisi. Intuisi disini
bisa diartikan sebagai pengalaman atau perkiraan.

d. Ironi dan sarkasme

Ironi dan sarkasme juga stile yang menampilkan penuturan yang bermakna kontras. Jika
gaya paradox menampilkan kata atau ungkapan kontraks secara eksplisit “sekadar” untuk
menekankan gaya yang dimaksud , kedua gaya ini menampilkan sesuatu yang harus dipahami
menurut gaya kontrasnya. Kedua gaya ini menampilkan ungkapan yang maksudnya harus
dicari dalam maknanya kontraksnya dengan apa yang dituturkan. Kedua gaya ini digunakan
untuk menampilkan sesuatu yang bersifat ironis contohnya untuk menyindir,mengritik
ataupun mengecam.

3. SUSUNAN LAIN
Penyiasatan struktur yang terlihat intensif dipergunakan adalah yang berbasis pada
pengulangan. Masih ada stile bentuk penyiasatan struktur lain yang dipergunakan dalam teks
sastra. Misalnya, gaya pertanyaan retoris, klimaks, antiklimaks, antitesis, dan lain-lain
(Nurgiyantoro, 2014:271).

a. Pernyataan Retoris

Pertanyaan retoris menekankan pengungkapan tentang gagasan atau sesuatu dengan


menampilkan semacam pertanyaan yang sebenarnya tidak menghendaki jawaban.
Pertanyaan yang dikemukakan telah dilandasi oleh asumsi bahwa hanya terdapat satu
jawaban yang mungkin, di samping penutur juga mengasumsikan pembaca telah
mengetahui jawabannya. Dimaksudkan untuk membangkitkan efek retoris yang mengena
sekaligus untuk melibatkan pembaca atau pendengar baik secara rasional maupun
emosional (Nurgiyantoro, 2014:271).

b. Klimaks dan Antiklimaks

Klimaks dan Antiklimaks dimaksudkan untuk mengungkapkan dan menekankan gagasan


atau sesuatu yang lain dengan cara menampilkannya secara berurutan. Adapun klimaks itu
sendiri penyampaiannya menunjukkan semakin meningkatnya intentitas pentingnya gagasan.
Dari yang rendah menuju yang lebih tinggi tingkatannya atau sering disebut berbentuk
hierarki. Sedangkan Antiklimaks bersifat sebaliknya yaitu semakin mengendur. Ini hanyalah
masalah gaya,strategi, atau cara untuk menarik perhatian pembaca juga pendengar. Adapun
tujuan keduanya adalah sama yaitu untuk menunjukkan pentingnya sesuatu yang sedang
dituturkan.
c. Antitesis

Antitesis memiliki kemiripan dengan gaya paralelisme, namun gagasan yang ingin
disampaikan justru bertentangan. Gagasan yang bertentanga tersebut dapat diwujudkn ke
dalam kata atau kelompok kata yang berlawanan.

4. LANGKAH KAJIAN UNSUR PERMAJASAN DAN PENYIASATAN


STRUKTUR
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai