1855041001
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Pada
baik secara lisan maupun tertulis. Sesuai Kurikulum 2013 berbasis teks, pembelajaran
Salah satu kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013 yang harus dikuasai
siswa pada pembelajaran Bahasa daerah adalah menulis dengan menggunakan aksara
lontarak. Hal ini diupayakan untuk menjamin dan melestarikan Bahasa daerah
sebagai wadah dan unsur kebudayaan baik kebudayaan daerah maupun kebudayaan
nasional. Bahasa Makassar pada saat ini mulai mengalami pergeseran dalam
Bahasa Makassar menjadi salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kategori
muatan lokal. dalam upaya penjaminan dan pelestarian Bahasa tersebut diperlukan
dengan dua macam huruf, yaitu huruf latin dan aksara lontarak.
siswa mampu berbahasa dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka para siswa dihadapkan pada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak,
pintar, kaya wawasan daan pengalaman tetapi belum pernah mnghasilkan karya tulis
yang baik. Keterampilan menulis perlu diajarkan dan dibina, karena menulis pada
yang mudah dipahami memang suatu tantangan tersendiri. Hal inilah yang menjadi
secara terus menerus agar keterampilan menulis yang baik dapat dikuasai.
Daerah Makassar yang disebut Aksara Lontara. Lambang Aksara ini dibuat oleh
mengalami kesulitan dalam mengenal Aksara Lontara. Terlebih karena bentuk aksara
Lontara yang unik dengan beberapa aksara yang memiliki kemiripan satu sama lain.
Aksara Lontara Makassar hanya terdiri atas 19 huruf dibandingkan Abjad latin yang
berjumlah 26 huruf namun bentuk Aksara yang tidak umum untuk anak-anak yang
menyulitkan anak untuk mengenali Aksara tersebut. Selain itu masih kurangnya
dalam mengenali huruf, baca tulis dan pemaknaan dalam penciptaan Aksara Lontara
sebagai alat komunikasi bahasa tulis dan tutur. Berdasarkan hasil observasi awal yang
Nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar sudah pernah diajarkan kepada siswa.
Namun, belum ada penelitian secara mendalam mengenai penguasaan siswa dalam
menulis aksara lontarak. Selain itu, sekolah tersebut termasuk masih kurang
itu, dibutuhkan perbaikan dan pembelajaran menulis agar dapat membantu siswa
melakukan penelitian mengenai sejauh mana tingkat penguasaan siswa dalam menulis
aksara lontarak.
Adapun penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yakni:
Nurul Ulfa (2018) “Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Bahasa Makassar Melalui
Media Gambar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bajeng Barat Kabupaten Gowa”.
terdapat pada penggunaan media yang digunakan. Pada penelitian ini lebih berfokus
kepada penguasaan siswa dalam menulis teks deskripsi bahasa Makassar tanpa
mendeskripsikan apa saja yang ada di sekitar sekolah yang dapat memudahkan siswa
untuk menggambarkan suatu objek yang mereka lihat. Pada penelitian kedua terdapat
pada penggunaan bahasa yang digunakan. Pada penelitian ini berfokus pada
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan
masalah secara umum pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah penguasaan aksara
lontarak pada siswa kelas V sekolah dasar inpres nomor 102 Bontokadatto Kabupaten
Takalar?”
aksara lontarak siswa kelas V Sekolah Dasar Inpres Nomor 102 Bontokadatto
Kabupaten Takalar?
aksara lontarak siswa kelas V Sekolah Dasar Inpres Nomor 102 Bontokadatto
Kabupaten Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan secara umum yang hendak
dicapai, yaitu untuk mendeskripsikan penguasaan aksara lontarak pada siswa kelas V
1. Penguasaan tanda baca dalam menulis teks aksara lontarak siswa kelas V Sekolah
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun
secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
lontarak pada siswa kelas V sekolah dasar inpres nomor 102 Bontokadatto Kabupaten
Takalar.
2. Manfaat Praktis
d. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam penelitian yang
relevan.
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dipakai
untuk mendukung dan menjelaskan penelitian ini sehubungan dengan masalah yang
akan diteliti, maka kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini
kompleks dan tidak dapat dijelaskan secara utuh. Secara sederhana, pembelajaran
merupakan usaha sengaja dari seorang guru untuk mendidik siswa (mengarahkan
interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dengan maksud agar tujuannya dapat
tercapai.
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
karakter, serta pengembangan sikap dan keyakinan pada siswa yang dibantu oleh
diinginkan.
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.” Kata negara berarti (1) entitas di
wilayah yang memiliki otoritas hukum tertinggi dan tunduk pada ketaatan public; (2)
kelompok sosial yang menempati wilayah atau daerah tertentu yang diatur di bawah
lembaga politik dan pemerintahan yang efektif, memiliki kesatuan politik, dan tunduk
pada otoritas publik. Negara digerakkan oleh anggota organisasi dan kelompok sosial
yang ada dalam organisasi itulah yang disebut pemerintah yang diberi kewenangan
mengelola negara. Dengan demikian, yang wajib melindungi bahasa daerah ialah
Salah satu media pembelajaran bahasa daerah adalah dunia sekolah yang
merupakan wadah informasi ilmiah. Olehnya itu, banyak faktor-faktor yang harus
bahasa daerah, salah satunya adalah pola pikir siswa itu sendiri. Sebelum
diberikan pemahaman awal tentang apa yang akan dipelajari dan setelah pelajaran itu
berlangsung apa yang akan diperoleh khususnya dalam bahasa daerah. Sebab jangan
sampai ketika proses belajar berlangsung, siswa masih belum mengerti alasan
a. Pengertian Menulis
pikiran, ide, gagasan, atau sudut pandang dengan kata-kata tertulis, terlepas dari
dkk (dalam Permatasari, 2017: 158) memgemukakan bahwa menulis sebagai suatu
juga sebagai proses menuangkan ide, pikiran, perasaan, gagasan, dan keinginan
dalam bentuk bahasa tulis. Bahasa tulis dapat digunakan untuk menceritakan,
dalam teks narasi, teks persuasi, teks argumentasi, teks eksposisi, dan teks deskripsi.
gagasan dan menyampaikan informasi melalui bahasa tulis untuk dipahami pembaca.
dasarnya menulis itu tidak hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan
kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai. Penguasaan
terhadap menulis berkaitan dengan kunci untuk memahami struktur bahasa sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari
adalah suatu proses menuangkan apa yang ada dalam pikiran penulis yang
menggunakan lambang-lambang (huruf) yang berisi pesan, gagasan, atau ide yang
b. Langkah-Langkah Menulis
Menurut Semi (2007: 26) ada tiga tahapan dalam proses menulis yaitu sebagai
berikut:
a. Tahap Pratulis
Ada empat jenis kegiatan yang harus dilakukan sebelum menulis yaitu:
1) Menentukankan topik, yaitu memilih secara tepat dari berbagai topik yang ada.
Pada tahap ini, penulis mempertimbangkan menarik atau tidaknya sebuah topik.
2) Menetapkan tujuan, yaitu menentukan apa yang akan hendak dicapai dalam
3) Mengumpulkan informasi pendukung, yaitu sebuah topic yang dipilih akan layak
b. Tahap Penulisan
Pada tahap ini merupakan tahap yang paling penting karena persiapan yang
telah dilakukan pada tahap pratulis dituangkan ke dalam kertas. Pada tahap ini
dibutuhkan konsentrasi penuh terhadap apa yang sedang dituliskan. Ada empat hal
yang penulis lakukan pada saat berkonsentrasi yaitu (1) konsentrasi terhadap gagasan
pokok tulisan, (2) konsentrasi terhadap tujuan, (3) konsentrasi terhadap kriteria calon
c. Tahap Pascatulis
Pada tahap ini terdapat dua kegiatan utama yang dilakukan yaitu:
seperti keakuratan angka dan nama objek, serta penulisan kutipan yang akurat.
Pengembangan paragraph yang baik dan penerapan ejaan yang sesuai dengan
EYD.
2) Penulian naskah jadi, artinya setelah penyuntingan dilakukan barulah naskah jadi
ditulis ulang dengan rapi dan memperhatikan secara serius masalah perwajahan.
tahap pratulis yaitu menenentukan topik masalah yang sering muncul dalam memilih
dan menetapkan topik yang menarik, dan menetapakan tujuan apa yang hendak
dicapai, tahap penulisan yaitu awal karangan, isi karangan, dan akhir karangan, serta
tahap pascratulis yaitu membaca keseluruhan karangan, menandai hal-hal yang perlu
diperbaiki dan melakukan perbaikan sesuai dengan apa yang telah ditandai pada saat
penyuntingan.
3. Aksara Lontarak
Aksara adalah suatu system simbol visual melalui goresan/tulisan pada batu,
daun, kayu, kertas, atau pada kain sebagai meia komunikasi/Bahasa.istilah lain untuk
menyebut aksara adalah system tulisan. Tulisan berisi alfabet dan abjad merupakan
istilah yang berbeda karena merupakan tipe aksara berdasarkan klasifikasi fungsional.
Unsur-unsur yang lebih kecil terkandung dalam suatu aksara antara lain: gfafem,
Aksara lontarak terdapat dua pengertian yaitu sebagai sejarah dan ilmu
pengetahuan dan pengertian kedua adalah sebagai tulisan (aksara). Dalam hal ini,
tulisan, yang terpenting adalah ikut melestarikan warisan budaya. Selain itu, aksara
lontarak dapat pula dijadikan sebagai alat komunikasi yang efektif. Efektif dalam
penulisan dan efektif pula sebagai komunikasi yang bersifat “rahasia” (Ahmad,
2014).
Secara lisan disebut bahwa penemu aksara lontarak adalah Daeng Pamatte,
Namun kemudian disempurnakan beberapa huruf oleh orang Bugis Ngka, Mpa, Nra,
dan Nca. Melihat sistematika urutan huruf ka, ga, nga, yang mirip dengan aksara
Sanskerta dan kemiripan dengan aksara Sumatra, Flores, Filipina, dan Sumbawa
mengisyaratkan adanya persebaran dan hubungan sedimikian rupa jauh sebelum abad
semesta yaitu Tuhan, manusia, langit, dan bumi beserta isinya. Selain itu,
memaknakan empat sifat manusia yang disimbolkan melalui angin, air, api, dan tanah
yang masing-masing diwakili oleh empat warna angin kuning, warna airputih, warna
Jadi, dapat disimbolkan bahwa aksara lontarak merupakan system tulisan yang
menggunakan media daun lontar dan menggunakan lidi enau atau benda tajam
beruapa pisau sebagai alat tulis.akasara lontarak sendiri adalah salah satu ragam tulis
Nusantara yang berasal dari Sulawesi Selatan dan bagian dari peningkatan kerajaan
berikut:
1. Lontarak Toa (Lontarak Jangang-jangang)
2. Lontarak Bilang-bilang
Digunakan dalam Sastra Makassar untuk penulisan Genre disertai dengan waktu
abad 20 M .
: dibaca i
: dibaca u
e : dibaca e
o : dibaca o
B. Kerangka Pikir
Untuk mempermudah suatu penelitian perlu dibuat kerangka pikir atau konsep
dengan tujuan membuat arah penelitian menjadi jelas. Dalam kurikulum K13
mampu terampil menulis, terutama dalam menulis aksara lontarak. Penulis tertarik
untuk mengetahui sejauh mana penguasaan aksara lontarak pada siswa kelas V SD
Pembelajaran Bahasa
Kurikulum 2013 berbasis teks
Daerah Makassar
Aksara Lontarak
Temuan
Tidak
Menguasai
Menguasai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
adalah penguasaan aksara lontarak pada siswa kelas V SD Inpres nomor 102
Bontokadatto Kabupaten Takalar. Peneliti bekerja sama dengan guru yaitu guru
Bahasa Daerah kelas V dalam memberikan tes kepada siswa berupa menulis teks
aksara lontarak.
B. Variabel Penelitian
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunaan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
Takalar.
D. Defenisi Operasional Variabel
agar variabel yang dimaksud tidak rancu dalam pelaksanaannya. Penguasaan menulis
aksara lontara adalah kemampuan siswa dalam memahami bahasa yang Makassar
yang akan dituliskan kedalam aksara lontara melalui gagasan dengan sejelas-jelasnya
sehingga membuat pembaca seolah-olah dapat melihat, dan merasakan, hal yang
dituliskan penulis dengan menggunakan bahas Makassar dalam bentuk teks deskripsi.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Inpres Nomor 102
2. Sampel
F. Instrumen Penelitian
Makassar yang akan dituliskan kedalam aksara lontarak, kemudian informan (siswa),
hasil tes menulis siswa dianalisis sesuai dengan rubrik penilaian menulis aksara
lontarak yang mencakup yaitu: penggunaan tanda baca dan penggunaan tanda tebal
halus pada teks aksara lontarak kemudian menghasilkan temuan, maka peneliti akan
menyimpulkan penguasaan siswa dalam menulis aksara lontarak siswa kelas V SD
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dilakukan
siswa. Penentuan aspek yang dinilai dalam menulis aksara lontarak secara ringkas
Tabel 3.1
garis melengkung.
Data teks yang diperoleh dari kerja koreksi pada umumnya masih dalam
keadaan tak menentu. Untuk memudahkan analisis, maka langkah selanjutnya adalah
membuat tabulasi kemudian menghitung frekuensi masing-masing skor. Jadi, dengan
aksara lontarak terlebih dahulu dilakukan konversi dari bentuk skor mentah menjadi
bentuk nilai, jadi tahap ini Arikunto (2010:287) mengemukakan bahwa tabel
distribusi frekuensi terdiri atas angka-angka atau skor mentah. Rumus mengubah skor
S
N= x 100
SM
Keterangan:
N : Nilai
SM : Skor maksimal
(Sudjana, 2005:438)
membagi dengan jumlah subjek untuk melihat kemampuan rata-rata siswa. Rumus
yang diperlukan:
Χ = ∑𝑥
Ν
Keterangan:
Χ = Nilai rata-rata
berikut:
Jika jumlah siswa mencapai 75% yang mendapat nilai 75-100 maka dianggap
menguasai, dan jika jumlah siswa kurang dari 75% yang mendapat nilai 0-60
Tabel 3.2
Penguasaan
75-90 Menguasai
1. Waktu Penelitian
berbagai tahapan kegiatan dari tahap observasi hingga tahap pengumpulan data.
2. Tempat Penelitian
Basing, Djirong. 1988. Taman Sastra Makassar. Ujung Pandang: CV. Alam.
Basang, Djirong (dkk). 1985. Penulisan Buku Tata Bahasa Makassar. Jakarta: Pusat
Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa.
Daeng Pamatte. 2010. Pencipta Aksara Lontara. (Online) diakses dari http://sejarah
- makassar.blogspot.co.id pada tanggal 10 Juni 2021.
Rahmat, Pupu Saeful. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.