DISUSUN OLEH
Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan
lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan ancaman
perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan
invansif yang diterima.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan
lainnya
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ
2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus dalam
pola sebagai berikut :
3. Perkembangan adalah hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang
konsisten dan kronologis
2.1.4. Batasan Usia Anak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut
definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19
tahun (Soediono, 2014).
2.1.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Faktor herediter
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun dimodifikasi, ini
merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang anak.
Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetic ini adalah
jenis kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak keturunan bangsa eropa akan lebih
tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan asia termasuk indonesia,
pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.
2. Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan hormon
yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid
akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan
kretinesme dan hor,on gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan
seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur. Jika kekurangan hormon
gonadotropin ini akan menyebakan terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara,
teman sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual anak. Cara seseorang anak dalam berinteraksi dengan
orang tua akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah. Pada umumnya anak yang
perkembangannya baik dan mempunyai intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan
anak yang tahap perkembangannya terhambat.
2) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhi, diantaranya
adalah kebudayaan. Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan, adat
kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana oarang tua mendidik anaknya.status
sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonominya menengah ke
atas dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya disekolah-sekolah berkualitas.
Sehingga mereka dapat menerima dan mengadopsi cara-cara baru bagimana cara
merawat anak dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua
dengan status ekonomi lemah bahkan tidak mampu memberikan makanan tambahan
buat bayinya, sehingga bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya
daya tahan tubuh akan menurun dan akhirnya bayi/anak akan jatuh sakit.
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas
fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga
juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang tua, sehingga
semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi, maupun sosial.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit diharapkan anak dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan prasekolah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan teman sebaya.
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling bercanda.
2. Pembagian tugas :
a. Peran Leader
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi
3) Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b. Co Leader
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Fasilitator
1) Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan
2) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3) Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif
dalam permainan yang akan dilakukan.
4) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
5) Membimbing kelompok selama permainan
d. Observer
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan
evaluasi kelompok
= Fasilitator = Pasien/Anak
= Orang Tua
4. Kegiatan bermain
No Waktu Terapis Anak
1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan dan saling
dan anak saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Leader, co leader, dan fasilitator Bermain
memotivasi anak
5. Menanyakan perasaan anak Bermain
Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Menanyakan perasaan anak Senang
5. Co leader menutup acara Mendengarkan
6. Mengucapkan salam Menjawab salam
D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
a. Terapi dapat berjalan dengan baik
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun puzzle kemudian
berhasil
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan teman baru
e. Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Bermain
merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses
belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Orang tua yang keberatan
terhadap aktivitas bermain anak justru menghambat kemampuan kreativitas anak untuk
mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya.
4.2 Saran
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari
mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang
apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik,
sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed Pertama. Yogyakara :
Graha Ilmu
Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Idai
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.