Latar Belakang
Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia nol
sampai enam tahun. Pada masa ini anak sedang mengalami perkembangan
yang sangat pesat dalam rentang kehidupannya. Sejalan dengan pendapat
Berk (dalam Sujiono, 2009, hlm. 6) yang menyatakan bahwa “pada masa ini
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.”
Bahkan para ahli seringkali menyebut usia dini ini sebagai golden age atau
usia keemasan. Kondisi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
sehingga anak mampu berkembang secara optimal dalam berbagai aspek
perkembangannya. Selain itu, perkembangan usia dini dikenal sebagai dasar
atau pondasi perkembangan selanjutnya, sehingga optimalisasi perkembangan
anak sejak dini adalah mutlak diperlukan dalam upaya menyiapkan sumber
daya manusia yang bekualitas di masa depan.
Adapun dalam upaya optimalisasi perkembangan dan melejitkan
potensinya, setiap anak membutuhkan peran lingkungan yang kondusif dan
mendukung. Lebih jauh hal ini dapat difasilitasi melalui pemenuhan gizi atau
nutrisi, layanan kesehatan, perawatan dan perlidungan serta stimulasi
pendidikan. Berbagai kebutuhan tesebut harus dipenuhi sejak anak lahir
bahkan ketika anak masih dalam kandungan.
Bertemali dengan stimulasi pendidikan yang pada dasarnya dapat
diawali di lingkungan keluarga atau rumah, yaitu sejak anak dalam
kandungan dan saat anak telah lahir. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya
usia dan pekembangan, anak juga memerlukan layanan pendidikan yang lebih
lengkap dari lingkungan luar rumah, baik dari lingkungan masyarakat
ataupun lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan lembaga pendidikan
yang diperuntukan bagi anak usia nol sampai enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan dalam upaya optimalisasi tumbuh
kembang anak sehingga memiliki kesiapan dalam mengenyam pendidikan di
masa depannya.
1
2
belajar yang dapat langsung dilakukan oleh anak adalah berkenaan dengan
perilaku hidup sehat. Membiasakan anak untuk berperilaku hidup sehat
merupakan sebuah upaya untuk membelajarkan anak mengenai cara
memelihara kesehatan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Disesuaikan dengan standar perkembangan anak usia dini yang
salah satunya menuntut anak untuk memiliki kemampuan melakukan
kegiatan kebersihan diri, oleh sebab itu perilaku hidup sehat pada anak usia
dini dalam penelitian ini berfokus mengenai kemampuan anak dalam
melakukan kegiatan kebersihan diri.
Aplikasi perilaku hidup sehat melalui kegiatan kebersihan diri di
lembaga PAUD dapat dilakukan dengan pembiasaan memelihara kebersihan
kuku, pembiasaan cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun, dan
pembiasaan menggosok gigi dengan cara yang benar. Berbagai pembiasaan
yang dilakukan hendaknya mampu melibatkan pengetahuan, sikap, dan
tindakan nyata anak tentang pentingnya berperilaku hidup sehat. Melalui
berbagai kebiasaan tersebut diharapkan mampu membekali anak untuk
menjadi pribadi yang sehat dan mampu menjaga kesehatan diri.
Pada dasarnya berbagai kebiasaan di atas memang sudah lama
diselenggarakan di berbagai lembaga PAUD. Hanya saja pelaksanaannya
masih belum optimal. Seperti yang terjadi di salah satu lembaga yang telah
peneliti observasi adalah di kelas B TK X yang menunjukan bahwa anak-
anaknya masih menunjukan indikator perilaku hidup kurang atau tidak sehat.
Hal ini ditandai dengan masih banyak anak yang mencuci tangannya tanpa
sabun atau hanya membasahi dengan air dengan waktu yang sangat singkat.
Dengan demikian sebuah kewajaran apabila anak-anak di kelas B TK X ini
masih ada saja anak yang terserang diare dan cacingan. Begitupun saat
pembiasaan menggosok gigi yang seringkali dilakukan semaunya anak tanpa
memperhatikan cara yang benar. Hal inilah yang disinyalir menjadi salah satu
faktor penyebab anak usia dini yang seringkali terjangkit penyakit gigi seperti
karies atau gigi berlubang. Bahkan banyak pula anak yang secara diam-diam
enggan dan tidak mengikuti kegiatan mencuci tangan dan menggosok gigi.
4
Selain itu perilaku tidak sehat anak kelas B TK X ditunjukan melalui sebuah
tindakan yang masih kerap kali merasa nyaman ketika kukunya panjang, yang
dikhawatirkan adalah dapat dijadikan sarang kuman-kuman dan telur cacing.
Kelirunya perilaku hidup sehat anak kelas B TK X disebabkan oleh
kurang mampunya guru membelajarkan anak untuk berperilaku hidup sehat.
Hal ini dapat dibuktikan dengan pelaksanaan pembiasaan perilaku hidup sehat
anak kelas B TK X yang hanya dilakukan melalui cara intruksi guru tanpa
dilandasi dengan tindak lanjut dan perhatian yang intens, sehingga menjadi
sebuah kewajaran apabila terjadi berbagai kekeliruan. Dengan demikian cara
atau metode belajar yang digunakan guru dalam membelajarkan perilaku
hidup sehat pada anak kelas B TK X ini harus segera dibenahi.
Pembiasaan hidup sehat pada dasarnya merupakan sebuah perilaku
yang dibutuhkan untuk jangka panjang, sehingga membutuhkan metode
pembelajaran yang mampu mengantarkan anak untuk belajar secara
bermakna. Dengan demikian metode pembelajaran yang digunakan adalah
yang sesuai dengan karakteristik anak. Salah satu metode yang tepat dan
dapat digunakan adalah metode bermain. Menurut Abidin (2009, hlm. 7)
menyatakan bahwa “bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan
sekaligus memiliki unsur pendidikan bagi anak.” Disisi lain Kline (dlm.
Driden dan Vos, 2002, hal. 22) mengemukakan bahwa “belajar akan efektif
jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.” Dengan demikian
pembelajaran yang didesain melalui bermain diharapkan mampu
membelajarkan anak untuk terbiasa hidup sehat karena dilakukan dengan cara
yang menyenangkan.
Bertemali dengan hidup sehat yang merupakan sebuah perilaku dan
disisi lain perkembangan kognitif anak yang masih dalam taraf berpikir
konkret, maka kegiatan bermain harus dilengkapi dengan media pembelajaran
visual yang menggambarkan cara-cara untuk hidup sehat. Salah satu media
visual yang tepat untuk digunakan adalah flash card yaitu sebuah kartu yang
berisi gambar dan kata. Dalam hal ini gambar dan kata yang disajikan dapat
berupa cara-cara untuk berperilaku hidup sehat. Melalui pelibatan flash card
5
B. Rumusan Masalah
Membiasakan anak untuk berperilaku hidup sehat sudah dilakukan
hampir diseluruh lembaga PAUD, sayangnya pelaksanaannya masih belum
optimal. Lebih jauh kebiasaan ini tidak disertai dengan cara yang benar.
Seperti halnya yang terjadi di kelas B TK X bahwa kemampuan siswa dalam
kegiatan kebersihan diri masih asal-asalan dan penuh kekeliruan. Munculnya
kekeliruan tersebut disebabkan karena metode yang digunakan guru dalam
upaya pembiasaan ini hanya dicukupkan dengan memerintahkan tanpa
ditindak lanjuti dan diperhatikan caranya. Menindaklanjuti kondisi tersebut
maka perlu diupayakan sebuah metode pembelajaran yang menarik,
menyenangkan, dan konkret. Metode yang dapat digunakan adalah metode
bermain yang dikombinasikan dengan media visual flash card yang
selanjutnya dinamakan permainan flash card. Permainan flash card adalah
sebuah aktivitas bermain yang melibatkan kartu gambar dan kata. Melalui
permainan flash card diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa
kelas B TK X dalam pembiasaan berperiaku hidup sehat.
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Meningkatkan perilaku hidup sehat siswa kelas B TK X melalui
permainan flash card.
2. Aktivitas siswa kelas B TK X selama meningkatkan perilaku hidup sehat
melalui permainan flash card.
3. Perilaku hidup sehat siswa kelas B TK X setelah mendapatkan
pembelajaran melalui permainan flash card.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu mampu memberikan manfaat bagi
berbagai pihak sebagai berikut.
1. Pihak Guru
a. Meningkatkan pemahaman guru mengenai pentingnya membiasakan
siswa untuk berperilaku hidup sehat.
b. Menambah wawasan guru mengenai permainan flash card dalam
upaya meningkatkan kebiasaan siswa untuk berperilaku hidup sehat.
2. Pihak Siswa
a. Menanamkan perilaku hidup sehat dalam upaya menjaga dan
memelihara kesehatan sejak dini.
b. Memotivasi siswa untuk belajar untuk berperilaku hidup sehat.
7
3. Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan perilaku hidup sehat melalui
permainan flash card.
b. Mempunyai sensitivitas terhadap munculnya permasalahan yang ada
di kelas dan berusaha untuk mengatasinya.
4. Pihak Lembaga
a. Memberikan masukan yang positif dalam upaya optimalisasi tumbuh
kembang anak khususnya pemahaman mengenai perilaku hidup sehat
dalam upaya menjaga kesehatan fisik anak.
b. Dasar pertimbangan penggunaan metode pembelajaran yang menarik
dan mudah dipahami anak khususnya berkenaan dengan permainan
flash card dalam upaya meningkatkan perilaku hidup sehat pada anak
usia dini.
E. Tinjauan Teoritis
1. Perilaku Hidup Sehat Anak Usia Dini
a. Pengertian Perilaku Hidup Sehat
1) Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan aktivitas atau tindakan yang ditunjukan oleh
manusia. Sebagai makhluk yang aktif, maka tidak bisa dalam satu hari pun
manusia hidup tanpa melakukan aktivitas atau menunjukan perilaku. Berikut
disajikan beberapa pengertian perilaku dari para ahli.
Skinner (dalam Mubarak, dkk. hlm. 24) mengatakan bahwa “perilaku
adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon).”
Artinya perilaku ini merupakan pertunjukan untuk merespon stimulus.
Lebih lanjut Notoatmodjo (2007: 133) mengungkapkan bahwa
perilaku (manusia) adalah “semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun tidak dapat diamati langsung.” Dengan
8
1) Pengertian Bermain
Bermain merupakan dunia anak. Sebagian besar waktu anak diisi
dengan kegiatan bermain, baik dilakukan sendiri, dengan teman sebayanya
ataupun dengan orang yang lebih dewasa atau lebih kecil. Bahkan bermain
dapat dikatakan sebagai sifat lahiriah manusia karena setiap individu
diindikasikan pernah melakukannya. Lebih jauh Bruner (Hurlock, 1980, hlm.
121) memandang bahwa ‘bermain pada masa kanak-kanak adalah kegiatan
yang serius yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-
tahun pertama masa kanak-kanak.’ Berdasarkan fenomena tersebut maka
bermain dijadikan salah satu faktor penting dalam pembelajaran anak usia
dini, sehingga lahirlah salah satu metode pembelajaran yang tepat digunakan
dalam pembelajaran anak usia dini yakni metode bermain. Para ahli
mengungkapkan yang dimaksud dengan bermain sebagai berikut.
Dipaparkan oleh Abidin (2009, hlm. 7) menyatakan bahwa “bermain
merupakan aktivitas yang menyenangkan sekaligus memiliki unsur
pendidikan bagi anak.”
Lebih jauh menurut Getting Serious about Play-DCMS (dalam
Smidt, 2011, hlm. 1) yang menyatakan bahwa’ play is what children and
young people do when they follow their own ideas and their own interest in
their own way for their own reasons.’
Senada dengan pendapat Masitoh, dkk. (Abidin, 2009, hlm. 2-3)
yang mengemukakan bahwa ‘bermain adalah suatu wahana yang sangat
penting bagi anak untuk mempraktikan keterampilan baru dan berfungsi
untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangannya.’
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan dan memiliki unsur
pendidikan serta tempat anak mengembangkan seluruh aspek
perkembangannya. Bertemali dengan kebutuhan anak yang salah satunya
adalah kegiatan bermain, dengan demikian pendidik baik orang tua atau pun
guru harus mampu memenuhi dengan memfasilitasinya melalui kegiatan
belajar seraya bermain.
15
2) Karakteristik Bermain
Bermain sebagai sebuah aktivitas yang menyenangkan, memiliki
karakteristik atau ciri khusus dibandingkan dengan kegiatan lain. Menurut
Abidin (2009) menyatakan bahwa bermain memiliki karakteristik antara lain
motivasional, emosional, felksibilitas, enjoyable, terbuka, imajinatif, bebas,
dan dimensional. Lebih lanjut karakteristik tersebut diuraikan secara singkat
sebagai berikut.
a) Motivasional, artinya bermain harus membangkitkan semangat.
b) Emosional, artinya bermain melibatkan emosi.
c) Fleksibilitas yaitu bermain mudahnya melakukan permainan yang
berbeda-beda.
d) Enjoyable, yiatu kegiatan bermain lebih menekankan pada proses
dibandingkan hasil bermain.
e) Terbuka, yaitu anak bebas memilih permainan yang diinginkan, tanpa
paksaan.
f) Imajinatif, yaitu kegiatan bermain seringkali mampu melibatkan dan
mempunyai imajinasi yang tinggi.
g) Dimensional, artinya bermain memiliki batasan tertentu.
Senada dengan Brewer (dalam Abidin, hlm. 9) yang mengungkapkan
bahwa bermain memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a) Bermain itu dilandasi motivasi personal.
b) Bermain itu aktif.
c) Bermain itu tidak literal.
d) Bermain itu tidak memiliki motivasi ektrinsik.
e) Makna bermain dibangun oleh pemainnya.
f) Bermain tidak memiliki aturan ektrinsik.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dikemukan kegiatan
dapat dikatan sebagai bermain ketika anak melakukannya dengan senang hati
(motivasi intrinsik) dan dilakukan sesuai dengan keinginan anak/ diatur oleh
anak.
b. Flash Card
Flash card merupakan salah satu bentuk media pembelajaran visual.
Pada dasarnya bagi anak usia dini flash card ini sudah banyak digunakan
16
dalam pembelajaran kosa kata bahasa dan bilangan. Adapun dalam sejarahnya
flash card ini ditemukan seorang dokter ahli bedah yang berusaha membantu
pasiennya untuk mengembalikan ingatannya. Lebih lanjut berikut pendapat
para ahli menganai definisi flash card.
Menurut Mubarak, dkk (2012, hlm. 119) menyatakan bahwa “flash
card merupakan kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan
sebagainya)…”
Lebih lanjut Arsyad (2013, hlm. 115) yang menuturkan bahwa media
flash card merupakan “kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol,
yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan
dengan gambar itu.” Dalam paparannya ukuran flash card ini disesuaikan
dengan besar dan kecilnya kelas yang dihadapi.
Berbeda dengan Suyanto (2010, hlm. 109) yang mengemukakan
bahwa “flash card adalah kartu ukuran besar, biasanya menggunakan kartu
agak tebal, kaku, dan ukurannya A4. flash card memperlihatkan gambar atau
tulisan kata-kata.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
flash card merupakan kartu yang memperlihatkan gambar dan kata. Lebih jauh
Indriana (2011, hlm. 68-69) menyatakan bahwa “gambar yang ditampilkan
dalam kartu flash card adalah gambaran tangan atau foto, atau gambar/ foto
yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran kartu-kartu tersebut.” Dengan
demikian berbagai gambar bisa dimanfaatkan untuk membuat flash card.
Lebih jauh dalam penelitian ini, gambar dan kata yang akan
disajikan dalam flash card akan berkenaan dengan perilaku hidup sehat anak
usia dini khususnya cara-cara anak untuk mampu melakukan kegiatan
kebersihan diri.
c. Permainan Flash Card dalam Upaya Meningkatkan Perilaku Hidup Sehat
pada Anak Usia Dini (Anak Usia 5-6 Tahun)
Permainan flash card merupakan sebuah desain pembelajaran yang
dilakukan melalui kegiatan bermain yang dikombinasikan dengan penggunaan
media flash card. Melalui kegiatan bermain diharapkan anak mampu belajar
17
F. Penelitian Relevan
Dalam upaya memperoleh penelitian yang berkualitas, maka peneliti
melakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang
relevan dengan penelitian ini. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Tatenge (2013) yang berjudul “Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Melalui Metode Demonstrasi di Kelompok A TK Putra Bangsa Berdikari
Kecamatan Palolo.” Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini
membutuhkan sebuah metode pembelajaran yang bermakna bagi anak yaitu
melalui penggunaan metode belajar demonstrasi. Melalui penggunaan metode
domonstrasi, hasil penelitian tersebut menunjukan mampu meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat anak usia dini.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wachyuni (2012) berjudul “Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Kemampuan Menggosok Gigi yang Benar
pada Anak Usia Taman Kanak-kanak” yang diselenggarakan di kecamatan
Palolo . Berdasarkan penelitian tersebut peneliti memaknai bahwa menggosok
18
gigi yang merupakan salah satu kegiatan kebersihan diri dalam upaya
mengembangkan perilaku hidup sehat pada anak usia dini, membutuhkan
metode pembelajaran yang menyenangkan tetapi harus dapat dipahami oleh
anak yaitu melalui penggunaan demonstrasi. Melalui penggunaan metode
demonstrasi, penelitian yang dilakukan Wachyuni berhasil yaitu mampu
meningkatkan kemampuan anak dalam menggosok gigi yang benar.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian yang relevan, maka
hipotesis tindakan yang dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut: melalui
penggunaan permainan flash card, perilaku hidup sehat dapat meningkat.
H. Metode Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian akan dilakukan peneliti di TK X yang beralamat di Kota
Bandung. Subjek yang akan diteliti adalah anak yang berada di kelas B TK
X yang berjumlah Y orang, dengan klasifikasi perempuan sebanyak Y
orang dan laki-laki Y orang. Usia anak di kelas B tersebut berada pada
rentang 5 sampai 6 tahun.
Anak-anak di kelas B TK X ini menunjukan kemampuan untuk
berperilaku hidup sehat khususnya kebersihan diri yang masih belum
berkembang. Dengan demikian untuk meningkatkan perilaku hidup sehat
pada anak di kelas B TK X maka perlu dilakukan tindak lanjut, yaitu
melalui penelitian ini.
Alasan pemilihan anak Kelas B TK X ini karena peneliti
menemukan masalah mengenai perilaku hidup sehat anak yang masih
rendah. Di sisi lain metode yang digunakan guru dalam upaya
memfasilitasi anak untuk berperilaku hidup sehat pun cenderung monoton,
sehingga kurang terciptanya pembelajaran yang bermakna. Selain itu TK
X ini merupakan tempat peneliti melakukan PPL.
2. Metode Penelitian
19
Ide Awal
Temuan Analisis
Gambar 1
Model PTK Elliot
(Adapted from Hopkins, 1993, dalam Abidin, 2011, hlm. 239)
Uraian kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian antara lain
sebagai berikut.
a. Ide Awal
Ide awal dalam penelitian ini didapatkan identifikasi masalah
yang peneliti temukan di kelas B TK X. Melalui observasi dan
wawancara kepada guru, peneliti menemukan permasalahan yang
terjadi di kelas B TK X, yaitu kurangnya kemampuan anak dalam
berperilaku hidup sehat khususnya mengenai kegiatan kebersihan diri.
b. Temuan Analisis
Munculnya masalah mengenai kurangnya kemampuan anak
dalam berperilaku hidup sehat khususnya bertemali dengan kegiatan
kebersihan diri ini. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan anak yang
merasa nyaman ketika kuku tangan atau kakinya sudah panjang dan
kotor. Selain itu kegiatan pembiasaan cuci tangan dan gosok gigi pun
seringkali dilakukan secara asal-asalan.
Banyak faktor yang menyebabkan muncul masalah di atas,
salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru
kurang menarik bagi anak. Hal ini ditunjukan dari kegiatan guru yang
hanya memberikan perintah atau tugas saja kepada anak saat kegiatan
kebersihan diri.
c. Perencanaan Umum Siklus I
Pada perencaaan umum siklus I peneliti akan menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan
perilaku hidup sehat anak. Pada siklus I peneliti akan merencanakan
pembelajaran hidup sehat melalui permainan flash card. Permainan
dan gambar yang disajikan dalam flash card adalah bertemali dengan
22
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
a. Instrumen Performa
Instrumen performa yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan instrumen untuk mengetahui tampilan anak dalam
berperilaku hidup sehat. Indikator perilaku hidup sehat ini antara lain
berkenaan dengan pengetahuan (menyebutkan), sikap (menunjukan/
menyetujui), dan tindakan (mempraktekkan) anak dalam berperilaku
hidup sehat.
Berdasarkan kisi-kisi di atas peneliti menyusun penskoran
sebagai berikut.
1) Anak mengetahui (menyebutkan) cara-cara berperilaku hidup sehat.
Adapun kriteria penilaiannya antara lain: apabila anak mampu
menyebutkan sebagian (1/4 dari langkah-langkah) cara perilaku
hidup sehat maka akan mendapat satu bintang (*), sedangkan ketika
anak mampu menyebutkan sebagian (1/2 dari langkah-langkah) cara-
cara perilaku hidup sehat maka memperoleh dua bintang (**),
adapun ketika anak mampu menyebutkan cara-cara perilaku hidup
sehat secara lengkap tapi belum berurutan, maka diperoleh tiga
bintang (***), dan apabila anak mampu menyebutkan seluruh cara-
cara berperilaku hidup sehat secara lengkap dan berurutan maka
akan diperoleh empat bintang (****).
2) Anak mampu menyikapi/ menyetujui/ menunjukan perasaanya
mengenai perilaku hidup sehat. Kriteria penilaiannya antara lain:
apabila anak tidak mampu menyikapi/ menunjukan perasaanya
mengenai perilaku hidup sehat maka mendapatkan satu bintang (*),
sedangkan ketika anak mampu menyikapi/ menunjukan perasaanya
mengenai perilaku hidup sehat dengan emoticon maka mendapat
dua bintang (**), adapun ketika anak mampu menyikapi/
menunjukan perasaanya mengenai perilaku hidup sehat dengan
25
a. Observasi
Observasi adalah teknik mengamati dengan menggunakan
panduan pedoman observasi untuk mengumpulkan berbagai data
mengenai aktivitas siswa dan guru serta data yang menggambarkan
seluruh proses pembelajaran.
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik yang dilakukan melalui
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada guru untuk mengumpulkan
data mengenai kebiasaan perilaku hidup sehat siswa. Selain itu
dilakukan pula wawancara kepada anak dengan memberikan berbagai
pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai respon dan masalah
yang dihadapi anak selama kegiatan pembelajaran. Teknik ini dipandu
oleh pedoman wawancara yang telah disediakan.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan sebuah teknik pengumpulan data
untuk mencatat kejadian-kejadian yang dianggap penting saat
pembelajaran.
d. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan sebuah teknik pengumpulan
data melalui foto atau video untuk memperoleh gambaran kegiatan
pembelajaran.
6. Teknik Analisis Data
28
I. Jadwal Penelitian
Bulan Ke
No Kegiatan
12 1 2 3 4 5 6
Mengajukan judul
1
proposal
2 Menyusun proposal
3 Seminar proposal
4 Melaksanakan PPL
5 Menyusun instrumen
Melaksanakan penelitian
6
Siklus 1
7 Siklus 2
8 Siklus 3
9 Penyusunan skripsi
10 Sidang skripsi
29
J. Daftar Pustaka
Abidin, Y. (2009). Bermain Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond
Centers and Circle Time (BCCT) dalam Dimensi PAUD. Bandung:
Rizky Press.
Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar
dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.
Anwar dan Ahmad, A. (2003). Pendidikan Anak Dini Usia (Panduan Praktis
Bagi Ibu dan Calon Ibu). Bandung: Alfabeta.
Arifin, R. R. M. (2011). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Rizki
Press.
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Dryden, G. dan Vos, J. (2002). Revolusi Cara Belajar. Bandung: Mizan
Media Utama.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Bandung.
Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakatra. Diva
Press.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Mubarak, I., dkk. (2012). Promosi Kesehatan (Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., dkk. (2012). Promosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Smidt, S. (2011). Playing to Learn (The Role of Play in The Early Years.
Canada: Routledge.
30