Anda di halaman 1dari 27

Pengembangan Buku Cerita Rakyat Bahasa Jawa Serang Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Jawa Siswa Kelas IV SD

(R&D di kelas V SDNMagelaran)

PROPOSAL SKRIPSI

Di SusunOleh :

MUNJIAH
171240132

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2019 M/ 1441 H
JUDUL PENELITIAN : PENGEMBANGAN BUKU CERITA RAKYAT
BAHASA JAWA SERANG UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
BAHASA JAWA SISWA KELAS IV
(R&D di kelas IV SDN Magelaran )

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang, Sistem,
Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diarahkan
kepada perkembangan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual
keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan.
Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-
anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini
sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya.
Begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa
dididik oleh guru dan dosen. Jadi, pendidikan dapat dikatakan sebua\h proses
atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia.Bila kita pandang pendidikan
sebagai sebuah proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya
tujuan akhir pendidikan. Pendidikanmerupakansebuahsistem yang

1
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kencana, 2010), hal.89

2
mengandungaspekvisi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, guru, murid,
manajemen, saranaprasarana, biaya, lingkungandan lain sebagainya2
Bahasa Jawa serang atau bebasan merupakan Bahasa daerah yang
digunakan di daerah serang dan sekitarnya. Dikarenakan Bahasa Jawa serang
atau bebasan adalah bahasa khas daerah yang juga menjadi kebudayaan dari
masing - masing daerah, oleh karena itu Bahasa Jawa dijadikan sebagai mata
pelajaran muatan lokal di Sekolah Dasar (SD). Kompetensi dasar yang
terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Jawas serang atau bebasan di Sekolah
Dasar sangatlah beragam. Seperti halnya masyarakat yang tinggal di daerah
peerkampungan bagian ploksok berbeda bahasa dan kebudayaan dengan
masyarakat yang ada di daerah perkampungan bagian banten khususnya yang
menggunakn bahasa jawa bebasan. Untuk itulah, sebagai seorang masyarakat
yang mendiami pulau jawa, sudah sepantasnya kita menguasai bahasa jawa
dan tahu mengenai seluk beluk bahasa jawa itu sendiri.
Bahasa daerah merupakan suatu kekayaan Negara Indonesia yang harus
dilestarikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
dalam melestarikan bahasa daerah. Diantaranya adalah dengan menjadikan
bahasa daerah sebagai muatan lokal di sekolah.Mata
pelajaranBahasaJawamerupakanmatapelajaran yang
saatinidiwajibkanolehpemerintahdalamrangkamenjagakelestarianbudaya.Pera
turanDaerahProvinsiJawa Tengah No 9 tahun 2014
menyatakanbahwaBahasaJawasebagaisaranakomunikasidaninteraksi.
Denganhaltersebutsiswasudahselayaknyapahamakanbahasajawadankompeten
si yang diajarkannya. peraturanpemerintah No. 19 tahun2014,
tentangkurikulumbahasadaerah SD/SDLB/MI 2013
didalamnyamenyatakanbahwapembelajaranbahasadaerahsebagaimuatanlokal
perludituangkandalamkurikulum.
Hal
tersebutdiarahkansupayapesertadidikmemilikikemampuandanketerampilan
berkomunikasimenggunakanbahasatersebutdenganbaikdanbenar,

2
Wahab jufri, Belajar dan Pembelajaran Sain, ( Bandung : Pustaka Rineka Cipta,2013), hal.39.

3
dansecaralisanmaupuntertulis,
sertamenumbuhkembangkanapresiasiterhadaphasilkaryasastra dam
budayadaerah. Sehinggapadapelaksanaankurikulum 2013
tidakterlepasdaripembelajaranbahasadaerah.Dalampembagianmatapelajaran
di lampirantersebuttermuatbahwabahasadaerahalokasiwaktupembelajaran 2
kali seminggu. Hal
tersebutdenganharapanbahwanantinyabahasadaerahbesertakomponenbabataus
ubtansi yang adadidalamnyatetap terpelajariolehsiswa.
Sedangkan tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana
pendidikan itu diarahkan sasaran yang dicapai melalui pendidikan memiliki
ruang lingkup sama dengan fungsi pendidikan. Wujud tujuan pendidikan
dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, sehingga tujuan
pendidikan dapat dimaknakan sebagai suatu sistem nilai yangdisepakati
kebenaran dan kepentingannya yang dicapai melalui berbagai kegiatan, baik
dijalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. 3

Siswa adalah sustu organisme yang hidup, didalam dirinya teerdapat


beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup dan yang sedang
berkembang. Didalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat
dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku
siswa. Pendidikan perlu mengarahkan tigkah laku dan perbuatan itu meuju ke
tingkat yang diharapkan.4
Sementara belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui
pendidikan. Perubahan tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan,
melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penghargaan, minat, penyesuain diri dan mengenai segala aspek organisme
atau pribadai seseorang. 5Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan,
Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu
3
Wahab Rochman, memahami pendidikan dan ilmu pendidikan, ( Yogyakarta : CV Aswaja
Pressindo, 2011),hal.87
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakart : Bumi Aksara, 2013), hal.170
5
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Raja Grafindo
Persada,2005),hal.35.

4
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau
menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas
menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal hal-hal yang
telah dipelajarinya. Perlu dipahami bahwa pemerolehan pengetahuan maupun
upaya penambahan pengetahuan hanya salah satu bagian kecil dari kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya6.
Indonesia dengan kebudayaan nasionalnya, tentu memiliki kebudayaan
daerah atau kebudayan lokal yang merupakan pemersatu keteguhan budaya
negara. Kebudayaan daerah merupakan kebudayaa yag hanya berkembang
turun temurun pada masyarakat diruang lingkup daerah tersebut.
Cerita rakyat disetiap daerah biasanya hanya berkisar pada penceritaan
turun-temurun dilingkungan masyarakat saja. Kemudian penelitian
beriinisiatif untuk dapat membuat sebuah produk yang namaya buku cerita
rakyat dengan bahasa jawa serang atau lebih tepatnya bahasa jawa bebasan.
Dengan adanay pengembangan inilah peneliti berharap besar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dimana Bahasa jawa bebasan merupakan
ciri khas bahasa jawa serang. Oleh karena itu, pemerintah dalam upaya
melestarikan bahasa jawa, memasukkan bahasa jawa kedalam lembaga formal
sebagai muatan lokal yag dituangkan dalam sebuah kurikulum.
Buku ajar merupakan suatu bagian dari proses pembelajaran yang berisi
materi – materi pembelajaran yang akan diajarkan oleh pendidik kepada
peserta didik. Menurut peraturan pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana
pendidikan secara nasional pada bab VII Pasal 42 Ayat (1) dengan tegas
disebutkan bahwa : Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang
meliputi perabot, perlatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
guru harus mampu membuat proses pembelajaran yang efektif dan
menarik. Materi yang menarik bagi siswa biasanya yang disertai dengan

6
Thobroni, Belajar dan Pembelajaran,( Yogyakarta : AR-Ruzz Media,2015),hal.16.

5
gambar dan warna yang sesuai dengan konteks cerita tersebut. Dimana materi
ini meliputi sejarah banten, asala usul dan cerita rakya bahasa jawa serang.
Sampai saat ini, belum ada buku cerita rakyat bahasa jawa serang yang
sesuai dengan kebutuhan siswa, ketika peneliti melakukan observasi
disekolah memang sudah ada bukunya; akan tetapi buku tersebut kurang
menarik (monoton), karena yang terdapat pada buku cerita itu banyaknya
tulisan, sehingga siswa pada saat pembelajaran berlangsung kurang terlalu
memperhatikan faktornya dalah kurangnya daya tarik siswa pada buku cerita
tersebut.
Melihat permaslaah tersebut, perlu adanya buku cerita rakyat bahasa
jawa serang yang dapat menarik siswa untuk membaca dan memahami isi
cerita serta menambah pengetahuan. Sedangkan buku yang diperlukan oleh
siswa ya’ni buku yang bergambar dan menarik dengan disertai warna yang
sesuai dengan cerita dan bahada yang sesuai dengan kaidah yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, mengenai permasalahan yang terdapat pada
kelas IV SD, maka peneliti menggagas sebuah pengembangan buku cerita
rakyat bahasa jawa serang untuk meningkatkan hasil belajar bahasa jawa.
Serta melestarikan cerita-cerita rakyat bahasa jawa serang agar tetap dikenal
dikalangan masyarakat dan umum.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah


1. Berdasarkanlatarbelakangmasalah, dapatdiidentifikasimasalahsebagaiberikut
:
2. Pembelajaran bahasa jawa yang disampaikan di kelas v kurang efektif
3. Kurangnya kesesuaiyan warana buku cerita rakyat yang menarik siswa
dalam pembelajarn bahasa jawa serang
4. Dalam kegiatan pembelajar bahas jawa serang, belum ada buku yang
menarik khususnya cerita rakyat yang digunakan sebagai alat bantu siswa
dalam meningkatkan hasil belajar siswa

6
Adapunbatasanmasalahdalampenelitianiniadalah :
1. Berupa Produk yang dihasilkan adalah buku cerita rakyat yang menarik
2. Pengembangan buku cerita rakyat yang sesua dengan kebutuhan siswa
3. Produk buku cerita rakyat yang dibuat adalah untuk Sekolah Dasar Negri
Magelaran
Dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakanag masalah diatas, maka rumusan masalah tersebut :
1. Bagaimana spesifikasi produk pengembangan buku cerita rakyat bahasa
jawa serang untuk meningkatkan hasil belajar bahasa jawa siswa kelas IV
SD.
2. Bagaimana proses pngembangan buku cerita rakyat bahasa jawa serang
untuk meningkatkan hasil belajar bahasa jawa siswa kelas IV SD.
3. Bagaimana keefektifan dan kemenarikan pengembangan buku cerita
rakyat bahasa jawa serang untuk meningkatkan hasil belajar bahasa jawa
siswa kelas IV SD.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitia ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil produk pengembangan buku cerita rakyat bahasa
jawa serang untuk meningkatkan hasil belajar bahasa jawa siswa kelas IV
SD.
2. Untuk mengetahui proses pengembangan buku cerita rakyat bahasa jawa
serang untuk meningkatkan hasil belajar bahasa jawa siswa kelas IV SD.
3. Untuk mengetahui keefektifan dan kemnarikan pengembangan buku cerita
rakyat bahasa jawa serang untuk meningkatkan hasil belajar bahasa jawa
siswa kelas IV SD.

E. Manfaat Penelitian

7
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baim secara
teoritis maupun secara praktis :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat menghasilnkan sebuah produk yang
berupa buku buku cerita rakyat bahasa jawa serang untuk meningkatkan
hasil belajar bahasa jawa; sehingga buku tersebut dapat digunakan oleh
siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Manfaat Prktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peserta
didik, guru, lembaga pendidik, dan peneliti.
a. Bagi Pesera Dididk
 Dapat meningkatkan keefektifan dan kemenarikan siswa saat proses
pembelajaran cerita rakyat bahasa jawa serang.
 Siswa dapat dengan mudah memahami isi cerita rakyat bahasa jawa
serang.
 Siswa Dapat meningkatkan hasil belajar bahasa bahasa jawa.
b. Bagi pendididik / guru
 Produk yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai buku pendamping
pada proses pembela serang, agar pembelajaran dapat menyenangkan
serta mempunyai daya tarik siswa dengan dibutakannya buku cerita
rakyat yang diserta dengan gambar dan warna guna meningkatkan
hasil belajar siswa.
 Memperkaya guru dalam penyampaian pembelajaran cerita rakyat
bahasa jawa serang melalui metode yang diterapkan pada saat proses
belajar mengajar.
 Dapat memotivasi guru dalam mengembangkan kreativitas pada
pengembangan buku cerita rakyat yang dapat diterapkan pada saat
belajar mengajar.
c. Bagi Lembaga
 Memberi sumbagan yang baik terhadap hasil produk yang dijadikan
sebagai bahan cerit rakyat bahasa jawa serang.

8
 Dapat memberikan proses pembelajaran yang baik pada
pengembangan buku cerita rakyat bahas jawa serang.
 Diharapkan dapat meningkatkan hasil hasil belajar bahasa jawa,
sehingga meningkatkan kualitas sekolah, dan menambah model buku
cerita disekolah.
d. Bagi peneliti
Dapat memperkaya wawasan, sehingga dapat dengan mudah
menemukan cara untuk mengembangkan buku cerita rakyat bahasa jawa
serang, sesuai dengan materi, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di SD.

F. SIGNIFIKANSI PENELITIAN
Berkaitan dengan peraturan pemerintah tentang standar Nasional
Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana, maka peneliti
sangat signifikansi untuk melakukan. Selain itu, dikarenakan seorang guru
harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menarik. Dengan
demikian, disekolah tersebut belum adanya pengembangan buku cerita rakyat
bahasa jawa serang, maka hal ini menjadikan penelitian ini penting untuk
dilakukan. Selain itu juga, peneliti tertarik untuk membuat buku cerita rakyat
bahasa jawa serang, guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD serta
dapat digunakan oleh guru di Sekolah Dasar untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.

G. KERANGKA KONSEPTULA
1. Pengertian Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan salah satu cerita peninggalan nenek moyang
yang penyebarannya dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi
berikutnya berupa cerita tentang kehidupan manusia maupun kehidupan
binatang.
Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang tumbuh di masyarakat dan
dinyatakan sebagai kelompok. Cerita rakyat merupakan tradisi lisan, karena

9
penyebarannya melalui tutur kata dari mulut ke mulut atau suatu dengan
contoh yang disertai dengan gerak isyarat dan alat pembantu pengingat dari
satu generasi ke generasi selanjutnya. Sastra lisan adalah kesusastraan yang
mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan
dan diturun temurunkan secara lisan (dari mulut kemulut)
Menurut Hutomo, ciri-ciri sastra lisan yaitu :
a. penyebarannya melalui mulut ke mulut, maksudnya ekspresi budaya
yang disebarkan baik dari segi ruang maupun waktu melalui mulut,
b. lahir dari masyarakat yang bercorak desa,
c. menggambarkan suatu ciri-ciri masyarakat, sebab sastra lisan itu
merupakan warisan budaya yang menggambarkan masa lampau, tetapi
menyebut pula hal-hal yang baru (sesuai dengan perubahan sosial),
d. tidak diketahui siapa pengarangnya, dan karena itu menjadi milik
masyarakat. 7

Ciri-ciriceritarakyatantara lain sebagaiberikut:

a. isiciptasastrayangbersifatfantastis, istana sentries, dandidaktis. Isi


yangfantastismengambarkanbahwamasyrakatpadawaktuitusangatdiwarna
iolehkepercayaananimismedandinamisme.Isi yang istana sentries,
maksudnyaceritanyaberkisarpadapengisahanistanatentangkeluarga raja
yang
sangatbaik.Adapunsifatdidaktisnyatampilkarenaceritanyaberusahamengg
uruidanmenanamkannilai-nilaipendidikanpadapenikmatnya.

b. Bahasanyabanyakmenggunakanbahasaklisesebagaivariasinya. Sering pula


setiapceritadiawalidengan kata-kata seperti, konon, khabarnya,
padazamandahulukaladan lain-lain.

7
Sutasoma, “Rekontruksi Cerita Rakyat Djaka Mruyung di Kabupaten Banyumas”, Journal Of
Javanese Literatur, Vol.3, No 1, 2014, Hal.44

10
c. Nama-namapengarangseringtidakdisebutkan,
sehinggahasilsastranyakebanyakananonim.Haliniterjadikarenamasyarakat
lama cenderungbersifatkolektif, tidakmunculsecara individual.8

2. Bahasa Jawa Serang


Bahasa jawa serang ( BJS ) adalah bahasa formalnya.
Dapat dikatakan bahasa jawa serang ( BJS ) bukan bahasa Jawa Banten
karenaSejalan dengan apa yang telah di telah diproklamirkannya Banten
sebagai sebuah provinsi, timbul sebuah wacana dari sebagian masyarakat
provinsi Banten untuk mencari identitas kedaerahan yang salah satunya
dengan menjadikan bahasa Jawa (dialek Banten) sebagai bahasa daerah
yang berlaku di Kabupaten Serang. Wacana ini tentunya perlu dipikirkan
dan dikaji secara matang, sehingga tidak menimbulkan persoalan lain yang
malah menghilangkan identitas bahasa yang sebenarnya. Dinamakannya
bahasa jawa Serang bukan bahasa jawa Banten karena penduduk yang
menggunakan bahasa tersebut dominan penduduk yang tinggalnya di kota
Serang dan Kabupaten Serang.

Perbedaan Bahasa Jawa Serang (BJS) dengan Bahasa Jawa Demak


antara lain:
a. Bahasa Jawa Serang
Berasal dari prajurit - prajurit demak melakukan dalam
menaklukkan banten yang man pada saat itu masih pajajara serta
Pemakai bahasa Jawa (dialek) Banten terdapat di kecamatan: Cilegon,
Merak, Bojonegara, Tirtayasa, Ciruas, Carenang, Kasemen, dan
Kramatwatu.
b. Bahasa jawa demak
Bahasa Jawa yang dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Demak
adalah salah satu varian geografis bahasa Jawa. Sejauh pengamatan
peneliti, hingga saat ini, penelitian terhadap bahasa Jawa yang

8
La Ode Gusal, “Nilai- Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi Tengggara” Jurnal
Humanika Vol. 3, No.15, 2005,Hal.10.

11
dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Demak belum pemah dilakukan.
Oleh karena itu, belum dapat diketahui sejauh mana persamaan dan
perbedaan bahasa Jawa Kabupaten Demak dengan bahasa Jawa baku,
sena belum dapat pula ditentukan apakah bahasa Jawa Kabupaten Demak
itu merupakan suatu dialek bahasa Jawa tersendiri ataukah bersama-sama
dengan varian bahasa Jawa yang lain membentuk suatu dialek tersendiri.
Mengingat perbedaan latar belakang sosial budaya penduduk
Kabupaten Demak yang berbeda dengan penduduk yang tinggal di
wilayah pemakaian bahasa Jawa baku, yaitu Yogya-Solo, diperkirakan
bahasa Jawa yang dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Demak
mempunyai perbedaan dengan bahasa Jawa baku. Seperti diketahui,
penduduk Kabupaten Demak mempunyai Jatar belakang sosial budaya
pesisiran, sedangkan suku Jawa yang tinggal di Yogya-Solo berlatar
belakang sosial budaya petani. Perbedaan ini diperkirakan tercermin pula
dalam bahasa Jawa yang mereka pergunakan.

BJS Bebasan dengan BJS Nonbebasan!

Dilihat dari perolehannya

Pemerolehan Pengajaran

pemerolehan

B 1 ( Lingkungan ) B2,B3 dst ( sekolah )


= Bahasa Ibu = Bahasa Nasional + Bahasa
Asing
 Bahasa Jawa Serang Bebasan
bahasa yang banyak digunakan oleh orang tua atau sepuh (tokoh yang
dituakan).

12
 sedangkan Bahasa Jawa Serang Non bebasan
bahasa yang digunakan oleh penduduk umum yang ada di kota maupun
kabupaten Serang (perkampungan).

Contoh : Bahasa Jawa Serang Bebasan


 Pripun kabare?
 Seniki wenten ng pundi
 Sampun dahar dereng?
 Kulane ayun medal kerihin!
 Kulane ayu kepetuk sereng teh umi !
 Napik kebujeng- bujeng !
 Kulane sampun medal

Contoh : BJS Non bebasan adalah Bahasa Jawa Serang yang kasar.
 Keperemen kabare?
 Siki ane ng ndi ?
 Wis mangan durung?
 Kitane arep metu dikit!
 Aje keburu- buru.
 Kitane arep kependak kare teh umi.
 Kitane wes metu

3. Hasil Belajar
Sebelum meguraikan hasil belajar, terlebih dahulu peneliti memaparkan
pengeertian belajar, beberapa pengertian belajar antar lain :
Belajar adalah sebuah proses yang komplek yang didalamnya
terkankandung beberapa aspek, aspek – aspek tersebut adalah bertambahnya
jumlah pengetahuan, adanya kemampuan menginat dan menmproduksi, ada

13
penerapan pengetahu, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengaitkan
dengan realita, dan adanya perubahn sebagai pribadi.9
Belajar adalah setiap perubahn yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latian atau pengalaman.
Belajar adalah kegiatan tingkah yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam peyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapain tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses yang dialami siswa,baik ketika
ia berada disekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. 10
Belajar dapat merubah tingkah laku seseorang, perubahn itu terjadi
disebakan oleh pengalaman dan latihan- latihan yang dilakukan oleh belajar
tersebut. Selanjunya, winkel menjelaskan tentang pengertian belajar sebagai
sutu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan,
kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan
dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan
adaptif.11
Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan, secara umum
dapat saya tarik kesimpulan bahwasannya belajar ialah suatu proses
pengalaman dan latian melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga
menghasilkan suatu perubahan pada diri seseorang yang berupa sikap,
tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta kemampuannya
dibidang tertentu.
Bila terjadi proses belajar, maka betsama itu pula tejadi proses
mengajar . hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar
sudah tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya. Kalua ada
yang mengajar sudan pasti ada yang belajar. Dari proses belajar mengajar
ini akan diperoleh suatu hasil, yang umumnya disebut hasil belajar. Tetapi

9
Eveline Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Bogor : Ghalia Indonesia 2010),
hal 4
10
Bisri Mustofa, Psikologi Pendidikan, ( Yogyakarta : Param Ilmu, 2015), Hal.127
11
Winkel,W.S. Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Grasido, 2000), Hal. 155

14
agar memperoleh hasil yang maksimal, proses belajar mengajar harus
dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi dengan baik .12
Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Faktor dalam diri siswa ( intern ) dan faktor dari luar diri siswa ( ekstern )
a. Faktor intern adalah faktor dari dalam diri siswa yaitu kecakapan, minat,
bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan dan kebiasaan
siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang dilakukannya
merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan sebeerapa
besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang
dipelajari siswa. Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam
diri siswa. Minta,motivasi dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh
guru. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda- beda.
Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kecakapan belajar,
yaini semangat cepat, sedang, lambat. Demikian pula pengelompokkan
kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya
proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal,dan atu
dibantu dengan alat /media.
b. Faktor ekstern yaitu faktor dari luar diri siswa diantaranya yaitu
lingkungan fisik dan non fisik belajar ( termasuk suasana kelas dalam
belajar, seperti riang gembira, menyeangkan), lingkungan sosial budaya,
lingkungan keluarga, program sekolah ( termasuk dukungan komite
sekolah ), guru, pelaksaan pembelajaran dan teman ssekolah. Guru
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil
belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas.
Dalam hal ini, guru hasus memiliki ompetensi dasar yang disyaratkan
dalam profesi guru.13
Hasil belajar

12
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta : Grafindo Persada 2011),
hal.19
13
Sri Anita W, Strategi Pembelajaran di SD, ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hal 27.

15
Suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran,
yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan
serta tes perbuatan. 14 atau hasil bejar merupakan hasil yang diperoleh siswa
setelah terjadinya prose pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes
yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada
satu pokok bahasan. Hasil belajar tidak hanya berupa nilai saja, tetapi dapat
berupa perubahan prilaku yang menuju pada perubahn positif.

H. Metodologi Penelitian
1. pendekatan penelitian
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Research and Development ( R&D). Yaitu suatu proses atau langkah-
langkah untuk menghasilkan suatu produk, dan menguji keefektifan produk
tersebut.15

Rancangan penelitian pengembangan ini dapat digambarkan dalam


bagan sebagai berikut :

Tahap II
Tahap I Potensi dan
masalah Analisis Kebutuhan

14
Kunandar, Lankah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal.276
15
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. ( Bandung : Alfabeta, 2010 )

16
Tahap IV
Tahap III
Valisadi Desain
Desain Produk

Tahap v

Revisi Desain

Hasil Akhir

Media pembelajran Buku


Cerita Rakyat

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untu mengahasilkan sebuah


produk dan tidak diujikan secar langsung kepada siswa.
sertamengetahuibagaimanapesertadidikdanpendidikterhadapproduk yang
dikembangkan.PenelitibermaksuduntukmengembangkanBuku Cerita Rakyat
untukmeningkatkanhasil belajar siswa siswadikelas V SDN Magelaran.

2. Data dan Sumber Data

17
a. Data
Data ialah hasil pencatatan peneliti, bai berupa fakta maupun angka.
Data merupakan segala fakta dan angkat yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun informasi. Data yang akan diambil dalam penelitian ini
tentang kebutuhan media pembelajaran yang digunakan dalam
memahami isi cerita rakyat / legenda dan data validitas/uji ahli media
pembelajaran memahami isi cerita rakyat / legenda bagi siswa SD kelas
V.
b. Sumber Data
Sumber Data ialah subjek diperolehnya data itu. Sumber data dalam
penelitian ini dinagi menjadi dua, yaitu sumber data kebutuhan media
dan sumber data uji ahli media
1. Siswasebagia sumber data untuk memperoleh informasi bagaimana
kondisi pembelajaran memahami cerita dikelas dan mengenai
kebutuhan media untuk pembelajaran memahami cerita agar
pembelajaran bisa berjalan lebih efektif.
2. GuruSebagai sumber data untuk memperoleh informasi bagaimana
kondisi pembelajaran memahami cerita rakyat dikelas dan mengenai
kesulitan memperoleh media yang sesuai serta yang dibutuhkan oleh
siswa kelas V.
3. Sumber data uji ahli ialahpakar /ahli media, ahli materi, dan dosen
pembimbing.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Belia menambahkan penelitian
kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti it
sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebgai instrumen harus divalidasi meliputi
validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap objek yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian, baik secara akaemik maupun logistiknya. Pihal yang

18
memfalidasi juga adalah peneliti sendiri melalui evaluasi diri. Jadi , peneliti
adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
a. PenelitiandanPengembangan
Penelitian dan pengembangan terdiri dari dua kata yaitu penelitian dan
pengembangn.
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang harus dilakukan secara
sistemastis, teratur, dan tertib baik mengenai prosedurnya maupun dalam
berpit tentang materinya. Jadi penelitian adalah proses ilmiah yang
dilakukan secara beraturan. 16
Pengembangan adalah suatu proses pengulangan diman suatu produk
yang diuji dan direvisi sehingga dianggap siap untuk dipasarkan. 17
Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik
formal maupun nonformal yang dilaksanakan secara sadar, terencana,
terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, membimbing, menegmbangkan suatu dasar keprobadian
yang seimbang, utuh, selaras, penegtahuan, ketermapilan sesuai dengan
bakat, keinginan serta kemampuan – kemampuan sebagai bekal atas
prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengambangkan diri
ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manuiawi yang
optimal serta pribadi mandiri.18
Sukmadinata mengemukakakn bahwa “penelitian dan
pengembanagn adalah proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang
telah ad dan dapat dipertanggung jawabkan.19 Menurut Gay, Mills, dan
Airasian dalam bidang pendidikan tujuan utama penelitian dan
pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk

16
Fristiana Irina, Metode Penelitian Terapan, ( Yogyakarta : Pamara Ilmu, 2017 ), hal. 1
17
Djunaidi ghoni dan fauzan Almansur, Petunjuk Praktis Penelitian Pendidikan, ( Yogyakarta :
UIN Malang 2009 ), hal .220
18
Iskandar Wiryokusumo, Dasar- Dasar Pengembangan Kurikulum, ( Jakarta : Bumi Aksara,
2011), hal.48
19
Sukmadinata, Metode Penelitian (Bandung :PT Remaja, 2005). 164.

19
mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan disekolah-
sekolah.20
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan penelitian dan pengembangan, yaitu suatu proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan mengesahkan suatu produk dibidang
pendidikan. Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya dikenal
dengan siklus R&D, yaitu yang terdiri dari : pengkajian terhadap hasil-
hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan keefektifitasn pada
produk yang akan dikembangkan, mengembangkannya menjadi sebuah
produk, penguji terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang
dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Hal ini
sebagai indikasi bahwa produk pengembangan yang dilakukan
mempunyai hasil akhir yang baik untuk siswa kelas V SDN Magelaran.
Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan
mencakup 10 langkah umum, sebagaimana yang diuraikan Brog and Fall.
Seperti model dibawah ini :
1. Potensi dan masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi
adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.
Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dan yang
terjadi.
2. Mengumpulkan informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up-
to-date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan sebagai informasi yang
dapat di gunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu
yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
3. Desain produk

Emriz, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan kualitatif,(Jakarta: Raja Grafindo,


20

2012),hal.263

20
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, langkah selanjutnya dalam
penelitian dan pengembangan membuat desain dari produk yang akan
dikembangkan.
4. Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional
akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara
rasional, karena validasi ini baru bersifat penilaian bersifat pemikiran
rasional belum fakta lapangan.
5. Perbaikan desain
Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan
para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahan nya.
Kelemahannya tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan
cara memperbaiki desain.
6. Uji coba produk
Setelah melakukan revisi dari uji coba produk, maka langkah
selanjutnya penelitian dan pengembangan adalah uji coba produk. Uji
coba dilakukan untuk menentukan efektivitas dari produk yang
dikembangkan.
7. Revisi produk
Revisi produk dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
a. Uji coba yang dilakukan masih bersifat terbatas, sehingga tidak
mencerminkan situasi dan kondisi yang sesungguhnya.
b. Dalam uji coba ditemukan kelemahan dan kekurangan dari produk
yang dikembangkan.
c. Data untuk merevisi produk dapat dijaring melalui pengguna
produk atau yang menjadi sasaran penggunaan produk.
8. Uji coba pemakaian
Setelah revisi produk dilakukan, uji coba pemakaian produk
dikembangkan. Uji coba dilakukan pada kelompok yang lebih luas
9. Revisi produk tahap akhir

21
Setelah melakukan uji coba produk pada kelompok yang lebih luas,
dilakukan revisi produk tahap akhir berdasarkan masukan yang
diperoleh.
10. Produk masal
Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian dan pengembangan.
Dalam bidang pendidikan produk missal dari produk yang
dikembangkan merupakan suatu pilihan yang berimplikasi kan pada
pemanfaatan yang lebih luas.
a. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian yaitu mendapatkan
data.
Peneliti yang tidak mengetahui teknik pengumpulan data, maka
tidak akan
mendapatkan data yang sesuai dengan standar data yang
ditetapkan. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal untuk
memperoleh informasi. Wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data dengan berkomunikasi langsung secara
lisan kepada sumber data.
Menurut guba dan Lincoln wawancara dapat dilakukan dengan
empat macam cara yaitu sebagai berikut :
a. Wawancara oleh tim atau panel
b. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka.
c. Wawancara riwayat secara lisan.
Wawancara terstuktur dan tidak terstruktur.21

21
Sugiyono, metode penelitian pendidikan, 194

22
2. Observasi
Observasi (observarvation) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.22
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pelaksanaan
teknik observasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Observasi partisipan dan observasi non partisipan.
b. Observasi sistematis dan observasi non sistematis. 23
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant
observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan,
maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan
tidak terstruktur.24
3. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharaokan dari
responden, selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas.

22
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung : Pt Remaja Rosdakarya,
2011), 220
23
Margono, Petedologi Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), 161-169.
24
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. 145

23
Uma Sekaran mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan
angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan,
pengukuran dan penampilan fisik.25
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis gambar maupun elektronik.26 Dokumentasi adalah
data tertulis atau tercetak tentang fakta-fakta yang akan dijadikan
sebagai bukti fisik penelitian dan hasil penelitian, dokumentasi ini
akan menjadikan sangat akurat dan sangat kuat kedudukannya. Hasil
penelitian dan observasi akan lebih dipercaya kalau didukung oleh
sejarah pribadi kehidupan masa kecil, di sekolah, di tenpat kerja, di
masyarakat dan autobiografi.
b. Desain Produk
Desain produk pengembangan produk dan program pemblajaran
produk dipandang oleh banyak orang menjadi jantung dari bidang desain
dan teknologi pembelajaran para praktisi dalam bidang ini biasanya
mengikiuti model-model dan prosedur-prosedur sistematika yang sudah
ditetapkan secacra baik untuk merancang dan mengembangkan intervensi-
intervensi pembelajaran dan non pembelajaran.27

I. Jadwal Penelitian
Tempatdanwaktupenelitian
Penelitiandilaksanakan di SDN Magelaran yang beralamat di kp.
Magelaran Cilik Rt/ RW 002/005. Kel/ Desa : Mesjid Priyayi. Kec :
Kasemen.
Pelaksanaanpenelitiandilakukanpadahari kamis, 06- Februari- 2020.

25
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. 142
26
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal 221
27
Emriz, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan kualitatif,(Jakarta : Raja Grafindo,
2012), hal.264

24
Pemilihanpenelitian di SDN Magelaran ini, karenaberdasarkanhasil
survey yang dilakukanterdapatmasalahterkaitketerbatasan buku ajar berupa
buku cerita rakyat bahasa jawa pada pemebelajarn bahawa jawa serang,
yaitupembelajaranberfokuspadabuku yang ada saja
sehinggaperluadanyapengembangn buku
untuksaranapenunjangkeberhasilan proses pembelajaran sehingga
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Magelaran.

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :


Grafindo Persada
Almansur Faujan dan Djunaidi ghoni. 2009. Petunjuk Praktis Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta : UIN Malang
Emriz. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan kualitatif.
Jakarta: Raja Grafindo.
Hamlik Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakart : Bumi Aksara.

Irian Fristiana. 2017. Metode Penelitian Terapan. Yogyakarta : Pamara Ilmu

25
Jufri Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sain. Bandung : Pustaka
Rineka Cipta.

Kunandar. 2011. Lankah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

La Ode Gusal, “Nilai- Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi


Tengggara” Jurnal Humanika Vol. 3, No.15, 2005,Hal.10.

Margono. 2010. Petedologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Mustofa Bisri. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Param Ilmu.

Nara Hartini, Siregar Eveline Siregar. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Bogor : Ghalia Indonesia

Nata Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Rochman Wahab. 2011. memahami pendidikan dan ilmu pendidikan.


Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo.

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja


Grafindo Persada.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata Syaodih Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Sutasoma, “Rekontruksi Cerita Rakyat Djaka Mruyung di Kabupaten


Banyumas”, Journal Of Javanese Literatur, Vol.3, No 1, 2014, Hal.44

Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : AR-Ruzz


Media,2015

W. Sri Anita. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas


Terbuka.

26
W.S. Winkel. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasido.

27

Anda mungkin juga menyukai