Anda di halaman 1dari 23

1

A. Judul Penelitian
“PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS FILM DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK”
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kelas IV SDN Ujung Berung Kabupaten
Bandung)
B. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syarifudin, dkk, 2006:179).
Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses untuk membentuk manusia
yang seutuhnya. Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku, dimana
proses tersebut membentuk manusia yang memiliki kompetensi yang utuh dan
mampu hidup mandiri dalam anggota masyarakat. Manusia yang seutuhnya
adalah manusia yang memiliki pola hidup yang memahami dan menyadari betul
apa peran dan fungsi dirinya sebagai manusia di kehidupan nyata, manusia yang
cerdas secara emosional, sosial, spiritual dan intelektual.
Sejalan dengan perkembangan paradigma dunia tentang pendidikan,
pendidikan saat ini dihadapkan pada sejumlah tantangan yang semakin berat.
Pendidikan diharapkan menghasilkan manusia yang memiliki kompetensi berpikir
dan komunikasi. Pendidikan diharapkan pula menghasilkan manusia yang
memiliki pengetahuan luas, memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Akan
tetapi itu saja tidak cukup, untuk mencapai hal tersebut manusia harus mampu
bekerja sama serta dapat menyampaikan ide-ide kritisnya. Pada abad ke-21 ini
pendidikan diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif, kreatif,
inovatif, kolaboratif dan berkarakter. Oleh karena itu dengan sejumlah kompetensi
yang ditekankan tersebut diharapkan lahir manusia yang siap bersaing secara
global di masa yang akan datang dan berani menghadapi masa depan dengan
penuh keyakinan dan optimisme.
2

Berdasarkan pengertian pendidikan tersebut, pendidikan adalah proses yang


didalamnya terdapat aktivitas atau kegiatan pembelajaran. Menurut Abidin
(2014:6) pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna
mencapai hasil belajar tertentu dibawah bimbingan, arahan dan motivasi guru.
Berdasarkan pengertian tersebut pembelajaran haruslah melibatkan mental peserta
didik secara optimal. Artinya dalam pembelajaran peserta didik melakukan
serangkaian aktivitas berpikir.
Dalam sudut pandang pembelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran
diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan peserta didik guna
mencapai keterampilan bahasa tertentu. Pembelajaran bahasa Indonesia mengarah
pada tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berbahasa, sikap berbahasa,
pengetahuan tentang ilmu kebahasaan, karya sastra terhadap pengembangan diri
dan sikap yang positif terhadap karya sastra.
Sejalan dengan pemberlakuan kurikulum 2013, pembelajaran dilaksanakan
secara tematik integratif. Pembelajaran tersebut mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari lintas bidang studi yang dipayungi oleh sebuah tema. Dalam
kurikulum ini keterampilalan bahasa Indonesia berfungsi sebagai wadah bagi
bidang studi lainnya, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih
kontekstual dan menjadi lebih menarik bagi peserta didik maupun bagi guru.
Tujuan pendidikan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan mengembangkan
kemampuan bahasa sesuai fungsi bahasa sebagai wahana berpikir dan
berkomunikasi serta mengembangkan kompetensi intelektual, sosial, dan
emosional.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar meliputi empat keterampilan
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan sasaran
pembelajaran yang mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi dalam kurikulum 2013 dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
Kompetensi inti yang dimaksud meliputi kompetensi spiritual, sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Melalui kompetensi inti pendidikan diarahkan
untuk membekali peserta didik empat ragam pengetahuan, mulai dari pengetahuan
3

yang bersifat faktual, konseptual, prosedural dan metakongnitif secara terpadu.


Dalam pembelajaran menyimak di kelas IV sekolah dasar, idealnya peserta didik
dapat menyajikan pengetahuan yang bersifat faktual dan konseptual dalam bahasa
yang jelas, sistematis, logis, dan kritis dalam karya estetis yang mencerminkan
perilaku anak yang beriman dan berakhlak mulia.
Menyimak merupakan elemen penting yang cukup mendasar. Menyimak
sebagai wahana berpikir dan berkomunikasi. Peserta didik yang mengalami
hambatan dan ketertinggalan dalam proses pembelajaran, hal ini akan berdampak
buruk pula bagi keterampilan bahasa lainnya. Keterampilan berbahasa erat
kaitannya dengan proses berpikir. Semakin terampil seseorang berbahasa maka
keterampilan berpikirnya akan semakin baik. Seseorang yang terampil menyimak
akan lebih cerdas dan tanggap dalam memahami dan menyikapi suatu ide,
gagasan, peristiwa atau pun permasalahan dengan bijak, kritis dan menjadikannya
peluang bagi kemajuan dan peningkatan dirinya. Seseorang yang melatih
keterampilan menyimak akan membentuk pribadi yang melek informasi, berpikir
kritis, kreatif dan selektif.
Sayangnya, pembelajaran menyimak dianggap tidak terlalu penting, padahal
keterampilan menyimak adalah modal dasar untuk menguasai keterampilan
bahasa lainnya. Pembelajaran menyimak hanya dilakukan untuk menjawab
pertanyaan setelah siswa menerima bahan simakan yang didiktekan guru,
sehingga siswa diharuskan menyimak secara utuh bahan simakan untuk menjawab
pertanyaan dengan ingatan yang seadanya. Dalam hal ini pula guru tidak
menentukan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa selama menyimak secara
terencana dan sistematis, hal ini berdampak pada apa yang diterima siswa hanya
sebatas pengetahuan, bukan pemahaman. Sehingga wajar saja jika siswa lupa
karena pengetahuan yang diterimanya kurang utuh. Selain itu pembelajaran terasa
membosankan, kurang menyenangkan dan kurang bermakna serta kurang mampu
mengembangkan potensi peserta didiknya. Hal ini dikarenakan guru bahasa
Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat.
Pembelajaran kurang menekankan kinerja aktif, seperti kegiatan mengamati,
menanya, menalar, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Selain itu
4

media pembelajaran kurang merangsang dan kurang membangun motivasi siswa


untuk memiliki minat yang tinggi dalam pembelajaran menyimak. Hal ini terbukti
ketika guru meminta peserta didik menceritakan kembali hasil simakan secara
tertulis dengan bahasanya sendiri, peserta didik menceritakannya tidak
berdasarkan konsep atau dengan kata lain kurang memahami konsep, bahasa yang
digunakan kurang jelas, kurang sistematis dan kurang logis, serta kurang dapat
menggali hasil simakan secara kritis, selain itu siswa mengalami kesulitan ketika
mengubah genre bahan simakan ke-genre yang lainnya.
Berdasarkan temuan penulis di lapangan, penulis menemukan berbagai
masalah di SDN Ujung Berung pada siswa kelas IV. Adapun permasalahan
tersebut diantaranya:
1. Hasil belajar keterampilan menyimak siswa yang rendah.
2. Siswa tidak dapat menyajikan hasil karya kreatif dari hasil simakan yang
bersifat faktual dan konseptual dengan bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis.
3. Rendahnya motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran menyimak.
4. Monotonnya proses pembelajaran tanpa didukung dengan pendekatan dan
media yang tepat. Pembelajaran terasa membosankan serta kaburnya aktivitas
yang harus dikerjakan siswa selama pembelajaran
Permasalahan tersebut disebabkan pendekatan pembelajaran yang dirancang
guru kurang tepat, kurang variatif dan kurang menarik minat peserta didik.
Pembelajaran kurang menentukan aktivitas siswa selama pembelajaran.
Pembelajaran kurang melibatkan peserta didik secara aktif dan kurang
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran kurang
menekankan pada keterampilan proses.
Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan saintifik untuk
meningkatkan kemampuan menyimak. Pendekatan saintifik merupakan
pendekatan pembelajaran yang dilandasi metode ilmiah dalam pembelajaran yang
berorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui
serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir
kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.
5

Sehingga siswa memungkinkan sekali untuk dapat membuat karya yang faktual
dan konseptual berdasarkan hasil simakan dengan bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis karena pendekatan ini dapat membina kemampuan berkomunikasi,
berargumentasi, dan bekerja sama, siswa dapat memeningkatkan kemampuan
dalam menguasai materi pelajaran, mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah, meningkatkan sikap ilmiah, membina kepekaan peserta didik terhadap
konsep kehidupan serta mengembangkan karakter.
Pendekatan saintifik ini sejalan dengan karakteristik anak yang mempunyai
rasa keingintahuan yang tinggi. Sehingga merupakan keharusan didalam
pembelajaran untuk memelihara keingintahuan anak, memotivasinya sehingga
mendorong peserta didik mengajukan berbagai pertanyaan terhadap objek atau
peristiwa yang ada dalam sumber belajar. Peserta didik akan lebih paham apabila
terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru dan mampu
mengaplikasikannya dalam semua situasi. Peserta didik akan lebih memahami
pembelajaran apabila menemukan sendiri pengetahuan dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Budiamin dkk. (2006:55) menyatakan bahwa berdasarkan teori Piaget bahwa
anak usia sekolah dasar umumnya berada pada tahapan operasional kongkrit.
Dalam periode ini anak hanya mampu berpikir dengan logika untuk memecahkan
masalah yang sifatnya kongkrit atau nyata dan divisualkan, anak akan mengamati
dan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan persoalan tersebut.
Anak dapat memahami suatu konsep apabila konsep tersebut dapat diamati secara
nyata dan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.
Berdasarkan fakta tersebut, untuk meningkatkan keterampilan menyimak
menjadi kegiatan bermakna dan menyenangkan maka penulis memilih
“Pendekatan Saintifik Berbasis Film Dalam Meningkatkan Keterampilan
Menyimak di Sekolah Dasar kelas IV” sebagai judul proposalnya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
6

1. Bagaimana penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Film dalam


menggambarkan proses belajar siswa dalam meningkatkan keterampilan
menyimak di kelas IV SDN Ujung Berung?
2. Bagaimana Pendekatan Saintifik berbasis Film dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran menyimak di kelas IV SDN Ujung Berung?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menggambarkan proses belajar siswa dengan menggunakan Pendekatan
Saintifik Berbasis Film dalam meningkatkan keterampilan menyimak di kelas
IV SDN Ujung Berung.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Pendekatan Saintifik
Berbasis Film dalam pembelajaran menyimak di kelas IV SDN Ujung Berung.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
terkait:
1. Manfaat bagi guru, diantaranya:
a. Mengembangakan potensi guru dalam merancang dan menyusun rencana
pembelajaran menyimak dengan pendekatan saintifik berbasis film.
b. Meningkatkan wawasan dan kreativitas guru dalam mengembangkan
proses atau aktivitas pembelajaran di kelas, dalam upaya meningkatkan
keterampilan menyimak pada siswa Sekolah Dasar.
c. Menambah wawasan guru dalam menyajikan pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan dan karakteristik siswa Sekolah Dasar.
d. Meningkatkan wawasan, pengetahuan dan profesionalisme guru dalam
mengajar.
2. Manfaat bagi siswa, diantaranya:
a. Menumbuhkan antusias, minat, dan motivasi belajar yang tinggi.
b. Meningkatkan kompetensi dan melatih daya paham serta kreativitas dalam
pembelajaran menyimak.
c. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam menggali
informasi.
7

3. Manfaat bagi Peneliti, diantaranya:


a. Meningkatkan kompetensi dan keterampilan mengajar.
b. Memperkaya wawasan dalam menyajikan pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan dan karakteristik siswa Sekolah Dasar.
c. Mengembangakan potensi diri dalam merancang dan menyusun rencana
pembelajaran menyimak dengan pendekatan saintifik berbasis film.
d. Meningkatkan rasa percaya diri.
4. Manfaat bagi sekolah, diantaranya:
a. Menjadi sumbangan pemikiran serta memperkaya bahan kajian dan
pengembangan dalam penelitian berikutnya baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
b. Mengembangkan kurikulum ditingkat satuan sekolah atau pun kelas.
c. Meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pembelajaran
menyimak di Sekolah Dasar.
F. Tinjauan Teoritis
1. Kemampuan Menyimak
Menyimak merupakan elemen penting yang cukup mendasar. Menyimak
sebagai wahana berpikir dan berkomunikasi. Peserta didik yang mengalami
hambatan dan ketertinggalan dalam proses pembelajaran menyimak, akan
berdampak buruk pula bagi keterampilan bahasa lainnya.
Menyimak merupakan kegiatan yang sifatnya reseptif dan apresiatif, atau
dalam kata lain peserta didik harus memahami apa yang terkandung dalam bahan
simakan dan memberikan respon terhadap bahan simak.
Sejalan dengan hal tersebut Iskandarwasid (2008:230) menyatakan bahwa
menyimak bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses
yang aktif dalam mengkontruksikan pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui
orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantik dan sintaksis suatu bahasa.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia menyimak diartikan sebagai mendengar
(memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang (2008:1450).
Hal ini sejalan dengan pernyataan Rukiati dkk. (2009:2) bahwa menyimak
8

memiliki makna mendengarkan dan memperhatikan baik-baik yang dikatakan


orang lain.
Menurut Tarigan (2008:31) menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Bertemali dengan pendapat tersebut, Abidin (2012:104) menyatakan bahwa
menyimak merupakan kegiatan aktif yang dilakukan dengan sugguh-sungguh
untuk memahami pesan yang terkandung dalam bahan simakan yang
diperdengarkan secara lisan. Menurut Suhendar (dalam Lestari, 2013:5),
menyatakan bahwa menyimak merupakan keterampilan menangkap bunyi-bunyi
bahasa yang diucapkan atau yang dibacakan orang lain dan diubahnya menjadi
bentuk makna untuk terus dievaluasi, ditarik kesimpulan dan ditanggapi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa menyimak
merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dengan sungguh-sungguh
mendengarkan untuk memahami pesan, informasi, gagasan yang tekandung
dalam bahan simakan dan diubahnya menjadi bentuk atau makna untuk ditarik
kesimpulan, ditanggapi atau diubah kebentuk karya dengan genre berbeda
dibawah bimbingan, arahan dan motivasi guru.
Pembelajaran menyimak dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan,
diantaranya; (1) untuk melatih daya paham peserta didik, (2) melatih daya
konsentrasi peserta didik, dan (3) Melatih daya kreatif peserta didik.
Hal tersebut memiliki arti bahwa pembelajaran menyimak tidak tidak hanya
menekankan aspek auditif melainkan melibatkan aspek kemampuan kongnitif. Hal
ini memiliki arti bahwa kegiatan menyimak merupakan kegiatan yamg terintegrasi
dengan kegiatan berpikir. Selain itu melalui pembelajaran menyimak peserta didik
dapat memperoleh pengetahuan, melatih dan membiasakan dirinya untuk
memusatkan perhatian dengan melakukan serangkaian aktivitas nyata yang dapat
membantu peserta didik memusatkan perhatian selama menyimak. Pembelajaran
menyimak memiliki tujuan untuk melatih daya kreativitas peserta didik untuk
9

dapat berkreasi dengan bahan simakan yang ia peroleh menjadi bentuk tulisan
dengan genre berbeda atau karya kreatif lainnya. Sejalan dengan pemberlakuan
kurikulum 2013 dalam pembelajaran menyimak, peserta didik dituntut untuk
dapat mengkritisi isi bahan simakan dan secara kreatif menampilkan produk lain
atas bahan simakkan tersebut. Dengan demikian pembelajaran menyimak
seharusnya dapat melatih peserta didik untuk dapat membangun konsepsi secara
luas terhadap bahan simakan, membangun pengetahuan prosedural, pengetahuan
metakongnitif serta mengembangkan karakter peserta didik melalui serangkaian
aktivitas yang dilakukan peserta didik selama pembelajaran.
Menurut Brown (dalam Abidin, 2012:113) ada 6 prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran menyimak; (1) Dilaksanakan secara terpadu
dengan keterampilan berbahasa lain dengan memfokuskan pada pengambangan
kemampuan menyimak pemahaman, (2) Menerapkan strategi pembelajaran yang
mampu memotivasi peserta didik secara intrinsik, (3) Menggunakan bahasa dan
konteks yang otentik bagi peserta didik, (4) Menggunakan bentuk respon yang
tepat, (5) Strategi pembelajaran yang digunakan secara nyata mampu mendorong
perkembangan kemampuan menyimak siswa dan, (6) menggunakan model
bottom-up dan top-down selama pembelajaran menyimak.
Bertemali dengan prinsip-prinsip pembelajaran menyimak diatas,
pembelajaran menyimak hendaknya diarahkan untuk pembentukan keterampilan
menyimak. Pembelajaran bukan hanya sekedar menguji kemampuan peserta didik
dalam menyimak atau sekedar menjawab pertanyaan. Dalam pembelajaran
menyimak, pembelajaran dikemas melalui berbagai aktivitas kreatif sehingga
terbentuklah kemampuan menyimak sekaligus mengasah keterampilan bahasa
lainnya serta mampu mengembangkan karakter peserta didik. Pembelajaran
menyimak hendaknya dilakukan dengan berbagai media pembelajaran yang tepat
sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik peserta didik.
Melalui prinsip-prinsip pembelajaran menyimak maka pembelajaran
menyimak dapat dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pra simak, tahap
menyimak dan tahap pasca simak. Oleh karena itu pembelajaran menyimak harus
memperhatikan proses menyimak, dimana proses tersebut haruslah dapat
10

membangkitkan skemata dan motivasi peserta didik. Dalam hal ini, proses
menyimak dan pasca simak berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik terhadap sajian bahan simakan yang ia peroleh. Adapun aktivitas
prosedur pembelajaran menyimak berbasis proses menyimak yaitu (Abidin,
2012:117) :
Dalam tahap pra simak aktivitas yang dapat diakukan selama proses
pembelajaran yaitu peserta didik dapat memprediksi cerita, menebak cerita,
mempelajari visualisasi yang terdapat dalam bahan simakan, melakukan kegiatan
curah pendapat, mengobservasi gambar dan ilustrasi, melakukan arisan keinginan,
pertanyaan pemandu, menyusun peta semantik, memerankan adegan tokoh,
membongkar skemata.
Tahap menyimak selain menekankan membangun pemahaman peserta didik
secara komprehensif, peserta didik dituntut pula untuk dapat memunculkan ide
kreatif. Adapun aktivitas kegiatan pembelajaran dalam tahap menyimak yaitu:
mengisi peta konsep, menangkap ide pokok, menjawab pertanyaan pemandu,
mendiskusikan ide pokok, membedakan fakta dan opini, membangun peta cerita,
menyusun ide pokok menjadi kerangka karangan, menguji prediksi,
membandingkan bahan simak dengan wacana lain.
Yang terakhir, aktivitas yang dapat dilakukan pada tahap pasca simak yaitu
menjawab pertanyaan, meringkas atau menceritakan kembali bahan simakan,
membuat cerita versi sendiri berdasarkan bahan simakan, membuat komik
sederhana, mengubah genre isi simakan, membuat intisari, bermain peran dan
membuat daftar istilah penting.
Sejalan dengan tujuan menyimak untuk melatih daya simak, daya paham dan
melatih daya kreatif siswa, maka dikembangkanlah ragam menyimak berdasarkan
tujuan khusus, yaitu menyimak ekstensif dan intensif. Jenis-jenis yang termasuk
menyimak intensif diantaranya: menyimak kritis, menyimak konsentratif,
menyimak kreatif, eksploratif, selektif dan introgatif.
Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan
kesenangan rekontruksi imajinaf terhadap bunyi, gerakan, dan rangsangan
perasaan-perasaan kinestetik. Dalam menyimak kreatif terdapat karakteristik
11

kegiatan dimana peserta didik dapat menghubungkan berbagai makna dengan


pengalaman menyimak, merekontruksi imaji-imaji visual sementara menyimak,
menyesuaikan imaji dengan pikiran imajinatif dalam karya, memecahkan
masalah, memeriksa dan mengujinya.
Hal ini sejalan dengan tuntutan kompetensi inti dalam kurikulum 2013 bahwa
dalam pembelajaran menyimak di kelas IV sekolah dasar, idealnya peserta didik
dapat menyajikan pengetahuan yang bersifat faktual dan konseptual dalam bahasa
yang jelas, sistematis, logis, dan kritis dalam karya estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
yang beriman dan berakhlak mulia. Pemberlakuan Kompetensi inti dilatar
belakangi oleh temuan di lapangan dimana kemampuan peserta didik dalam
pembelajaran menyimak kreatif masih jauh dari standar yang diharapkan. Dengan
desain pembelajaran menyimak yang dilakukan guru yang ditujukan sekedar
menjawab pertanyaan.
2. Pendekatan Saintifik Berbasis Film
Jean Piaget merupakan salah satu tokoh yang mendukung teori belajar
kongnitif yang menyatakan bahwa pembelajaran tidak harus selalu berpusat pada
guru, tapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh karena itu, siswa dibimbing untuk
menemukan sesuatu yang dipelajarinya sehingga materi pembelajaran yang akan
dipelajari harus menarik dan menantang untuk peserta didik terlibat dalam proses
pembelajaran.
Resmini, dkk (2009:123) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil belajar
menyimak maka pembelajaran harus relevan dengan tujuan pembelajaran,
menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, mengembangkan
kreativitas peserta didik baik secara individual maupun kelompok, memudahkan
peserta didik memahami materi pembelajaran, mengarahkan aktivitas siswa
ketujuan yang ditetapkan, mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang
rumit serta menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Sutardi, dkk. (2007:47a) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan
pengalaman belajar hendaknya guru menciptakan tugas yang dikehendaki anak-
anak, sehingga memungkinkan anak-anak mampu menunjukan keterlibatan
12

personal yang tinggi. Apabila peserta didik merasa terlibat dalam menciptakan
tugas tersebut, kiranya peserta didik dapat menyelesaikan tugas dengan antusias.
Sejalan dengan pendapat tersebut pemberlakuan kurikulum 2013 yang
menekankan pembelajaran aktif dan kreatif sehingga peserta didik mampu
berpikir kritis, terampil berkomunikasi dan memiliki kreativitas tinggi. Dalam
kurikulum 2013 ada lima tahap yang dikembangkan guru dalam mengajar, yaitu:
melakukan observasi dengan pendekatan sains, mengembangkan kemampuan
bertanya, kemampuan berpikir, bereksperimen dan mengkomunikasikan.
Berdasarkan lima tahapan tersebut dikembangkan lima model pembelajaran
yang menjadi model inti dalam pembelajaran kurikulum 2013, salah satunya
adalah model pembelajaran saintifik yang didalamnya terdapat pendekatan
saintifik.
Abidin (2014:127) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah
pendekatan pembelajaran yang dilandasi dengan pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan peserta didik
memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut
kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya
meningkatkan pemahaman peserta didik.
Kemendikbud (dalam Priyatni, 2014: 96) menyatakan bahwa pendekatan
saintifik merupakan pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan peran serta
peserta didik secara aktif dalam mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai tekhnik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan konsep, hukum, atan prinsip yang ditemukan.
Jadi pendekatan saintifik proses adalah pendekatan pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui
metode ilmiah yang didalamnya mencakup komponen mengamati, menanya,
menalar, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Dengan kata lain, pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara
aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip sesuai dengan tahapan tersebut.
13

Pendekatan saintifik memberikan keuntungan dan kebermanfaatan bagi


peserta didik mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, membina
kepekaan peserta didik dalam berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan
kehidupannya. Melalui pendekatan ini peserta didik dibiasakan untuk
mengumpulkan informasi, isu-isu penting, kejadian kontekstual, meningkatkan
rasa percaya diri, melatih kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dan
berargumentasi, mempertahankan argumen, memunculkan karakter positif,
membentuk kecakapan hidup, meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menguasai materi pelajaran dan membentuk pola berpikir ilmiah dan terkonsep
serta pola kebiasaan belajar.
Abidin (2014:129) menyatakan bahwa pendekatan saintifik memiliki
karakteristik objektif, faktual, sistematis, bermetode, cermat dan tepat dalam
mengkaji suatu fenomena, logis (mengangkat hal yang masuk akal), aktual,
pembelajaran didasarkan hasil capaian belajar peserta didik yang sebenarnya dan
pembelajaran tidak ditumbuhkan untuk menumbuhkan opini tanpa didasarkan
dengan bukti-bukti yang nyata.
Dalam implementasinya pendekatan ini menuntut proses penilaian otentik
sehingga pembelajaran tidak hanya memandang hasil pembelajaran sebagai muara
paling penting namun proses pembelajaran juga dianggap sangat penting, dengan
demikian pendekatan ini akan lebih berperan dalam mengembangkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran. Melalui pendekatan ini pembelajaran akan
dirasakan lebih bermakna dan tersimpan dalam ingatan peserta didik dalam
rentang waktu yang lama karena peserta didik sendiri yang aktif dalam proses
pembelajaran .
3. Film
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 bab IV menyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secarainteraktif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Sanjaya, 2008:136).
14

Secara psikologis peserta didik anak usia sekolah dasar berada pada tahapan
operasional kongkrit, di mana pada tahap tersebut siswa hanya dapat memecahkan
permasalahan yang sifatnya kongkrit atau masalah-masalah yang divisualkan.
Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang dapat memanipulasi
peristiwa, atau objek tertentu, yaitu melalui media pembelajaran audio visual,
guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat menjadi konkret sehingga
mudah dipahami dan dapat dimengerti.
Rohani (1997:97) menyatakan bahwa media audio visual ialah media
intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (ilmu pengetahuan
dan teknologi) yang dapat dilihat dan didengar.
Haryanto (dalam Hafid, 2013:95) mengemukakan bahwa ada lima fungsi
media audio visual, kelima fungsi itu sebagai berikut; (1) Media audio visual
dapat membangkit motivasi belajar, (2) Memberikan pegalaman yang nyata dan
dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pda siswa, (3) Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, (4) Membantu tumbuhnya
pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa, (5)
Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efisien dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia media merupakan perantara atau
penghubung diantara dua pihak. Sedangkan media film adalah alat penghubung
yang berupa film.
Trianton (2013:ix) menyatakan bahwa film merupakan karya sinematografi
yang dapat berfungsi sebagai cultural education atau pendidikan budaya.
Meskipun pada awalnya film merupakan komoditi yang diperjual-belikan sebagai
media hiburan, namun pada perkembangannya film digunakan sebagai alat
propaganda, alat penerangan dan pendidikan . Dengan demikian film juga efektif
untuk menyampaikan nilai-nilai budaya.
Jadi film merupakan bagian dari media audio visual yang diperankan oleh
seorang tokoh dengan setting, alur dan nilai pesan yang disampaikan. Film
merupakan bentuk dominasi komunikasi massa visual.
15

Film memadukan berbagai unsur seperti gagasan, keindahan, sistem nilai,


ideologi, pandangan hidup, norma, tingkah laku manusia, fenomena alam,
fenomena sosial, kecanggihan teknologi, dsb. Dengan demikian film terikat oleh
sistem nilai karena didalamnya terdapat pesan yang disampaikan, sehingga film
memainkan peran dalam mengendalikan pranata sosial, pola pikir, pola sikap, dan
pola hidup.
Film merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan berisi
gagasan-gagasan penting yang disampaikan kepada masyarakat. Oleh karena itu
film memiliki peran yang besar dalam membangun paradigma dan opini
masyarakat. Film menyangkut berbagai segi kehidupan dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Sehingga film menjadi sangat efektif sebagai media
pembelajaran mengingat film merupakan media informatif dan edukatif dalam
rangka menanamkan nilai-nilai luhur, karakter, pesan moral, nilai pendidikan,
membangun kerangka berpikir, dan lain-lain.
Dari penelitian yang dilakukan Dancow Parenting Center di Jakarta,
disimpulkan anak indonesia menghabiskan waktunya rata-rata enam jam sehari
untuk menonton TV (Yunus dalam Yusuf, 2011).
Film merupakan komunikasi massa yang mempengaruhi tingkah laku, dimana
individu yang menonton film akan menguraikan dan menginterpretasikan pesan
yang ia terima. Sehingga pesan edukatif yang bersifat afektif, psikomotor dan
kongitif bisa dikemas dalam film. Dengan demikian pola pikir dan kepribadian
anak akan berkembang kearah yang positif melalui film yang sifatnya edukatif.
Hal ini sejalan dengan teori Abraham Maslow yang menyatakan bahwa perilaku
anak berkembang melalui proses komunikasi.
Film memiliki beberapa keunggulan, diataranya; (1) Film dapat melengkapi
pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka berdiskusi,
memerankan tokoh, membangun peta cerita, menceritakan kembali, mengubah
genre, dan lain-lain, (2) Film merupakan pengganti alam sekitar yang menunjukan
objek secara normal tidak dapat dilihat, (3) Dapat disaksikan secara berulang
apabila didalamnya terdapat nilai pendidikan yang tidak dapat dicerna oleh siswa,
(4) Film dapat menyajikan peristiwa berbahaya yang jika dilihat secara langsung.
16

Selain itu film memiliki kemampuan untuk menampilkan kasus atau peristiwa
dalam kehidupan sebenarnya yang dapat memicu aktivitas peserta didik untuk
saling berdiskusi dan menceritakan pengetahuan atau pengalaman serupa yang
dimilikinya. Melalui film peserta didik dapat mempelajari peristiwa lampau yang
bisa dibawa langsung di dalam kelas dan melalui film siswa dapat membangun
sikap, perbuatan, membangkitkan emosi serta mengembangkan problema.
Keunggulan lain dari film yaitu film ibarat gelombang yang tidak dapat
dihentikan, yang akan terus ada bersamaan dengan pembaharuan-
pembaharuannya.
Kemp dan Dayton (dalam Prastati dan Irawan, 2005:6-8) mengidentifikasi
manfaat media dalam pembelajaran yaitu;
(1) Penyampaian materi dapat diseragamkan, (2) proses pembelajaran lebih
menarik, (3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4) jumlah waktu
belajar- mengajar dapat dikurangi, (5) kualitas belajar dapat ditingkatkan, (6)
proses belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja, (7) sikap positif terhadap
bahan ajar dapat ditingkatkan, dan (8) peran guru dapat berubah ke arah yang
lebih positif dan produktif.

Selain memiliki kelebihan, film memiliki keterbatasan pada proses


penyajiannya di kelas. Diantaranya durasi film yang panjang dan ketersedian
infokus di beberapa sekolah yang masih terbatas fasilitasnya.
Dengan demikian pendekatan saintifik berbasis film dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran, diantaranya mempermudah peserta didik belajar dalam
memahami dan membantu peserta didik untuk meningkatkan pemahaman
terhadap materi pelajaran dan memotivasi mereka belajar.
4. Hipotesis Tindakan
Melalui pendekatan saintifik berbasis film dalam pembelajaran menyimak
hasil belajar siswa akan meningkat.

5. Metode Penelitian
Guru sebagai tenaga propesional, tidak hanya dituntut untuk ahli dalam
bagaimana mengaplikasikan teori-teori pembelajaran saja. Namun guru juga
17

dituntut untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu dalam proses


pengajaran dikelas.
Oleh karena itu, penulis memilih metode Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) sebagai metode penelitiannya. Penelitian Tindakan
Kelas menurut Suhardjono, dkk (2008:58) adalah “Penelitian tindakan yang
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik
pembelajaran”.
Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan tiga siklus, yang
terdiri atas satu siklus tiga tindakan. Oleh karena itu, prosedur yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas menurut John Elliot. Model Penelitian Tindakan
Kelas menurut John Elliot dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Revisi Model Lewin Menurut Elliot (Wiriatmadja, 2010:64)

Dari desain siklus PTK model Elliot dapat dijabarkan sebagai berikut:
18

a. Perencanaan Umum (planning)


Perencanaan umum atau tahap perencanaan disusun untuk menguji empiris
hipotesis yang telah ditentukan. Rencana tindakan tersebut mencakup tindakan-
tindakan yang disusun secara rinci meliputi tindakan I, tindakan II dan tindakan
III. Pada tahap ini komponen dalam proses belajar mengajar seperti bahan ajar,
rencana pelaksanaan yang mencakup metode atau teknik mengajar, serta teknik
dan instrumen evaluasi yang harus dipersiapkan secara matang.
b. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan tindakan (acting), pada tahap ini, guru
berfungsi sebagai pengajar dan peneliti. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)
merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Tahap ini terdiri dari
tiga tindakan. Pada tahap ini pula peneliti membuat data-data penelitian
berdasarkan proses mengajar dikelas.
c. Monitoring Implementasi dan efeknya
Monitoring Implementasi dan efeknya dalam hal ini adalah observasi dan
analisis. Monitoring Implementasi dan efeknya dilakukan setelah tahap
pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti mengamati dan mengumpulkan data selama
proses pembelajaran dikelas.
d. Penjelasan Kegagalan (Reconaissance)
Penjelasan Kegagalan (Reconaissance) atau refleksi, pada tahap ini guru
melakukan analisis data. Jika dalam siklus pertama peneliti mengalami kegagalan
maka peneliti membuat revisi pada tahap perencenaan sekaligus menjadi
perencanaan pada siklus II.
1. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diadakan di SDN Ujung Berung, Kabupaten
Bandung. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV tahun akademik 2014-2015
yang berjumlah kurang lebih 50 siswa dengan latar belakang dan kemampuan
yang berbeda-beda.
Alasan memilih penelitian di SDN Ujung Berung dikarenakan SDN Ujung
Berung memiliki masalah yang berhubungan dengan penelitian yang digarap
penulis sekaligus yang akan menjadi tempat PPL.
19

2. Definisi Operasional
Menyimak merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dengan
sungguh-sungguh mendengarkan untuk memahami pesan, informasi, gagasan
yang tekandung dalam bahan simakan dan diubahnya menjadi bentuk atau makna
untuk ditarik kesimpulan, ditanggapi atau diubah kebentuk karya dengan genre
berbeda dibawah bimbingan, arahan dan motivasi guru. Pembelajaran Menyimak
melalui pendekatan saintifik berbasis film mengambil langkah-langkah saintis
melalui media film.
Dalam Kompetensi Inti pembelajaran menyimak di kelas IV Sekolah Dasar,
idealnya peserta didik dapat menyajikan pengetahuan yang bersifat faktual dan
konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis, dan kritis dalam karya
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak yang beriman dan berakhlak mulia.
Merujuk dari kompetensi inti tersebut penulis mengadopsi indikator umum
yaitu peserta didik dapat menceritakan kembali film yang telah disimak dalam
bentuk tulisan, dan membuat karya yang estetis berbentuk puisi dari hasil
simakkan yang menyajikan pengetahuan yang bersifat faktual dan konseptual
dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis, dan kritis.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang terdiri
dari pedoman penilaian, lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan
pedoman wawancara.
a. Pedoman penilaian
1) Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar yaitu menceritakan kembali bahan simakan dan
mengubahnya kebentuk puisi dikembangkan berdasarkan kisi-kisi berikut:
kelogisan tulisan, isi karangan, kelengkapan sistematika dan struktur
karangan, serta bahasa dan tata tulis. Sedangkan dalam puisi dikembangkan
berdasarkan kisi-kisi: diksi, tema, gaya bahasa, imaji, rima dan tipografi.
Selanjutnya disusun pedoman penilaian. Pedoman penilaian hasil belajar
tersebut terlampir. Pengolahan skor akhir:
20

N=SKOR/(SKOR IDEAL) x 100%

2) Penialain aktivitas
Pedoman penilaian digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak yang meliputi kemampuan
siswa dalam membuat prediksi, membuat pete cerita dan tahapan alur cerita,
menuliskan unsur-unsur cerita, kemampuan mengidentifikasi permasalahan
dan menuliskan pendapat dan penyikapannya, menuliskan kembali isi cerita
dan mengubahnya menjadi puisi berdasarkan ide dan permasalahan yang
terdapat didalam film.
b. Lembar observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini berfungsi untuk mengumpulkan data
berupa proses pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mengukur
peneliti di dalam pembelajaran yang dinilai oleh teman sejawat atau guru pamong.
Untuk kisi-kisi terlampir.
c. Catatan lapangan
Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang
terjadi di lapangan seperti kegiatan pembelajaran yang menarik, aktivitas siswa,
dan lain-lain. Lembar catatan lapangan ini berfungsi untuk mencatat segala
kejadian atau peristiwa penting selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berfungsi mengabadikan seluruh kegiatan
atau beberapa kejadian penting selama proses pembelajaran yang dapat
memberikan informasi dan dapat dijadikan data penelitian. Pendokumentasian
yang dilakukan berupa foto-foto mengenai proses belajar menyimak. Alat yang
digunakan ialah berupa kamera hp dan video rekaman.

e. Pedoman wawancara
Wawancara dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berakhir, tujuannya
untuk bertanya kepada siswa dan guru mengenai pembelajaran yang telah
21

dilakukan oleh peneliti. Selain itu juga bertanya kepada siswa mengenai hambatan
dalam mempelajari pembuatan karangan eksposisi ini. Pertanyaan terlampir.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian dilakukan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran menceritakan kembali isi film dan mengubahnya kedalam
bentuk puisi dalam pembelajaran menyimak yang ditunjang oleh data mengenai
proses pembelajaran dan aktivitas siswa mengerjakan lembar kerja Proses.
b. Teknik Observasi
Teknik observasi dalam penelitian ini adalah tekhnik yang digunakan peneliti
untuk memperoleh informasi mengenai siswa, kegiatan pembelajaran dan keadaan
yang dilakukan secara langsung dan disusun secara sistematis.
c. Teknik Wawancara
Teknik wawancara adalah tekhnik yang digunakan peneliti untuk memperoleh
data mengenai siswa , kegiatan pembelajaran dan keadaan yang dilakukan melalui
Tanya jawab dengan sumber infomasi.
d. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah salah satu tekhnik yang digunakan peneliti untuk
mengabadikan suatu momen atau kejadian selama proses pembelajaran
berlangsung. Hasilnya berupa data yang didokumentasikan.
5. Teknik Analisis Data
Tahapan-tahapan dalam menganalisis data data yang sudah diperoleh adalah
sebagai berikut:
a. Teknik Kualitatif
Teknik pengolahan data secara kualitatif dilakukan melalui deskripsi terhadap
seluruh proses kegiatan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang variabel-
variabel yang diteliti. Teknik kualitatif ini harus diolah langsung saat itu juga
karena jika peneliti menunda maka akan mengalami kesulitan saat mengolah data.
Data yang dikumpulkan berupa penilaian hasil siswa selama pembelajaran,
lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi.
b. Teknik Kuantitatif
22

Teknik pengolahan data secara kuantitatif diperoleh dari data hasil akhir siswa
dalam menceritakan kembali isi film yang telah disimak dan mengubahnya
menjadi sebuah puisi. Teknik pengolahan data secara kuantitatif ini digunakan
untuk mengetahui hasil peningkatan belajar siswa. Data ini dapat disajikan dalam
bentuk grafik, tabel, ataupun diagram.
c. Teknik Triangulasi
Teknik pengolahan data secara triangulasi merupakan penggabungan dari
teknik kualitatif dan teknik kuantitatif. Teknik pengolahan data secara triangulasi
ini diperoleh dari proses kegiatan belajar dan hasil akhir belajar siswa.
A. Jadwal Penelitian
Rencana pelaksanaan kegiatan penelitian dan lamanya waktu pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6
A. Persiapan √
1. Penyusunan Proposal √
2 Seminar Usulan Penelitian √
3 Pengurusan Izin √
4 Diskusi/Wawancara/Identifikasi √
Masalah
5 Menyusun dan menetapkan teknik √
pemantauan
B. Pelaksanaan
1 Siklus I
a. Tindakan 1 √
b. Tindakan 2 √
c. Tindakan 3 √
2 Siklus II
a. Tindakan 1 √
b. Tindakan 2 √
23

c. Tindakan 3 √
3 Siklus III
a. Tindakan 1 √
b. Tindakan 2 √
c. Tindakan 3 √
C. Pelaporan
1. Menyusun/Diskusi Konsep Laporan √ √ √ √ √ √
2. Menyusun/Diskusi Konsep Laporan √ √ √ √ √ √
3. Penggandaan Laporan √ √ √ √ √ √
4. Penyerahan Laporan √

Anda mungkin juga menyukai