Anda di halaman 1dari 7

TINDAK TUTUR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

Laporan Bacaan

FERI HERDIAN
FIKA LAILaTUR RAHMAH
ANISA RHAMADHANI

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Jurursan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
2020
TINDAK TUTUR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
Proses komunikasi tidak terlepas adanya tindak tutur. Tindak tutur adalah salah satu lingkup
kajian pragmatik yang mengkaji bahasa dengan aspek fakta yang melekat dngan bahasa itu
sendiri.  Menurut Yule (2006: 82-83) tindak tutur adalah suatu tindakan yang ditampilkan lewat
tuturan. Misal permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji dan permohonan. Penutur
berharap mitra tutur memahami maksud pendengar atau lawan tutur. Penutur dan lawan tutur
biasanya terbantu oleh situasi tutur. Konteks situasi atau konteks penutur/percakapan terkait
dengan berbagai aspek.
Konteks tuturan mencakup berbagai aspek lingkungan  fisik dan sosial yang terkait  dengan
sebuah tuturan, serta pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh pembicara dan
lawan bicara yang membantu lawan bicara untuk menafsirkan maksud pembicara. Tujuan tuturan
dalam hal ini disamakan dengan fungsi tuturan. Tujuan tuturan antara lain bertanya, meminta,
menyuruh, menghimbau, memberitahu, meminta maaf.
Dikembangkan dari tiga jenis tindak tutur sebelumnya, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi,
Wijana (1996 :31-35) mengklasifikasikan tindak tutur kedalam bentuk, yaitu tindak tutur
langsung dan tindak tutur tidak langsung dan literal dan tidak literal. Penggunaan tuturan secara
konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur langsung. Tuturan deklaratif, tuturan
interogatif, dan tuturan imperatif secara konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu
informasi, menanyakan sesuatu, dan memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian
antara modus dan fungsinya secara konvensional inilah yang merupakan tindak tutur langsung.
Sebaliknya, jika tuturan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah atau tuturan yang
bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional, tuturan itu merupakan tindak tutur
tidak langsung.

A. Tindak Tutur Langsung


Pada tindak tutur langsung bahasa atau struktur dan tujuan atau fungsi memiliki hubungan yang
dekat. Wijana (1996:31) berpendapat bahwa tindak tutur langsung adalah kalima berita yang
difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, sepert bertanya, perintah untuk
menyuruh, mengajak, dan memohon.
Rahardi berpendapat bahwa ada tuturan yang lbersifat langsung, dan tdak langsung. Tingkat
kelangsungannya dapat kita lihat dari jarak ilokusinya dari konsep penutur dengan tujuan ilokusi
yang terdapat pada mitra tutur. Artinya semakin dekat jarak ilokusi konsep penutur dengan
tujuan ilokusi mitra tutur maka tuturan tersebut adalah tuturan langsung. Sebaliknya, semakin
jauh ilokusi konsep penutur dengan tujuan ilokusi mitra tutur maka tuturan tersebut adalah
tuturan tidak langsung. Untuk mengukur tingkat langsung atau tidak langsungnya suatu tuturan,
selain dengan menentukan jarak ilokusi Rahardi mengemukakan bahwa kejelasan pragmatik juga
data menjelaskan tingkat langsung atau tidaknya suatu tuturan. Menentukan langsung atau tdak
langsungnya tindak tutur dengan kejelasan pragmatik adalah dengan melihat transparansi
maksud. Semakin transparan sebuah tuturan artinya tuturan tersebut adalah tuturan langsung,
begitu sebaliknya dengan tuturan tidak langsung.
Dari paparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa tuturan langsunga adalah tuturan yang
ungkapannya dapat langsung dipahami karena besifat tersurat, di dalamnya tidak ditemui adanya
kiasan atau ungkapan yang mengandung makna yang tersirat dan tidak membutuhkan
pemahaman mandalam terhadap konteks dan konsep penutur. Diksi yang digunakan dalam
tuturan langsung adalah diksi yang memang sesuai dengan tujuan penutur.
Contoh:
Konteks : dituturkan oleh seorang pembeli kepada penjual.
Pembeli : “Berapa total belanja saya, Bu?”
Penjual : “semua 20 ribu, Dek.”
Contoh diatas merupakan tindak tutur langsung karena diksi yang digunakan sesuai dengan
tujuan penutur, dengan kata lain ialah trasparan. Tuturan diatas juga tidak terdapat jarak ilokusi
yang jauh antara konsep penutur dengan dengan konteks dan tujuannya.
B. Tindak Tutur Tidak Langsung
Wijana (1996: 31) mengemukakan tindak tutur tidak langsung adalah tuturan secara tidak
langsung biasanya dijawab tidak langsung, melainkan dilaksanakan maksud yang terimplikasi
didalamnya. Menurut Yule (1996:55), “Whenever there is an indirect relationship between a
structure and a function, we have a direct speech act.” Tindak tutur tak langsung merupakan
tindak tutur yang memiliki hubungan tidak langsung antara struktur tindak tutur tersebut dengan
fungsinya. Rahardi dan Cummings dalam ida bagus mengatakan bahwa tindak tutur tidak
langsung harus dimaknai dengan sesuatu yang terimplikasi di dalamnya. Makna tersebut hanya
data diperoleh engan meinatkan konteks.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat simpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung
adalah tindak tutur yang ungkapannya harus dimaknai dengan mengaitkan konsep penutur
dengan konteks karena maksud yang sebenarnya terimplikasi dalam tutran tersebut. Dibutuhkan
intuisi yanga kuat dari mitra tutur untuk menanggapi ungkapan penutur agar tujuan penutur
sampai atau dapat diterima mitra tutur.
Contoh
Konteks: meminta adik untuk pindah dari depan TV karena menghalangi pandangan ke arah TV.
Kakak : “Kamu berdiri di depan TV”.
Contoh tindak tutur tersebut memiliki struktur deklaratif tapi fungsi yang sebenarnya bukan
semata-mata pernyataan. Fungsi yang sebenarnya adalah permintaan, yaitu Tindak tutur tak
langsung ini penting untuk dilakukan dalam memunculkan unsur kesopanan. Yule (1996:56)
menyatakan, “Indirect speech acts are generally associated with greater politeness in English
than direct speech acts.” Selain itu, Leech (1983:108) juga berpendapat bahwa semakin tak
langsung jenis dari sebuah tindak tutur, maka aspek kesopanan muncul dengan lebih kuat.

C. Tindak Tutur Literal


Wijana (1996: 32) menyatakan bahwa tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksud
penuturnya sama dengan kata yang menyusunnya. Maksud tuturan sangat transparan. Sehingga
dapat dimpulkan bahwa tindak tutur literal adalah tindak tutur yang adtara kata penyusun dan
maksud penutur adaah sama.
Contoh:
Konteks : seorang anak membuat lukisan pemandangan yang indah.
Ibu : “Wah, indah sekali lukisan anak ibu.”
Maksud tuturan diatas memang niat murni sang ibu untuk memuji hasil ukisan anaknya.
D. Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksud dan makna kata yang digunakan
penutur berlawanan(Wijana:32). Jenis tindak tutr ini hampir mirip dengan majas ironi karena
mengungkapkan kenyataan yang berbeda dengan kenyataan.
Contoh:
Konteks : ibu mengomel karena kamar anaknya berantakan.
Ibu : “Hebat sekali anak ibu menata kamar.”
Wijana menyinggungkan tindak tutur literal dengan tindak tutur langsung dan tidak langsung
sehingga terdapat tindak tutur langsung literal, tidak langsung literal tindak tutur langsung tidak
literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.

A. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal


Wijana (1996:34) mengemukakan bahwa tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur
yang modus kalimatnya tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya tetapi makna kata-kata
yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur ketika diucapkan. Contoh:
(a) Lantainya kotor sekali.
(b) Dimana sepatunya?

Maksud dari contoh (a) adalah tuturan ini tidak hanya sekedar menginformasikan tetapi
terkandung maksud memerintah yang secara tidak langsung dengan kalimat berita. Maksud dari
contoh (b) adalah memerintah untuk mengambil sepatu diungkapkan dengan kalimat tanya.

Wijana menekankan tindak tutur langsung tidak literal pada modus kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud tuturan.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung literal adalah
tuturan yang tuturannya dengan bentuk yang tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi
ada kesamaan antara makna literal dengan tindakan yang diharapkan.

B. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal


Wijana (1996:34) mengemukakan bahwa tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur
yang modus kalimatnya sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak
memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya ketika diutarakan.
Contoh:
(a) Suaramu bagus kok.
(b) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!

Maksud dari contoh (a) adalah suara lawan tuturanya tidak bagus. Maksud dari contoh (b) adalah
menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini anak, atau tidak adiknya untuk menutup
mulut sewaktu makan agar terlihat sopan. Wijana membalikan dari arti tindak tutur tidak
langsung literal, yaitu kesesuaian antara modus tuturan dengan maksud. Namun, makna kata-kata
yang menyusunnya tidak sama dengan maksud.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung tidak literal
merupakan tindak tutur yang diungkapkan sesuai dengan tindakan, tetapi mempunyai maksud
lain dari ungkapan yang dituturkan.

A. Tindak Tutur Langsung Literal

Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal (direct literal speech act)
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaraannya. Contoh: (a) Orang itu sangat pandai. Maksudnya memberitakan orang itu sangat
pandai. (b) Buka mulutnya! Maksudnya menyuruh lawan tuturnya membuka mulut. (c) Jam
berapa sekarang? Maksudnya menanyakan pukul berapa ketika itu. Wijana menekankan pada
kesamaan antara modus tuturan dan makna dan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung literal adalah adanya kesesuaian antara
modus tuturan, makna dan maksud pengutaraannya.

B. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Wijana (1996:35) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral
speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang
tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Contoh: (a) lantainya bersih sekali.
Maksudnya menyuruh membersihkan. (b) Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran.
Maksudnya menyuruh mengecilkan volume atau mematikan radionya supaya tidak berisik.
Wijana menekankan pada ketidaksesuaian antara modus kalimat dan makna kalimat dengan
maksud pengutaraannya. Maksudnya kebalikan dari apa yang dituturkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal
adalah tindak tutur yang tidak sesuai antara bentuk dan makna literal dengan tindakan atau
maksud yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Leech, Geoffrey. (1983). Principles of Pragmatik. Harmondsworth: Penguin.
Rahardi, Kunjana (2003) Berkenalan dengan ilmu bahasa pragmatik. Malang: Dioma.
Rohmadi, Muhammad (2004) Pragmatik: Teori dan analisis. Yogyakarta: Lingka Media
Wijana, Devia Putu. (1996). Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. (1996). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yule, George. (2006). Pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe
Mustajab). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zahar, A. K. (2012). Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry
Potter and the Deathly Hallows. Students e-Journal, 1(1), 6.

Anda mungkin juga menyukai