Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL INQUIRY LEARNING

DIBANTU MEDIA ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN


MENGONVERSI TEKS HIKAYAT MENJADI TEKS CERPEN
SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOR UNP

Proposal Penelitian

diajukan sebagai tugas mata kuliah metodologi penelitian pembelajaran bahasa


Indonesia yang dibimbing oleh Prof. Dr.. Syahrul R, M.Pd.

FERI HERDIAN
17016058

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 3
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................................ 5
C. Batasan Masalah ..................................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian..................................................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................................................... 7
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................................. 16
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki kekayaan akan peninggalan tertulis dalam bentuk naskah. Hal ini
berhubungan dengan tradisi tulis yang berkembang di banyak daerah sebab masyarakatnya
memiliki aksara tersendiri. Kenyataan ini membuka peluang yang luas pada kita untuk
memperkenalkan kearifan budaya tersebut kepada para siswa agar mereka dapat memahami
sekaligus mendapatkan manfaat dari naskah-naskah lama tersebut. Naskah- naskah tersebut
biasanya berbentuk prosa lama, salah satunya hikayat.
Hikayat cenderung bersifat imajinatif, istanasentris, anonim, dan bentuk serta isinya
statis. menurut muharrom hikayat juga bersifat didaktis (mendidik). Hal ini menunjukkan
bahwa hikayat sangat baik untuk dibaca para siswa. Siswa tidak hanya membaca sebuah
cerita namun juga dididik secara tidak langsung. Melalui hikayat siswa dapat mengenal
kearifan nenek moyang, sejarah bahkan nilai-nilai kehidupan. Hikayat dapat bertemakan
kepahlawanan, percintaan, agama, dan lain-lain, misalnya hikayat Bayan Budiman dan
Hikayat Hang Tuah dan lain sebagainya.
Pada kurikulum SMA 2013 Bahasa Indonesia, Kompetensi Dasar 3.8 dan 4.8 siswa
diharapkan memiliki kemampuan untuk membandingkan nilai yang terkandung dalam teks
hikayat dengan cerita pendek serta mampu untuk mengembangkan isi dan nilai-nilai yang
terdapat dalam teks hikayat menjadi teks cerita pendek.. Hal ini menegaskan bahwa
pembelajaran mengidentifikasi dan memahami teks hikayat menjadi kewajiban bagi siswa.
Namun, penggunaan bahasa melayu pada hikayat membuat siswa kurang tertarik untuk
memahami hikayat.
Pada kompetensi dasar tersebut terdapat dua keterampilan berbahasa yang siswa
harus bisa kuasai, yaitu membaca dan menulis. Keterapilan membaca teks hikayat sebagai
proses memahami teks hikayat serta keterampilan menulis sebagai proses memproduksi
teks cerita pendek yang berdasarkan pada isi dan nilai-nilai teks hikayat tersebut. Siswa
terlebih dahulu memahami teks hikayat dan kemudian mengembangkan isi yang
terkandung dalam teks hikayat menjadi sebuah cerita pendek dengan versi dari siswa itu
sendiri.
Berdasarkan wawancara dengan Armalia guru bahasa Indonesia di SMA
Pembangunan Laboratorium UNP, disampaikan bahwa terdapat kesulitan dalam mengajar
teks tersebut. Kesulitan ini berupa penggunaan bahasa pada teks tersebut yang masih terasa
asing dan jarang didengar oleh para siswa. Evanirmala et al (2018) mengemukakan bahwa
pelajaran membaca hikayat perlu dilatih dan ditingkatkan, agar siswa terbiasa dalam
membaca, mengenal dan memahami isi hikayat. Sehingga guru dituntut untuk bisa
mengolah suatu teknik agar pemahaman siswa terhadap teks hikayat dapat terrealisasikan.
Selain dari penggunaan bahasa, kesulitannya juga terdapat pada minat baca dari siswa itu
sendiri yang masih kurang. Siswa yang kurang membaca maka akan sulit dalam
menganalisa unsur-unsur dalam teks hikayat.
Selain dari kesulitan di atas, penggunaan teknik pembelajaran juga sangat
mempengaruhi siswa dalam belajar. Maka dari itu guru di sini harus aktif dalam
membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung. Budianto (2013) mengemukakan
bahwa penyajian materi dengan metode pembelajaran yang menarik dan mudah diterima
siswa akan membuat proses pembelajaran tidak menjenuhkan dan tidak monoton. Apabila
pembelajaran dilakukan dengan lebih interaktif, maka interaksi dan integritas siswa dengan
guru akan lebih memantapkan siswa dalam memahami teks hikayat.
Pemahaman siswa yang baik, maka akan memudahkan siswa dalam mengembangkan
aspek-aspek yang terdapat dalam teks hikayat menjadi sebuah teks cerita pendek. Oleh
karena itu, peneliti mencoba untuk melihat pengaruh penggunaan model pembelajaran
inkuiri. Kubicek (dalam Ristanto, 2010:4) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis
inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan melibatkan siswa dalam proses
kegiatan pembelajaran secara aktif, sehingga konsep yang dicapai lebih baik. Dengan
pernyataan tesebut serta permasalahan yang ada maka dilakukanlah penelitian ini.
Penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap kemampuan siswa dalam mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen pada
siswa kelas X SMA Pembangunan LABOR UNP. Sehingga dengan penelitian ini pengajar
dapat lebih kreatif dalam mengelolah pembelajaran agar tidak terasa monoton. Guru yang
mumpuni mengelolah pembelajaran akan membuat siswa lebih termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran dan pemahaman siswa akan lebih termantapkan. Pemahaman yang
baik ini, akan membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar 3.8 dan 4.8.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu
1. Siswa sulit memahami teks hikayat yang menggunakan bahasa Melayu
2. Pengaruh penggunaan model inquiry learning dibantu media animasi terhadap
kemampuan mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen siswa kelas X SMA
Pembangunan LABOR UNP.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada
penggunaan model inquiry learning dibantu media animsi terhadap kemampuan
mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen siswa kelas X SMA Pembangunan
LABOR UNP.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu bagaimanakah penggunaan model inquiry learning dibantu media animsi
terhadap kemampuan mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen siswa kelas X
SMA Pembangunan LABOR UNP?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat penggunaan model inquiry
learning dibantu media animsi terhadap kemampuan mengonversi teks hikayat
menjadi teks cerpen siswa kelas X SMA Pembangunan LABOR UNP.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis maupun praktis dalam
pendidikan dan proses pembelajaran, antara lainnya adalah :
1. Menambah wawasan bagi pembaca dalam pengembangan media pembelajaran.
2. Menjadi pedoman bagi guru dalam merancang pembelajaran.
3. Siswa dapat belajar dengan motivasi dan lebih tertarik mengikuti proses
pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teks Hikayat
1. Pengertian Hikayat
Hikayat berasal dari bahasa arab yaitu hikayah “kisah” yang merupakan jenis prosa
dalam sastra Melayu Lama yang berisikan cerita fiksi, riwayat, sejarah, atau kisah kerajaan.
Kisah tersebut menceritakan kehebatan, kepahlawanan, kesaktian, dan keanehan orang
ternama seperti raja, putri raja, dan orang-orang suci. Hikayat berfungsi untuk
menimbulkan jiwa kepahlawanan, mendidik, dan hiburan. Berikut ini contoh hikayat.
Hayati (dalam Evanirmala et al, 2018 : 4) mengemukakan bahwa hikayat adalah jenis
folklore yang di dalam khazanah kesustraan Indonesia sebagai jenis folklore, hikayat juga
memiliki konvensi tersendiri diantaranya memiliki lapisan makna tersendiri
sebagaimana yang memiliki sebuah folklore. Jadi, hikayat memiliki kesamaan dengan
cerita rakyat, yang mana sifatnya ialah anonim, dan masih bersifat istana sentris dan terikat
kuat pada faktor geografis atau tempat di mana hikayat itu berasal.

2. Unsur Intrinsik Cerita Rakyat (Hikayat)


Pada dasarnya struktur hikayat itu sama dengan struktur novel, tetapi untuk dapat
melihat karakteristik dari masing-masing struktur. Hal yang penting disoroti sekaitan
dengan struktur hikayat adalah, tema, motif, penokohan, plot, latar, dan sudut pandangan
(point of view).

1. Tema
Fananie (dalam Ruliana, 2017) menyatakan bahwa tema adalah ide,
gagasan, dan pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi karya sastra.
Tema adalah sesuatu yang menjadi penopang suatu karya sastra agar dapat
tercipta. Tema dalam hikayat adalah tema yang tradisional dan dalam kenyataan
suatu tema dalam hikayat itu bergantung pada bagaimana kita melihat tema itu
sendiri, misalnya :
1) Tema yang diawali kejahatan, akhirnya akan mendapatkan suatu
hukuman.
2) Tema yang berupa cinta terhadap tanah air lebih pentinf dari pada harta
benda atau kedudukan.
3) Cinta akan mengatasi segala kesulitan
4) Jika orang sudah kehilangan segalanya, barulah ia tersadar dan kembali
mengingat Tuhan.

2. Latar
Abrams (dalam Ginting & Pangaribuan, 2014 : 6) “Latar atau setting
disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Latar berupa aspek-aspek yang menjelaskan segala sesuatu yang
menggambarkan bagaimana sekeliling tokoh, bisa berupa tempatnya, waktunya,
suasana dan keadaanya. Latar waktu adalah latar yang menggambarkan waktu
pada peristiwa itu terjadi, latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa tersebut,
dan kemudian latar suasana merupakan latar yang menggambarkan suasana sosial
atau hubungan antar tokoh.

3. Penokohan
Dalam hikayat terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan
wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat.
Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan gemilang, sedangkan yang
jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang benar,
berwatak baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya diaunggu dalam suatu
pertempuran atau perkelahian.
Cara yang digunakan oleh pengarang dalam melukiskan tokoh hikayat pada
umumnya adalah cara yang termasuk analitik. Maksudnya adalah dengan
terperinci pengarang menjelaskan watak atau sifat sang tokoh. Cara yang dramatik,
yaitu cara pemberian gambaran secara tidak langsung, jarang ditemukan.
Tambunan (dalam Rusnani et al, 2013 : 77) mengemukakan bahwa ada
enam cara mendeskripsikan penokohan dalam karya sastra yaitu :
(1) pelukisan bentuk lahir;
(2) pelukisan jalan pikiran dan perasaan;
(3) pelukisan reaksi tokoh;
(4) pelukisan keadaan sekeliling;
(5) pengungkapan ucapan;
(6) pelukisan kebiasaan.
Sama halnya dengan teks cerita lainnya, dalam hikayat penokohan juga
dapat digambarkan melalui enam cara di atas. Dalam hikayat juga diceritakan
bagaimana bentuk fisik tokoh, ucapan, tingkah laku, dan lain sebagainya, sehingga
dalam pengidentifikasiannya bisa dilakukan dengan membaca secara seksama
dalam teks hikayatnya.

4. Alur/Plot
Semi (Ruliana, 2017) mengemukakan bahwa alur atau plot merupakan
struktur rangkaian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interaksi khusus
sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Plot
menjadikan suatu cerita fiksi memiliki rentetan peristiwa yang saling berkaitan dan
nantinya akan berakhir pada satu penghabisan atau penyelesaian.
Hikayat merupakan salah satu folklor, dan folklor pada hakikatnya tidak
memiliki hubungan yang bersifat sebab-akibat. Hal ini dikarenakan penggunaan
bahasa puitik dan motivasi tidak selau harus diperuntukkan bagi gaya dan aksi.
Jadi, Alur pada hikayat tetap ada, akan tetapi hubungannya tidak besifat sebab-
akibat, meskipun ada akan dianggap sebagai kebetulan, karena aksi dalam hikayat
tidak selalu diperuntukkan untuk memancing gaya tertentu.

5. Sudut Pandang
Dalam hikayat, sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang ketiga
serba tahu. Hal ini disebabkan karena pengarang bertindak sebagai dalang yang
dapat menceritakan segala hal yang dikerjakan oleh tokoh dalam cerita tersebut.
Sudut pandang ini merupakan ciri khas dari hikayat itu sendiri, sebab setiap
hikayat akan selalu memakai sudut pandang tersebut dan pengarang tidak akan
pernah memposisikan dirinya sebagai si ‘aku’ dalam ceritanya, hanya akan ada
‘dia’ dan ‘mereka’.

3. Unsur Ekstrinsik Hikayat


Keberadaan sastra lama atau sastra daerah yang terdapat di berbagai pelosok
nusantara, tidak terlepas dari unsur-unsur masyarakat yang membangunnya, sehingga apa
yang dihasilkan dalam karya sastra lama merupakan replika atau sebuah panggambaran dari
keadaan masyarakat pada waktu itu, baik keadaan sosial, religi (keagamaan), maupun adat-
istiadat.
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan
secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi
sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian,
dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar
sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan
bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.

4. Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Hikayat


a) Nilai Moral dan Nilai Agama
Teks cerita rakyat (hikayat) termasuk pada jenis Satra Melayu klasik
merupakan cerminan masyarakat lama. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam
karya itu adalah cerminan kondisi masyarakat lama saat itu. nilai yang berkaitan
dengan baik buruknya suatu perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Nilai
moral biasanya keadilan, kejujuran, kesetiaan, dan kedermawanan.
Nilai agama adalah nilai yang mendasari pada ajaran keagamaan, baik
berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, sesamanya, maupun makhluk
lainnya.

b) Nilai Budaya
Nilai yang berdasarkan pada adat dan kebiasaan yang berlaku dalam
kelompok masyarakat tertentu. Nilai budaya misalnya berkenaan dengan
perkawinan, mata penceharian, dan penataan hubungan kemasyarakatan. Nilai yan
dapat memanifestasikan suatu seni atau keterampilan dalam melakukan suatu
pekerjaan.

c) Nilai Hedonik
Nilai yang dapat memberikan suatu kesenangan atau hiburan secara
langsung kepada para pembaca.

d) Nilai Artistik
Nilai artistika adalah nilai yang dapat memanifestasikan suatu seni atau
keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.

e) Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

5. Ciri-ciri Hikayat
a) Berkembang secara statis dan mempunyai rumus baku (dalam prosantya sering
menggunakan kata-kata arkais seperti sahibul hikayat, menurut empunya cerita,
hatta, syahdan, konon, sebermula, dll.
b) Bersifat pralogis, artinya mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum
c) Hal yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para
pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
d) Disampaikan secara lisan, dari mulut ke mulut, oleh karena itu tidak
mengherankan bila karya sastra ini memiliki banyak versi
e) Bersifat anonim
f) Nama tokoh menunjukkan asal-usul cerita
g) Latar cerita menggambarkan asal cerita meskipun unsur cerita tidak selalul
muncul. Hikayat mungkin juga menunjukkan latar samar-samar, seperti pada
zaman dahulu, di tengah hutan, atau di suatu kerjaan.
h) Budaya dan unsur ekstrinsik lainnya (Ekonomi, politik, religi, dan kondisi
alam) sangat berpengaruh pada keberadaan hikayat.

6. Struktur Hikayat
Sama seperti prosa lainnya, hikayat pun memiliki struktur yang membentuk
tubuh dari hikayat tersebut. Berikut ini struktur dari hikayat.

a) Orientasi (setting)
Bagian yang menjelaskan mengenai tokoh dan latar belakang kisah atau
peristiwa tersebut diceritakan, contoh pada zaman dahulu, di suatu kerajaan, dsb.

b) Rangkaian Kejadian
Pada bagian ini akan berisi mengenai rangkaian peristiwa yang disusun
secara kronologis dan beruntun.
c) Reorientasi
Pada bagian ini berisi pernyataan kesimpulan dari sekian banyak rangkaian
peristiwa yang telah dipaparkan di bagian sebelumnya. Bagian ini pada dasarnya
bersifat opsional atau keberadaannya boleh ada dan boleh tidak.

7. Ciri Kebahasaan Hikayat


a) Selalu mengunakan kata ganti otang pertama tunggal/jamak sebagai konsekunsi
dan penggunaan sudut pandang orang ketiga.
b) Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-
peristiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh, misalnya membela,
berjuan, membagi-bagikan, menikah.
c) Banyak menggunakan kata deskriptif untuk memberikan informasi secara rinci
tentanf sifat-sifat tokoh, seperti muda, berani, kebal, miskin, pengecut.
d) Banyak mengguakan kata kerja pasif dalam rangka menjelaskan peristiwa yang
dialami tokoh sebagai subjek yang diceritakan, seperti dianugerahi, diberi,
dikenang.
e) Banyak menggunakan kata kerja mental dalam rangka penggambaran peran
tokoh, seperti dipercaya, geram, insyaf, menyukai.
f) Banyak meggunakan kaya penghubung, kata depan, ataupun nomina yang
berkenaan dengan urutan waktu, seperti tiba-tiba, sebelum, sudah, pada saat,
kemudian, selanjutnya, sampai, hingga, nantinya, selama, saat itu.

B. Media Pembelajaran Animasi


1. Pengertian Pembelajaran dan Media Pembelajaran
Rusman (dalam Adkhar, 2016 : 15) mengemukakan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi
secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung,
yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Miarso (dalam
Adkhar, 2016 : 15) memaknai istilah pembelajaran merupakan suatu usaha
dalam mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri
secara positif dalam kondisi lingkungan tertentu. Oleh karena itu, pembelajaran
dapat diartikan suatu usaha yang dilakukan secara sadar melalui interaksi antara
guru dan murid sebagai pengembangan dan pembentukkan diri secara positif
dalam lingkungan sekolah.
Sedangkan media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam
pembelajaran untuk membantu guru dalam mencapai sasaran pembelejaran.
Nunuk
Suryani dan Leo Agung (dalam Putri, A. W. S. & Sunarti) mengemukakan
bahwa media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran,
yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari
sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Jadi media pembelajaran akan
sangat membantu guru dalam menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dan
siswa akan lebih mudah dalam menerima pesan yang ingin disampaikan oleh
guru tersebut.

2. Jenis-Jenis Animasi
Animasi dulunya mempunyai prinsip yang sederhana, sekarang telah
berkembang menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Animasi 2D (Dua Dimensi)
Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa disebut juga
dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata Cartoon, yang berarti
gambar yang lucu. Memang, film kartun ini kebanyakan film yang lucu.
2) Animasi 3D (Tiga Dimensi)
Perkembangan teknologi dan dunia computer membuat teknik pembuatan
animasi 3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah
perkembangan dari animasi 2D. Dengananimasi 3D, karakter yang diperlihatkan
semakin hidup dan nyata, mendekati wujud aslinya.
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


1. Jenis Penlitian
Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu “Keefektifan Penggunaan Media
Pembelajaran Berbasis Multimedia Dalam Pembelajaran Teks Hikayat Pada
Siswa Kelas X Sma Negeri Pembangunan UNP”, maka penelitian ini
digolongkan ke dalam jenis penelitian eksperimen. Menurut Yusuf (2014 : 172)
mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang
memungkinkan peneliti untuk mengontrol variabel bebas dan variabel lain,
sehingga tingkat kepastian jawaban hasil penelitian jauh lebih terkontrol.
Moehnilabib (2003 : 48) mengemukakan bahwa jenis penelitian eksperimen
merupakan jenis penelitian yang memberikan pengujian hipotesis yang paling
ketat dan cermat dan secara khusus digunakan untuk mengungkap hubungan
sebab akibat. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran teks hkayat dengan menggunakan media pembelajaran berbasis
multimedia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
memperoleh data dari hasil tes yang diberikan sebelum dan sesudah penerapan
variabel bebas kepada siswa.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-xperimental atau
disebut juga dengan desain eksperimen semu. Menurut Sugiono (dalam Rahmat,
2017:41) hasil eksperimen desain ini yang merupakan variabel dependen
(terikat) bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen (bebas). Hal
ini dikarenakan tidak terdapat variabel kontrol dan sampel dipilih tidak secara
random.
Yusuf (2014: 179) menyatakan bahwa terdapat tiga bentuk penelitian pre-
experimental design terdapat tiga macam, yaitu the one shot case study, the one
group pretest-posttest design, the static group comparison design. Dalam
penelitian ini digunakan jenis one group pretest-posttest design, di mana akan
terdapat suatu tes sebelum perlakuan dan tes sesudah perlakuan. Dengan
demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena membandingkan
skor antara keaadaan sebelum dengan sesuda diberi perlakuan. Desain penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
O1 – X – O2

O1 : Nilai pretes (sebelum perlakuan)


O2 : Nilai postes (sesudah perlakuan)
X : Proses perlakuan media pembelajaran berbasis multimedia

Pada penelitian ini, O1 merupakan nilai pretes dari skor pembelajaran teks
hikayat dan O2 merupakan nilai postes dari pembelajaran teks hikayat setelah
diberi perlakuan. X merupakan proses penerapan media pembelajaran berbasis
multimedia dalam pembelajaran teks hikayat.

B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan media pembelajaran
berbasis multimedia (X)
2. Variabel terikatnya adalah hasil pembelajaran teks hikayat pada siswa, baik
sebelum diberikan perlakuan (O1) dan setelah diberikan perlakuan (O2).

C. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel dimaksudkan untuk menghindari salah satu penafsiran
variabel dalam penelitian ini.
1. Media pembelajaran berbasis multimedia merupakan media pembelajaran yang
menggunakan berbagai macam media dalam satu waktu pembelajaran.
Pembelajara teks hikayat yang biasanya membaca atau mendengarkan, kini
diubah menjadi menyaksikan sebuah tayangan yang berupa ilustrasi dari dari
tindakan tokoh dan diiringi oleh narasi dalam bentuk format video (mp4).
2. Pembelajaran teks hikayat merupakan suatu kegiatan pembelajaran di mana
siswa memahami sebuah teks yang di dalamnya terkandung banyak nilai-nilai
yang aplikatif dalam kehidupan. Selain dari pada memahami, siswa juga bisa
meningkatkan kreatifitas dengan mengkonversi teks hikayat menjadi teks cerita
pendek.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Yusuf (2014 : 145) mengemukakan bahwa populasi merupakan salah satu
esensial dan perlu mendapat perhatian denan seksama apabila peneliti ingin
menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk daerah atau
objek penelitiannya. Nurgiyantoro, et al (dalam Budianto, 2013 : 26) adalah
keseluruhan anggota subjek penelitian yang memiliki kesamaan karakteristik.
Berdasarkan uraian di atas maka populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X
SMA Pembangunan Laboratorium UNP.
2. Sampel
Sax (dalam Yusuf, 2014: 150) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu
jumlah yang terbatas dari unsur yang terpilih dari suatu populasi. Yusuf (2014 :
150) mengemukakan sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan
mewakili populasi tersebut. Sampel yang dipilih hendaknya memiliki cerminan
atas populasi yang dipilih.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik cluster random sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
dengan cara mengundi semua kelas X SMA PEMBANGUNAN LABOR UNP.
Berdasarkan pengundian dari tujuh kelas diperoleh kelas X B sebagai kelas
eksperimen dan kelas X D sebagai kelas kontrol.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk tes. Tes yang akan diberikan
berupa tes objektif yang didalamnya akan sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat
dalam kurikulum 2013. Tes ini digunakan untuk mengetahui bagaimana siswa dapat
mengidentifikasi unsur-unsur dalam teks hikayat tersebut. Unsur-unsur yang dinilai antara
lain tokoh, tindakan tokoh, alur, latar, serta kaitannya dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam teks hikayat tersebut.

F. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pembangunan UNP. SMA LABOR
adalah sebuah sekolah pembangunan laboratorium yang berada di Universitas
Negeri Padang.

2. Waktu Penelitian
Berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan pihak sekolah, penelitian akan
dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan April sampai Mei 2020. Penelitian ini
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1) Tahap pengukuran awal keterampilan
membaca hikayat (pretest) untuk kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen,
2) Tahap perlakuan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran pada kelompok
kontrol, dan 3) Tahap pelaksanaan tes akhir (posttest) keterampilan membaca
hikayat pada kelompok kontrol dan juga kelompok eksperimen.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Tes
adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, sikap intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok (Riyanto, 2010: 103). Intsrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari materi pembelajaran
membaca dan berdasarkan Taksonomi Barret. Tes yang digunakan adalah tes
kemampuan membaca hikayat. Tes ini dikerjakan oleh siswa kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Tes yang diberikan kepada dua
kelompok tersebut berupa pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum
eksperimen sedangkan posttest dilaksanakan setelah eksperimen.

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


a) Validitas
Proses validitas merupakan pengumpulan bukti-bukti untuk menunjukkan
dasar saintifik penafsiran skor sebagaimana yang direncanakan. Validitas adalah
penafsiran hasil skor tes, dan bukan alat tesnya sendiri (Nurgiyantoro, 2011: 152).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity)
karena instrumen yang digunakan berupa tes membaca pemahaman. Validitas isi
menunjuk pada apakah alat tes itu sesuai dengan tujuan dan deskripsi bahan
pelajaran yang diajarkan. Uji validitas isi harus dilakukan oleh orang yang
berkompeten di bidang bersangkutan atau ahlinya (Expert Judgement). Expert
Judgement dalam penelitian ini adalah Siman S.Pd, beliau merupakan guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia Di SMA LABOR UNP.
Instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda berjumlah 60 butir. Untuk
menguji validitas soal tersebut, instrumen diujikan kepada 30 siswa kelas X B SMA
Pembangunan Labor UNP (di luar sampel penelitian). Hasil uji instrumen tersebut
kemudian dianalisis menggunakan bantuan program Iteman. Berdasarkan analisis
butir soal, dinyatakan bahwa dari 60 butir soal dinyatakan 47 layak dipakai dan 13
gugur. Selanjutnya, diambil 30 soal sebagai instrumen yang akan dipakai untuk
pretest dan posttest. Hasil analisis butir soal menggunakan iteman selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
b) Reliabilitas
Istilah reliabilitas tes menunjuk pada pengertian apakah suatu tes dapat
mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu
(Tuckman dalam Nurgiyantoro, 2011: 165). Reliabilitas penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah tes dapat mengukur secara konsisten keterampilan
membaca dari waktu ke waktu.
Berdasarkan hasil analisis butir soal menggunakan program Iteman diperoleh
dengan indeks Alpha Cronbach sebesar 0,835, artinya reliabilitas instrumen dapat
dikatakan sangat tinggi jika dilihat pada tabel koefisien uji reliabilitas dan
interpretasi. Sugiono (2011: 184) memberikan tabel koefisien uji reliabilitas dan
interpretasi sebagai berikut.

Rentang Nilai Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah


0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

H. Teknik Analisis Data


1. Teknik Analisis Data dengan Uji-t
Teknik analisis data dengan uji-t digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata
hitung, apakah berbeda secara signifikan atau tidak. Rata-rata hitung tersebut
berasal dari kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan dengan menggunakan
strategi Perputaran Bahasa dalam pembelajaran membaca hikayat dan kelompok
kontrol yang dikenai perlakuan tanpa menggunakan strategi Perputaran Bahasa
dalam pembelajaran membaca hikayat. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5%. Perhitungan tersebut
dibantu dengan program SPSS 20.
2. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas Sebaran
Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh, haruslah
dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan (Nurgiyantoro, dkk
2009: 110). Keadaan data berdistribusi normal nerupakan sebuah persyaratan
yang wajib terpenuhi. Uji normalitas dilakukan terhadap skor pretest dan
posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian ini
menggunakan teknik statistik Kolmogorov Smirnov. Interpretasi hasil uji
normalitas dengan melihat kaidah sig (2-tailed), jika p >0,05 maka data
tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan beberapa
sampel, yaitu seragam tidaknya sampel-sampel yang diambil dari populasi
yang sama. Untuk menguji homogenitas varian tersebut perlu dilakukan uji
statistik (test of variance) pada distribusi skor kelompok yang bersangkutan.
Syarat data dikatakan bersifat homogen jika kesalahan hitung lebih besar dari
derajat signifikansi sebesar 0,05 (5%). Uji homogenitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program komputer SPSS 20.

I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik sering disebut juga hipotesis nol. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan dua variabel, atau tidak adanya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Artinya, selisih variabel pertama dan kedua adalah
nol.
Keterangan:
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam keterampilan mengonversi
teks hikayat menjadi teks cerpen pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu media animasi dan siswa yang
mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu
media animasi pada siswa kelas X SMA PEMBANGUNAN LABOR UNP.
Ha : Ada perbedaan yang signifikan dalam keterampilan mengonversi teks
hikayat menjadi teks cerpen pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu media animasi dan siswa yang
mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran inkuiri dibantu
media animasi pada siswa kelas X SMA PEMBANGUNAN LABOR UNP.
μ1 : penggunaan model pembelajaran inkuiri dibantu media animasi dalam
pembelajaran mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen.
μ2 : tidak adanya penggunaan model pembelajaran inkuiri dibantu media
animasi dalam pembelajaran mengonversi teks hikayat menjadi teks cerpen.
Ho : Strategi Perputaran Bahasa terbukti tidak efektif digunakan dalam
pembelajaran membaca hikayat pada siswa kelas X SMA Pembangunan LABOR
UNP.
Ha : Strategi Perputaran Bahasa terbukti efektif digunakan dalam
pembelajaran membaca hikayat pada siswa kelas X SMA Pembangunan LABOR
UNP.
μ1 : penggunaan strategi Perputaran Bahasa dalam pembelajaran
membaca hikayat.
DAFTAR PUSTAKA

Parta. I N. (2017) Modep Pembelajaran Inkuiri. Malang : Penerbit IKIP MALANG.


Luhadisi. (2014) Inkuiri sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna. Jurnal
Al-Ta’dib. Vol 7 No 2. Juli-Desember 2014.
Maryam, S. Et al. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Terhadap
Keterampilan Memahami Hikayat Siswa Kelas Xi Smk Negeri 1 Rao Selatan
Kabupaten Pasaman. Jurnal tidak dipublikasikan. STKIP PGRI SUMBAR.
Rusnani (2013) Peningkatan Proses Pembelajaran Menganalisis Unsur Intrinsik
Hikayat Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal Bahasa, Sastra dan
Pembelajaran. Vol. 1. No 2. Juni 2013.
Ruliana. H (2017) Analisis Hikayat Si Miskin : Kajian Sosiologi Sastra. Skripsi
Sarjana. FIB Universitas Sumatera Utara.
Ginting, E. B. & Pangaribuan T. R. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair And Share Terhadap Kemampuan Menemukan Unsur-Unsur
Intrinsik Hikayat “Kucing Dan Tikus” Oleh Siswa Kelas Xi Sma Swasta
Raksana Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Jurnal tidak
dipublikasikan.
Evanirmala. S. (2018) Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik
Hikayat Dengan Teknik Ecola Siswa Sma Sinar Kasih Sintang. Artikel
Penelitian. FKIP Universitas Tanjungpura.
Budianto. A. (2013) Keefektifan Strategi Perputaran Bahasa Dalam Pembelajaran
Membaca Hikayat Pada Siswa Kelas X Man Godean, Sleman. Skripsi. FBS
UNY.
Masfufah. S. Pengembangan Media Pembelajaran Menyimak Teks Hikayat
Berbasis Adobe Flash Cs6 Siswa Kelas X Ma Maarif Ponggok Kabupaten
Blitar. Artikel Tidak Dipublikasikan. Magister UNISMA.
Putri. A. W. S. Pengembangan Media Pembelajaran Video Animasi 2d Berbasis
Multimedia Menggunakan Adobe Flash Cs6Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas III SD. Artikel Tidak Dipublikasikan. Universitas PGRI
Yogyakarta.
Grivin. M. W. Animasi Dalam Media Pembelajaran. Artikel tidak dipublikasikan.
Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Klabat.

Anda mungkin juga menyukai