PELAYANAN SDIDTK
UPT PUSKESMAS KOPO
TAHUN 2017
I. Pendahuluan
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun
manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya
kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih
dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupan, ditujukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang
optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.
Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun)
lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan
negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses
pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka
terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung
seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan tidak
mendapatkan pelayanan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun
pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap
lingkungan dan masa ini berlangsung sangata pendek serta tidak
dapat di ulang lagi, maka masa balita disebut sebagai “ masa
keemasan ” ( Golden Period ), “ jendela kesempatan ’’ ( Window of
opportunity ) dan “ Masa kritis ” ( critical period ).
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensip dan
berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan interaksi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan
pada “ masa kritis ” tersebut. Melakukan stimulasi yang memadai
artinya merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan
gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita
berlangsung secarang optimal sesuai dengan umur anak, melakukan
deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan
sekrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua
terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi
1
dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya tindakan koreksi
dengan memanfaatkan plastisitas anak untuk memperbaiki
penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anak agar tumbung
kembangnya menjadi normal atau penyimpangan tidak semakin berat.
Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus dilakukan
sedini mungkin sesuai indikasi.
2
dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar semua umur 0-5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta
mampung bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan intervensi dini.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada
semua balita dan anak prasekolah di wilayah kerja UPT
Puskesmas kopo.
b. Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada semua balita dan anak prasekolah di wilayah
kerja UPT Puskesmas kopo.
c. Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak
prasekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang.
d. Terselenggaranya rujukan terhadap kasus kasus yang tidak
bisa ditangani di UPT Puskesmas kopo.
3
2. Mengukur lingkar kepala anak.
Untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas
normal atau diluar batas normal
3. Skrining /pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan ( KPSP).
Untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan
4. Tes Daya Dengar
Untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak.
5. Tes Daya Lihat (TDL)
Untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segara dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat
menjadi lebih besar.
6. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional.
a. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
b. Ceklis autis anak prasekolah ( Checklist for Autism in
Toddlers/CHAT)
c. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH)
4
Tujuannya untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam
batas normal atau diluar batas normal.
Cara pengukuran sebagai berikut :
a. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati
dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian
belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang
b. Baca angka pada pertemuan dengan angko 0.
c. Tanyakan tanggal lahir bayi atau anak
d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak.
e. Buat garis yang menghubungan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran sekarang.
Intervensi : Jika ditemukan makrocepal atau mikrosepal segera
rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
5
g. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu atau
pengasuh anak menjawab pertanyaan terlebih dahulu.
h. Teliti kembali apakah pertanyaan telah dijawab.
Intervensi :
a. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan
tindakan berikut
1. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh
anaknya dengan baik
2. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan
3. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin,sesuai dengan umur dan
kesiapan anak.
4. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan
pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur
sebulan 1 kali
b. Bila perkembangan anak meragukan (M)
1. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan
stimulasi perkembangan pada anak lebih sering
lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
2. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
3. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangan.
4. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP
yang sesuai dengan umur anak.
5. Jika hasil KPSP ulang jawaban “ ya” tetep 7 atau
8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P).
c. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut :
Rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
6
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti
untuk meningkatkan kemampuan daya dengardan bicara anak.
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung
umur anak dalam bulan.
b. Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur
anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang
tua/pengasuh anak.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring, satu persatu, berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak
4) Jawaban YA jika menurut orang tua /pengasuh,
anak dapat melakukan dalam satu bulan terakhir
5) Jawaban TIDAK jika menurut orang
tua/pengasuh anak tidak pernah, tidak tahu atau
tidak dapat melakukannya dalam satu bulan
terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih :
Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orang tua/pengasuh.
Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Intervensi :
1. Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
2. Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.
7
1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan
penyinaran yang baik .
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi
duduk.
3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E”,
menghadap ke poster “E”.
4. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E”
untuk pemeriksa.
5. Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah,
kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster “E”
oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu “E” dengan benar.
6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya
dengan buku/kertas.
7. Dengan alat petunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster,
satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat
atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
8. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E”
yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan
cara yang sama .
10.Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada
kertas yang telah disediakan :
Mata kanan : ...... Mata kiri : .......
Intervensi :
Bila memungkinkan anak mengalami gangguan daya lihat,
minta anak datang untuk pemeriksaan ulang. Bila pada
pemeriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat pada baris
yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan
kedua matanya, Rujuk ke Rumah Sakit.
8
atau Doptone. Apabila trimester III bagian bawah janin bukan
kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada
kelainan letak atau masalah lain. Bila denyut jantung janin
<120 kali/menit atau >160x/menit menunjukkan ada tanda
gawat janin, harus segera di rujuk.
8. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi TT
bila diperlukan
Dilakukan oleh petugas untuk selanjutnya bilamana perlu
suntikan tetanus toksoid untuk mencegah tetanus pada ibu
dan bayi. Tabel rentang waktu pemberian imunisasi TT :
Status Interval Pemberian Masa
Imunisasi Minimal Perlindungan
TT 1 - -
1 bulan setelah TT
TT 2 3 tahun
1
6 bulan setelah TT
TT 3 5 tahun
2
1 tahun setelah TT
TT 4 10 tahun
3
1 tahun setelah TT
TT 5 25 tahun
4
9
Setelah dilakukan pemeriksaan secara lengkap, petugas
kesehatan akan menegakkan diagnosa. Apabila ada penyulit
maka akan dilakukan penatalaksanaan kasus baik dilakukan di
layanan dasar maupun dengan rujukan.
12.Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelianan bawaan, persalinan dan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,
ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi.
Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan
ibu hamil.
1. Dalam gedung
10
d. Petugas laboratorium akan melakukan pemeriksaan lab
sesuai dengan formulir rujukan lab dari bidan pemeriksa ibu
hamil.
2. Luar gedung
a. Posyandu
b. Kunjungan rumah,
11
Pelayanan
ANC dalam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
gedung
Pelayanan
ANC di √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
posyandu
Pelayanan
ANC saat
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kunjungan
rumah
VIII. Sasaran
Sasaran pelayanan antenatal adalah semua ibu hamil di
wilayah kerja dan semua ibu hamil yang datang ke UPT Puskesmas
Kopo. Jumlah sasaran ibu hamil UPT Puskesmas Kopo tahun 2017 :
Kelurahan Sasaran Ibu Hamil
Cibaduyut Kidul 158
Cibaduyut Wetan 141
Mekarwangi 171
Cibaduyut 235
Kebonlega 465
Situsaeur 389
UPT Puskesmas Kopo 1.558
12
Register ANC dalam gedung diisi segera setelah selesai
pelayanan yang berisi hasil pelayanan di hari tersebut.
Dalam register tersebut tercatat nomor rekam medis, hasil
anamnesa, pemeriksaan fisik, skrinning TT dan hasil
laboratorium. Dicatat pula siapa yang bidan yang bertugas
sebagai bahan evaluasi.
c. Sistem Informasi Puskesmas (Simpus)
Ibu hamil saat mendaftar sudah memiliki nomor
rekam medis yang terhubung ke simpus. Bidan pemeriksa
akan mengisi lengkap simpus tersebut sesuai dengan
pelayanan yang diberikan.
d. Buku KIA
Semua ibu hamil wajib memiliki buku KIA sebagai bahan
informasi antara ibu hamil dan petugas kesehatan. Hasil
pemeriksaan antenatal tercatat di buku KIA. Ibu hamil
dianjurkan agar selalu membawa buku KIA saat berkunjung
ke fasilitas kesehatan.
e. Kohort ibu
Pemantauan ibu hamil dapat dilakukan melalui
kohort ibu. Setiap kelurahan memiliki kohort ibu,
sedangkan ibu hamil yang berkunjung ke UPT Puskesmas
Kopo tercatat di kohort ibu dalam gedung.
f. Format asuhan kebidanan antenatal
Bidan yang melakukan kunjungan rumah pada ibu
hamil akan mengisi format asuhan kebidanan antenatal.
g. Laporan bulanan
Hasil pelayanan antenatal yang terdapat di laporan
KIA adalah kunjungan K1, K4, imunisasi TT, ibu hamil
risiko tinggi dan penanganan komplikasi (Pk Obs) pada ibu
hamil.
13
a. Laporan bulanan
Indikator cakupan KIA pada ibu hamil (K1, K4, ibu
hamil risti dan PK Obs pada ibu hamil) yang masih kurang
akan terlihat di laporan KIA.
b. Lokakarya bulanan
Indikator cakupan antenatal yang kurang akan
dilakukan analisa masalah dan rencana tindak lanjut terkait
pelayanan antenatal akan dibahas dalam lokakarya bulanan
UPT Puskesmas Kopo.
c. Monitoring kohort ibu
Dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh bidan koordinator KIA.
XI. Penutup
Demikian kerangka acuan ini disusun sebagai pedoman
pelaksanaan pelayanan antenatal dan dapat dijadikan instrument untuk
monitoring dan evaluasi.
14
Mengetahui, Penanggung jawab
Kepala UPT Puskesmas Kopo Program Kesehatan Ibu dan
Anak
15