Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan Rahmat,
karunia dan Ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Serikat Pekerja
dan Perundingan Bersama” tepat pada waktunya. Penulisan Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. Sholawat serta salam juga semoga
selamanya tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Keluarga, para sahabat serta
umatnya sekalian sampai yaumul akhir.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
penulisan ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Penulis
(Kelompok I)
[Date]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................................4
1.3 Maksud dan Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................5
1. Pengertian serikat kerja.........................................................................................................5
2. Landasan Pertimbangan Pembentukan Serikat Karyawan...................................................6
3. Langkah-langkah Pihak Manajemen....................................................................................7
4. Perundingan Kolektif............................................................................................................7
5. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)..........................................................................................9
6. Hubungan pekerja dan manajemen.....................................................................................14
7. Tindakan disiplin dan pengaduan..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................19
[Date]
BAB I
PENDAHULUAN
[Date]
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
a. Pengertian Serikat Pekerja.
b. Langkah-langkah pihak manajemen
c. Perundingan kolektif
d. Kesepakatan kerja bersama
e. Hubungan pekerja dan manajemen
f. Tindakan disiplin dan pengaduan
[Date]
BAB II
PEMBAHASAN
[Date]
3. Mixed Unions
Serikat karyawan yang mencakup para pekerja trampil, tidak terampil dansetengah
trampil dari suatu local tertentu tidak memandang dari industri mana. Bentuk serikat
karyawan ini mengkombinasikan craft unions dan industrial unions.
Sehingga syarat dan langkah pembentukan serikat karyawan adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan minimal 10 orang untuk membentuk serikat pekerja/serikat buruh,
2. Mendaftarkan serikat pekerja/serikat buruh ke Dinas Tenaga Kerja berdasarkan domisili
perusahaan,
3. Menginformasikan kehadiran serikat pekerja/serikat buruh ke manajemen perusahaan
dengan memberikan salinan AD/ART dan nomor bukti pencatatan serikat
pekerja/serikat buruh dari Dinas Tenaga Kerja,
Pada saat pembentukannya, suatu serikat pekerja/serikat buruh (SP) harus memiliki
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Hal ini berdasarkan Pasal 11 Serikat
Kerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:
(1) Setiap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus
memuat:
a. nama dan lambang;
b. dasar negara, asas, dan tujuan;
c. tanggal pendirian;
[Date]
d. tempat kedudukan;
e. keanggotaan dan kepengurusan;
f. sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan
g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.
4. Mengkomunikasikan kehadiran serikat pekerja/serikat buruh kepada karyawan lain dan
mengajak serta menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk,
5. Membuat buku anggota serikat pekerja/serikat buruh untuk kemudian dibuatkan kartu
anggota serikat pekerja/serikat buruh.
4. Perundingan Kolektif
Perundingan kolektif adalah suatu proses dimana perwakilan manajemen dan serikat pekerja
yang bertemu untuk merundingkan suatu kesepakatan tenaga kerja. Perundingan kolektif ini akan
memuat persetujuan tentang ketentuan khusus menyangkut upah, jam, dan kondisi kerja. Faktor-
faktor yang menjadi Pengaruh dalam Perundingan Kolektif:
1) Cakupan Rundingan yaitu banyaknya buruh yang akan terkena hasil perundingan atau
perjanjian kerja, seperti dalam suatu departemen, devisi, perusahaan atau keseluruhan
karyawan dalam suatu industri.
2) Tekanan-tekanan perundingan serikat karyawan. Selain penggunaan taktik tawar-
menawar, ada tiga tipe tekanan yang lebih kuat yang kadang-kadang digunakan:
a. Pemogokan
b. Mencegah atua menghalangi karyawan-karyawan yang ingin masuk kerja sewaktu
diadakan pemogokan.
c. Boycotts.
[Date]
3) Peran pemerintah. Serikat karyawan dan buruh sering lebih mempersilahkan intervensi
pemerintah untuk menyelesaikan berbagai masalah hubungan kerja mereka. Interverensi
ini paling tidak dalam bentuk segala perundang-undangan dan peraturan di bidang
perburuhan.
[Date]
4. Perwakilan serikat pekerja memeriksa secara informal para penyelia mereka dan anggota
serikat pekerja, perwakilan manajemen memeriksa manajemen puncak. Akhirnya, begitu
segala sesuatu menjadi teratur, satu persetujuan resmi disepakati dan ditandatangani.
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, Perjanjian Kerja Bersama adalah
perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa
serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Berarti, PKB selain berisi aturan atau syarat-syarat kerja bagi pekerja, PKB juga mengatur
hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja dan menjadi pedoman dalam penyelesaian
perselisihan antara kedua pihak. Dalam satu perusahaan hanya dapat membuat satu PKB yang
berlaku untuk seluruh pekerja di perusahaan tersebut.
Latar belakang dibuatnya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah jika pengusaha
mempekerjakan pekerja sekurang-kurangnya 10 orang, maka pengusaha wajib membuat
peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. Konvensi ILO no. 98 tentang berlakunya hak-hak dasar bagi pekerja untuk
berorganisasi dan untuk berunding bersama. Dan perlu adanya kejelasan yang menyeluruh
mengenai hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja, serta tata tertib dalam bekerja dan di
lingkungan kerja.
[Date]
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 116 (1) Perjanjian Kerja Bersama dibuat oleh serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha.
Dalam menentukan tim perunding pembuatan PKB, pihak pengusaha dan serikat pekerja
menunjuk paling banyak 9 orang dengan kuasa penuh sebagai tim perunding sesuai dengan
ketentuan masing-masing. Penyusunannya juga dilaksanakan secara musyawarah dan harus
dibuat secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia. Serikat pekerja yang dimaksud
adalah pekerja dalam suatu perusahaan atau pekerja yang berafiliasi dengan perusahaan.
Hal – hal yang harus diperhatikan ketika ingin membuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB):
1. PKB harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia
2. Dalam hal PKB dibuat tidak menggunakan bahasa Indonesia maka harus diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia
3. Masa berlaku PKB paling lama 2 tahun
4. PKB dapat diperpanjang masa berlal ya paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan
kesepakatan tertulis
5. Perundingan PKB berikutnya dimulai paling cepat 3 bulan
6. Apabila belum mencapai kesepakatan pada poin 5 PKB tetap berlaku untuk paling lama
1 tahun
7. Ketentuan dalam PKB tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan
8. Dalam hal PKB bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, maka PKB
tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah peraturan perundang- undangan
9. Dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB di perusahaan.
Dalam UU No. 13 tahun 2003 Pasal 123, masa berlau PKB paling lama 2 tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 1 tahun berdasarkan kesepakatan yang tertulis antara pengusaha dan
serikat pekerja. Perundingan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 bulan sebelum
berakhirnya masa PKB yang sedang berlaku. Jika perundingan tidak mencapai kesepakatan,
maka PKB yang berlaku akan tetap berlaku untuk 1 tahun kedepan.
[Date]
Manfaat adanya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perusahaan dan Pekerja:
Dengan adanya PKB, perusahaan akan dapat penilaian positif dari perusahaan karena dapat
membangun hubungan harmonis dengan pekerjanya yang diwakili oleh pengurus serikat pekerja.
Akan tercipta hubungan yang kondusif antara perusahaan dan pekerja karena berkurangnya
perselisihan yang terjadi. Pekerja juga akan memiliki kinerja yang lebih produktif dan
termotivasi karena semua aturan dijalankan dengan baik sesuai dengan kesepakatan bersama.
Dan kepuasan akan hak, mendorong pekerja untuk berterima kasih (royal) dan menjaga semua
aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Bagaimana proses perundingan PKB jika perusahaan hanya memiliki satu Serikat
Pekerja/Serikat Buruh?
Serikat Pekerja/Serikat Buruh tersebut harus memiliki jumlah anggota lebih dari 50% dari
jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan
Apabila tidak memiliki jumlah anggota lebih dari 50% maka SP/SB tersebut dapat
mewakili pekerja/buruh dalam perundingan PKB setelah mendapat dukungan lebih dari
50% dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara
Dalam hal dukungan tersebut tidak tercapai lebih dari 50% maka dapat dilakukan
pemungutan suara kembali setelah melampaui jangka waktu 6 bulan terhitung sejak
dilakukan pemungutan suara tersebut.
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 120, jika dalam suatu perusahaan terdapat lebih dari 1
(satu) SP/SB, maka jumlah serikat pekerja/serikat buruh yang berhak mewakili dalam melakukan
perundingan dengan pengusaha dalam suatu perusahaan adalah maksimal tiga serikat
pekerja/serikat buruh atau gabungan serikat pekerja/serikat buruh yang jumlahnya anggotanya
minimal 10 % (sepuluh per seratus) dari seluruh pekerja/buruh yang ada dalam perusahaan.
[Date]
o Membuat konsep dan siap dipertukarkan
o Mempersiapkan tim perunding
o Tim perunding harus memenuhi peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
B. Tahap perundingan
o Merundingkan kondisi perundingan, tempat, waktu, biaya, penjadualan serta hak dan
kewajiban
o Pertukaran konsep
o Menginventarisasi hal-hal yang sudah mempunyai titik temu dan hal-hal yang belum
disepakati yang harus dirundingkan
o Dimulai dari topik yang sederhana
o Perundingan jangan terlalu terfokus pada topik yang sulit disepakati, coba lewatkan
terlebih dahulu dan kembali lagi ke topik tersebut setelah topik lainnya sudah
disepakati
o Menjaga suasana keterbukaan dan kekeluargaan, bila suasana memanas perundingan
dapat diistirahatkan, setelah dingin perundingan dapat dilanjutkan
o Kedua belah pihak dalam melakukan perundingan harus berpedoman pada dasar-
dasar hubungan industrial
C. Tahap penyusunan
o Item-item yang disepakati disusun menjadi konsep Perjanjian Kerja Bersama
o Membentuk tim kecil yang yang anggotanya terdiri dari wakil kedua belah pihak
untuk menyusun redaksional
o Perlu diperhatikan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami
o Jika diperlukan dapat dibuat penjelasan pasal-pasal
o Hasil tim kecil dibahas dalam rapat pleno tim perundingan
[Date]
Pengusaha mendaftarkan kepada pejabat yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan
Isi dan kandungan dari Perjanjian Kerja Bersama PKB UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 54:
a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/ buruh;
g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Pendaftaran PKB bertujuan sebagai alat monitoring dan evaluasi terhadap perusahaan.
Ketentuan yang terdapat dalam PKB wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerjanya.
Perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan perjanjian kerja bersama. Jika bertentangan,
maka ketentuan dalam perjanjian kerja batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan
dalam perjanjian kerja bersama. Pengusaha dilarang mengganti PKB dengan peraturan
perusahaan selama perusahaan tersebut masih memiliki serikat pekerja. Jika tidak ada lagi serikat
pekerja, maka PKB diganti dengan peraturan perusahaan dengan ketentuan, peraturan
perusahaan tidak boleh lebih rendah dari ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama.
[Date]
6. Hubungan pekerja dan manajemen
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Repubik Indonesia Tahun 1945.
[Date]
7. Tindakan disiplin dan pengaduan
Disiplin karyawan dan prosedur menangani keluhan karyawan digunakan oleh organisasi
untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelang-garan peraturan kerja
organisasional atau masalah kerja yang buruk. Apabila seorang karyawan mempunyai keluhan
terhadap organisasi atau manajemen, sewajarnya karyawan tersebut menggunakan prosedur
untuk menyelesaikan masalahnya.
Agar dapat berkompetisi secara efektif, organisasi harus mengambil langkah-langkah untuk
menjamin bahwa mereka yang berkinerja bagus dimotivasi untuk tetap bertahan bekerja bersama
organisasi, sedangkan mereka yang memiliki kinerja rendah didorong untuk meningkatkan
kinerjanya atau kalau perlu dipaksa untuk meninggalkan organisasi. Bagaimanapun juga,
mempertahankan orang-orang yang berkinerja tinggi tidaklah selalu mudah. Untuk
melaksanakan hal tersebut, organisasi dapat menggunakan program-program seperti,
pengembangan karyawan, pengelolaan kinerja dan pengembangan karir.
[Date]
2. Koordinasi, yakni kegiatan penanganan pengaduan harus dilaksanakan dengan kerjasama
yang baik antar pejabat yeng berwenang dan terkait berdasarkan meknisme, tata kerja
dan prosedur yang berlaku;
3. Efektivitas dan Efisiensi, yakni kegiatan penanganan pengaduan harus dilaksanakan
secara tepat sasaran, hemat tenaga, waktu dan biaya;
4. Kehati-hatian, yakni penanganan terhadap suatu pengaduan dilakukan secara berhati-hati
dan apabila dibutuhkan harus dijaga kerahasiaannya sebagaima ketentuan peraturan
perundang-undangan
Hak pelapor/pengadu
1. Pelapor/pengadu berhak menyampaikan pengaduan berupa keluhan, kritik, dan
pernyataan ketidakpuasan lainnya atas pelayanan yang diterima.
2. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak pelapor/pengadu menerima pelayanan.
3. Pelapor/pengadu berhak memperoleh tanggapan sebagai tindak lanjut atas pengaduan
yang disampaikannya sesuai prosedur dan mekanisme yang ditetapkan sebagaimana
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pelapor/pengadu berhak mengetahui hasil penanganan pengaduan terhadap pengaduan
yang disampaikannya.
[Date]
1. Pengaduan secara tertulis
Pengaduan secara tertulis/surat sekurang-kurangnya memuat:
Identitas pelapor, terdiri atas nama, alamat, nomor telepon dan tandatangan pelapor;
Uraian pengaduan, terdiri atas keterangan yang dibutuhkan perihal substansi
pengaduan yang disampaikan oleh pelapor/pengadu selaku pelapor.
Dokumen atau bukti yang mendukung.
Untuk pengaduan selain secara tertulis/surat dan pengaduan secara langsung/lisan petugas
pelayanan harus menghubungi langsung pelapor/pengadu untuk mendapat keterangan dan/atau
bukti-bukti yang dibutuhkan.
1. Bipatrit
Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya terlabih dahulu
melalui perundingan bipatrit secara musyawarah untuk mencapai mufakat
Jangka waktu penyelesaian 30 hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan
Jika salah satu pihak menolak untuk berunding atau tidak ada kesepakatan maka
bipatrit dianggap gagal.
2. Gagalnya Bipatrit
Salah satu atau kedua pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan;
[Date]
Instansi tersebut wajib menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati memilih
penyelesaian melalui konsiliasi atau memilih arbitrase.
3. Jika para pihak tidak menetapkan pilihan maka dalam waktu 7 hari kerja instansi tersebut
akan melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator (mediasi).
4. Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi tidak mencapai kesepakatan,
maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Hubungan
Industrial.
[Date]
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
https://gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja/perjanjian-kerja-bersama
https://gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja/perundingan-pkb
https://id.scribd.com/doc/175654621/HUBUNGAN-SERIKAT-PEKERJA-DAN-
MANAJEMEN
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f9ff4a843a11/syarat-dan-prosedur-pendirian-
serikat-pekerja
http://www.antaranews.com/berita/139642/hubungan-pekerja-dan-manajemen-penting
https://simponi.mdp.ac.id/materi201020112/SI404/032063/SI404-032063-544-12.ppt
http://eprints.dinus.ac.id/14523/1/[Materi]_BAB_13_HUBUNGAN_KARYAWAN.pdf
https://simponi.mdp.ac.id/materi201120121/MJ207/071047/MJ207-071047-984-12.ppt
http://endang_setya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36717/Handout-13-Serikat-
Pekerja-dan-Hubungan-Industrial-1.ppt
[Date]