Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN ANAK DENGAN MENGGUNAKAN PUZZLE

DISUSUN OLEH

Rawendi Lubis S.Kep Syifa Novi Ayuni S.Kep


Patia Andari S.Kep Wirdah Biladi S.Kep
Muhammad Haritsah S.Kep Yuni Alfia Rasika Yusuf S.Kep
Serlye Marensisca S.Kep Muhammad Septiono S.Kep
Rika Sepni S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON-REGULER

STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG

TAHUN AJAR 2023/2024


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane ). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan. Bermain merupakan
keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak disadari serta dialami dengan suatu
kepuasan . Bermain merupakan sarana bagi anak–anak untuk belajar mengenal lingkungan
kehidupannya. Pada saat bermain, anak–anak mencobakan gagasan–gagasan mereka,
bertanya serta mempertanyakan berbagai persoalan, dan memperoleh jawaban atas persoalan
– persoalan mereka. Melalui permainan menyusun balok misalnya anak – anak belajar
menghubungkan ukuran suatu obyek dengan lainnya. Mereka belajar memahami bagaimana
balok yang besar menopang balok yang kecil. Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal
yang lebih besar mampu menopang hal – hal yang lebih kecil.

Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan
lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan ancaman
perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan
invansif yang diterima.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Tumbuh Kembang


2.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bias diukur.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
kematangan (Soetjiningsih, 2018).
Whaley dan Wong dalam Supartini (2014), mengemukakan pertumbuhan sebagai
suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan
pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran.
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari
mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik,
sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang. Tumbuh
kembang merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitu faktor herediter dan
faktor lingkungan. Manusia dalam tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh kondisi:
a. Fisik
b. Kognitif
c. Psikologis
d. Moral
e. Spiritual
2.1.2 Ciri Proses Tumbuh Kembang

Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan

2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda

3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan
lainnya

4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ

2.1.3 Prinsip Tumbuh Kembang

Prinsip tumbuh kembang menurut Potter dan Perry (2015)

1. Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu

2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus dalam
pola sebagai berikut :

- Cephalocaudal, pertumbuhan berlansung terus menerus dari kepala ke arah bawah


bagian tubuh

- Proximodistal., perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal)


tubuh ke arah luar tubuh (distal)

- Differentiation, ketika perkembangan berlangsung terus yang mudah ke arah yang


lebih kompleks

3. Perkembangan adalah hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang
konsisten dan kronologis
2.1.4. Batasan Usia Anak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut
definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19
tahun (Soediono, 2014).

2.1.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Faktor herediter
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun dimodifikasi, ini
merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang anak.
Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetic ini adalah
jenis kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak keturunan bangsa eropa akan lebih
tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan asia termasuk indonesia,
pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.

2. Faktor lingkungan

1) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan hormon
yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid
akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan
kretinesme dan hor,on gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan
seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur. Jika kekurangan hormon
gonadotropin ini akan menyebakan terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara,
teman sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual anak. Cara seseorang anak dalam berinteraksi dengan
orang tua akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah. Pada umumnya anak yang
perkembangannya baik dan mempunyai intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan
anak yang tahap perkembangannya terhambat.

2) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhi, diantaranya
adalah kebudayaan. Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat
kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana oarang tua mendidik anaknya.status
sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonominya menengah ke
atas dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya disekolah-sekolah berkualitas.
Sehingga mereka dapat menerima dan mengadopsi cara-cara baru bagimana cara
merawat anak dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua
dengan status ekonomi lemah bahkan tidak mampu memberikan makanan tambahan
buat bayinya, sehingga bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya
daya tahan tubuh akan menurun dan akhirnya bayi/anak akan jatuh sakit.
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas
fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga
juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang tua, sehingga
semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi, maupun sosial.

3) Faktor pelayanan kesehatan


Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada disekitar lingkungan
dimana anak tumbuh dan berkembang. Diharapkan tumbang anak dapat dipantau.
Sehingga apabila terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat
keterlambatan dalam perkembangannya. Anak dapat segera mendapatkan pelayanan
kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya.

2.2 Konsep Bermain

2.2.1. Pengertian Bermain


Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak
pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain,
anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al,
1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-
kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2015).

2.2.2. Fungsi Bermain


1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada
saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat
benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.

4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

2.2.3 Tujuan Bermain


Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.
2.2.4 Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah bererapa
manfaat bermain pada anak-anak :
1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, anak
dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa gelisah.
2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-kebiasaan dan
standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk melepaskan
ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang
muncul dalam dirinya.
5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta,
memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak yang
acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan bermain
adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering
digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar.

2.2.5 Macam - Macam Bermain


1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain,
yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

2.2.6 Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (2015), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih
terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama
dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
2.2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Supartini (2014), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan
sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak
mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak
dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM BERMAIN

Pokok bahasan : Terapi Bermain Menyusun Puzzle


Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah dengan Cara Stimulasi
Motorik dan Sosial
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Kamis, 07 Desember 2023
Tempat : Taman Anak Sejahtera Seikat Sirih
Sasaran : Untuk kegiatan ini sasaran yang dipilih adalah Anak prasekolah :
1. Anak usia 3-6 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Kooperatif
4. Peserta terdiri dari anak usia prasekolah sebanyak 14 orang

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit diharapkan anak dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan prasekolah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan teman sebaya.
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling bercanda.

B. Metode dan Media


1. Metode
a. Bermain bersama
2. Media
a. Puzzle
C. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Pembimbing Pendidikan : Yusnaini Siagian S.Kep, Ns. M.Kep
Tri Arianingsih S.Kep, Ns, M.Kep
b. Pembimbing Klinik : E.R Nina S.Kep, Ns
c. Leader : Rika Sepni
d. Co leader : Muhammad Haritsah
e. Fasilitator : Wirdah, Yuni, Rawendi, Septiono, Serlye
f. Observer : Patia, Syifa

2. Pembagian tugas :
a. Peran Leader
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi
3) Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b. Co Leader
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Fasilitator
1) Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan
2) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3) Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif
dalam permainan yang akan dilakukan.
4) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
5) Membimbing kelompok selama permainan
d. Observer
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan
evaluasi kelompok

3. Setting tempat (gambar/denah ruangan)

= Leader & Co Leader = Pembimbing

= Fasilitator = Pasien/Anak

= Orang Tua
4. Kegiatan bermain
No Waktu Terapis Anak
1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan dan saling
dan anak saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Leader, co leader, dan fasilitator Bermain
memotivasi anak
5. Menanyakan perasaan anak Bermain
Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Menanyakan perasaan anak Senang
5. Co leader menutup acara Mendengarkan
6. Mengucapkan salam Menjawab salam

D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
a. Terapi dapat berjalan dengan baik
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun puzzle kemudian
berhasil
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan teman baru
e. Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Bermain
merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses
belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Orang tua yang keberatan
terhadap aktivitas bermain anak justru menghambat kemampuan kreativitas anak untuk
mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya.

4.2 Saran
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari
mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik,
sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika

Hurlock, Elizabeth B. 2012. Perkembangan Anak Ed 6. Jakarta : Erlangga

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Perry,A,G.& Potter,P.A. 2014. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed Pertama. Yogyakara :
Graha Ilmu

Soetjiningsih 2018. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.

Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Idai

Wong,D.L. 2013. Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby

Soetjiningsih, 2015, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai