Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MANDIRI

BAHASA INDONESIA

MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA

Disusun oleh;

Nama : Meli Saputra

Npm : 180410025

Dosen :Yunisa Oktavia S.pd M.pd

Prodi : Bahasa Indonesia

UNIVERSITAS PUTERA BATAM TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan baik. Adapun isi dari
makalah ini yakni, mengenai Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis, adapun kekurangan
dari makalah ini saya ucapkan mohon maaf.

Akhir kata saya ucapkan Wassalamualaikum Wr.Wb.

Meli Saputra

Batam 30 Mei 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB. I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3. Tujuan Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB. II. PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.1. Tinjauan Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.2. Temuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.3. Kesalahan Global dan Kesalahan Lokal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB. III PENUTUP. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3.1.Rekomendasi( Kesimpulan) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit


kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem
kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. S. Piet
Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan bahwa
kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini
disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode.
Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2 (bahasa
yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang belajar B1 (bahasa ibu).

Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja
yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data,
mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan
dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa.

Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan.


Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak
bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia
membuat kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau
kalimat yang digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa
Indonesia. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah,
dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa yang baik ini
adalah ukuran intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan
ketidaksalahan intrabahasa adalah ukuran kebahasaan.

Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena faktor performansi, sedangkan


kesalahan berbahasa disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi meliputi
keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga menyebabkan kekeliruan dalm
melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kekeliruan
ini bersifat acak, maksudnya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik.
Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa yang bersangkutan
dengan cara lebih mawas diri dan lebih memusatkan perhatian pada pembelajaran.
Sedangkan kesalahan yang di sebabkan faktor kompetensi adalah kesalahan yang
disebabkan siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan berbahasa akan sering terjadi apabila pemahaman siswa tentang sistem
bahasa kurang. Kesalahan berbahasa dapat berlansung lama apabila tidak
diperbaiki. Guru dapat melakukan perbaikan dengan melalui remedial, latihan,
praktik, dan lain sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah.


1. Apa saja jenis – jenis kesalahan yang sering dilakukan pengguna bahasa?

1.3. Tujuan Pembahasan


Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
bentuk kesalahan – kesalahan yang sering di lakukan oleh pengguna ba
BAB II
PEMBAHASAN

Tinjauan teori

Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik


(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh
intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Kesalahan
berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu
terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan bahasa
kedua (B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau
intervensi B1 pada B2. Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa
disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya: kurikulum, guru,
pendekatan,pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang tepat
(Tarigan, 1997). Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilayah
(taksinomi) kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan:

1. taksonomi kategori linguistik;


2. taksonomi kategori strategi performasi;
3. taksonomi kategori komparatif;
4. taksonomi kategori efek komunikasi.
Anda dapat mempelajari taksonomi tersebut dalam sajian berikut. Taksonomi
kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi (1990), dibedakan sebagai berikut.
Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen
bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan
dibedakan menjadi:

1. Kesalahan fonologi;
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa
dan distribusinya.Berdasarkan asal usul kata, fonologi berasal dari gabungan
kata fon yang artinya bunyi dan logi yang artinya ilmu. Sebagai sebuah
cabang ilmu, fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari
tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. [2]
Bidang kajian fonologi ialah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran
dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Fonologi terdiri dari dua
bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik.

2. Kesalahan morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk”
dan kata logi yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ Ilmu
yang mempeajari tentang bentuk-bentuk dan pembentukan kata”. Sedangkan di
dalam kajian biologi morfologi berarti “ilmu mengenai bentuk-bentuk sel
tumbuhan atau jasad-jasad mahkluk hidup”.

Berbicara mengenai pembetukan kata akan melibatkan komponen atau unsur


pembentukan kata, yaitu morfem, baik morfem dasar ( bebas ) maupun morfem
terikat ( afiks dan dasar ), dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu
afiks dalam proses pembentukan kata melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun
pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi,
penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi. Jadi,
ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan dan
makna sesuai dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan.
3. Kesalahan sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa,
klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan
dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase,
kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis Grafura : 2008). Bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan hukum-hukumnya (DM, MD)
(Maharsiwi : 2009). kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan
kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya
daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang
berstruktur tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang
tidak tepat yang menbentuk kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang
digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.

4. Kesalahan semantik
Kesalahan berbahasa dalam semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis
maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonolgi,
morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini
penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang b pada penyimpangan
makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi,
jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang
dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.

a. Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip


b. Kesalahan pilihan kata atau diksi.

kesalahan merupakan melawankan kata ‘salah’ dengan ‘betul’, maksudnya kata


‘salah’ berarti tidak betul, tidak menurut aturan yang telah ditetapkan. Kesalahan
itu dapat disebabkan oleh ketidaktahuan/kekhilafan jika dihubungkan dengan
pemakaian kata. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) dijelaskan kesalahan
adalah kekeliruan atau kealpaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesalahan
adalahBahasa Indonesia yang Baik dan Benar.
Peranan bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat
penyampai maksud dan perasaan seorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Disikapi dari sudut ini, sudah baiklah bahasa seseorang apabila
sudah mampu mengemban amanat tersebut. Namun, mengingat bahwa situasi
kebahasaan itu bermacam-macam adanya, tidak selamanya bahasa yang baik itu
benar, atau sebaliknya, tidak selamanya bahasa yang benar itu baik. Demikian
pula halnya dalam bahasa Indonesia, yakni bahasa Indonesia yang baik tidak
selalu benar dan bahasa Indonesia yang benar tidak selalu baik (Sloka, 2006:112).
Sedangkan menurut (Hasan Alwi, 2010:20). Pemakaian bahasa yang mengikuti
kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa
yang benar.

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan
yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan zaman.

Hakikat Ejaan

Ejaan Kaidah ejaan dalam tata tulis sangat penting. Kesalahan ejaan
dapat menimbulkan kesalahan tanggapan pembaca terhadap gagasan yang
dikemukakan oleh penulis Gantamitreka, (2016:179). Menurut pendapat
lain Gantamitreka, (2016:9), ejaan adalah kaidah-kaidah cara
penggambaran bunyibunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Menurut Setyawati,
(2010:156), secara teknis ejaan adalah aturan tulis- menulis dalam suatu
bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca. Kedua pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam
menggambarkan suatu bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca.
Ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini dikenal dengan
sebutan ejaan yang disempurnakan (EYD).

b. Penggunaan Huruf Kapital

a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.

Misalnya: “Apa maksudnya?”

“Kita harus bekerja keras.”

“Dia membaca buku.”


“Pekerjaan itu akan selesai dalam waktu satu jam.”

Kesalahan Berbahasa
Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa.
Yakni pandangan dari sudut guru dan pandangn dari sudut siswa . Dari sudut
guru, kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa.
Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran
bahasa tidak berhasil atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa itu harus
dihindari agar pengajaran bahasa berhasil.
Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa merupakan bagian
integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau
bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna komponen proses belajar-
mengajar bahasa.
Lalu akan timbul apa yang dimaksud kesalahan berbahasa? Untuk menjawab
pertanyaan ini, menurut Djago Tarigan (1997:29) dapat dilihat dengan
berpedoman pada semboyan “Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar”.
Dalam semboyan itu, ada dua ukuran yang dapat dijadikan dasar.
Ukuran pertama berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi.
Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu ialah: siapa berbahasa dengan
siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa
(peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur mana (lisan atau tulisan),
media apa (tatap muka, telepon, surat, buku, koran, dsbnya), dan dalam peristiwa
apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta
dan sebagainya).

No. Kata-kata yang salah. Kata-kata yang benar.


1. Terdapat ada beberapa
kesalahan dalam penulisan,
seperti:
1. Praktek menjadi praktik.
2. Jam menjadi pukul.
No. Kata-kata yang salah Kata-kata yang benar
2.

Kesalahan penulisan
disebabkan oleh penggunaan
bahasa sehari-hari.
Bis seharusnya menjadi bus

No. Kata-kata yang salah Kata-kata yang benar


3.
Ada kesalahan kata pada
gambar tersebut, seperti :
1 Kata urang menjadi orang .
2 Kata ngga’ menjadi tidak.
3 Kata pitnah menjadi fitnah.

4
Kesalahan kata pada gambar
tersebut adalah.

Kata tehnik seharusnya


menjadi teknik
No Kata-kata yang salah. Kata-kata yang
benar.
5

Kata mencontek
bukan merupakan
kata baku namun
kebiasaan dalam
sehari-hari, yang
benar adalah
mensontek

Penggunaan kata
antri sering kita di
sekitar kita namun
kata itu tidak baku,
kata bakunya adalah
antre

Kata telor
merupakan kata
sehari-hari yang
merupakan
kebiasaan, yang
benar adalah telur

Kata himbauan
sering kita temuin
pada pengumuman
atau baliho, namun
yang benar adalah
imbauan yang
mempunyai kata
dasar imbau berarti
memanggil,
menyapa
9

Kata pada iklan


tersebut merupakan
tidak baku coklat,
kata bakunya adalah
cokelat
BAB III

PENUTUP

3.1.Rekomendasi (Kesimpulan)

Dari penjelasan diatas saya dapat simpulkan bahwa kesalahan berbahasa


merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan. Kesalahan
tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang
dari norma baku dan penggunaan kata sehari-hari. Hal itu dapat diketahui bahwa
kesalahan adalah penyimpangan norma-norma bahasa yang telah ditetapkan
dalam penggunaan bahasa. Kesalahan berbahasa ini dapat dilakukan oleh siapa
saja. Kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik
pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa
tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa
harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering
timbul dan banyak di temuin pada papan pengumuman, iklan-iklan, dan
sebagainya.karena kesalahan berbahasa bisa berefek pada penulisan-penulisan
ilmiah.

3.2.Saran

Saran yang dapat saya berikan adalah pemilihan kata merupakan mutu dan
kelengkapan kata pada suatu kalimat yang dikuasai seseorang sehingga mampu
menggunakan secara tepat dan cermat, sehingga pemilihan kata dan penulisan
kata sangat penting dalam membuat sebuah kalimat/artikel
DAFTAR PUSTAKA

Nurwicaksono, B. D., & Amelia, D. (2019). Analisis Kesalahan


Berbahasa Indonesia Pada Teks Ilmiah Mahasiswa. AKSIS: Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 138–153.
https://doi.org/10.21009/aksis.020201
Reza Qhadafi, M. (2018). Analisis Kesalahan Penulisan Ejaan yang
Disempurnakan dalam Teks Negosiasi Siswa SMA Negeri 3 Palu.
Jurnal Bahasa Dan Sastra, 3(4).
Zulkifli, O. (2013). Belajar Bahasa Secara Holistik : Apakah
Pandangan Murid? Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 13(2),
102–117. https://doi.org/10.17509/bs
LAMPIRAN

NO GAMBAR
1

2
3

5
6

7
8

10
11

12

Anda mungkin juga menyukai