Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELAYANAN SDIDTK
UPT PUSKESMAS KOPO
TAHUN 2017

I. Pendahuluan
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun
manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya
kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih
dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupan, ditujukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang
optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.
Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun)
lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan
negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses
pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka
terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung
seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan tidak
mendapatkan pelayanan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun
pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap
lingkungan dan masa ini berlangsung sangata pendek serta tidak
dapat di ulang lagi, maka masa balita disebut sebagai “ masa
keemasan ” ( Golden Period ), “ jendela kesempatan ’’ ( Window of
opportunity ) dan “ Masa kritis ” ( critical period ).
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensip dan
berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan interaksi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan
pada “ masa kritis ” tersebut. Melakukan stimulasi yang memadai
artinya merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan
gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita
berlangsung secarang optimal sesuai dengan umur anak, melakukan
deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan
sekrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua
terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi

1
dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya tindakan koreksi
dengan memanfaatkan plastisitas anak untuk memperbaiki
penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anak agar tumbung
kembangnya menjadi normal atau penyimpangan tidak semakin berat.
Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus dilakukan
sedini mungkin sesuai indikasi.

II. Latar Belakang


Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar sekitar 10% dari
seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa,
kwalitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat
perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkwalitas
termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.
Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor lingkungan yang dapat
mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi.
Pada tahun 2016 cakupan SDIDTK UPT Puskesmas Kopo sudah
mencapai target yaitu kontak 1 sebesar 96,84% dan kontak 2 sebesar
90,36% dari target 90%. Untuk target pada tahun 2017 cakupan
SDIDTK sebesar 100% untuk itu diperlukan peningkatan pelayanan
kegiatan SDIDTK. Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervnsi dini
tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi
diselerenggarakan dalam bentuk kemitraan antar keluarga ( orang tua,
pengasuh anak dan dan anggota keluarga lainya), masyarakat ( kader,
tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat,
dan sebagainya) dengan tenaga profesional ( kesehatan, pendidik, dan
sosial), akan meningkatkan kwalitas tumbuh kembang anak usia dini
dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. Indikator
keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya
meningkatnya setatus kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental,
emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal
Pembinaan tumbuh kembang anak memerlukan perangkat
instrumen untuk stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang termasuk format rujukan kasus dan pencatatan-
laporan kegiatan berbagai metoda stimulasi dan deteksi dini telah
banyak dikembangkan oleh para ahli dan lintas terkait. Departemen
Kesehatan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
telah menyusun berbagai instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi
dini tumbah kembang untuk anak umur 0 – 6 thn, yang diuraikan

2
dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar

III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar semua umur 0-5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta
mampung bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan intervensi dini.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada
semua balita dan anak prasekolah di wilayah kerja UPT
Puskesmas kopo.
b. Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada semua balita dan anak prasekolah di wilayah
kerja UPT Puskesmas kopo.
c. Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak
prasekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang.
d. Terselenggaranya rujukan terhadap kasus kasus yang tidak
bisa ditangani di UPT Puskesmas kopo.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara


komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang anak pada
masa 5 tahun pertama kehidupan. Dalam penerapannya terdiri
dari :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan / panjang
badan.
Untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk:
a. BB/TB (PB) < -3 SD = kurus sekali
b. BB/TB (PB) ≥ -3 SD - < - 2 SD = kurus
c. BB/TB (PB) -2 SD - + 2 SD = normal

3
2. Mengukur lingkar kepala anak.
Untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas
normal atau diluar batas normal
3. Skrining /pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan ( KPSP).
Untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan
4. Tes Daya Dengar
Untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak.
5. Tes Daya Lihat (TDL)
Untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segara dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat
menjadi lebih besar.
6. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional.
a. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
b. Ceklis autis anak prasekolah ( Checklist for Autism in
Toddlers/CHAT)
c. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH)

V. Cara Melakukan Kegiatan.


SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang anak pada
masa 5 tahun pertama kehidupan. Dalam penerapannya terdiri
dari :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan / panjang badan.
Tujuanya untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk:
- BB/TB (PB) < -3 SD = kurus sekali
- BB/TB (PB) ≥ -3 SD - < - 2 SD = kurus
- BB/TB (PB) -2 SD - + 2 SD = normal
Intervensi : Jika ditemukan berat badan tidak normal rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

2. Mengukur lingkar kepala anak.

4
Tujuannya untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam
batas normal atau diluar batas normal.
Cara pengukuran sebagai berikut :
a. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati
dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian
belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang
b. Baca angka pada pertemuan dengan angko 0.
c. Tanyakan tanggal lahir bayi atau anak
d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak.
e. Buat garis yang menghubungan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran sekarang.
Intervensi : Jika ditemukan makrocepal atau mikrosepal segera
rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

3. Skrining /pemeriksaan perkembangan anak menggunakan


Kuesioner Pra Skrining Perkembangan ( KPSP).
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan.
Cara menggunakan KPSP adalah sebagai berikut :
a. Pada waktu pemeriksaan anak harus di bawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal lahir
anak. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1
bulan .
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan,yaitu :
1. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/ pengasuh
anak.
2. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP.
e. Jelaskan pada orang tua agar tidak ragu ragu atau takut
menjawab,oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak
mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
f. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan,satu
persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya
atau Tidak.

5
g. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu atau
pengasuh anak menjawab pertanyaan terlebih dahulu.
h. Teliti kembali apakah pertanyaan telah dijawab.
Intervensi :
a. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan
tindakan berikut
1. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh
anaknya dengan baik
2. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan
3. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin,sesuai dengan umur dan
kesiapan anak.
4. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan
pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur
sebulan 1 kali
b. Bila perkembangan anak meragukan (M)
1. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan
stimulasi perkembangan pada anak lebih sering
lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
2. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
3. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangan.
4. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP
yang sesuai dengan umur anak.
5. Jika hasil KPSP ulang jawaban “ ya” tetep 7 atau
8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P).
c. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut :
Rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

4. Tes Daya Dengar

6
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti
untuk meningkatkan kemampuan daya dengardan bicara anak.
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung
umur anak dalam bulan.
b. Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur
anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang
tua/pengasuh anak.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring, satu persatu, berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak
4) Jawaban YA jika menurut orang tua /pengasuh,
anak dapat melakukan dalam satu bulan terakhir
5) Jawaban TIDAK jika menurut orang
tua/pengasuh anak tidak pernah, tidak tahu atau
tidak dapat melakukannya dalam satu bulan
terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih :
Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orang tua/pengasuh.
Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Intervensi :
1. Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
2. Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

5. Tes Daya Lihat (TDL)


Tujunan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini
kelainan daya lihat agar segara dapat dilakukan tindakan
lanjutan sehinggakesempatan untuk memperoleh ketajaman
daya lihat menjadi lebih besar.
Cara melakukan tes daya lihat :

7
1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan
penyinaran yang baik .
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi
duduk.
3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E”,
menghadap ke poster “E”.
4. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E”
untuk pemeriksa.
5. Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah,
kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster “E”
oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu “E” dengan benar.
6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya
dengan buku/kertas.
7. Dengan alat petunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster,
satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat
atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
8. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E”
yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan
cara yang sama .
10.Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada
kertas yang telah disediakan :
Mata kanan : ...... Mata kiri : .......
Intervensi :
Bila memungkinkan anak mengalami gangguan daya lihat,
minta anak datang untuk pemeriksaan ulang. Bila pada
pemeriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat pada baris
yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan
kedua matanya, Rujuk ke Rumah Sakit.

6. Ukur Tinggi Fundus Uteri


Dilakukan dengan cara palpasi untuk menentukan besarnya
rahim apakah sesuai dengan usia kehamilan.
7. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dengan cara palpasi Leopold.
Pemeriksaan DJJ dengan menggunakan stetoskop monoaural

8
atau Doptone. Apabila trimester III bagian bawah janin bukan
kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada
kelainan letak atau masalah lain. Bila denyut jantung janin
<120 kali/menit atau >160x/menit menunjukkan ada tanda
gawat janin, harus segera di rujuk.
8. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi TT
bila diperlukan
Dilakukan oleh petugas untuk selanjutnya bilamana perlu
suntikan tetanus toksoid untuk mencegah tetanus pada ibu
dan bayi. Tabel rentang waktu pemberian imunisasi TT :
Status Interval Pemberian Masa
Imunisasi Minimal Perlindungan
TT 1 - -
1 bulan setelah TT
TT 2 3 tahun
1
6 bulan setelah TT
TT 3 5 tahun
2
1 tahun setelah TT
TT 4 10 tahun
3
1 tahun setelah TT
TT 5 25 tahun
4

9. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan


Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah
darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah
diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.
10.Tes laboratorium (rutin dan khusus)
a. Tes golongan darah, untuk persiapan donor bagi ibu hamil
bila diperlukan.
b. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan
darah (Anemia).
c. Tes pemeriksaan urine (protein urine, reduksi urine).
d. Tes HIV, IMS pada ibu hamil wajib dilakukan untuk
mencegah penularan HIV terhadap anak.
e. Tes pemeriksaan darah lainnya sesuai indikasi misalnya
malaria.
11.Tatalaksana kasus

9
Setelah dilakukan pemeriksaan secara lengkap, petugas
kesehatan akan menegakkan diagnosa. Apabila ada penyulit
maka akan dilakukan penatalaksanaan kasus baik dilakukan di
layanan dasar maupun dengan rujukan.
12.Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelianan bawaan, persalinan dan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,
ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi.
Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan
ibu hamil.

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah


minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu
pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal 1 kali pada
trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua, dan
minimal 2 kali pada trimester ketiga.

VI. Cara Melaksanakan Kegiatan.

1. Dalam gedung

Pelayanan kesehatan ibu hamil di UPT Puskesmas Kopo


dilakukan dengan terintegrasi meliputi 10 T. Ibu hamil setelah
mendaftar akan dilayani oleh :

a. Petugas gizi akan melakukan timbang berat badan, ukur


tinggi badan, ukur lingkar lengan atas untuk menilai status
gizi.

b. Bidan di ruang KIA akan melakukan anamnesa secara


lengkap, mengukur tekanan darah, mengukur TFU,
menghitung DJJ, skrinning/ pelayanan imunisasi TT,
pemberian tablet Fe, kemudian ibu hamil akan diarahkan
untuk pemeriksaan gigi dan laboratorium (golongan darah,
HB, protein urine, glukosa urine, HIV, sifilis dan IMS).
Setelah pemeriksaan selesai akan dilakukan konseling sesuai
dengan kondisi ibu hamil termasuk P4K dan KB pasca salin.

c. Dokter gigi menerima rujukan dalam gedung dari bidan


untuk pemeriksaan gigi pada ibu hamil baru.

10
d. Petugas laboratorium akan melakukan pemeriksaan lab
sesuai dengan formulir rujukan lab dari bidan pemeriksa ibu
hamil.

Bidan Praktik Mandiri pun akan merujuk ke UPT Puskesmas


Kopo agar ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan
meliputi konseling terpadu dan pemeriksaan laboratorium
sederhana.

2. Luar gedung

Meskipun pemeriksaan ibu hamil yang dilakukan di luar


gedung tidak dilakukan dengan cara 10T namun penjaringan
ibu hamil baru sangat penting dilakukan, oleh karena itu
semua ibu hamil yang dilayani di luar gedung akan diberikan
surat rujukan ke UPT Puskesmas Kopo. Pemeriksaan antenatal
di luar gedung diantaranya :

a. Posyandu

Ibu hamil yang datang ke posyandu akan diberikan


buku KIA dan pemeriksaan antenatal sesuai dengan kondisi
di masing-masing posyandu.

b. Kunjungan rumah,

Bidan akan melakukan kunjungan rumah kepada ibu


hamil yang tidak pernah kontak ke tenaga kesehatan dan
ibu hamil dengan risiko tinggi. Pemeriksaan antenatal
dilakukan di rumah ibu hamil kemudian memantau
penempelan stiker P4K.

c. Puskemas keliling (pusling)

UPT Puskesmas Kopo memiliki 2 puskesmas keliling


yang melaayani juga pemeriksaan antenatal. Pemeriksaan
antenatal di pusling tidak meliputi pemeriksaan
laboratorium. Maka ibu hamil yang belum melakukan
pemeriksaan laboratorium akan dirujuk ke UPT Puskesmas
Kopo.

VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Jan Fe Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
b

11
Pelayanan
ANC dalam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
gedung
Pelayanan
ANC di √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
posyandu
Pelayanan
ANC saat
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kunjungan
rumah

VIII. Sasaran
Sasaran pelayanan antenatal adalah semua ibu hamil di
wilayah kerja dan semua ibu hamil yang datang ke UPT Puskesmas
Kopo. Jumlah sasaran ibu hamil UPT Puskesmas Kopo tahun 2017 :
Kelurahan Sasaran Ibu Hamil
Cibaduyut Kidul 158
Cibaduyut Wetan 141
Mekarwangi 171
Cibaduyut 235
Kebonlega 465
Situsaeur 389
UPT Puskesmas Kopo 1.558

IX. Rencana Pembiayaan


Pembiayaan kegiatan Program Kesehatan Ibu dan Anak
bersumber dari BLUD, APBD Kota Bandung, dan BOK UPT
Puskesmas Kopo.

X. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan antenatal
a. Kartu Ibu
Setiap ibu hamil yang berkunjung ke dalam gedung
memiliki satu kartu ibu, hasil pelayanan antenatal dan
pemeriksaan lainnya dicatat di kartu ibu.
b. Register antenatal dalam gedung

12
Register ANC dalam gedung diisi segera setelah selesai
pelayanan yang berisi hasil pelayanan di hari tersebut.
Dalam register tersebut tercatat nomor rekam medis, hasil
anamnesa, pemeriksaan fisik, skrinning TT dan hasil
laboratorium. Dicatat pula siapa yang bidan yang bertugas
sebagai bahan evaluasi.
c. Sistem Informasi Puskesmas (Simpus)
Ibu hamil saat mendaftar sudah memiliki nomor
rekam medis yang terhubung ke simpus. Bidan pemeriksa
akan mengisi lengkap simpus tersebut sesuai dengan
pelayanan yang diberikan.

d. Buku KIA
Semua ibu hamil wajib memiliki buku KIA sebagai bahan
informasi antara ibu hamil dan petugas kesehatan. Hasil
pemeriksaan antenatal tercatat di buku KIA. Ibu hamil
dianjurkan agar selalu membawa buku KIA saat berkunjung
ke fasilitas kesehatan.
e. Kohort ibu
Pemantauan ibu hamil dapat dilakukan melalui
kohort ibu. Setiap kelurahan memiliki kohort ibu,
sedangkan ibu hamil yang berkunjung ke UPT Puskesmas
Kopo tercatat di kohort ibu dalam gedung.
f. Format asuhan kebidanan antenatal
Bidan yang melakukan kunjungan rumah pada ibu
hamil akan mengisi format asuhan kebidanan antenatal.
g. Laporan bulanan
Hasil pelayanan antenatal yang terdapat di laporan
KIA adalah kunjungan K1, K4, imunisasi TT, ibu hamil
risiko tinggi dan penanganan komplikasi (Pk Obs) pada ibu
hamil.

Laporan hasil pelayanan antenatal di dalam gedung dan luar


gedung akan direkap oleh bidan Pembina wilayah (kelurahan)
selanjutnya direkap oleh bidan koordinator KIA sebagai bahan
laporan bulanan program KIA.

2. Evaluasi hasil pelayanan antenatal

13
a. Laporan bulanan
Indikator cakupan KIA pada ibu hamil (K1, K4, ibu
hamil risti dan PK Obs pada ibu hamil) yang masih kurang
akan terlihat di laporan KIA.
b. Lokakarya bulanan
Indikator cakupan antenatal yang kurang akan
dilakukan analisa masalah dan rencana tindak lanjut terkait
pelayanan antenatal akan dibahas dalam lokakarya bulanan
UPT Puskesmas Kopo.
c. Monitoring kohort ibu
Dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh bidan koordinator KIA.

d. Pemetaan ibu hamil risiko tinggi


Data ibu hamil risiko tinggi dari setiap keluarahan
ditayangkan dengan pemetaan ibu hamil di ruang KIA. Peta
ini dievaluasi setiap bulan untuk mengetahui jumlah ibu
hamil di masing-masing kelurahan dan sasaran untuk
melaksanakan kunjungan rumah.
e. Pemantauan kantong taksiran persalinan
Semua ibu hamil tercatat dalam kantong taksiran
persalinan. Ada 3 macam kartu taksiran persalinan yaitu :
 Warna merah untuk ibu hamil dengan risiko tinggi
 Warna kuning untuk ibu hamil dengan faktor risiko
 Warna biru untuk ibu hamil normal
f. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA
Grafik PWS KIA yang terkait pelayanan antenatal ada
3 grafik yaitu cakupan K1, K4 dan deteksi faktor risiko/
komplikasi oleh masyarakat.

XI. Penutup
Demikian kerangka acuan ini disusun sebagai pedoman
pelaksanaan pelayanan antenatal dan dapat dijadikan instrument untuk
monitoring dan evaluasi.

Bandung, 13 Maret 2017

14
Mengetahui, Penanggung jawab
Kepala UPT Puskesmas Kopo Program Kesehatan Ibu dan
Anak

dr. Intan Annisa Fatmawaty Anita Rosmiati Am,Keb

15

Anda mungkin juga menyukai