Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

PENGUASAAN AKSARA LONTARAK

PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR INPRES NOMOR 102

BONTOKADATTO KABUPATEN TAKALAR

NURUL FAJRI ALHABSYI

1855041001

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Pada

kurikulum ini pembelajaran bahasa mengutamakan keterampilan berbahasa dan

bersastra. Pembelajaran Bahasa daerah pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi

baik secara lisan maupun tertulis. Sesuai Kurikulum 2013 berbasis teks, pembelajaran

Bahasa daerah meliputi empat keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,

keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan tersebut saling

berkaitan satu sama lain.

Salah satu kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013 yang harus dikuasai

siswa pada pembelajaran Bahasa daerah adalah menulis dengan menggunakan aksara

lontarak. Hal ini diupayakan untuk menjamin dan melestarikan Bahasa daerah

sebagai wadah dan unsur kebudayaan baik kebudayaan daerah maupun kebudayaan

nasional. Bahasa Makassar pada saat ini mulai mengalami pergeseran dalam

masyarakat penuturnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemakaian bahasa Makassar

sebagai Bahasa ibu.

Sehingga dapat terlihat pada anak-anak dalam pergaulannya lebih dominan

memakai Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan temannya. Ketergeseran

bahasa Makassar ini sangat memprihatinkan sehingga pemerintah berusaha

mempertahankan kelangsungan bahasa tersebut dengan usaha menumbuh


kembangkan kecintaan terhadap bahasa Makassar melalui Pendidikan. Pendidikan

Bahasa Makassar menjadi salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kategori

muatan lokal. dalam upaya penjaminan dan pelestarian Bahasa tersebut diperlukan

kemampuan khusus dalam penggunaan Bahasa Makassar yang penulisannya dikenal

dengan dua macam huruf, yaitu huruf latin dan aksara lontarak.

Tujuan utama pembelajaran Bahasa di sekolah paada hakikatnya agar para

siswa mampu berbahasa dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut,

maka para siswa dihadapkan pada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

berbicara membaca dan menulis. Kemampuan berbahasa tersebut ini erat

hubungannya dalam usaha seseorang memperoleh kemampuan berbahasa yang baik.

Keterampilan menulis bukanlah pekerjaan yang mudah, banyak orang yang

pintar, kaya wawasan daan pengalaman tetapi belum pernah mnghasilkan karya tulis

yang baik. Keterampilan menulis perlu diajarkan dan dibina, karena menulis pada

dasarnya merupakan keterampilan berkomunikasi dengan Bahasa tulis. Menuangkan

gagasan, ide, atau pengalaman ke dalam bentuk tertulis, ke dalam kalimat-kalimat

yang mudah dipahami memang suatu tantangan tersendiri. Hal inilah yang menjadi

landasan perlunya pengajaran menulis. Pengajaran di sekolah perlu tetap ditingkatkan

secara terus menerus agar keterampilan menulis yang baik dapat dikuasai.

Kegiatan menulis dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran Bahasa

Daerah Makassar yang disebut Aksara Lontara. Lambang Aksara ini dibuat oleh

Daeng Pamatte’ sekitar 1510 M sewaktu menjadi syahbandar merangkap Tu-

Mailalang Raja Gowa ke IX I Manggutungi Daeng Matanre.


Generasi muda dengan rentang usia anak-anak hingga remaja saat ini

mengalami kesulitan dalam mengenal Aksara Lontara. Terlebih karena bentuk aksara

Lontara yang unik dengan beberapa aksara yang memiliki kemiripan satu sama lain.

Aksara Lontara Makassar hanya terdiri atas 19 huruf dibandingkan Abjad latin yang

berjumlah 26 huruf namun bentuk Aksara yang tidak umum untuk anak-anak yang

menyulitkan anak untuk mengenali Aksara tersebut. Selain itu masih kurangnya

pengetahuan mengenai asal-usul penciptaan Aksara Lontara yang merupakan

kekayaan budaya masyarakat Sulawesi Selatan khususnya masyarakat Makassar.

Sehingga dibutuhkan penyediaan media edukasi yang tepat untuk anak-anak

dalam mengenali huruf, baca tulis dan pemaknaan dalam penciptaan Aksara Lontara

sebagai alat komunikasi bahasa tulis dan tutur. Berdasarkan hasil observasi awal yang

dilakukan oleh peneliti bahwa pembelajaran menulis aksara lontarak di SD Inpres

Nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar sudah pernah diajarkan kepada siswa.

Namun, belum ada penelitian secara mendalam mengenai penguasaan siswa dalam

menulis aksara lontarak. Selain itu, sekolah tersebut termasuk masih kurang

melakukan pembelajaran menulis khususnya penulisan aksara lontarak. Oleh karena

itu, dibutuhkan perbaikan dan pembelajaran menulis agar dapat membantu siswa

yang mengalami kesulitan dalam menulis. Untuk memperbaiki pembelajaran menulis

dan meningkatkan keterampilan menulis siswa, penulis merasa tergugah untuk

melakukan penelitian mengenai sejauh mana tingkat penguasaan siswa dalam menulis

aksara lontarak.
Adapun penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yakni:

Nurul Ulfa (2018) “Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Bahasa Makassar Melalui

Media Gambar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bajeng Barat Kabupaten Gowa”.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian pertama

terdapat pada penggunaan media yang digunakan. Pada penelitian ini lebih berfokus

kepada penguasaan siswa dalam menulis teks deskripsi bahasa Makassar tanpa

menerapkan media pembelajaran. Akan tetapi siswa diarahkan untuk

mendeskripsikan apa saja yang ada di sekitar sekolah yang dapat memudahkan siswa

untuk menggambarkan suatu objek yang mereka lihat. Pada penelitian kedua terdapat

pada penggunaan bahasa yang digunakan. Pada penelitian ini berfokus pada

penggunaan bahasa Makassar yang akan dituliskan kedalam aksara lontara


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan

masalah secara umum pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah penguasaan aksara

lontarak pada siswa kelas V sekolah dasar inpres nomor 102 Bontokadatto Kabupaten

Takalar?”

Rumusan masalah secara khusus dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penguasaan penggunaan tanda baca (titik) dalam menulis teks

aksara lontarak siswa kelas V Sekolah Dasar Inpres Nomor 102 Bontokadatto

Kabupaten Takalar?

2. Bagaimanakah penguasaan penggunaan penulisan tanda tebal tipis dalam menulis

aksara lontarak siswa kelas V Sekolah Dasar Inpres Nomor 102 Bontokadatto

Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan secara umum yang hendak

dicapai, yaitu untuk mendeskripsikan penguasaan aksara lontarak pada siswa kelas V

sekolah dasar inpres nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar.

Tujuan penelitian secara khusus yaitu untuk mendeskripsikan:

1. Penguasaan tanda baca dalam menulis teks aksara lontarak siswa kelas V Sekolah

Dasar Inores Nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar.


2. Penguasaan penulisan tanda tebal halus dalam menulis aksara lontarak siswa

kelas V Sekolah Dasar Inpres Nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun

secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penguasaan aksara

lontarak pada siswa kelas V sekolah dasar inpres nomor 102 Bontokadatto Kabupaten

Takalar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat mengembangkan kreativitas siswa menulis teks dalam

bentuk aksara lontarak.

b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang alternatif

pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi dalam upaya perbaikan

pengembangan kualitas pendidikan.

d. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam penelitian yang

relevan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dipakai

untuk mendukung dan menjelaskan penelitian ini sehubungan dengan masalah yang

akan diteliti, maka kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini

diuraikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Bahasa Daerah

Menurut Trianto (2009: 19) pembelajaran adalah aspek kegiatan yang

kompleks dan tidak dapat dijelaskan secara utuh. Secara sederhana, pembelajaran

dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Pada hakikatnya Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran

merupakan usaha sengaja dari seorang guru untuk mendidik siswa (mengarahkan

interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dengan maksud agar tujuannya dapat

tercapai.

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

proses memperoleh pengetahuan dan keterampilan, penguasaan keterampilan dan

karakter, serta pengembangan sikap dan keyakinan pada siswa yang dibantu oleh

pendidik dengan menggunakan berbagai metode. Jadi, dapat disumpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru


sehingga siswa dapat belajar secara efektif untuk mencapai hasil belajar yang

diinginkan.

Menurut UUD 1945, Pasal 32 (2) “Negara menghormati dan memelihara

bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.” Kata negara berarti (1) entitas di

wilayah yang memiliki otoritas hukum tertinggi dan tunduk pada ketaatan public; (2)

kelompok sosial yang menempati wilayah atau daerah tertentu yang diatur di bawah

lembaga politik dan pemerintahan yang efektif, memiliki kesatuan politik, dan tunduk

pada otoritas publik. Negara digerakkan oleh anggota organisasi dan kelompok sosial

tertentu yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan. Orang-orang

yang ada dalam organisasi itulah yang disebut pemerintah yang diberi kewenangan

mengelola negara. Dengan demikian, yang wajib melindungi bahasa daerah ialah

pemerintah atas nama negara.

Salah satu media pembelajaran bahasa daerah adalah dunia sekolah yang

merupakan wadah informasi ilmiah. Olehnya itu, banyak faktor-faktor yang harus

diperhatikan dalam membangun dan meningkatkan kemampuan siswa di bidang

bahasa daerah, salah satunya adalah pola pikir siswa itu sendiri. Sebelum

mengarahkan peserta didik mendalami pembelajaran bahasa daerah, hendaknya perlu

diberikan pemahaman awal tentang apa yang akan dipelajari dan setelah pelajaran itu

berlangsung apa yang akan diperoleh khususnya dalam bahasa daerah. Sebab jangan

sampai ketika proses belajar berlangsung, siswa masih belum mengerti alasan

mengapa mereka belajar bahasa daerah.


2. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Menulis

Menurut Nurgiyantoro (2010:273) menulis adalah aktivitas mengungkapkan

gagasan melalui media bahasa. Menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan

pikiran, ide, gagasan, atau sudut pandang dengan kata-kata tertulis, terlepas dari

seberapa mudah pembaca memahami tulisa tulisan tersebut. Selanjutnya, Akhadiah,

dkk (dalam Permatasari, 2017: 158) memgemukakan bahwa menulis sebagai suatu

kegiatan penyampaianpesan dengan menggunakantulisan sebagai medianya. Menulis

juga sebagai proses menuangkan ide, pikiran, perasaan, gagasan, dan keinginan

dalam bentuk bahasa tulis. Bahasa tulis dapat digunakan untuk menceritakan,

memberitahu, menggambarkan, melukiskan, dan menghibur, misalnya digunakan

dalam teks narasi, teks persuasi, teks argumentasi, teks eksposisi, dan teks deskripsi.

Menulis merupakan segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan

gagasan dan menyampaikan informasi melalui bahasa tulis untuk dipahami pembaca.

Dengan keterampilan menulis, seseorang dapat memberitahukan, melaporkan, dan

meyakinkan orang lain. Katerampilan menulis merupakan keterampilan kognitif

(memahami, mengetahui, dan memersepsi) yang kompleks, yang menghendaki

strategi kognitif yang tepat, keterampilan intelektual, informasi verbal, ataupun

motivasi yang tepat.

Menurut Saddhono dan Slamet (2014:153) mengemukakan bahwa pada

dasarnya menulis itu tidak hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan

juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup


seseorang dalam bentuk bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan

kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai. Penguasaan

terhadap menulis berkaitan dengan kunci untuk memahami struktur bahasa sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari

keterampilan menulis seseorang yang meliputi mengetahui, memahami, dan

menggunakan unsur istilah, kalimat, paragraph, dan tulisan.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis

adalah suatu proses menuangkan apa yang ada dalam pikiran penulis yang

menggunakan lambang-lambang (huruf) yang berisi pesan, gagasan, atau ide yang

igin disampaikan penulis kepada orang lain.

b. Langkah-Langkah Menulis

Menurut Semi (2007: 26) ada tiga tahapan dalam proses menulis yaitu sebagai

berikut:

a. Tahap Pratulis

Ada empat jenis kegiatan yang harus dilakukan sebelum menulis yaitu:

1) Menentukankan topik, yaitu memilih secara tepat dari berbagai topik yang ada.

Pada tahap ini, penulis mempertimbangkan menarik atau tidaknya sebuah topik.

2) Menetapkan tujuan, yaitu menentukan apa yang akan hendak dicapai dalam

sebuah tulisan yang telah disusun.

3) Mengumpulkan informasi pendukung, yaitu sebuah topic yang dipilih akan layak

ditulis setelah dikumpulkan informasi yang cukup tentang topik tersebut.


4) Merancang tulisan, yaitu topik sebuah tulisan yang telah ditetapkan dipilih

menjadi subtopik. Berdasarkan hasil penelitian akan disusun sebuah kerangka

yang akan memudahkan penulis dalam menyelesaikan tugas.

b. Tahap Penulisan

Pada tahap ini merupakan tahap yang paling penting karena persiapan yang

telah dilakukan pada tahap pratulis dituangkan ke dalam kertas. Pada tahap ini

dibutuhkan konsentrasi penuh terhadap apa yang sedang dituliskan. Ada empat hal

yang penulis lakukan pada saat berkonsentrasi yaitu (1) konsentrasi terhadap gagasan

pokok tulisan, (2) konsentrasi terhadap tujuan, (3) konsentrasi terhadap kriteria calon

pembaca, dan (4) konsentasi terhadap kriteria penerbitan.

c. Tahap Pascatulis

Pada tahap ini terdapat dua kegiatan utama yang dilakukan yaitu:

1) Kegiatan penyuntingan, yaitu kegiatan membaca kembali dengan teliti draf

tulisan dengan melihat ketepatannya dengan gagasan utama. Dalam kegiatan

penyuntingan, harus diperhatikan dengan baik kesalahan yang terlihat jelas

seperti keakuratan angka dan nama objek, serta penulisan kutipan yang akurat.

Pengembangan paragraph yang baik dan penerapan ejaan yang sesuai dengan

EYD.

2) Penulian naskah jadi, artinya setelah penyuntingan dilakukan barulah naskah jadi

ditulis ulang dengan rapi dan memperhatikan secara serius masalah perwajahan.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimulkan bahwa dalam

tahap pratulis yaitu menenentukan topik masalah yang sering muncul dalam memilih
dan menetapkan topik yang menarik, dan menetapakan tujuan apa yang hendak

dicapai, tahap penulisan yaitu awal karangan, isi karangan, dan akhir karangan, serta

tahap pascratulis yaitu membaca keseluruhan karangan, menandai hal-hal yang perlu

diperbaiki dan melakukan perbaikan sesuai dengan apa yang telah ditandai pada saat

penyuntingan.

3. Aksara Lontarak

Aksara adalah suatu system simbol visual melalui goresan/tulisan pada batu,

daun, kayu, kertas, atau pada kain sebagai meia komunikasi/Bahasa.istilah lain untuk

menyebut aksara adalah system tulisan. Tulisan berisi alfabet dan abjad merupakan

istilah yang berbeda karena merupakan tipe aksara berdasarkan klasifikasi fungsional.

Unsur-unsur yang lebih kecil terkandung dalam suatu aksara antara lain: gfafem,

huruf, diakkritik, tanda baca, dan lain-lain (Jayadi, 2014).

Aksara lontarak terdapat dua pengertian yaitu sebagai sejarah dan ilmu

pengetahuan dan pengertian kedua adalah sebagai tulisan (aksara). Dalam hal ini,

manfaat mempelajari aksara lontarak selain menambah pengetahuan tentang jenis

tulisan, yang terpenting adalah ikut melestarikan warisan budaya. Selain itu, aksara

lontarak dapat pula dijadikan sebagai alat komunikasi yang efektif. Efektif dalam

penulisan dan efektif pula sebagai komunikasi yang bersifat “rahasia” (Ahmad,

2014).

Secara lisan disebut bahwa penemu aksara lontarak adalah Daeng Pamatte,

syahbandar Gowa di era Karaeng Tumapakrisika kallonna sekitar tahun 1511-1548.

Namun kemudian disempurnakan beberapa huruf oleh orang Bugis Ngka, Mpa, Nra,
dan Nca. Melihat sistematika urutan huruf ka, ga, nga, yang mirip dengan aksara

Sanskerta dan kemiripan dengan aksara Sumatra, Flores, Filipina, dan Sumbawa

mengisyaratkan adanya persebaran dan hubungan sedimikian rupa jauh sebelum abad

ke-15. Aksara lontarak berasal dari pandangan mitologis orang Bugis-Makassar

tentang alam semesta yaitu Sulapa Appa Walasuji (Munawar, 2012).

Huruf Sulapa Appa ini juga menyimbolkan elemen-elemen kehidupan di alam

semesta yaitu Tuhan, manusia, langit, dan bumi beserta isinya. Selain itu,

memaknakan empat sifat manusia yang disimbolkan melalui angin, air, api, dan tanah

yang masing-masing diwakili oleh empat warna angin kuning, warna airputih, warna

api merah, dan warna tanah hitam (Mahbud, 2008).

Jadi, dapat disimbolkan bahwa aksara lontarak merupakan system tulisan yang

menggunakan media daun lontar dan menggunakan lidi enau atau benda tajam

beruapa pisau sebagai alat tulis.akasara lontarak sendiri adalah salah satu ragam tulis

Nusantara yang berasal dari Sulawesi Selatan dan bagian dari peningkatan kerajaan

Gowa yang diciptakan oleh seorang syahbandar sekaligus tomailalang dan

mangkabumi kerajaan Gowa yakni Daeng Pamatte.

Perkembangan huruf atau aksara lontarak Makassar dapat dilihat sebagai

berikut:
1. Lontarak Toa (Lontarak Jangang-jangang)

Digunakan pada di Sulawasi Selatan untuk penulisan Bahasa Makassar antara

Abad 17 M hingga Abad 19 M.

2. Lontarak Bilang-bilang

Digunakan dalam Sastra Makassar untuk penulisan Genre disertai dengan waktu

kejadian menggunakan angka Arab, pada abad 19 M di Asia.


3. Lontarak sulapak appa

Diguanakan oleh masyakat Bugis dan Makassar pada abad 16 M hingga

abad 20 M .

Tanda Baca (Harakat)

 : dibaca i

 : dibaca u

e : dibaca e

o : dibaca o
B. Kerangka Pikir

Untuk mempermudah suatu penelitian perlu dibuat kerangka pikir atau konsep

dengan tujuan membuat arah penelitian menjadi jelas. Dalam kurikulum K13

penekanan pembelajaran kebahasaan mencakup keseluruhan aspek keterampilan

berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Khusus dalam

keterampilan menulis penekanan dalam kurikulum yaitu bagaimana agar siswa

mampu terampil menulis, terutama dalam menulis aksara lontarak. Penulis tertarik

untuk mengetahui sejauh mana penguasaan aksara lontarak pada siswa kelas V SD

Inpres nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar.


Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa
Kurikulum 2013 berbasis teks
Daerah Makassar

Teks Teks Teks Teks


Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Aksara Lontarak

Pengguaan Tanda Baca titik Penggunaan Tanda Tebal Tipis

Analisis Kerja Siswa

Temuan

Tidak
Menguasai
Menguasai
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Objek penelitiannya

adalah penguasaan aksara lontarak pada siswa kelas V SD Inpres nomor 102

Bontokadatto Kabupaten Takalar. Peneliti bekerja sama dengan guru yaitu guru

Bahasa Daerah kelas V dalam memberikan tes kepada siswa berupa menulis teks

aksara lontarak.

B. Variabel Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini, yakni “Penguasaan Aksara Lontarak pada

Siswa Kelas V SD Inpres Nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar”, variable

yang diamati adalah penguasaan siswa dalam menulis aksara lontarak.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunaan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

yang bersifat deskriptif kuantitatif. Desain deskriptif kuantitatif adalah rancangan

penelitian yang menggambarkan variabel penelitian dalam bentuk angka-angka atau

statistik. Angka-angka tersebut menjadi gambaran penguasaan siswa dalam menulis

aksara lontarak siswa kelas V SD Inpres Nomor 102 Bontokadatto Kabupaten

Takalar.
D. Defenisi Operasional Variabel

Berdasarkan variabel yang telah diuraikan sebelumnya, berikut ini defenisi

agar variabel yang dimaksud tidak rancu dalam pelaksanaannya. Penguasaan menulis

aksara lontara adalah kemampuan siswa dalam memahami bahasa yang Makassar

yang akan dituliskan kedalam aksara lontara melalui gagasan dengan sejelas-jelasnya

sehingga membuat pembaca seolah-olah dapat melihat, dan merasakan, hal yang

dituliskan penulis dengan menggunakan bahas Makassar dalam bentuk teks deskripsi.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Inpres Nomor 102

Bontokadatto Kabupaten Takalar Tahun Ajaran 2021/2022 yang berjumlah 26 siswa.

2. Sampel

Penarikan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

sampel acak (random sampling).

F. Instrumen Penelitian

Untuk pelaksanaan teks peneliti menggunakan instrument berupa teks bahasa

Makassar yang akan dituliskan kedalam aksara lontarak, kemudian informan (siswa),

hasil tes menulis siswa dianalisis sesuai dengan rubrik penilaian menulis aksara

lontarak yang mencakup yaitu: penggunaan tanda baca dan penggunaan tanda tebal

halus pada teks aksara lontarak kemudian menghasilkan temuan, maka peneliti akan
menyimpulkan penguasaan siswa dalam menulis aksara lontarak siswa kelas V SD

Inpres Nomor 102 Bontokadatto Kabupaten Takalar.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dilakukan

dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tes menulis aksara lontarak,

Setelah melakukan tes, langkah selanjutnya adalah memeriksa hasil kerja

siswa. Penentuan aspek yang dinilai dalam menulis aksara lontarak secara ringkas

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Rubrik Penilaian Menulis Aksara Lontarak

No Aspek yang Dinilai Skor

1. Penggunaan Tanda Baca

a. Menggunakan tanda baca dengan benar dan tepat 4

sesuai dengan kaidah aksara lontarak.

b. Menggunakan tanda baca dengan benar sesuai 3

dengan kaidah aksara lontarak


2
c. Kurang menggunakan tanda baca dengan benar

sesuai dengan kaidah aksara lontarak.

d. Tidak menggunkan tanda baca dengan benar


1
sesuai dengan kaidah aksara lontarak.

2. Penggunaan Tanda Tebal Halus


a. Menggunakan tanda tebal halus dan menggunakan 4

Sulapak appak (empat sisi)/tidak menggunakan

garis melengkung.

b. Menggunakan tanda tebal halus dan kurang

menggunakan Sulapak appak (empat


3
sisi)/menggunakan garis melengkung.

c. Kurang menggunakan tanda tebal halus dan

menggunakan Sulapak appak (empat sisi)/tidak


2
menggunakan garis melengkung.

d. Kurang menggunkaan tanda tebal halus dan

kurang menggunakan Sulapak appak (empat


1
sisi)/tidak menggunakan garis melengkung.

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan

menggunaan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Adapun langkah-langkah analisis

data sebagai berikut:

1. Membuat Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah

Data teks yang diperoleh dari kerja koreksi pada umumnya masih dalam

keadaan tak menentu. Untuk memudahkan analisis, maka langkah selanjutnya adalah
membuat tabulasi kemudian menghitung frekuensi masing-masing skor. Jadi, dengan

menggunakan cara ini maka dapat memudahkan di dalam perhitungan selanjutnya.

2. Menghitung Nilai penguasan siswa

Nilai yang diperoleh siswa yang menggambarkan tingkat penguasaan menulis

aksara lontarak terlebih dahulu dilakukan konversi dari bentuk skor mentah menjadi

bentuk nilai, jadi tahap ini Arikunto (2010:287) mengemukakan bahwa tabel

distribusi frekuensi terdiri atas angka-angka atau skor mentah. Rumus mengubah skor

menjadi nilai sebagai berikut:

S
N= x 100
SM

Keterangan:

N : Nilai

S : Skor yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimal

(Sudjana, 2005:438)

3. Mengitung Nilai Rata-rata

Cara mencari rata-rata didapat dengan menghitung seluruh skor kemudian

membagi dengan jumlah subjek untuk melihat kemampuan rata-rata siswa. Rumus

yang diperlukan:

Χ = ∑𝑥

Ν
Keterangan:

Χ = Nilai rata-rata

∑𝑥 = Jumlah seluruh nilai

N = Jumlah subjek (sampel penelitian)

(Subana, dkk. 2000:63)

4. Tolok ukur penguasaan siswa ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai

berikut:

Jika jumlah siswa mencapai 75% yang mendapat nilai 75-100 maka dianggap

menguasai, dan jika jumlah siswa kurang dari 75% yang mendapat nilai 0-60

dianggap tidak menguasai. Ketentuan minimal untuk kompetensi dasar yaitu 75 ke

atas dianggap menguasai, sedangkan dibawah 60 dianggap tidak menguasai.

Tabel 3.2

Tolok Ukur Penguasaan Siswa

Nilai Kategori Frekuensi Persentase

Penguasaan

90-100 Sangat Menguasai

75-90 Menguasai

60-75 Cukup Menguasai

40-60 Tidak menguasai


I. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Adapun perencanaan pelaksanaan penelitian ini selama satu bulan dengan

berbagai tahapan kegiatan dari tahap observasi hingga tahap pengumpulan data.

2. Tempat Penelitian

penelitian ini, akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Inpres Nomor 102

Bontokadatto Kabupaten Takalar.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Basing, Djirong. 1988. Taman Sastra Makassar. Ujung Pandang: CV. Alam.

Basang, Djirong (dkk). 1985. Penulisan Buku Tata Bahasa Makassar. Jakarta: Pusat
Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa.

Daeng, Kembong. 2012. Pappilajarang Basa Mangkasarak. Makassar: UD Mandiri.

Daeng Pamatte. 2010. Pencipta Aksara Lontara. (Online) diakses dari http://sejarah
- makassar.blogspot.co.id pada tanggal 10 Juni 2021.

Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali pers.

Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jayadi, K. 2014.KebudayaanLokalSebagaiSumberInspirasi :Tinjauan Sntropologi


Visual pada Penulis di Kota
Makassar.http://eprints.unm.ac.id./id/eprint/1782.2 April 2020.(13.40)

Kemendikbud. 2014. Bukiu Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta:


Kementrian Pendidikan dan Budaya.

Kilawati, A. (2019). Pendidikan Karakter dalam Budaya Siri’Na Pesse Mahasiswa


PGSD Universitas Cokroaminoto Palopo. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. 3(1): 1-12.

Mahsun. 2014. Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Munawar, R. A. 2012. Komparasi Lontara PananrangdenganPendapat Imam Ja’far al


ShadiqTentang Hari Baikdan Hari Nahas.http://achmadsurya.id1945.com/wp-
content/uploads/2013/07/10-komparasi-lontarapananrang.pdf.2 April 2020.
(13.50).

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE.


Permatasari, Dian. 2017. Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII
SMPN 1 Sumber Jaya Lampung Barat. Jurnal Pesona. 3 (2): 157-158.

Rahmat, Pupu Saeful. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Said. M. (2016). Jati Diri Manusia Bugis. Jakarta: Prodeleader


Setiawan. A. (2020). Digitalisasi Aksara Nusantara agar Lestari. Indonesia Go.id:
Portal Informasi Indonesia.
Semi, M Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa
Bandung.

Sugiyono. Pelindungan Bahasa Daerah dalam Kerangka Kebijakan Nasional


Kebahasaan (Online). Diakses dari www.badanbahasa.kemdikbud.go.id pada
tanggal 2 Juni 2021.
Tati. A. D. R., & Bahri. 2019. Sumber Belajar Sejarah Lokal Sulawesi Selatan.
Universiats Negeri Jakarta: Jurnal Pendidikan Sejarah.

Anda mungkin juga menyukai