Anda di halaman 1dari 17

CAPAIAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA PADA KURIKULUM

MERDEKA

A. Rasional Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa

Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan bangsa


Indonesia yang menunjukkan keanekaragaman budaya. Bahasa Jawa merupakan salah
satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia yang keberadaannya ikut
mewarnai keragaman budaya bangsa Indonesia. Hal itu tercermin dalam
Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Penerapan
Kurikulum Merdeka.

Penggunaan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna


Bahasa Jawa adalah salah satu cara untuk melestarikan bahasa Jawa. Sebagai Upaya
Strategis dalam Pelestarian bahasa Jawa, Pemerintah Daerah No. 64 Tahun 2013
tentang Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa menjadikan pembelajaran bahasa Jawa
menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib di sekolah pada semua jenjang.
Mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa memiliki peran strategis dalam
rangka membentuk watak dan kepribadian peserta didik di sekolah. Melalui
pembelajaran unggah-ungguh basa, tata krama, memahami dan mengenal kekayaan
seni dan budaya tradisi, menjadikan peserta didik semakin bangga terhadap bahasa
daerah dan kekayaan warisan leluhur yang dimilikinya. Seiring dengan perkembangan
dan kebutuhan jaman, keberadaan pembelajaran bahasa Jawa juga diharuskan mampu
mengikuti arah dan kebijakan pemerintah baik pusat dan daerah. Melalui Keputusan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran, Pemerintah terus berupaya melakukan inovasi dan pengembangan
terhadap kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka
mengimplementasikan keputusan tersebut dengan cara menyelaraskan Kembali
kurikulum muatan lokal wajib Bahasa Jawa, khususnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Dengan adanya program penyelarasan tersebut beberapa hal teknis yang
berkaitan dengan pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa di sekolah tentu saja ikut
mengalami perubahan dan pengembangan, mulai dari struktur, kerangka dan materi
pada kurikulum di sekolah yang diajarkan yang selanjutnya dokumennya disebut
dengan istilah Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan. Termasuk pada muatan
lokal Bahasa Jawa juga harus menyesuaikan dengan perkembangan yang salah
satunya adalah pengembangan kurikulum pada Kurikulum Merdeka.
Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka berfungsi untuk memperkenalkan
siswa mengenal dirinya dan budaya daerahnya serta mendukung kompetensi yang
sedang dipelajari di sekolah. Hal ini dikarenakan bahwa dalam kurikulum
pembelajaran bahasa, materi dikembangkan dengan tujuan untuk mempersiapkan
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang menjadikan mereka mampu
merefleksikan pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengungkapkan
gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna dalam bahasa yang
diajarkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan dialek daerah
masing- masing dan mendukung dengan tuntutan di dunia kerja.
Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Jawa pada
pembelajaran paradigma baru akan membentuk pribadi Pancasila yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis,
mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Profil Pelajar Pancasila. Oleh karena itu, Kurikulum Muatan
Lokal Bahasa Jawa dikembangan dengan mempertimbangkan tantangan internal dan
eksternal. Tantangan internal terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada
8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tantangan eksternal terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang
terkait dengan kemajuan teknologi, informasi perkembangan pendidikan di tingkat
nasional dan internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup dan budaya
masyarakat Jawa.
Kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka
dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, baik secara makro (jagad gedhe)
dan secara mikro (jagad cilik). Penyempurnaan pola pikir secara makro mengacu pada
perubahan pola pikir yang mengarah pada hal-hal berikut: (1) pembelajaran berpusat
pada peserta didik; (2) pembelajaran interaktif; (3) pola pembelajaran jejaring; (4)
pola pembelajaran aktif dengan pendekatan sains;
(5) pola belajar berbasis tim; (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi
pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) pola pembelajaran berbasis kebutuhan
peserta didik; (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
(9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Pola pemikiran secara mikro (jagad cilik) mengacu pada (1) pola
pembelajaran bahasa Jawa mengarah pada pembentuk kepribadian dan penguat jati
diri masyarakat Jawa yang tercermin pada pocapan, patrap, dan polatan; (2)
pembelajaran bahasa Jawa sebagai upaya pengolahan kearifan budaya lokal untuk
didayagunakan dalam pembangunan budaya nasional, watak, dan karakter bangsa; (3)
pembelajaran bahasa Jawa sebagai penjaga dan pemelihara kelestarian bahasa, sastra,
dan aksara Jawa; (4) pembelajaran bahasa Jawa sebagai upaya penyelarasan
pemakaian bahasa, sastra, dan aksara Jawa agar sejalan dengan perkembangan
bahasa Jawa (nut ing jaman kalakone); (5) pembelajaran bahasa Jawa sebagai proses
pembiasaan penggunaan bahasa Jawa yang laras dan leres dalam berkomunikasi dan
berinteraksi sehari-hari di dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan kaidah, etika,
dan norma yang berlaku; (6) pembelajaran bahasa Jawa memiliki ciri sebagai
pembawa dan pengembang budaya Jawa.
Penguatan materi muatan lokal Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka
dilakukan dengan memperhatikan; (1) penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan
krama dengan mempertimbangkan keberadaan dialek daerah masing- masing. Melalui
pembelajaran Bahasa yang memperhatikan undha usuk basa diharapkan mampu
membiasakan peserta didik untuk menerapkan prinsip unggah ungguh basa sebagai
tindakan yang merupakan manifestasi kesantunan berbahasa dalam penggunaan
bahasa sehari-hari yang diajarkan melalui keteladanan dan pembiasaan pada setiap
kesempatan baik itu dalam proses pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas,
(2) pemanfaatan sastra Jawa modern sebagai hasil karya sastra Jawa baik yang berupa
sastra tulis maupun sastra lisan (geguritan, crita cekak, crita sambung, teks
sandiwara, novel, drama, film dan sebagainya) yang berkembang untuk pembentukan
karakter yang njawani, (3) pemanfaatan sastra klasik baik lisan maupun tulis (sastra
piwulang, babad, legenda, tembang, nyanyian rakyat, tembang dolanan, cerita, mitos,
dongeng, sastra wayang dan sebagainya) untuk penguatan jati diri, (4) pemanfaatan
teks nonsastra sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang
mendukung pada tuntutan dan kebutuhan (beragam jenis teks, pawarta, pariwara,
sesorah, artikel dan

sebagainya) dan (5) aksara Jawa sebagai pemertahanan jati diri (nglegena- pasangan,
sandhangan, angka, swara, murda, rekan dan lainnya).

B. Tujuan Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa

Pengimplementasian mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa pada


Kurikulum Merdeka bertujuan untuk:
1. pendayagunaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai wahana untuk
pembangunan karakter dan budi pekerti;
2. menjaga dan memelihara kelestarian bahasa (termasuk dialek), sastra, dan
aksara Jawa sehingga menjadi faktor penting untuk peneguhan jati diri
daerah;
3. menyelaraskan fungsi bahasa, sastra, dan aksara Jawa dalam kehidupan
masyarakat sejalan dengan arah pembinaan bahasa Jawa;
4. mengenalkan nilai-nilai estetika, etika, moral dan spiritual yang terkandung
dalam budaya Jawa untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan
pengembangan kebudayaan nasional; dan
5. mengimplementasikan penerapan prinsip kesantunan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dan tuntutan para lulusan di dunia kerja maupun
yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

C. Karakteristik Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa

Arah pembelajaran bahasa Jawa adalah untuk menyelaraskan


keberadaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai unsur kebudayaan Jawa
untuk mewujudkan keadaan masyarakat yang lebih berbudaya dan menggali
nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa, sastra, dan aksara Jawa, sebagai
bahan masukan untuk pengembangan karakter Pancasila. Adapun secara
spesifik karakteristik mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa adalah sebagai
berikut :
1. Mata pelajaran Bahasa Jawa mencakup kemampuan reseptif (menyimak,
membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif (berbicara dan
mempresentasikan, menulis).
2. Mata pelajaran Bahasa Jawa menggunakan pendekatan dengan metode utama
berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks multimodal
(lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model pembelajaran menggunakan
pedagogi genre, yaitu: penjelasan (explaining, building the context),
pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian
(independent construction); serta kegiatan yang mendorong pelajar untuk
berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran.
3. Mata pelajaran Bahasa Jawa dibelajarkan untuk meningkatkan
pendayagunaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai wahana untuk
pembangunan karakter dan budi pekerti.

Area Kemampuan Sub-Kemampuan


Pembelajaran

Bahasa, Sastra dan Reseptif Menyimak


Aksara Jawa
Membaca

Produktif Berbicara

Menulis
Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut:

Elemen Deskripsi

Menyimak Kemampuan peserta didik menerima, memahami


informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan
secara relevan untuk memberikan apresiasi kepada
mitra tutur. Proses yang terjadi dalam menyimak
mencakup kegiatan seperti mendengarkan,
mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi tuturan
bahasa, memaknainya, dan/atau menyiapkan tanggapan
terhadap mitra tutur. Menyimak merupakan
kemampuan komunikasi yang penting sebab
kemampuan menyimak menentukan tingkat
kemampuan peserta didik memahami makna (tersurat
dan tersirat) paparan lisan, memahami ide pokok dan
pendukung pada konten informasi maupun konteks
yang melatari paparan tersebut. Komponen-komponen
yang dapat dikembangkan dalam menyimak di
antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem
isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna,
dan metakognisi.
Membaca dan Membaca adalah kemampuan peserta didik untuk memahami,
Memirsa memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan
dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan potensinya. Memirsa adalah kemampuan
peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi,
dan merefleksi sajian visual dan/atau audiovisual sesuai tujuan
dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan potensinya. Komponen-komponen yang
dapat dikembangkan dalam membaca dan memirsa di
antaranya kepekaan terhadap fonem, huruf, sistem isyarat,
kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi.

Berbicara dan Berbicara adalah kemampuan peserta didik menyampaikan


Mempresentasikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam bentuk lisan.
Mempresentasikan adalah kemampuan peserta didik
memaparkan gagasan atau tanggapan secara fasih, akurat,
bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan sesuai
konteks dengan cara yang komunikatif melalui beragam
media (visual, digital, audio, dan audiovisual). Komponen-
komponen yang dapat dikembangkan dalam
berbicara dan mempresentasikan di antaranya
kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata,
struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi.
Menulis Kemampuan peserta didik menyampaikan gagasan,
tanggapan, dan perasaan dalam bentuk tulis secara fasih,
akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan
perasaan sesuai konteks. Komponen-komponen yang dapat
dikembangkan dalam menulis di antaranya menerapkan
penggunaan ejaan, kata, kalimat, dan paragraf, struktur
bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi dalam beragam
tipe teks (deskripsi, laporan, rekon, eksplanasi, eksposisi,
instruksi/prosedur, serta narasi).

D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa pada


Kurikulum Merdeka
1. Fase A (Kelas 1-2 SD/MI/SDLB)

Pada akhir Fase A, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa


dalam mengeja huruf, suku kata dan kata tentang nama-nama benda. Peserta
didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa sesuai kaidah Unggah ungguh basa
(bahasa jawa) untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan kepada
teman sebaya dan orang dewasa tentang diri dan lingkungan sekitarnya. Peserta
didik mampu memahami dan menyampaikan pesan, mengekspresikan perasaan
dan gagasan, berpartisipasi dalam percakapan berbahasa Jawa dan diskusi secara
santun. Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan kosa kata baru bahasa
Jawa melalui berbagai kegiatan berbahasa nonsastra dengan topik nama-nama
benda, nama-nama anggota tubuh dalam ragam ngoko dan krama, dan bersastra
tembang dolanan, dan dongeng (fabel).
Fase A Berdasarkan Elemen

Elemen Capaian
Pembelajaran

Menyimak Fase A Kelas 1


Peserta didik mampu bersikap menjadi penyimak bunyi huruf, suku
kata dan kata tentang nama-nama benda dan nama-nama anggota
tubuh dan kata kerja dalam ragam ngoko dan krama dengan baik.
Peserta didik mampu memahami pesan lisan dan informasi dari media
audio, teks aural berupa ……

Fase A Kelas 2
Peserta didik mampu bersikap menjadi penyimak bunyi huruf, suku
kata dan kata tentang nama-nama benda dan nama-nama anggota
tubuh dan kata kerja dalam ragam ngoko dan krama dengan baik.
Peserta didik mampu memahami pesan lisan dan informasi dari media
audio, teks aural berupa ….

Fase A Kelas 2
Peserta didik mampu mengeja huruf, suku kata dan kata tentang
nama-nama benda, nama-nama anggota tubuh dan kata kerja dalam
dalam ragam ngoko dan krama. Peserta didik mampu bersikap
menjadi pembaca dan pemirsa yang baik. Peserta didik mampu
memahami informasi dari bacaan dan tayangan yang dipirsa tentang
diri dan lingkungan, narasi imajinatif berupa dongeng (fabel) dan
tembang dolanan atau lelagon. Peserta didik mampu menambah
kosakata baru tentang …..

Fase A kelas 1
Berbicara
Peserta didik mampu melafalkan huruf, suku kata, kata tentang nama-
nama benda, nama-nama anggota tubuh, kata kerja dalam ragam
ngoko dan krama dengan tepat, berbicara dengan santun,
menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta
didik mampu bertanya tentang sesuatu, menjawab, dan menanggapi
komentar orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan
santun dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu mengungkapkan
gagasan secara lisan dengan bantuan gambar dan/atau ilustrasi
tentang….

Fase A kelas 2
Peserta didik mampu melafalkan huruf, suku kata, kata tentang nama-
nama benda, nama-nama anggota tubuh, kata kerja dalam ragam
ngoko dan krama dengan tepat, berbicara dengan santun,
menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta
didik mampu bertanya tentang sesuatu, menjawab, dan menanggapi
komentar orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan
santun dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu mengungkapkan
gagasan secara lisan dengan bantuan gambar dan/atau ilustrasi tentang

Menulis Fase A kelas 1

Peserta didik mampu menulis huruf, suku kata, kata, tentang nama-
nama benda, nama-nama anggota tubuh, secara tepat menggunakan
aksara Jawa nglegena dengan cara menebalkan dan mewarnai.

Fase A kelas 2

Peserta didik mampu menulis huruf, suku kata, kata, tentang nama-
nama benda, nama-nama anggota tubuh, secara tepat menggunakan
aksara Jawa nglegena dengan cara mengenal, menyalin, dan
menirukan teknik penulisan sepuluh aksara Jawa nglegena.
2. Fase B (Kelas 3-4 SD/MI/SDLB)

Pada akhir Fase B, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa


sesuai dengan unggah-ungguh basa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal menarik di
lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan
gagasan dari teks informasional, memahami penokohan dan pesan dari teks
narasi sastra cerita rakyat, geguritan, tembang macapat Pocung dan Gambuh dan
nonsastra tentang tradisi/budaya. Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan
dengan bahasa Jawa dalam kerja kelompok dan diskusi. Peserta didik mampu
membaca dan menulis 20 huruf Jawa legena, pasangan, sandhangan swara,
sandhangan panyigeg wanda. Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan
kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dengan topik tradisi,
ungkapan Jawa dan bersastra geguritan, cerita rakyat, dan tembang Pocung,
Gambuh. Peserta didik mampu membaca teks bahasa Jawa dengan fasih.

Fase B Berdasarkan Elemen

Elemen Capaian Pembelajaran

Menyimak Fase B Kelas 3


Peserta didik mampu bersikap menjadi penyimak bunyi huruf,
suku kata dan kata tentang nama-nama benda dan nama-nama
anggota tubuh dan kata kerja dalam ragam ngoko dan krama
dengan baik. Peserta didik mampu memahami pesan lisan dan
informasi dari media audio, teks aural berupa ……
Fase B Kelas 4
Peserta didik mampu bersikap menjadi penyimak bunyi huruf,
suku kata dan kata tentang nama-nama benda dan nama-nama
anggota tubuh dan kata kerja dalam ragam ngoko dan krama
dengan baik. Peserta didik mampu memahami pesan lisan dan
informasi dari media audio, teks aural berupa ….

Membaca Fase B Kelas 3


Peserta didik mampu mengeja huruf, suku kata dan kata tentang
nama-nama benda, nama-nama anggota tubuh dan kata kerja
dalam dalam ragam ngoko dan krama. Peserta didik mampu
bersikap menjadi pembaca dan pemirsa yang baik. Peserta
didik mampu memahami informasi dari bacaan dan tayangan
yang dipirsa tentang diri dan lingkungan, narasi imajinatif
berupa dongeng (fabel) dan tembang dolanan atau lelagon.
Peserta didik mampu menambah kosakata baru tentang ……

Fase B Kelas 4
Peserta didik mampu mengeja huruf, suku kata dan kata tentang
nama-nama benda, nama-nama anggota tubuh dan kata kerja dalam
dalam ragam ngoko dan krama. Peserta didik mampu bersikap
menjadi pembaca dan pemirsa yang baik. Peserta didik mampu
memahami informasi dari bacaan dan tayangan yang dipirsa tentang
diri dan lingkungan, narasi imajinatif berupa dongeng (fabel) dan
tembang dolanan atau lelagon. Peserta didik mampu menambah
kosakata baru tentang …..

Fase B kelas 3
Berbicara
Peserta didik mampu melafalkan huruf, suku kata, kata tentang nama-
nama benda, nama-nama anggota tubuh, kata kerja dalam ragam
ngoko dan krama dengan tepat, berbicara dengan santun,
menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta
didik mampu bertanya tentang sesuatu, menjawab, dan menanggapi
komentar orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan
santun dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu mengungkapkan
gagasan secara lisan dengan bantuan gambar dan/atau ilustrasi tentang
….

Fase B kelas 4
Peserta didik mampu melafalkan huruf, suku kata, kata tentang nama-
nama benda, nama-nama anggota tubuh, kata kerja dalam ragam
ngoko dan krama dengan tepat, berbicara dengan santun,
menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta
didik mampu bertanya tentang sesuatu, menjawab, dan menanggapi
komentar orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan
santun dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu mengungkapkan
gagasan secara lisan dengan bantuan gambar dan/atau ilustrasi tentang
….

Menulis Fase B kelas 3

Peserta didik mampu menulis teks narasi dan deskripsi berbahasa


Jawa sesuai kaidah unggah-ungguh basa dengan rangkaian kalimat
yang beragam, informasi yang lebih rinci dan akurat dengan topik
yang beragam. Peserta didik mampu menulis kata dengan dua puluh
aksara Jawa nglegena.

Fase B kelas 4

Peserta didik mampu menulis teks narasi dan deskripsi berbahasa


Jawa sesuai kaidah unggah-ungguh basa dengan rangkaian kalimat
yang beragam, informasi yang lebih rinci dan akurat dengan topik
yang beragam. Peserta didik mampu menulis aksara Jawa yang
memakai sandhangan swara dan panyigeg wanda.
3. Fase C (Kelas 5-6 SD/MI/SDLB)
Pada akhir fase C, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa sesuai unggah-
ungguh basa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks sosial
kepada teman sebaya dan orang tua. Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan
menginterpretasi informasi dan pesan berbahasa Jawa ngoko dan krama dari paparan
lisan dan tulis tentang teks informasional dan teks sastra geguritan, cerita wayang
Ramayana dan Mahabarata dan tembang Maskumambang dan Mijil. Peserta didik
mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang dipaparkan; berpartisipasi
aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap bacaan menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya. Peserta didik mampu menulis kalimat sederhana
(tunggal) berhuruf Jawa sesuai kaidah. Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan
kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa nonsastra dengan topik
tradisi/budaya, ungkapan Jawa. Peserta didik memiliki kebiasaan membaca untuk
hiburan menambah pengetahuan dan keterampilan.

Fase C Berdasarkan Elemen

Elemen Capaian Pembelajaran

Menyimak Fase C Kelas 5


Peserta didik mampu melakukan analisis sederhana tentang
informasi berbahasa Jawa ngoko dan krama berupa fakta,
prosedur dengan cara mengidentifikasi ciri objek dan urutan
proses kejadian, dan nilai-nilai dari berbagai jenis teks
informasi, sastra, dan tembang yaitu teks bacaan tata krama
yang berisi tentang teks tanya jawab dan ajakan, tembung
lingga lan andhahan (ater-ater, panambang), geguritan
sederhana, tembang Macapat Maskumambang, kata maupun
kalimat beraksara Jawa yang menggunakan semua pasangan
aksara Jawa secara manual dan digital, teks bacaan tentang
busana Jawa gagrag Ngayogyakarta.

Fase C Kelas 6
Peserta didik mampu menganalisis informasi berbahasa Jawa
ngoko dan krama berupa fakta, prosedur dengan cara
mengidentifikasi ciri objek dan urutan proses kejadian, dan
nilai-nilai dari berbagai jenis teks informasi berupa tata krama
bertamu, sastra, dan tembang Mijil.

Membaca Fase C Kelas 5


dan Peserta didik mampu membaca lancar dan indah serta
Memirsa memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna
denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi
objek, fenomena, dan karakter tentang alat teknologi pertanian
tradisional dan modern serta cerita singkat dalam tokoh
wayang Ramayana.

Fase C Kelas 6
Peserta didik mampu membaca lancar dan indah serta memahami
informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, literal,
konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan
karakter. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dari teks
deskripsi dan narasi serta nilai-nilai yang terkandung dalam teks
sastra tembang Mijil.

Fase C kelas 5
Berbicara
Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata (ngoko/krama)
sesuai kaidah unggah-ungguh basa dengan sikap tubuh/gestur yang
santun, volume dan intonasi yang tepat, mengajukan dan menanggapi
pertanyaan dalam suatu percakapan dan diskusi dengan lebih aktif,
mengungkapkan gagasan dalam suatu percakapan dan diskusi dengan
menerapkan tata caranya, menceritakan kembali suatu informasi
yang dibaca atau didengar dari teks narasi dengan topik yang
beragam tentang unggah-ungguh basa tentang ajakan, alat teknologi
pertanian tradisional dan modern, tembung lingga lan andhahan
(ater-ater, panambang), geguritan sederhana, tembang Macapat
Maskumambang, tata krama tentang tanya jawab dan ajakan, busana
Jawa gagrag Ngayogyakarta, serta cerita singkat dalam tokoh
wayang Ramayana.

Fase C kelas 6
Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata (ngoko/krama)
sesuai kaidah unggah-ungguh basa dengan sikap tubuh/gestur yang
santun. Peserta didik mampu berbicara menggunakan volume dan
intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik mampu mengajukan
dan menanggapi pertanyaan dalam suatu percakapan dan diskusi
dengan lebih aktif. Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan
dalam suatu percakapan dan diskusi dengan menerapkan tata
caranya. Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu informasi
yang dibaca atau didengar dari teks narasi dengan topik yang
beragam berupa teks deskriptif tentang Museum sebagai peninggalan
sejarah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, cerita singkat yang
memuat tokoh wayang Mahabarata (Gatutkaca Gugur), penggunaan
tanda baca kalimat beraksara Jawa (adeg-adeg /꧋ /, pada lingsa /꧈ /,
pada lungsi /꧉/) secara manual dan digital, dan bahan dan manfaat
jamu Jawa.

Menulis Fase C kelas 5

Peserta didik mampu menulis teks berbahasa Jawa ngoko dan krama
narasi dan deskripsi dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman,
dan imajinasi, mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan
kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks dan norma
budaya serta menggunakan kosakata baru yang dimilikinya,
menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri
sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa
dan puisi jawa (geguritan) dengan penggunaan kosakata secara
kreatif, menulis kalimat sederhana menggunakan huruf Jawa sesuai
kaidah penulisan kata maupun kalimat beraksara Jawa yang
menggunakan semua pasangan aksara Jawa secara manual dan
digital.

Fase C kelas 6

Peserta didik mampu menulis teks berbahasa Jawa ngoko dan krama
narasi dan deskripsi dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman,
dan imajinasi. Peserta didik mampu menggunakan kaidah
kebahasaan dan kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks
dan norma budaya serta menggunakan kosakata baru yang
dimilikinya. Peserta didik mampu menyampaikan perasaan
berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara
indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi jawa (geguritan)
dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik mampu
menulis kalimat sederhana menggunakan tanda baca kalimat
beraksara Jawa (adeg-adeg /꧋ /, pada lingsa /꧈ /, pada lungsi /꧉/)
secara manual dan digital dan menulis langkah-langkah pembuatan
jamu Jawa.

Anda mungkin juga menyukai