PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap orang yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki individu, membentuk kepribadian yang cakap dan
kreatif, kritis, inovatif, dan bertanggung jawab serta bertakwa ke pada Tuhan
Yang Maha Esa.Undang-undang No . 20 tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menjelaskan bahwa:
Pendidkan (Kemendiknas, 2003: 3) menyatakan bahwa;
Pendidikann ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar murid secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
1
2
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Setiap komponen ini
mempunyai perannya masing-masing dan juga saling berkaitan satu sama lain.
Hendri Guntur Tarigan (2013: 2) Siswa sebagai salah satu komponen dalam
beda. Ada yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, sedang dan ada
pula yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, jika dilihat dari
yang aktif, senang bermain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan suka
Indonesia.
berkomunikasiyangbaikdanbenar.Komunikasiyangbaikdanbenardapatberupa
baik dan benar sangat diharapkan ada pada setiap siswa. Semua siswa tidak
berkomunikasi dengan baik dan benar karena dalam pelaksanaan setiap mata
pelajaran dibutuhkan adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa
maupun antar sesama siswa. Hal ini yang merupakan salah satu sebab
semua pembelajaran.
sekolah, harus benar-benar dapat melatih dan membiasakan siswa agar miliki
terlaksana secara optimal. Kenyataan ini juga terjadi pada siswa kelas V SDN
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar
akan tetapi harus melalui proses dan rajin berlatih. Oleh karena itu seorang
baik. Terdapat beberapa masalah yang sering dialami oleh siswa dalam
Pengetahuan yang minim, (3) Penyampaian atau cara menyajikan materi yang
tidak jelas, (4) Penggunaan kosa kata yang kurang sesuai, (5) Peserta didik
bicaranya.
dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan
perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang
tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami.
Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa
gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis.
depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi
dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang
berbicara.
telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara
tentang bahasa daripada melatih menggunakan bahasa. Dengan kata lain, yang
(reading skills), 4). keterampilan menulis (writing skills) Nida & Harris (dalam
Tarigan, 2015: 1). Dalam penelitian ini, penulis menitikberatkan pada aspek
mungkin mencapai hasil belajar bahasa Indonesia yang tidak baik tetapi akan
terus berada pada arus yang rendah. Para murid akan terus-menerus mengalami
memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif,
membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata
dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara, secara
nyata bahwa di kelas tersebut terdapat 30 siswa ternyata hanya 40% siswa
baik. Murid tidak hanya diajak untuk belajar tentang bahasa secara rasional
dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan
beberapa model dan salah satunya yaitu model webbed atau model terjala atau
Satu tema dijadikan rujukan untuk membahas materi sejumlah mata pelajaran
motivasi yang harus dikerjakan secara integral dalam tindakan yang optimal
suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol pada suatu hal tertentu baik
kemampuan mendengarkan murid. Kita masih ingat waktu kita pertama belajar
guru membacakan cerita yang ada di buku pelajaran kemudian siswa disuruh
karena sampai sekarang belum ada metode pembelajarn yang membuat anak
satu mata pelajaran. dan akan membuat siswa lebih kreatif memiliki wawasan
C. Tujuan Penelitian
Pannambungan.
yang terlibat dalam dunia pendidikan. Manfaat dari penelitian tindakan kelas
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
b. Bagi siswa
10
c. Bagi peneliti
ada.
BAB II
A. Keterampilan Berbicara
suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada
penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima dan memahami isi
pesan itu.
sebagai berikut: (1) pelafalan, (2) intonasi, (3) pilihan kata, (4) struktur
kata dan kalimat, (5) sistematika pembicaraan, (6) isi pembicaraan, (7)
neurologis, semantik, dan linguistik. Pertama, faktor fisik yaitu alat ucap
untuk menghasilkan bunyi bahasa, seperti kepala, tangan, dan roman muka
kata lain pembicara harus terampil bicara, yaitu mampu memilih dan
oleh anak secara otomatis. Mereka harus belajar dan berlatih. Oleh karena
2. Tujuan Berbicara
penting untuk dimiliki peserta didik karena fungsinya yang vital bagi
penerima pesan.
a. Menyampaikan informasi
e. Melakukan wawancara
f. Bermain peran
3. Jenis-Jenis Berbicara
1) Menirukan ucapan
3) Percakapan
4) Mendeskripsikan
dalam mendeskripsikannya.
6) Bercerita
8) Berpidato
9) Diskusi
pengetahuan yang dimiliki siswa dengan baik kepada siswa yang lain.
b. Kemampuan berargumentasi
d. Pemahaman
19
e. Ketepatan kata
f. Ketepatan kalimat
h. Kelancaran
diantaranya.
1) Aspek kebahasaan
saat berbicara.
c. Struktur kalimat
mudah dipahami.
d. Intonasi
yang tepat.
berbicara, yakni.
oleh pembicara.
pembicaraan.
e. Volume suara
dibicarakan.
22
g. Penalaran
pendengar.
h. Penguasaan topik
dengan lancar.
6. Langkah-Langkah Berbicara
diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan
23
langkah-langkah berikut.
dibicarakan.
3) Mengumpulkan bahan-bahan
4) Menyusun bahan
24
a. Pendahuluan
b. Isi
danspesifik.
c. Simpulan
B. Pendekatan integratif
materi kalimat ke peserta didik tetapi diawali dengan membaca atau yang
sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki peserta didik. Materi
mendengarkanjuga.
tulisan harus bermakna dan bertujuan fungsional, dan nyata atau realistik.
e. Bersifat luwes,dan
kebutuhan siswa.
28
integratif model webbed atau model terjala atau jejaring tema adalah
a) Humanisme
pendidikan.
b) Progresifisme
secara aktual.
c) Rekonstruksionisme
31
individual.
C. Kerangka Pikir
menyatakan bahwa kerangka pikir adalah bagian dari teori yang menjelaskan
alur pemikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain, tentang
melalui proses dan rajin berlatih. Oleh karena itu seorang guru perlu
baik. Terdapat beberapa masalah yang sering dialami oleh siswa dalam
Pengetahuan yang minim, (3) Penyampaian atau cara menyajikan materi yang
tidak jelas, (4)Penggunaan kosa kata yang kurang sesuai, (5) Peserta didik
bicaranya.
Kurangnya Keterampilan
Berbicara SDN 219 Inpres Pannambungan
33
Siswa Guru
Langkah-langkah Pendekatan
Integratif
Keterampilan Berbicara
Siswa SDN 219 Inpres
Pannambungan
Meningkat
Pikir
C. Hipotesis Tindakan
34
METODE PENELITIAN
Penelitian kualitatif adalah penekanan pada proses dan makna yang tidak
dikaji secara ketat atau belum diukur, menekankan sifat realita yang
terbangun secara sosial, hubungan erat antara yang diteliti dengan peneliti,
tekanan situasi yang membentuk penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara
munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan”
PTK adalah upaya atau tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti
kelas adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang atau peneliti untuk
B. Fokus Penelitian
Pannambungan.
C. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu penelitian
3. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 219 Inpres
Alasan saya kenapa pilih kelas 5 diantara 6 kelas, siswa kelas 5 yang
sering belajar mandiri atau belajar sendiri, karena guru kelas 5 bukan
hanya mengajar di sekolah itu saja tapi guru kelas 5 sering keluar untuk
mengurus hal lain, sehingga guru-guru lain tidak sempat masuk di ruangan
kelas 5 untuk menjelaskan materi karena guru disekolah itu pas-pas. tidak
ada guru mata pelajaran disekolah tersebut, setiap guru mengambil kelas
untuk mengajarakan semua materi. Maka dari itu penelti mengambil kelas
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Laki-laki 13 orang dan wali kelas Ibu Supriani, S.Pd. Peneliti mengambil
D. Rancangan Tindakan
16) adalah :
1. Perencanaan
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
yang dilakukan. Ada 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
akhir.
dengan “wawancara”
2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pengalaman
wawancara
pembelajaran
mengikuti pembelajaran
wawancara
sebagai berikut:
1) Guru
dipecahkan
penemuannya.
2) Siswa
a) Persiapan dalam belajar seperti, alat tulis,dan buku paket
pembelajaran
4. Refleksi
sebagai berikut:
d. Evaluasi tindakan
Refleksi Awal
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
1. Tes
2. Observasi
3. Dokumentasi
F
P= ×100 %
N
Ket:
P= Angka Presentase
ST
KS= X 100 %
N
Keterangan:
KS = Ketuntasan Klasikal
b. Indikator keberhasilan
sebagai berikut
DOKUMENTASI
Peneliti melakukan
Inpres Pannambungan
DAFTAR PUSTAKA
Acep Yonni, dkk, 2017, Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, Yokyakarta,
Sendangadi Mlati Sleman.
Alwi, Hasan, dkk, 2000, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka
BSNP, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia untuk SMA/SMK.Jakarta, Depdiknas.