FAKULTAS TARBIYAH
(IAIN) CURUP
2021/2021
A. Strategi Bertutur Menurut Brown dan Levinson
Brown dan Levinson (dalam Manaf, 2013: 214) menyatakan lima strategi
bertutur, yaitu (1) bertutur secara terus terang tanpa basa-basi (bald on record);
(2) bertutur dengan menggunakan basa-basi kesopanan posistif (positive
politeness); (3) bertutur dengan menggunakan basa-basi kesopanan negatif
(negative politeness); (4) bertutur secara samar-samar (off record); (5) tidak
menuturkan sesuatu atau diam (Don’t do the FTA).
Menurut Brown dan Levinson (dalam Amaliah, 2011: 20) strategi bertutur
secara terang atau tanpa basa-basi dipilih penutur jika penutur tidak khawatir
dengan pembalasan mitra tutur dan penutur memiliki keinginan untuk
mengancam muka tanpa mempertimbangkan muka mitra tutur. Penyebab hal
tersebut adalah dikarenakan penutur, misalnya memiliki derajat sosial lebih
tinggi dari mitra tutur atau penutur memiliki kekuasaan yang lebih dari pada
mitra tutur.
Contoh tuturan:
Menurut Brown dan Levinson (dalam Amaliah, 2011: 21) strategi bertutur
dengan menggunakan basa-basi kesopanan positif ini digunakan untuk
menutupi muka positif mitra tutur. Pada hakikatnya, bertutur dengan
kesopanan positif ditujukan untuk melindungi muka positif mitra tutur yaitu
citra positif yang dianggap dimiliki mitra tutur. Brown dan Levinson (dalam
Aditiansyah, 2014: 2) menyatakan strategi bertutur dengan basa-basi
kesantunan positif (disingkat BBKP) terdiri atas 10 substrategi yaitu, (1)
tuturan menggunakan penanda identitas sebagai anggota kelompok yang sama,
(2) tuturan memberikan alasan, (3) tuturan melibatkan Pn dan Mt dalam satu
kegiatan, (4) tuturan mencari kesepakatan, (5) tuturan melipatgandakan
simpati kepada Mt (6) tuturan berjanji, (7) tuturan memberikan penghargaan
kepada Mt, (8) tuturan bersikap optimis, (9) tuturan bergurau, dan (10) tuturan
menyatakan saling membantu.
Contoh tuturan:
“Anda menyukai baju ini, Bu?” yang dituturkan oleh seorang penjaga toko
pakaian kepada seorang wanita yang sedang melihat-lihat baju yang dijualnya.
Menurut Brown dan Levinson (dalam Amaliah, 2011: 21) strategi bertutur
dengan menggunakan basa-basi kesopanan negatif bertujuan untuk memenuhi
atau menyelamatkan sebagian muka negatif mitra tutur yaitu keinginan dasar
mitra tutur untuk mempertahankan hal yang dianggapnya sebagai wilayah dan
keyakinan dirinya. Lebih lanjut, Brown dan Levinson (dalam Aditiansyah,
2014: 2) menyatakan strategi bertutur basa-basi kesantunan negatif (disingkat
BBKN) direalisasikan dalam bentuk substrategi berikut: (1) tuturan berpagar,
(2) tuturan tidak langsung, (3) tuturan meminta maaf, (4) tuturan
menimbulkan beban, (5) tuturan perintah dalam bentuk pertanyaan, (6) tuturan
impersonal, (7) tuturan yang menyatakan kepesimisan, (8) tuturan yang
mengungkapkan pernyataan sebagai aturan umum, dan (9) tuturan yang
mengatakan rasa hormat.
Contoh tuturan:
“Kata Ayu, Bapak mencari saya?” yang dituturkan oleh ketua kelas kepada
dosennya.
Menurut Brown dan Levinson (dalam Amaliah, 2011: 21) strategi bertutur
secara samar-samar dilakukan jika penutur menginginkan tindakan
mengancam muka tetapi tidak ingin bertanggung jawab atas perbuatan
tersebut. Strategi bertutur ini mengindikasikan bahwa penutur ingin mitra
tuturnya menafsirkan sendiri hal yang dinyatakan oleh penutur. Brown dan
Levinson (dalam Aditiansyah, 2014: 3) mengemukakan strategi bertutur
samar-samar (disingkat BSS) terdiri atas 15 substrategi yaitu, (1)
menggunakan isyarat, (2) menggunakan petunjuk-petunjuk asosiasi, (3)
mempraanggapan, (4) menyatakan kurang dari kenyataan yang sebenarnya,
(5) menyatakan lebih dari kenyataan yang sebenarnya, (6) menggunakan
tautologi, (7) menggunakan kontradiksi, (8) menjadikan ironi, (9)
menggunakan metafora, (10) menggunakan pertanyaan retoris, (11)
menjadikan pesan ambigu, (12) menjadikan pesan kabur, (13)
menggeneralisasikan secara berlebihan, (14) mengalihkan petutur, dan (15)
menjadikan tuturan tidak lengkap atau elipsis
Contohnya tuturan:
“Kamu harus ke sana!” yang dituturkan oleh seorang Ibu kepada anaknya
yang ingin bermain dengan menunjuk tempatnya.
5. Strategi bertutur tidak menuturkan sesuatu atau diam (Don’t do the FTA)
Menurut Brown dan Levinson (dalam Amaliah, 2011: 22) strategi bertutur
dengan tidak menuturkan sesuatu atau diam dilakukan oleh penutur dengan
cara tidak menyatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Strategi bertutur ini
bertujuan agar penutur tidak menyakiti mitra tutur melalui tuturan yang
mungkin berpotensi menyakiti mitra tutur.
Contoh tuturan: