Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN PERKEMBANGAN KELUARGA

BALITA

Diajukan sebagai Syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga

Pada Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Oleh :

ARIF WIBOWO

NIM R210415009

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA DENGAN BALITA

A. Definisi
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat
usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang,
karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang
sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar
yang akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia
(Supartini, 2004).
Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5
tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun
sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga
tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah (Proverawati,
2010).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
balita adalah anak dengan usia dibawah lima tahun atau 1-5 tahun, balita
merupakan periode yang masih bergantung pada orang tua yang dalam
periode ini dapat menentukan perkembangan kemampuan berbahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia.
B. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1–3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1−3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun
perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekuensi sering pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai
bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan
mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”
terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun
penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan
relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan
dengan anak laki-laki (Uripi, 2004).

C. Tumbuh Kembang Balita


Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya
senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni (Hartono, 2008):
1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah
(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung
kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar
menggunakan kakinya.
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah
anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk
menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari
dan lain-lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala
kuantitatif.
Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta
jaringan intraseluler pada tubuh anak, dengan kata lain, berlangsung proses
multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya,
hal ini ditandai oleh:
1. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
2. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
3. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
4. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
5. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan
sebagainya.
Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.
Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional
pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya
proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala
penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan proses
pertumbuhan (Hartono, 2008).
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita
adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang
terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak,
harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya.
Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya
pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi)
kemampuan personal dan kemampuan sosial (Hartoyo dkk, 2003).
1. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat
pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya. Kemampuan
fungsi pengindraan meliputi ; Penglihatan, misalnya melihat, melirik,
menonton, membaca dan lain-lain. Pendengaran, misalnya reaksi
mendengarkan bunyi, menyimak pembicaraan dan lain-lain. Penciuman,
misalnya mencium dan membau sesuatu. Peraba, misalnya reaksi saat
menyentuh atau disentuh, meraba benda, dan lain-lain. Pengecap,
misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan minuman.

D. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang


Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus
terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni : (PN.Evelin dan Djamaludin. N. 2010).
1. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh), usia balita adalah periode penting
dalam proses tubuh kembang anak yang merupakan masa pertumbuhan
dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa,
berkreativitas, kesadaran social, emosional dan inteligensi anak berjalan
sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh
kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan
berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zatzat gizi
yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti
komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai
usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan
otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan
berkembang sebagai dampak perkembangan bagian otak yang mengatur
sistem sensorik dan motoriknya. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis
yang baik, akan berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya
tahan tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang
penyakit.
2. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih), kebutuhan ini
meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih sayang,
serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak. Orang tua
perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang ada pada anak.
Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan
menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam
kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain.
Orang tua harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-
anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru unsur-
unsur positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak sepanjang hal
tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih
sayang.
3. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah), stimulasi dini merupakan
kegiatan orangtua memberikan rangsangan tertentu pada anak sedini
mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan
dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal.
Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhansentuhan
lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari anak
berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan angka. Selain
itu, stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi positif,
kemandirian, kreativitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi
dini secara baik dan benar dapat merangsang kecerdasan majemuk
(multiple intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi,
kecerdasan linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi
(intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.

E. Pola Asuh
Dengan memberikan pola asuh yang baik dan positif pada anak, akan
memunculkan konsep diri yang positif bagi anak dalam menilai dirinya,
dimulai dari tidak membatasi pergaulan anak, akan tetapi tetap membimbing
dan mengarahkan. Berikut 11 tuntutan orang tua dalam mengasuh anak :
1. Harus Disertai Kasih Sayang
Anak sudah dapat merasakan apakah ia disayangi, diperhatikan, diterima,
dan dihargai atau tidak. Orang tua dapat menunjukkan kasih sayang
secara wajar sesuai umur anak. Dengan mencium atau membelai, berkata
lembut, hingga anak merasa ia memang disayang. Pencurahan kasih
sayang ini harus dilakukan konstan, tulus, dan nyata sehingga anak benar-
benar merasakannya.
2. Tanamkan Disiplin yang Membangun
Perlu memberlakukan tata tertib yang tidak berkesan serba membatasi.
Hal ini akan menjadi pedoman bagi anak, hingga ia mengerti perilaku apa
yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Juga mengenalkan anak pada
disiplin. Dengan demikian ia diharapkan mampu mengendalikan diri
sekaligus melatih tanggung jawab.
3. Luangkan Waktu bagi Kebersamaan
Memanfaatkan waktu bersama anak merupakan hal yang sangat penting
dalam pengasuhan anak. Dari sini akan tercipta lingkungan dan suasana
yang menunjang perkembangan. Orang tua bisa menggunakan waktu
tersebut dengan bermain bersama, berbincang-bincang, melatih
keterampilan sehari-hari, dan sebagainya.
4. Ajarkan Salah-Benar/Baik-Buruk
Hal-hal yang dapat diajarkan adalah nilai-nilai yang berlaku di lingkungan
keluarga, masyarakat sekitar dan budaya bangsa. Misalnya, adat istiadat,
norma dan nilai yang berlaku. Hal ini sangat diperlukan agar anak mudah
menyesuaikan diri dengan orang lain. Mintalah anak berlaku ramah dan
jujur serta melarangnya menyakiti orang lain. Selain harus terus-menerus
dan konsisten, terangkan kenapa perbuatan menyakiti tidak boleh
dilakukan sedangkan sikap ramah diperlukan. Dengan begitu anak tahu
kenapa mereka dilarang berbuat sesuatu, serta dapat memahami apa arti
salah-benar dan baik-buruk.
5. Kembangkan Sikap Saling Menghargai
Sikap saling menghargai dapat dicontohkan. Bila orang tua berbuat salah,
jangan segan meminta maaf. Kelak ketika anak berbuat salah, dia pun tak
segan meminta maaf. Orang tua yang menghormati anak akan
merangsang anak untuk menghargai dan menghormati orang tua maupun
siapa saja.

6. Perhatikan dan Dengarkan Pendapat Anak


Jika anak punya pendapat, dengarkan dan berikan perhatian tanpa
berusaha untuk mempengaruhinya. Bila perlu, kemukakan pendapat
dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Hal ini akan
membuat hubungan orang tua dan anak jadi lebih akrab, hingga anak
dapat menyatakan perasaannya. Termasuk perasaan yang baik dan buruk,
seperti marah dan tidak senang, tanpa takut kehilangan kasih sayang dari
orang tua.
7. Membantu Mengatasi Masalah
Anak butuh bimbingan kala menghadapi masalah, namun orang tua
jangan sesekali memaksakan pendapatnya. Pahami masalah sesuai sudut
pandang anak dan berikan beberapa pendapat serta doronglah anak untuk
memilih yang sesuai dengan keadaannya.
8. Melatih Anak Mengenal Diri Sendiri dan Lingkungan
Ajaklah anak mengenal dirinya. "Saya ini anak laki-laki" atau "Saya
adalah anak perempuan." Lalu mengenalkan orang lain di lingkungannya,
ada ibu, bapak, kakek, nenek, paman dan lainnya. Dengan demikian,
semakin lama pengenalan anak kian luas. Anak juga perlu dilatih
mengenal emosi dan cara menyalurkan emosi yang baik agar tidak
menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.
9. Mengembangkan Kemandirian
Rangsanglah inisiatif dan berikan kebebasan untuk mengembangkan diri.
Beri kesempatan mengerjakan sesuatu menurut keinginan mereka sendiri.
Tentu saja asalkan tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Untuk
memupuk inisiatif anak, beri pujian pada apa yang telah berhasil
dilakukan dan bukan malah mencelanya.
10. Memahami Keterbatasan Anak
Setiap individu, termasuk anak, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
Orang tua hendaknya jangan menuntut melebihi kemampuan anak. Yang
tak kalah penting, jangan pernah membanding-bandingkan anak yang satu
dengan anak yang lain.
11. Menerapkan Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-hari
Nilai-nilai agama perlu diajarkan sejak usia dini sekaligus menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Cara paling baik, beri contoh dan minta
anak berlaku sama. Misalnya berdoa sebelum melakukan kegiatan apa
pun, memaafkan kesalahan orang lain, mensyukuri nikmat yang diberikan
Tuhan dan lain-lain.

F. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Balita


Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2. Membantu anak bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-bagusasefa-6723-2-
babii.pdf. Diakses tanggal 28 April 2018 Jam 20.50

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-2-
babii.pdf. Diakses tanggal 30 April 2018 Jam 17.30

http://eprints.ums.ac.id/41448/5/BAB I.pdf. Diakses tanggal 30 April 2018 Jam


17.30

http://digilib.unila.ac.id/20662/15/BAB II.pdf. Diakses tanggal 30 April 2018 Jam


17.30

http://etheses.uin-malang.ac.id/1528/6/11410114_Bab_2.pdf Diakses tanggal 1


Mei 2018 Jam 22.00
KONSEP INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

A. Konsep ISPA
1. Definisi
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernafasan dan akut.
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah
yang disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia
tanpa atau disertai radang parenkim paru.(Vietha,2009).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003:725).
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan
retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel &
Ian Roberts; 1990; 450).
Kesimpulan ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang
menyerang organ seperti tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri dan virus.
2. Etiologi
Etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur.
Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus,
hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi
penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di
bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum
sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan
resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya
asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
3. Manifestasi Klinis
a. Batuk.
b. Demam ringan.
c. Nyeri kepala.
d. Pilek.
e. Hidung tersumbat.
f. Sakit menelan.
g. Sesak nafas.
h. Nafas cepat.
i. Lesu, lemas
4. Komplikasi
a. Pneumonia.
b. Bronchitis.
c. Sinusitis.
d. Laryngitis.
e. Kejang demam (Soegijanto, 2009).
5. Penatalaksanaan Medis
Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara umum:
a. Istirahat yang cukup.
b. Berikan anak minum lebih banyak, terutama bila anak batuk dan
demam.
c. Berikan obat penurun panas bila demam.
d. Hindari penularan ke orang lain. Cara untuk menghindari penularan:
menutup mulut dan hidung bila batuk/bersin, cuci tangan dengan
sabun setelah batuk/bersin, gunakan masker (bila anak cukup
kooperatif), hindari kontak terlalu dekat dengan bayi atau manular.
e. Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dokter. Antibiotik tidak
diperlukan apabila ISPA yang disebabkan infeksi virus. Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri
terhadap antibiotik tersebut.
f. Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak. Diskusikan dengan
dokter anda mengenai manfaat dan risiko obat tersebut apabila akan
diberikan pada anak anda.
g. Kenali tanda-tanda gawat darurat .
Anda perlu segera memeriksakan anak ke dokter apabila:
a. Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat.
b. Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih (grunting).
c. Dinding dada/sela-sela iga tampa tertarik ke dalam bila anak
bernapas.
d. Bibir berwarna kebiru-biruan.
e. Leher anak kaku.
f. Kesulitan menelan.
g. Muntah terus menerus.
h. Anak tampak sangat lemah.

Anda mungkin juga menyukai