Laporan Bacaan
FERI HERDIAN
FIKA LAILaTUR RAHMAH
ANISA RHAMADHANI
Maksud dari contoh (a) adalah tuturan ini tidak hanya sekedar menginformasikan tetapi
terkandung maksud memerintah yang secara tidak langsung dengan kalimat berita. Maksud dari
contoh (b) adalah memerintah untuk mengambil sepatu diungkapkan dengan kalimat tanya.
Wijana menekankan tindak tutur langsung tidak literal pada modus kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud tuturan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung literal adalah
tuturan yang tuturannya dengan bentuk yang tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi
ada kesamaan antara makna literal dengan tindakan yang diharapkan.
Maksud dari contoh (a) adalah suara lawan tuturanya tidak bagus. Maksud dari contoh (b) adalah
menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini anak, atau tidak adiknya untuk menutup
mulut sewaktu makan agar terlihat sopan. Wijana membalikan dari arti tindak tutur tidak
langsung literal, yaitu kesesuaian antara modus tuturan dengan maksud. Namun, makna kata-kata
yang menyusunnya tidak sama dengan maksud.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung tidak literal
merupakan tindak tutur yang diungkapkan sesuai dengan tindakan, tetapi mempunyai maksud
lain dari ungkapan yang dituturkan.
Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal (direct literal speech act)
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaraannya. Contoh: (a) Orang itu sangat pandai. Maksudnya memberitakan orang itu sangat
pandai. (b) Buka mulutnya! Maksudnya menyuruh lawan tuturnya membuka mulut. (c) Jam
berapa sekarang? Maksudnya menanyakan pukul berapa ketika itu. Wijana menekankan pada
kesamaan antara modus tuturan dan makna dan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung literal adalah adanya kesesuaian antara
modus tuturan, makna dan maksud pengutaraannya.
Wijana (1996:35) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral
speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang
tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Contoh: (a) lantainya bersih sekali.
Maksudnya menyuruh membersihkan. (b) Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran.
Maksudnya menyuruh mengecilkan volume atau mematikan radionya supaya tidak berisik.
Wijana menekankan pada ketidaksesuaian antara modus kalimat dan makna kalimat dengan
maksud pengutaraannya. Maksudnya kebalikan dari apa yang dituturkan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal
adalah tindak tutur yang tidak sesuai antara bentuk dan makna literal dengan tindakan atau
maksud yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Leech, Geoffrey. (1983). Principles of Pragmatik. Harmondsworth: Penguin.
Rahardi, Kunjana (2003) Berkenalan dengan ilmu bahasa pragmatik. Malang: Dioma.
Rohmadi, Muhammad (2004) Pragmatik: Teori dan analisis. Yogyakarta: Lingka Media
Wijana, Devia Putu. (1996). Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. (1996). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yule, George. (2006). Pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe
Mustajab). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zahar, A. K. (2012). Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry
Potter and the Deathly Hallows. Students e-Journal, 1(1), 6.