Proposal Penelitian
FERI HERDIAN
17016058
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu
1. Siswa sulit memahami teks hikayat yang menggunakan bahasa Melayu
2. Pengaruh penggunaan model inquiry learning dibantu media animasi terhadap
kemampuan mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen siswa kelas X SMA
Pembangunan LABOR UNP.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada
penggunaan model inquiry learning dibantu media animsi terhadap kemampuan
mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen siswa kelas X SMA Pembangunan
LABOR UNP.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu bagaimanakah penggunaan model inquiry learning dibantu media animsi
terhadap kemampuan mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen siswa kelas X
SMA Pembangunan LABOR UNP?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat penggunaan model inquiry
learning dibantu media animsi terhadap kemampuan mengonversi teks hikayat
menjadi teks cerpen siswa kelas X SMA Pembangunan LABOR UNP.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis maupun praktis dalam
pendidikan dan proses pembelajaran, antara lainnya adalah :
1. Menambah wawasan bagi pembaca dalam pengembangan media pembelajaran.
2. Menjadi pedoman bagi guru dalam merancang pembelajaran.
3. Siswa dapat belajar dengan motivasi dan lebih tertarik mengikuti proses
pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teks Hikayat
1. Pengertian Hikayat
Hikayat berasal dari bahasa arab yaitu hikayah “kisah” yang merupakan jenis prosa
dalam sastra Melayu Lama yang berisikan cerita fiksi, riwayat, sejarah, atau kisah kerajaan.
Kisah tersebut menceritakan kehebatan, kepahlawanan, kesaktian, dan keanehan orang
ternama seperti raja, putri raja, dan orang-orang suci. Hikayat berfungsi untuk
menimbulkan jiwa kepahlawanan, mendidik, dan hiburan. Berikut ini contoh hikayat.
Hayati (dalam Evanirmala et al, 2018 : 4) mengemukakan bahwa hikayat adalah jenis
folklore yang di dalam khazanah kesustraan Indonesia sebagai jenis folklore, hikayat juga
memiliki konvensi tersendiri diantaranya memiliki lapisan makna tersendiri
sebagaimana yang memiliki sebuah folklore. Jadi, hikayat memiliki kesamaan dengan
cerita rakyat, yang mana sifatnya ialah anonim, dan masih bersifat istana sentris dan terikat
kuat pada faktor geografis atau tempat di mana hikayat itu berasal.
1. Tema
Fananie (dalam Ruliana, 2017) menyatakan bahwa tema adalah ide,
gagasan, dan pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi karya sastra.
Tema adalah sesuatu yang menjadi penopang suatu karya sastra agar dapat
tercipta. Tema dalam hikayat adalah tema yang tradisional dan dalam kenyataan
suatu tema dalam hikayat itu bergantung pada bagaimana kita melihat tema itu
sendiri, misalnya :
1) Tema yang diawali kejahatan, akhirnya akan mendapatkan suatu
hukuman.
2) Tema yang berupa cinta terhadap tanah air lebih pentinf dari pada harta
benda atau kedudukan.
3) Cinta akan mengatasi segala kesulitan
4) Jika orang sudah kehilangan segalanya, barulah ia tersadar dan kembali
mengingat Tuhan.
2. Latar
Abrams (dalam Ginting & Pangaribuan, 2014 : 6) “Latar atau setting
disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Latar berupa aspek-aspek yang menjelaskan segala sesuatu yang
menggambarkan bagaimana sekeliling tokoh, bisa berupa tempatnya, waktunya,
suasana dan keadaanya. Latar waktu adalah latar yang menggambarkan waktu
pada peristiwa itu terjadi, latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa tersebut,
dan kemudian latar suasana merupakan latar yang menggambarkan suasana sosial
atau hubungan antar tokoh.
3. Penokohan
Dalam hikayat terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan
wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat.
Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan gemilang, sedangkan yang
jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang benar,
berwatak baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya diaunggu dalam suatu
pertempuran atau perkelahian.
Cara yang digunakan oleh pengarang dalam melukiskan tokoh hikayat pada
umumnya adalah cara yang termasuk analitik. Maksudnya adalah dengan
terperinci pengarang menjelaskan watak atau sifat sang tokoh. Cara yang dramatik,
yaitu cara pemberian gambaran secara tidak langsung, jarang ditemukan.
Tambunan (dalam Rusnani et al, 2013 : 77) mengemukakan bahwa ada
enam cara mendeskripsikan penokohan dalam karya sastra yaitu :
(1) pelukisan bentuk lahir;
(2) pelukisan jalan pikiran dan perasaan;
(3) pelukisan reaksi tokoh;
(4) pelukisan keadaan sekeliling;
(5) pengungkapan ucapan;
(6) pelukisan kebiasaan.
Sama halnya dengan teks cerita lainnya, dalam hikayat penokohan juga
dapat digambarkan melalui enam cara di atas. Dalam hikayat juga diceritakan
bagaimana bentuk fisik tokoh, ucapan, tingkah laku, dan lain sebagainya, sehingga
dalam pengidentifikasiannya bisa dilakukan dengan membaca secara seksama
dalam teks hikayatnya.
4. Alur/Plot
Semi (Ruliana, 2017) mengemukakan bahwa alur atau plot merupakan
struktur rangkaian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interaksi khusus
sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Plot
menjadikan suatu cerita fiksi memiliki rentetan peristiwa yang saling berkaitan dan
nantinya akan berakhir pada satu penghabisan atau penyelesaian.
Hikayat merupakan salah satu folklor, dan folklor pada hakikatnya tidak
memiliki hubungan yang bersifat sebab-akibat. Hal ini dikarenakan penggunaan
bahasa puitik dan motivasi tidak selau harus diperuntukkan bagi gaya dan aksi.
Jadi, Alur pada hikayat tetap ada, akan tetapi hubungannya tidak besifat sebab-
akibat, meskipun ada akan dianggap sebagai kebetulan, karena aksi dalam hikayat
tidak selalu diperuntukkan untuk memancing gaya tertentu.
5. Sudut Pandang
Dalam hikayat, sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang ketiga
serba tahu. Hal ini disebabkan karena pengarang bertindak sebagai dalang yang
dapat menceritakan segala hal yang dikerjakan oleh tokoh dalam cerita tersebut.
Sudut pandang ini merupakan ciri khas dari hikayat itu sendiri, sebab setiap
hikayat akan selalu memakai sudut pandang tersebut dan pengarang tidak akan
pernah memposisikan dirinya sebagai si ‘aku’ dalam ceritanya, hanya akan ada
‘dia’ dan ‘mereka’.
b) Nilai Budaya
Nilai yang berdasarkan pada adat dan kebiasaan yang berlaku dalam
kelompok masyarakat tertentu. Nilai budaya misalnya berkenaan dengan
perkawinan, mata penceharian, dan penataan hubungan kemasyarakatan. Nilai yan
dapat memanifestasikan suatu seni atau keterampilan dalam melakukan suatu
pekerjaan.
c) Nilai Hedonik
Nilai yang dapat memberikan suatu kesenangan atau hiburan secara
langsung kepada para pembaca.
d) Nilai Artistik
Nilai artistika adalah nilai yang dapat memanifestasikan suatu seni atau
keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.
e) Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
5. Ciri-ciri Hikayat
a) Berkembang secara statis dan mempunyai rumus baku (dalam prosantya sering
menggunakan kata-kata arkais seperti sahibul hikayat, menurut empunya cerita,
hatta, syahdan, konon, sebermula, dll.
b) Bersifat pralogis, artinya mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum
c) Hal yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para
pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
d) Disampaikan secara lisan, dari mulut ke mulut, oleh karena itu tidak
mengherankan bila karya sastra ini memiliki banyak versi
e) Bersifat anonim
f) Nama tokoh menunjukkan asal-usul cerita
g) Latar cerita menggambarkan asal cerita meskipun unsur cerita tidak selalul
muncul. Hikayat mungkin juga menunjukkan latar samar-samar, seperti pada
zaman dahulu, di tengah hutan, atau di suatu kerjaan.
h) Budaya dan unsur ekstrinsik lainnya (Ekonomi, politik, religi, dan kondisi
alam) sangat berpengaruh pada keberadaan hikayat.
6. Struktur Hikayat
Sama seperti prosa lainnya, hikayat pun memiliki struktur yang membentuk
tubuh dari hikayat tersebut. Berikut ini struktur dari hikayat.
a) Orientasi (setting)
Bagian yang menjelaskan mengenai tokoh dan latar belakang kisah atau
peristiwa tersebut diceritakan, contoh pada zaman dahulu, di suatu kerajaan, dsb.
b) Rangkaian Kejadian
Pada bagian ini akan berisi mengenai rangkaian peristiwa yang disusun
secara kronologis dan beruntun.
c) Reorientasi
Pada bagian ini berisi pernyataan kesimpulan dari sekian banyak rangkaian
peristiwa yang telah dipaparkan di bagian sebelumnya. Bagian ini pada dasarnya
bersifat opsional atau keberadaannya boleh ada dan boleh tidak.
2. Jenis-Jenis Animasi
Animasi dulunya mempunyai prinsip yang sederhana, sekarang telah
berkembang menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Animasi 2D (Dua Dimensi)
Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa disebut juga
dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata Cartoon, yang berarti
gambar yang lucu. Memang, film kartun ini kebanyakan film yang lucu.
2) Animasi 3D (Tiga Dimensi)
Perkembangan teknologi dan dunia computer membuat teknik pembuatan
animasi 3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah
perkembangan dari animasi 2D. Dengananimasi 3D, karakter yang diperlihatkan
semakin hidup dan nyata, mendekati wujud aslinya.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, O1 merupakan nilai pretes dari skor pembelajaran teks
hikayat dan O2 merupakan nilai postes dari pembelajaran teks hikayat setelah
diberi perlakuan. X merupakan proses penerapan media pembelajaran berbasis
multimedia dalam pembelajaran teks hikayat.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan media pembelajaran
berbasis multimedia (X)
2. Variabel terikatnya adalah hasil pembelajaran teks hikayat pada siswa, baik
sebelum diberikan perlakuan (O1) dan setelah diberikan perlakuan (O2).
2. Waktu Penelitian
Berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan pihak sekolah, penelitian akan
dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan April sampai Mei 2020. Penelitian ini
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1) Tahap pengukuran awal keterampilan
membaca hikayat (pretest) untuk kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen,
2) Tahap perlakuan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran pada kelompok
kontrol, dan 3) Tahap pelaksanaan tes akhir (posttest) keterampilan membaca
hikayat pada kelompok kontrol dan juga kelompok eksperimen.
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik sering disebut juga hipotesis nol. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan dua variabel, atau tidak adanya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Artinya, selisih variabel pertama dan kedua adalah
nol.
Keterangan:
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam keterampilan mengonversi
teks hikayat menjadi teks cerpen pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu media animasi dan siswa yang
mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu
media animasi pada siswa kelas X SMA PEMBANGUNAN LABOR UNP.
Ha : Ada perbedaan yang signifikan dalam keterampilan mengonversi teks
hikayat menjadi teks cerpen pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu media animasi dan siswa yang
mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu
media animasi pada siswa kelas X SMA PEMBANGUNAN LABOR UNP.
μ1 : penggunaan model pembelajaran inkuiri dibantu media animasi dalam
pembelajaran mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen.
μ2 : tidak adanya penggunaan model pembelajaran inkuiri dibantu media
animasi dalam pembelajaran mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen.
Ho : Strategi Perputaran Bahasa terbukti tidak efektif digunakan dalam
pembelajaran membaca hikayat pada siswa kelas X SMA Pembangunan LABOR
UNP.
Ha : Strategi Perputaran Bahasa terbukti efektif digunakan dalam
pembelajaran membaca hikayat pada siswa kelas X SMA Pembangunan LABOR
UNP.
μ1 : penggunaan strategi Perputaran Bahasa dalam pembelajaran
membaca hikayat.
DAFTAR PUSTAKA