Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KETRAMPILAN BERBICARA BASA KRAMA ALUS SISWA KELAS IV DI

SDN 03 KLEGEN KOTA MADIUN

TUGAS MATA KULIAH BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu : Melik Budiarti, S. Sos, MA.

Disusun Oleh :

Ida Ayu Istiqomah

NIM. 2102101141

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pemerintah, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah
sepanjang hayat. Tujuan pendidikan nasional terdapat pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 yaitu : “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggungjawab.”
Bahasa jawa termasuk salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kelompok
muatan lokal seperti yang dimaksud dalam pasal 2 yaitu bertujuan untuk melestarikan,
mengembangkan, dan mengkreasikan bahasa dan sastra daerah. Pembelajaran bahasa
Jawa di SD merupakan salah satu muatan lokal yang masih dalam taraf dasar. Bahasa
Jawa adalah bahasa yang sangat kompleks yang digunakan suku Jawa untuk
berkomunikasi. Secara sederhana bahasa jawa dapat digolongkan menjadi bahasa Jawa
ngoko, bahasa jawa krama (lebih halus), dan bahasa Jawa inggil (sangat halus), dengan
pemilahan masing-masing yang menyebabkan bahasa Jawa menjadi bahasa yang sangat
kompleks, baik aturan maupun penggunaannya.
Ada beberapa sebab yang menjadikan siswa tidak menyukai saat mata pelajaran
Bahasa Jawa, yang paling dominan adalah bahasa Jawa yang dipelajari di sekolah tidak
sama dengan bahasa Jawa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa kerap
menemui kata-kata yang belum pernah diketahui sebelumnya, sehingga menghambat
siswa untuk memahami isi bacaan atau soal pada materi mata pelajaran bahasa Jawa. Hal
ini disebabkan pada lingkungan anak tidak menerapkan pengggunaan unggah-ungguh
bahasa yang semestinya digunakan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.
Oleh karena itu apa yang diajarkan di sekolah terkadang tidak diterapkan di lingkungan
rumah.
Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa jawa di SDN 03
Klengen Kota Madiun ditemukan sebuah masalah. Kesulitan belajar berbicara bahasa

1
Jawa yang disebabkan karena siswa sulit mengenali tingkat tutur bahasa dalam bahasa
Jawa. Sehingga keterampilan berbicara bahasa Jawa menjadi sangat rendah. Banyak
siswa yang terbolak-balik dalam dalam penggunaan bahasa Jawa. Seperti kata-kata krama
inggil yang seharusnya untuk orang lain yang diajak berbicara justru digunakan untuk
dirinya sendiri dan sebaliknya. Selain itu banyak yang beranggapan bahwa bahasa Jawa
itu sulit karena terdapat beragam kosa kata. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
8 November 2022. Dengan adanya tingkatan dalam berbahasa yang membuat orang
menilai bahwa bahasa jawa membeda-bedakan strata sosial. Padahal tujuan dari unggah-
ungguh basa ini untuk menghormati orang lain yang diajak berbicara.
Ketidakmampuan anak dalam menguasai keterampilan berbicara berbahasa Jawa
ini tidak lepas dari pengaruh lingkungan sekitar dimana dia tinggal. Orang-orang di
sekitar mereka sangat jarang mengajak berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Jawa. Mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan
sang anak, padahal ketika mereka berbincang dengan orang yang sama-sama dewasa
bahasa yang digunakanpun sebenarnya adalah bahasa Jawa. Keadaan ini didukung oleh
kecenderungan orang tua masing-masing yang lebih memilih mengajarkan bahasa
Indonesia untuk berkomunikasi.
Guru juga memiliki peran penting dalam mengajarkan bahasa Jawa kepada siswa.
Karena orang tua siswa belum tentu dapat. menerapkan penggunaan bahasa Jawa yang
tepat di rumah dalam kehidupan sehari-hari. Guru harus lebih bisa menguasai karena
telah mendapat kepercayaan dari orang tua siswa. Diharapkan guru dapat menarik minat
siswa untuk belajar berbicara bahasa Jawa.
Dengan adanya bimbingan ini adalah untuk membantu siswa dalam memahami
pentingnya bahasa Jawa di tengah perkembangan zaman ini, mencegah lunturnya
kebudayaan bahasa daerah, memelihara basa krama alus agar tetap terjaga dan
mengembangkan kualitas siswa dalam melestarikan budaya daerah. Anak perlu
dibimbing karena rendahnya minat siswa SD zaman sekarang yang tertarik dengan
kebudayaan lokal dan banyak siswa yang kesulitan dalam menerima materi dan juga
untuk penerapannya. Bimbingannya adalah dengan cara terlibat langsung dalam sekolah
dan membuat kelompok kecil lalu memperoleh data dari sekelompok siswa tersebut, data

2
yang saya gunakan adalah data kualitatif. Dengan meminta bantuan guru dan juga siswa
dalam proses penelitian ini untuk memperoleh data yang valid.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kesulitan siswa dalam berbicara basa krama alus di SDN 03 Klegen Kota
Madiun?
C. TUJUAN
Mendeskripsikan kesulitan siswa dalam ketrampilan berbicara basa krama alus di SDN
03 Klegen Kota Madiun.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Deskripsi Ketrampilan Berbicara


a. Menurut (Muammar, 2008) Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan
keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata
untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan kepada orang lain dengan kepercayaan diri untuk berbicara
secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab, serta dengan menghilangkan
masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-
lain
b. (Dadang Sunendar, 2011), keterampilan berbicara merupakan keterampilan
mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,
kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.
c. (Slamet, 2012) Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistik.
Semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara.
Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan.
Dari pengertian para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa ketrampilan
berbicara adalah suatu ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam menyampaikan
maupun mengekspresikan suatu ide maupun informasi yang disampaikan secara lisan
kepada orang lain yang melalui suatu proses yaitu latihan.
2. Definisi Bahasa Jawa Krama Alus
a. Menurut Senada dengan Kartini (2006) “Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa
daerah di Indonesia, yang apabila dilihat dari jumlah pemakainya terbesar dibanding
bahasa daerah yang lain”.
b. Kemudian diperkuat oleh pendapat Mulyana (2008) menjelaskan bahwa “bahasa Jawa
merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari antara seseorang dengan orang lain oleh masyarakat
Jawa”.
c. Menurut Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka (2009) Yang dimaksud dengan krama
alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas

4
leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap.
Meskipun begitu, yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang
berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul di dalam
tingkat tutur ini. Leksikon krama inggil dan andhap selalu digunakan untuk
penghormatan terhadap mitra wicara. Dalam tingkat tutur ini afiks dipun-, - 18 ipun,
dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada afiks di-, -e, dan – ake.
d. Semakin diperkuat oleh Arafik (2011) memaparkan “kompetensi pembelajaran
bahasa Jawa bagi anak-anak sekolah dasar mencakup lima aspek, yaitu: mendengar,
berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra”.
Dari pernyataan para ahli diatas, jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa jawa
merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi oleh masyarakat Jawa. Salah satu jenis bahasa yang
digunakan dalam bahasa jawa adalah krama alus yaitu bahasa yang dapat digunakan
untuk menghormati orang yang lebih tua. Aspek yang meliputi pembelajaran bahasa
jawa adalah mendengar, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi. Akan tetapi
pada penelitian ini penulis akan membahas salah satu yaitu ketrampilan berbicara.
3. Aspek ketrampilan berbicara
Menurut Sabarti Akhadiah (1992) yang termasuk aspek ketrampilan berbicara adalah
kefasihan, intonasi serta penggunaan kosa kata atau kalimat.
1. Kefasihan/Pelafalan adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan struktur
bahasa secara tepat dengan memusatkan diri pada isi dan bukan pada bentuk, dan
mempergunakan satuan dan pola secara otomatis dalam percakapan biasa.
2. Intonasi adalah tinggi rendahnya nada pada kalimat untuk memberikan penekanan
pada kata-kata tertentu.
3. Penggunaan kosakata atau kalimat adalah unsur berbicara yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi.

Jadi ketrampilan berbicara juga harus berdasarkan aspek yaitu kefasihan, intonasi,
penggunaan kosakata/ kalimat. Ketiga aspek tersebut sangat berkaitan, sebagai contoh
apabila berbicara dengan pelafalan yang kurang jelas maka orang lain yang diajak
berbicara akan merasa bingung dengan apa yang ingin disampaikan oleh pembicara.

5
Apabila siswa kurang mampu menyesuaikan aspek tersebut dalam proses pembelajaran
maka mereka dapat dikatakan bahwa mengalami kesulitan pada ketrampilan berbicara
bahasa krama alus. Pada penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada aspek
kefasihan dan intonasi.

4. Indikator dari aspek Kefasihan dan Intonasi


Menurut Sanusi, (2013) Indikator dari aspek Kefasihan dan Intonasi dalam
ketrampilan berbicara adalah sebagai berikut :
1. Indikator dari aspek Kefasihan yaitu
a) Siswa berbicara dengan pengucapan yang lancar tidak tersendat-sendat,
b) Siswa berbicara dengan pelafalan yang jelas
c) Siswa berbicara sesuai dengan ketepatan pengucapan
2. Indikator dari aspek Intonasi yaitu
a) Siswa berbicara dengan naik turun suara dengan tepat
b) Siswa dapat membedakan kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif),
dan kalimat perintah (imperatif)

Berdasarkan indikator diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa


indikator yang perlu diperhatikan dari setiap individu ataupun siswa. Dalam aspek
Kefasihan memuat beberapa indikator diantaranya siswa mampu berbicara dengan
pengucapan yang lancar dan tidak tersendat-sendat, menggunakan pelafalan yang
jelas, dan ketepatan pengucapan secara benar. Sedangkan dalam aspek intonasi
terdapat beberapa indikator diantaranya dapat menempatkan tinggi rendahnya suatu
nada secara tepat, mampu membedakan kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya
(interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Aspek Kefasihan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat berada di SDN 03
Klegen Kota Madiun, diketahui bahwa terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan
dalam berbicara menggunakan bahasa krama alus. Pada penelitian yang saya amati ada
siswa yang sudah bisa menerapkan penggunaan bahasa jawa krama alus di sekolah.
Misalnya saja ketika berbicara dengan guru. Akan tetapi, masih ada siswa ketika diajak
bicara oleh gurunya siswa tersebut menggunakan bahasa jawa ragam ngoko yang seharusnya
tidak sesuai ketika digunakan ketika berbicara dengan guru yang lebih dihormati.

Pada temuan lapangan yang peneliti amati, masih banyak siswa yang masih
kebingungan dengan pelafalan bunyi bahasa pada saat berbicara. Lafal berbicara berbahasa
jawa krama alus berkaitan dengan tepat atau tidak tepatnya pengucapan bahasa jawa krama
alus. Menurut Kridalaksana (2009) Kefasihan adalah kemampuan seseorang untuk
mempergunakan struktur bahasa secara tepat dengan memusatkan diri pada isi dan bukan
pada bentuk, dan mempergunakan satuan dan pola secara otomatis dalam percakapan biasa.
Akan tetapi Pada saat pembelajaran Bahasa Jawa yang memuat materi Basa Krama masih
terdapat beberapa siswa yang kurang mampu menguasai kelancaran dalam berbicara yang
mengakibatkan siswa mengalami tersendat-sendat dalam berbicara, hal tersebut dapat
disebabkan karena siswa masih mengalami kebingungan dengan materi ini. Seperti yang
terlihat pada saat pembelajaran dan hal tersebut dibenarkan oleh guru yang mengampu
pelajaran tersebut.

Sehubungan pernyataan di atas juga dapat mempengaruhi terjadinya pelafalan yang


kurang jelas, karena pada saat melafalkan masih tersendat-sendat dan belum lancar. Ditinjau
dari siswa yang dibuktikan dengan hasil pengamatan dimana peneliti melihat saat siswa
berbicara dengan peneliti siswa merasa gugup yang membuat suaranya menjadi terdengar
kurang jelas. Hal tersebut juga dibenarkan oleh guru bahwa anak tersebut memang masih
kurang jelas dalam melafalkan Basa Krama secara langsung dengan orang yang lebih tua.

7
Selain itu, pengucapan yang tepat juga sangat berpengaruh, karena apabila salah dalam
pelafalannya maka akan berbeda arti. Akan tetapi, pada kenyataannya beberapa siswa masih
banyak yang keliru dalam hal tersebut, sehingga dapat menimbulkan kekeliruan pemahaman
dari orang yang diajak berbicara. Terbukti saat peneliti mencoba berinteraksi secara
langsung dengan siswa bahwa siswa masih beberapa kali salah dalam pengucapan Basa
Kramanya. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan guru bahwa anak terkadang masih
salah mengucapkan, misalnya saja pada kata ‘kula’ yang seharusnya diucapkan ‘kulo’.

2. Aspek Intonasi

Pada beberapa siswa yang saya amati masih ada beberapa siswa yang mengalami
kesulitan dalam pengucapan intonasinya kurang tepat. Apabila siswa diajak berbicara
dengan temannya masih terkesan dengan nada tinggi/keras. Melihat dari gaya atau cara
bicara siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa belum bisa menerapkan intonasi dengan tepat,
sehingga temannya salah paham karena pengucapannya tersebut. Hal tersebut dibenarkan
oleh guru, siswa mendengar bahwa siswa tersebut berbicara dengan membentak-bentak.

Pada saat berinteraksi dengan siswa terlihat bahwa siswa masih sulit dalam
membedakan antara kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah dapat dibuktikan dari
bagaimana siswa berbicara dengan lawan bicaranya, siswa belum mampu menerapkan
dengan tepat. Dimana terlihat bahwa antara kalimat tersebut masih terdengar sama saja. Hal
tersebut dibenarkan oleh guru pada saat diberikan tugas membaca kalimat.

Kurangnya pembiasaan ketika berbicara menggunakan bahasa jawa menyebabkan


peserta didik kesulitan ketika berbicara menggunakan bahasa jawa krama alus. Peserta didik
menganggap bahwa bahasa jawa itu sulit terutama bahasa krama. Dalam pengantar
pembelajaran sehari-hari juga lebih didominasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
Sehingga ketika berkomunikasi dengan guru, peserta didik memakai Bahasa Indonesia.

Pada penelitian yang saya amati ada siswa yang sudah bisa menerapkan penggunaan
bahasa jawa krama di sekolah. Misalnya saja ketika berbicara dengan guru. Akan tetapi,
masih ada siswa ketika diajak bicara oleh gurunya siswa tersebut menggunakan bahasa jawa
ragam ngoko yang seharusnya tidak sesuai ketika digunakan ketika berbicara dengan guru
yang lebih dihormati. Menurut Bu Agustinah Selaku guru kelas menyatakan bahwa siswa

8
yang belum sesuai menggunakan bahasa jawa ketika sedang berbicara dikarenakan siswa
tersebut kurang dibiasakan menggunakan bahasa jawa dengan baik di sekolah maupun di
rumah.
Kesulitan belajar dalam penggunaan tata bahasa jawa yang dialami peserta didik perlu
ditindak lanjuti. Di mana dalam penerapan bimbingan tersebut juga berdasarkan fungsi
bimbingan yang ada ( fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pemeliharaan dan
fungsi pengembangan). Karena selain bahasa jawa muncul dalam pembelajaran di sekolah,
bahasa jawa juga menjadi pengukur tingkat kesopanan berbicara terhadap lawan bicara.
Fungsi pemahaman utamanya berbicara kepada orang yang lebih tua atau orang yang lebih
dihormati, maka sebaiknya menggunakan bahasa jawa krama alus.
Fungsi pencegahannya dengan adanya pembelajaran bahasa jawa di luar jam sekolah
dapat membantu mengatasi kesulitan belajar bahasa jawa yang dihadapi siswa. Fungsi
pemeliharaannya yaitu dengan apabila ada siswa yang kurang tepat dalam berbicara dengan
menggunakan bahasa jawa, maka anak tersebut akan ditegur. Ditegur disini bukan memarahi
anak, akan tetapi anak diajarkan bagaimana cara berbicara dengan bahasa yang baik dan
sesuai. Ini bertujuan agar siswa bisa terlatih dalam menggunakan bahasa jawa, utamanya
bahasa jawa ragam krama.
Dengan seperti itu bisa melatih fungsi pengembangan yaitu kemampuan siswa untuk
berbahasa jawa ragam krama dan juga bahasa jawa ragam ngoko. Sama seperti yang telah
disampaikan oleh Bapak kepala madrasah, siswa bisa diberikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan kegiatan berbicara siswa dalam kehidupan sehari-hari.

9
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi tentang
kesulitan belajar berbicara bahasa jawa khususnya pada materi basa krama kelas IV di SDN 03
Klegen Kota Madiun, maka peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan tata bahasa jawa
khususnya basa karma alus siswa kelas IV di di SDN 03 Klegen Kota Madiun masih mengalami
kesulitan yaitu dalam aspek pelafalan dan intonasi. Dimana ada siswa yang masih tersendat-
sendat dalam berbicara dengan Basa Krama sehingga dapat mempengaruhi pelafalan yang
kurang jelas yang mengakibatkan pendengar mengalami kebingungan dengan maksud dari
pembicara. Selain itu ada ketepatan pengucapan yang jika tidak sesuai maka akan timbul arti
yang berbeda dan juga jika pengucapan intonasi yang kurang tepat orang yang diajak berbicara
menjadi salah paham.

Saran

Dalam mengatasi permasalahan yang ada, sebaiknya guru lebih memperhatikan dan
menekankan dengan cara membiasakan siswa untuk terbiasa berbicara menggunakan Basa
Krama Alus, serta mengajari siswa bagaimana cara pengucapan kata maupun kalimat. Guru juga
dapat menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, agar siswa merasa tertarik
dengan pelajaran Bahasa Jawa. Guru dapat menggunakan media video ataupun permainan yang
dapat membuat siswa Sd merasa gembira. Di mana dalam penerapan bimbingan tersebut juga
berdasarkan fungsi bimbingan yang ada ( fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi
pemeliharaan dan fungsi pengembangan).

10
DAFTAR PUSTAKA
Chotimah, Chusnul dkk. 2019. Analisis Penerapan Unggah Ungguh Bahasa Jawa dalam Nilai
Sopan Santun, International Journal of Elementary Education, Vol. 3 No. 2, Tahun 2019
Universitas PGRI Semarang, dalam https://ejournal.undiksha.ac.id?index.php/IJEE hal.
204

Damayanti, Vera Rovita. 2011. Peningkatan Keterampilan Berbicara Berbahasa Jawa Ragam
Krama Dalam Berdialog Sesuai dengan Unggah-ungguh Basa dengan Media Kartu
Karakter Pada Siswa Kelas IX G SMP N Kalimanah Purbalingga. Skripsi: UNNES

Damariswara, Rian. 2016. Analisis Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa Jawa Krama Aus
Mahasiswa PGSD Angkatan 2012 UN PGRI Kediri dalam Mata Kuliah Bahasa Daerah,
Dalam http://efektor.unpkediri.ac.id Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara Vol. 2, No. 1,
Juli 2016, hal. 53

Masjid, Akbar Al dan Salsabila Nugraheni. 2020. Peningkatan Keterampilan Unggah-Ungguh


Ragam Krama Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas IV SDN
Kleteran 3, Jurnal Pendidikan Ke-SD-an: 137 Trihayu, Vol. 7,
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/trihayu/article/view/8395/3563

Tarigan, Djago, Tien Martini, dan Nurhayati Sudibyo. 1997. Pengembangan Keterampilan
Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

11
LAMPIRAN
VERBATIM WAWANCARA

 Dengan Siswa
Ida : Hallo adek. Menurut adek apakah ada mata pelajaran yang menurut adek
susah?
Nadia : Hai kak, kalau saya ada kak. Menurut saya yang susah itu mata pelajaran
bahasa jawa.

Ida : Oh Bahasa Jawa ya, kalau boleh tahu pelajaran Bahasa Jawa bagian
mana yang susah menurut adek-adek ini?
Nadia : Menurut saya yang susah yang bagian basa krama itu kak.

Ida : Memangnya kenapa tidak suka materi Basa Krama?


Nadia : Karena sulit dimengerti kak. Karena dalam bahasa jawa banyak sekali
kata yang pengucapannya berbeda dengan tulisan.

Ida : Oh, adek kalau bicara menggunakan Basa Krama apakah sudah lancar?
Nadia : Saya kalau bicara dengan Basa Krama kurang lancar kak, agak macet-
macet gitu. Karena masih bingung cara pengucapan yang benar karena ada kata yang
dibacanya berbeda dengan tulisannya kak.

Ida : Apakah adek sudah bisa membedakan tinggi rendahnya nada dalam
pengucapan Basa Krama Alus?
Nadia : Belum kak, saya kalau bicara masih menggunakan nada seperti biasa
dengan sehari-hari.

Ida : Apakah adek sudah bisa membedakan cara pengucapan intonasi yang
benar antara kalimat berita, kalimat tanya maupun kalimat perintah.
Nadia : Belum terlalu bisa kak, masih agak bingung soalnya.

12
Ida : Baik adek-adek, terima kasih ya sudah meluangkan waktu untuk
menjawab pertanyaan dari kakak.
Nadia : Iya kak, sama-sama.

 Wawancara kepada wali kelas yaitu Ibu Agustinah:


Ida : Selamat Pagi ibu, mohon maaf mengganggu waktunya. saya Ida
mahasiswa dari UNIPMA. Saya disini untuk membuktikan apakah benar siswa yang
bernama Nadia mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Bahasa Jawa.
Bu Agustinah : Selamat Pagi juga mbak, iya memang benar mbak. Ketiga siswa
tersebut memang mengalami kesulitan dalam pelajaran bahasa jawa.

Ida : Kalau boleh tahu, pada materi apa siswa tersebut mengalami
kesulitan bu?
Bu Agustinah : Iya mbak, siswa tersebut mengalami kesulitan pada materi
Bahasa Krama Alus mbak.

Ida : Apakah siswa berbicara Basa Kramanya tersendat-sendat ibu?


Bu Agustinah : Iya mba, siswa tersebut tersendat-sendat saat berbicara dengan
Basa Krama karena kurangnya kebiasaan.

Ida : Apakah siswa berinteraksi menggunakan Basa Krama secara


jelas?
Bu Agustinah : Belum jelas mba, siswa masih asal dalam berbicara menggunakan
Basa Krama.

Ida : Bagaimana ketepatan pelafalan dari siswa?


Bu Agustinah : Siswa masih belum tepat dalam mengucapkan pelafalan dan
terkadang saya juga merasa bingung dengan apa yang dikatakan siswa saat saya
memberi pertanyaan.

13
Ida : Apakah siswa sudah bisa membedakan tinggi rendahnya nada
dalam pengucapan Basa Krama Alus?
Bu Agustinah : Belum mba, siswa masih belum bisa membedakan tinggi
rendahnya pengucapan nada karena saat berbicara dengan saya masih dengan nada yang
tinggi.

Ida : Apakah siswa sudah bisa membedakan cara pengucapan intonasi


yang benar antara kalimat berita, kalimat tanya maupun kalimat perintah?
Bu Agustinah : Belum mba, kadang siswa memberi kalimat tanya tetapi dengan
menggunakan intonasi kalimat perintah, jadi saya mendengarkannya juga agak bingung.

Ida : Baik ibu, terima kasih atas penjelasannya.


Bu Agustinah : Iya Mbak, sama-sama.

14
TRIANGGULASI
1. Aspek Kefasihan
No Pertanyaan Responden Guru Trianggulasi
1. Apakah siswa Belum, masih Belum, siswa masih Sesuai, karena jawaban
lancar dalam tersendat-sendat. belum lancar dalam siswa dan pernyataan dari
berbicara dan Karena masih berbicara dengan guru sama, yaitu masih
tidak tersendat- bingung cara lafal . tersendat-sendat dalam
sendat dalam pengucapan yang berbicara dikarenakan
berbicara benar karena siswa masih
dengan Basa mengalami kebingungan
Krama? dengan materi Basa Krama.
2. Apakah siswa Belum, karena masih Belum jelas mba, Sesuai, karena jawaban
sudah jelas ragu dalam siswa masih asal siswa dan pernyataan guru
dalam pengucapannya, dalam berbicara sama, yaitu belum bisa
pelafalan Basa sehingga terdengar menggunakan Basa melafalkan dengan jelas,
Krama? kurang jelas. Krama. karena siswa masih merasa
ragu dengan pelafalan kata
yang diucapkan. Pada saat
berinteraksi secara langsung
menggunakan bahasa jawa
siswa masih mengalami
kesulitan dalam
berkomunikasi dengan guru
maupun orang yang lebih
tua.
3. Apakah siswa Belum, karena Belum, karena siswa Sesuai, karena jawaban
menggunakan terkadang siswa masih kurang teapat siswa dan pernyataan guru
Basa Krama masih melafalkan dalam melafalkan sama, yaitu belum bisa
secara tepat? Basa Krama dengan suatu kata sehingga mengucapkan Basa Krama
kurang tepat orang yang secara tepat, sehingga
sehingga mendengarkan apabila salah dalam

15
menimbulkan salah informasi tersebut pelafalannya maka akan
arti informasi dari merasa bingung. berbeda arti dan orang yang
apa yang mendengarkan menjadi
disampaikan. bingung.

2. Aspek Intonasi

No Pertanyaan Responden Guru Trianggulasi


1. Apakah siswa Belum, karena siswa Belum bisa, karena Sesuai, karena jawaban
sudah bisa belum bisa siswa masih siswa dan pernyataan guru
menentukan menerapkan intonasi menerapkan intonasi sama, yaitu belum bisa
naik turunnya dengan tepat, yaitu dengan kurang tepat, menentukan naik turunnya
suara dengan belum bisa sehingga temannya nada yang mengakibatkan
tepat? membedakan mana menjadi salah orang yang diajak bicara
kalimat yang harus paham. merasa salah paham
diucapkan dengan misalnya anak yang
nada tinggi maupun berbicara dengan nada
turunnya. tinggi, yang mengakibatkan
siswa yang lain merasa
dibentak.
2. Apakah siswa Belum, dikarenakan Belum, siswa belum Sesuai, karena jawaban
dapat bisa siswa terlihat bahwa bisa membedakan siswa dan pernyataan guru
membedakan siswa masih sulit kalimat-kalimat sama yaitu belum bisa
cara dalam membedakan tersebut, karena membedakan kalimat-
pengucapan kalimat-kalimat antara kalimat kalimat tersebut karena
intonasi yang tersebut. tersebut masih pengucapannya masih
benar antara terdengar sama saja. terdengar sama saja dengan
kalimat berita, kalimat yang sehari-hari di
kalimat tanya ucapkan.
maupun
kalimat

16
perintah??

17

Anda mungkin juga menyukai