Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen dengan
melibatkan semua anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan hingga
tercapai hasil yang optimal. Dengan memperhatikan hal tersebut, proses
manajemen yang baik perlu diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan
sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang memenuhi standar profesi yang
ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan,
memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi,
budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Gillies, 1986). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan
profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.
Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan
ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang
mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan
berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan
perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi (Nursalam, 2002).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat
penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah
satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya
(Depkes, 1987). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan
keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang sebagai salah
satu penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan serta usaha lain di bidang
kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat, maka rumah sakit perlu didukung
dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat
meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal selain didapatkan di bangku
kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik. Mahasiswa Program
Studi Profesi Ners Stikes Awal Bros Batam dituntut untuk dapat
mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang Rawat Inap
Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang yang berlangsung selama 3 minggu yaitu
tanggal 08 Maret 2021 – 27 Maret 2021 dengan arahan dari pembimbing
lapangan maupun dari pembimbing pendidikan yang intensif. Adanya praktik
manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat
dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3
minggu di Ruang Rawat Inap Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang,
mahasiswa mampu mengelola manajemen asuhan dan manajemen
pelayanan keperawatan tingkat dasar secara professional dengan
pengintegrasian kemampuan kepemimpinan secara efektif.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana
maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik. Kemampuan
manajemen diantaranya meliputi:
a. Menerapkan konsep, teori dan prinsip prinsip manjemen
keperawatan dan mengintegrasikan konsep kepemimpinan dalam
pengelolaan majemen pelayanan tingkat dasar dengan menjadi agen
pembaharu dengan melakukan perubahan kearah yang lebih baik
pada Ruang Rawat Inap Dahlia dengan berdasarkan situasi nyata
yang dimulai dari:
1) Pengkajian pada situasi nyata ruang rawat
2) Merumuskan hasil pengkajian kedalam analisis SWOT
3) Merumuskan masalah sesuai dengan hasil pengkajian
4) Menyusun rencana tindakan berdasarkan konsep dan teori yang
telah dipelajari
5) Mengaplikasikan rencana penyelesaian masalah yang telah
disusun pada ruang rawat secara nyata
6) Mengevaluasi hasil aplikasi yan telah dilakukan
7) Menyusun rencana tindak lanjut Planning of Action berdasarkan
evaluasi tindakan
b. Menerapkan konsep, teori dan prinsip – prinsip manajemen
keperawatan dan mengintegrasikan konsep kepemimpinan dalam
pengelolaan manajemen asuhan keperawatan pada klien di Ruang
Rawat Inap Dahlia secara professional dengan menjalankan peran
atau Role play sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan perawat
pelaksana sehingga mampu melakukan kegiatan :
1) Timbang terima (Operan) Pasien dengan perawat antar shift
2) Melakukan pre dan post konferen dengan sesama perawat
pelaksana
3) Menjalankan asuhan keperawatan

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat untuk Perawat
a. Terbinanya hubungan antar perawat dengan perawat dan perawat
dengan tim kesehatan yang lain
b. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
c. Meningkatkan profesionalisme keperawatan
2. Manfaat untuk Rumah Sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan Isolasi
yang berkaitan dengan pelaksaan asuhan keperawatan professional
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana tindak lanjut dalam bentuk Plan Of Action (POA)
c. Sebagai bahan masukkan bagi perawat, khususnya di Ruang Rawat
Inap Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang untuk meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan yang mengacu kepada Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP).
3. Manfaat untuk Mahasiswa
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa Program
Profesi Ners dalam aplikasi konsep manajemen keperawatan secara
langsung.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Teori Manajemen
1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif
dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999).
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti
mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas. (Fayol
dalam bukunya Russel, 2000).
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1985).
2. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajemen
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas
pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan
kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi.
Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga proses keperawatan
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil (Gillies,
1985).
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap
mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan dalam
proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses
keperawatan (Nursalam, 2011).
a. Pengkajian dan pengumpulan data
Seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi
tentang keadaan pasien pada tahap ini, melainkan juga mengenai
institusi, tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang
mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
Saat memimpin staf, manajer harus bertindak secara terencana dan
efektif, mampu menjalankan pekerjaan bersama dengan para perawat
dari beberapa level hirarki. Manajer bekerja berdasarkan informasi
penuh dan akurat tentang apa yang perlu dan harus diselesaikan,
dengan cara apa, untuk alasan apa, tujuannya apa, dan sumber daya
apa yang tersedia untuk melaksanakan rencana itu. Selanjutnya,
manajer yang efektif harus mampu mempertahankan tingkat efisiensi
yang tinggi pada salah satu bagian dengan menggunakan ukuran
pengawasan untuk mengidentifikasi masalah dengan segera. Setelah
masalah teridentifikasi, manajer mengevaluasi apakah rencana
tersebut perlu diubah atau prestasi karyawan yang perlu dikoreksi.
Tujuan akhir proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang
efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.
b. Perencanaan
Perencanaan adalah menyusun langkah strategis dalam mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini
dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang
dapat mengoptimalkanefektivitas kerja staf, serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan.
c. Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang
lain, maka tahap pada pelaksanaan terdiri atas bagaimana manajer
memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi dalam
komponen fungsi, yaitu kepemimpinan, komunikasi, dan motivasi.
d. Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan.tujuan evaluasi disini adalah untuk
menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai
dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
3. Prinsip – Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan
terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di
berbagai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini . Kepuasan pasien merupakan
point utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat
memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
bawahan.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer,
administrator dan bawahan seyogianya bekerja bersama-sama dalam
merencanakan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Sri
Mugianti,2016).
4. Fungsi Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2015) secara umum, dunia manajemen keperawatan
menggunakan prinsip POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan
Cpntrolling). Prinsip manajemen ini banyak digunakan oleh organisasi
untuk memajukan dan mengelola organisasi mereka. Berikut penjelasan
lebih lanjut tentang masing-masing point tersebut :
a. Planning (Fungsi Perencanaan)
Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara
bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah
dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala
sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer
memperhatikan masa depan, mengatakan “Ini adalah apa yang ingin
kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.
Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan
karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap
rencana. Planning penting karena banyak berperan dalam
menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer
harus membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian
organisasi.
Dalam perencanaan, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan. Yaitu harus SMART :
1) Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang
lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis.
2) Measurable  artinya program kerja atau rencana harus dapat
diukur tingkat keberhasilannya.
3) Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.
4) Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap
ada tantangan.
5) Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan,
triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan
dievaluasi.
Perencanaan (planning) dari sudut pandang jenjang manajemen bisa
dibagi beberapa jenjang:
1) Top Level Planning (perencanaan jenjang atas), perencanaan
dalam jenjang ini bersifat strategis. memberikan petunjuk umum,
rumusan tujuan, pengambilan keputusan serta memberikan
pentunjuk pola penyelesaian dan sifatnya menyeluruh. top level
planning ini penekanannya pada tujuan jangka panjang organisasi
dan tentu saja menjadi tangung-jawab manajemen puncak.
2) Middle Level Planning (perencanaan jenjang menengah), dalam
jenjang perencanaan ini sifatnya lebih administratif meliputi
berbagai cara menempuh  tujuan dari sebuah perencanaan
dijalankan. dan tanggungjawab perencanaan level ii berada pada
manajemen menengah
3) Low Level Planning (perencanaan jenjang bawah) perencanaan ini
memfokuskan diri dalam menghasilkan sehingga planing ini
mengarah  kepada aktivitas operasional. dan perencanaan ini
menjadi tanggung-jawab manajemen pelaksana

Berikut syarat syarat perencanaan yang baik, selayaknya memenuhi


beberapa hal berikut:
1) Mempunyai tujuan yang jelas
2) Sederhana, tidak terlalu sulit dalam menjalankannya
3) Memuat analisa pada pekerjaan yang akan dilakukan
4) Fleksibel, bisa berubah mengikuti perkembangan yang terjadi
5) Mempunyai keseimbangan, tanggung jawab dan tujuan yang
selaras ditiap bagian
6) Mempunyai kesan sesuatu yang dimliki tersedia dan bisa
dipergunakan dengan efektif serta berdaya guna
Manfaat dari Planning
1) Bisa membuat pelaksanan tugas jadi tepat serta aktivitas tiap unit
akan terorrganisasi ke arah tujuan yang sama
2) Dapat menghindari kesalahan yang mungkin akan terjadi
3) Memudahkan pengawasan
4) Dipergunakan sebagai pedoman dasar dalam menjalankan
aktivitas.
b. Organizing (Fungsi Pengorganisasian)
Organizing adalah suatu aktivitas pengaturan dalam sumber daya
manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh
perusahaan untuk bisa melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan
dan mencapai tujuan utama perusahaan. Dalam bahasa yang lebih
sederhana organizing merupakan seluruh proses dalam
mengelompokkan semua orang, alat, tugas tanggung-jawab dan
wewenang yang dimiliki sedemikian rupa hingga memunculkan
kesatuan yang bisa digerakkan dalam mencapai tujuan. Organizing
dapat membuat manajer mudah dalam melaksanakan pengawasan
serta penentuan personil yang diperlukan untuk menjalankan tugas
yang sudah dibagi bagi. pengorganisasian bisa dijalankan dengan
menetukan tugas apa yg harus dikerjakan, siapa personil yang
menjalankannya, bagaimana tugasnya dikelompokkan, siapa yang
harus bertanggung jawab terhadap tugas tersebut. Dibawah ini adalah
aktivitas-aktivitas yang ada dalam Organizing (fungsi
pengorganisasian)
1) Mengalokasikan sumber daya, menyusun dan menetapkan tugas-
tugas serta menetepkan prosedur yang dibutuhkan
2) Menetapkan strukutur perusahaan yang menujukan adanya garis
kewenangan serta tanggung-jawab
3) Aktivitas perekrutan, menyeleksi orang, pelatihan serta
pengembangan tenaga kerja
4) Aktivitas penempatan tenaga kerja dalam posisi yang pas dan
paling tepat.
Ada beberapa Unsur dalam organizing perusahaan:
1) Seklompok orang yang diarahkan bekrja sama
2) Melakukan aktivitas yang sudah ditetapkan
3) Aktivitas diarahkan guna mecapai tujuan
Beberapa mafaat organizing antara lain
1) Memungkinkan untuk  pembagian atas tugas tugas yang sesuai
dengan kondisi perusahaan
2) Menciptakan spesialisasi saat menjalankan tugas
3) Personil dalam perusahaan mengetahui tugas apa yang akan
dijalankan untuk mencapai tujuan
Dan ini beberapa fungsi dari organizing
1) Pendelegasian wewenang didalam manajemen atas (puncak)
kepada manajemen pelaksana
2) Ada pembagian tugas yang jelas
3) Mempunyai manajer puncak yang profesional guna
mengkoordinasikan semua aktivitas.
c. Actuating / Directing (Fungsi Pengarahan)
Directing alias fungsi pengarahan merupakan fungsi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja dengan optimal dan
menciptakan suasana lingkungan kerja yang dinamis, sehat dan yang
lainnya. Ada beberapa aktivitas yang dilakukan pada fungsi
pengarahan:
1) Mengimplementasikan suatu proses kepemimpinan,
penbimbingan, dan memberikan motivasi kepada pekerja suapay
bisa bekerja dengan efektif serta efisien dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan
2) Memberi tugas serta penjelasan secara rutin tentang pekerjaan
3) Menjelaskan semua kebijakan yang sudah ditetapkan
d. Controlling (Fungsi Pengendalian / Pengawasan)
Controling merupakan kegiatan dalam menilai suatu kinerja yang
berdasarkan pada standar yang sudah dibuat perubahan atau suatu
perbaikan apabila dibutuhkan. aktivitas dalam fungsi pengendalian ini
misalnya:
1) Mengevaluasi keberhasilan dalam proses mencapai tujuan dan
target mengikuti indikator yang sudah ditetapkan
2) Menempuh langka klarifikasi serta koreksi atas terjadinya
penyimpangan yang ditemukan
3) Memberi alternatif solusi atas masalah yang terjadi dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan
Controlling atau fungsi pengawasan bisa berjalan dengan efektif jika
hal hal ini diperhatikan:
1) Routing (jalur), manajer harus bisa menetapkan cara atau jalur guna
bisa mengetahui letak diaman sesuatu sering terjadi suatu kesalahan
2) Scheduling (Penetapan waktu), dalam penetapan waktu, manajer
harus bisa menetapkan dengan tugas kapan semestinya pengawasan
itu dijalankan. terkadang, pengawasan yang dijadwal tidak efisien
dalam menemukan suatu kesalahan, dan seblaiknya yang dilakukan
secara mendadak terkadang malah lebih berguna.
3) Dispatching (Perintah pelaksanaan), adalah pengawasan yang
berupa suatu perintah pelaksanaan pada pekerjaan yang bertujuan
suatu pekerjaan itu bisa selesai tepat waktu. dengan perintah seperti
ini pelaksanaan suatu pekerjaan bisa terhindar dari kondisi yang
terkatung katung, jadi pada akhirnya bisa diidentifikasikan siapa
yang telah berbuat kesalahan
4) Follow Up (tindak lanjut) apabila pemimpin menemukan kesalahan
maka seharusnya pemimpin tersebut mancari solusi atas
permasalahan itu. dengan memberi peringatan pada pekerja yang
dengan sengaja ataupun tidak sengaja berbuat kesalahan dan
memberikan petunjuk supaya kesalahan yang sama tak terulang
lagi.
Suatu bentuk pengawasan yang bagus seharusnya susai
dengan kebutuhan dan sifat dari perusahaan. jadi faktor faktor serta
tata perusahaan dimana sebuah pengawasan dilakukan perlu
diperhatikan. suatu pengawasan yang baikk harus dilakukan
dengan ekonomis jika dilihat dari biaya, bisa menjamin ada
aktivitas perbaikan. maka dari itu perlu disiapkan suatu langkah
sebelum pengawasan dilaksanakan seperti tata pola dan rencana
perusahaan.

B. Metode Proses keperawatan


Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,
di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan penentuan
masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan
keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam
proses keperawatan, yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu
pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuannya adalah diperoleh data dan informasi mengenai
masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan
tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan
mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjektif
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien atau
dari keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan
mual.
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)
tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam
kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
Actual: Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditemukan.
Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi.
Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
Wellness: Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
Syndrom: Diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di
uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Rencana tindakan
keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien.
Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan
cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.
Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan
keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan klien jangka panjang (Potter,1997).
4. Tindakan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Tahap 1 : Persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
b) Tahap 2 : Intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen dan interdependen.
c) Tahap 3 : Dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi Tindakan Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :


a) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
b) Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.
Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam
apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan dan faktor-faktor
lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya
tujuan.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang (Potter, 2005). Banyak para ahli menyusun sistem
dokumentasi keperawatan. Sistem dokumentasi ini masing-masing
memiliki keunikan tersendiri, namun pada dasarnya tidak banyak
perbedaan. Ada beberapa sistem pendokumentasian yang sering dipakai
antara lain : Catatan Berorientasi Pada Sumber (Source Oriented Record
ISOR).
Sistem ini memberi kemudahan dalam menempatkan catatan
mengenai data yang diperoleh karena biasanya masing-masing format
telah dibuat secara spesifik. Namun demikian sistem ini memiliki
kelemahan antara lain informasi menjadi sulit dipelajari secara lengkap
karena masing-masing data berada pada format yang berbeda.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi.
a. Keterampilan komunikasi secara tertulis
Adalah keterampilan perawat dalam mencatat dengan jelas,
mudah dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya
pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan,
perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar.
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain
b. Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang
tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving,
dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka
atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil
berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian
integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem
solving.
c. Standar Dokumentasi 
Perawat memerlukan suatu keterampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan
secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.

C. Sistem Model Metode Asuhan Keperawatan


Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan.
1. Fungsional (bukan model MAKP)
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.
Pada saat itu karena masih terbatasnya
Kepala jumlah
Ruang dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(merawat luka kepada semua pasien di bangsal).

Perawat: Perawat: Penyiapan Kebutuhan


pengobatan Merawat Luka instrumen Dasar

Pasien

Kelebihan metode fungsional:


a. Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan baik
untuk RS yang kekurangan tenaga.
b. Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial sedangkan
perawat junior bertanggung jawab pada perawatan pasien.
Kelemahan metode fungsional
a. Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
b. Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2. MAKP Tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari
tenaga profesional, teknikal dan pembantu. Metode ini menggunakan tim
yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional. Teknikal, dan
pembantu dalam suatu kelompok kecil yang saling membantu.

Kelebihan metode Tim:


a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses perawatan
c. Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik mudah
diatasi
d. Memberikan kepuasan pada anggota tim
Kelemahan metode Tim:
Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim yang sulit
terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode Tim:
a. Ketua Tim harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
c. Anggota Tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang

Kepala Ruang

Ketua tim
Ketua tim Ketua tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien Pasien Pasien

3. MAKP Primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

Konsep dasar metode primer


a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga
Ketenagaan metode primer
a. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun
non profesional sebagai perawat asisten
Kelebihan metode keperawatan primer
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri.
Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.

Dokter Kepala Ruang Penunjang RS

Perawat Primer

Pasien

Perawat jaga Perawat jaga Perawat jaga


sore malam jika diperlukan

4. MAKP Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan 1 pasien 1 perawat dan hal ini umumnya dilakukan untuk
perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive
care.
Kelebihan metode kasus:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah
Kekurangan metode kasus:
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat


Pasien/pasien Pasien/pasien Pasien/pasien

5. Modifikasi: MAKP Tim-Primer


Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan yaitu :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas
asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan
oleh perawat primer / ketua tim.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien


D. Sistem Klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984) adalah :
1. Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam dengan
kriteria:
a. Kebersihan diri, mandi dan ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2. Partial care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
a. Kebersihan diri dibantu dan makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu dan Pengobatan lebih dari sekali
d. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
3. Ttotal care
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan kriteria :
a. Segalanya diberikan atau dibantu
b. Posisi diatur dan observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT dan menggunakan terapi intra vena
d. Pemakaian suction
e. Gelisah atau disorientasi

E. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


1. Rumus Gillies
(Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr) X (rata-rata klien/hr) X (Σ
hr/tahun)

(Σ hr/tahun – hr libur perawat) X (Σ jam kerja/hari)

= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun

Σ jam kerja / tahun

Catatan :

 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :


a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung
 Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38
menit/klien/hari
 Menurut Wolfe & Young (Gillies, 1994) = 60
menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
c. Waktu penyuluhan: 15 menit/klien/hari (0,25 jam/hari/klien
 Ratio perawat ahli : terampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2. Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Derajat Ketergantungan Klien

Σ Minimal care Partial care Total care

klien Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20


2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3. Rumus Depkes 2003


Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien:
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :

 Hitung jumlah perawat yang tersedia


a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift

 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan


tugas-tugas non keperawatan
(Σ hr minggu/thn) + (cuti) + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif

b. Tugas non keperawatan


= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C

 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C


 Berdasarkan hasil workshop Depkes di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
BAB III
ANALISIS SITUASIONAL

A. Pengkajian
1. Gambaran Umum Rumah sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang adalah Rumah
Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Kota tanjungpinang, berdiri sejak
tahun 1903. Berdasarkan surat Keputusan Menkes RI Nomor:
51/Menkes/Sk/II/1979 diklasifikasikan menjadi RSUD Tipe C, juga
merupakan salah satu rumah sakit rujukan di provinsi Kepulauan Riau
dan menjadi salah satu tempat praktek bagi mahasiswa keperawatan.
Sejak 01 Januari 2010 RSUD Kota Tanjungpinang berubah status
menjadi Rumah Sakit PPK-BLUD (Pola Pengelolaan Badan Layanan
Umum Daerah).
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang terletak di tengah
kota Tanjungpinang, letak strategis dan mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan kendaraan umum, nberalamat di jalan Jendral
Sudirman no. 795.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang terdiri dari 7
(tujuh) ruang rawat inap, yakni instalasi rawat inap Dahlia, Bougenville,
Anggrek, Cempaka, Mawar – Lavender, ICU dan Teratai. Terdapat juga
ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), OK, Poliklinik dan Hemodialisa.
Selain itu terdapat juga instalasi penunjang, seperti Laboratorium,
Radiologi, Farmasi, IPSRS, dan CSSD.
a. Visi, Misi, Nilai dan Moto Organisasi
RSUD Tanjungpinang menyusun Visi :
“Prima Dalam Pelayanan dan Unggul Di Bidang Penyakit
Dalam Berbasis Patient Safety”.

Dalam pencapaian Visi tersebut, RSUD Kota Tanjungpinang


menyusun beberapa misi yaitu ;
a. Menyelenggarakan layanan medis dan keperawatan, layanan
penunjang medis serta layanan rujukan dengan menempatkan
pasien sebagai prioritas utama.
b. Meningkatkan dukungan terhadap pelayanan di RS

b. Motto
“Kesembuhan Anda Adalah Kebahagiaan Kami”

2. Hasil Analisis Pengkajian


a. Analisa Situasi Ruang Rawat Irna Dahlia
Instalasi rawat inap Dahlia merupakan ruang perawatan dengan
kasus medikal bedah. Sejak Januari 2009 di irna Dahlia mulai
diterapkan metode asuhan keprawatan yaitu Model Praktik
Keperawatan Profesional dengan modifikasi keperawatan primer.
Irna Dahlia berkapasitas 21 tempat tidur (Kelas I = 5 TT, Kelas
II = 6 TT, Kelas III = 10 TT) dengan BOR 61,53%. Semenjak 01
Februari 2021 kapasitas tempat tidur bertambah 1 menjadi 22 tempat
tidur.
Perawat irna Dahlia terdiri dari 1 Kepala ruangan, 2 Ketua Tim,
dan 13 perawat pelaksana yang memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
b. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan selama 3 hari dalam rentang
waktu 09 – 11 Maret 2021. Dimana metode pengumpulan data
dengan melakukan wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner
kepada perawat dan pasien.

c. Strutur Ketenagaan Keperawatan Ruang Irna Dahlia


Kepala ruangan

PP1 PP2
PA PA
Pagi
Sore
Malam
Libur

d. Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Ruang Rawat


Inap Dahlia
Tabel 1
Distribusi Nama, Jabatan, Pendidikan dan Status Kepegawaian di Ruang
Rawat Inap Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang
No NAMA JABATAN PENDIDIKAN STATUS
KEPEGAWAIAN
1 Maitri Sudjarwani, S.Kep, Ns Ka Ruang Ners PNS
2 Ilis Sunarya, S.Kep, Ns Ka.TIM Ners PNS
3 Rezki, AMK Ka.TIM D3 Kep PNS
4 Siska Dena, SST Perawat pelaksana D4 Kep PNS
5 Tiodor Nababan, AMK Perawat pelaksana D3 Kep PNS
6 Nurazizah, AMK Perawat pelaksana D3 Kep PNS
7 Ica Marlina, AMK Perawat pelaksana D3 Kep PNS
8 Retno, AMK Perawat pelaksana D3 Kep PNS
9 Osbel Nainggolan, AMK Perawat pelaksana D3 Kep PNS
10 Syaftina, AMK Perawat pelaksana D3 Kep PNS
11 Rohamah, AMK Perawat pelaksana D3 Kep PNS
12 Yuyun Anggreni, AMK Perawat pelaksana D3 Kep Honorer
13 Ninik Isnawati, AMK Perawat pelaksana D3 Kep Honorer
14 Dita Nurhandayani, S.Kep, Ns Perawat pelaksana Ners Honorer
15 Fici, S.Kep, Ns Perawat pelaksana Ners Honorer
16 Nugraha Aditya, AMK Perawat pelaksana D3 Kep Honorer

Dari Table di atas dapat terlihat jumlah tenaga di ruang rawat inap Dahlia
sebanyak 16 orang tgerdiri dari 4 orang Ners, 1 orang D4 Keperawatan dan 11
orang D3 Keperawatan.
Table 2
Distribusi Jumlah Pasien Rawat Inap Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang
Periode Januari – Desember 2020
No Bulan Jumlah Pasien di rawat
.
1. Januari 132
2. Februari 123
3. Maret 133
4. April 77
5. Mei 102
6. Juni 99
7. Juli 117
8. Agustus 101
9. September 103
10. Oktober 92
11. November 68
12. Desember 90
Dilihat dari table diatas jumlah pasien yang dirawat inap Dahlia
yaitu mencapai 1237 pasien selama tahun 2020. Jumlah pasien masuk
terbanyak yakni pada bulan Maret sebanyak 133 pasien dan paling
sedikit pada bulan April sebanyak 77 pasien. Dengan rata-rata pasien
perbulannya 103 pasien.

Table 3
Tingkat Efisiensi di Ruang Dahlia RSUD Kota Tanjungpinang
Periode Januari – Desember 2020
No Klasifikasi
Bulan BOR LOS
.
1. Januari 71,43% 4,61
2. Februari 69,22% 4,50
3. Maret 66,21% 4,28
4. April 37,62% 3,54
5. Mei 49,84% 4,19
6. Juni 48,41% 4,35
7. Juli 67,43% 4,14
8. Agustus 54,60% 4,19
9. September 55,87% 4,71
10. Oktober 45,01% 4,00
11. November 45,56% 4,57
12. Desember 48,69% 4,66
Jumlah rata-rata 61,53% 4,25

Berdasarkan table diatas rata-rata BOR pada tahun 2020 di irna


Dahlia yaitu, 61,53%, dimana persentase BOR tertinggi di bulan Januari
71,43% dan BOR terendah pada bulan April 37,62%. LOS di irna Dahlia
pada tahun 2020 LOS tertinggi pada bulan September sebesar 4,71 dan
terendah pada bulan April sebesar 3,54 dan rata-rata LOS irna Dahlia
dari Januari – Desember 2020 sebesar 4,25.
3. Analisa Hasil Pengkajian Manajemen
(Ruangan Dahlia pada tanggal 09 – 11 Maret 2021)
a. Fungsi Perencanaan
1) Visi dan Misi
Wawancara : Kepala Ruangan mengatakan visi dan misi ruangan
sudah ada yang mengacu pada visi, misi Rumah Sakit.
Oservasi : Dari hasil observasi yang telah dilakukan diruangan di
Dahlia bahwa tidak terlihat visi dan misi Ruangan Dahlia.
Diruangan hanya ada visi dan misi RSUD Kota Tanjungpinang
yang tertempel didinding ruangan yang dapat terbaca dengan
mudah oleh semua orang yang melewatinya.
 Perawat Dahlia tampak bekerja dengan tepat dan terampil
sesuai dengan SOP Rumah Sakit
 Perawat tampak berpenampilan sesuai tata tertib yang berlaku
di Rumah Sakit.
 Perawat tampak cepat saat merespon jika pasien dan keluarga
pasien meminta bantuan.
 Perawat tampak menerapkan Senyum, sapa, salam, sopan,
santun dan sentuh.
Kesimpulan : Sudah optimalnya perawat Dahlia melakukan
pengaplikasian visi dan misi yang ada di RSUD Kota
Tanjungpinang.

2) Kebijakan Organisasi
Wawancara: Kepala ruangan mengatakan selalu melibatkan staf
perawat dalam pengambilan keputusan, baik dalam segi
managemen ruangan dan penyelesaian konflik internal dengan
musyawarah mufakat.
Observasi :dari hasil observasi yang telah dilakukan selama 3
hari terhitung tanggal 09 – 11 Maret 2021 didapatkan bahwa pada
saat terdapat konflik internal maupun eksternal Kepala
Ruanganan selalu memberikan informasi dan memberikan
penyelesaian konflik kepada perawat dengan musyawarah
terbuka.
Kesimpulan : Sudah optimalnya koordinator dalam mengambil
keputusan secara bermusyawarah dengan perawat di ruang
Dahlia.

b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Wawancara: kepala ruangan mengatakan bahwa struktur
organisasi ruangan ada.
Observasi : dari hasil pengamatan yang dilakukan terdapat
adanya struktur organisasi ruangan yang terpasang didinding
ruangan nurse station.
Kesimpulan: Sudah optimalnya struktur organisasi yang ada
diruangan Dahlia
2) Metode penugasan
Wawancara : dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 09 - 11 Maret 2021 menurut Kepala Ruangan didapatkan
data bahwa metode penugasan yang dilakukan menggunakan
metode tim.
Observasi : dari hasil observasi yang telah dilakukan dari tanggal
09 – 11 Maret 2021 didapatkan rata-rata jumlah pasien 13 orang
dengan jumlah perawat rata-rata 3 orang. Pada saat hand over,
metode asuhan keperawatan yang direncanakan katim
menggunakan metode penugasan tim, katim yang bertugas
melakukan pembagian pasien kepada setiap perawat pelaksana.
Perawat pelaksana melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sesuai timnya.
Masalah : sudah optimalnya metode penugasan tim.

3) Pendokumentasian asuhan keperawatan


Wawancara : Menurut kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan
format yang ada yang sudah disepakati, pencatatan perkembangan
pasien menggunakan hard copy.
Observasi : Dalam pendokumentasian keperawatan berdasarkan
SOP dan SAK , pencatatan perkembangan pasien menggunakan
lembar hard copy dan sudah dilakukan pencatatan sesuai dengan
waktunya.
Kesimpulan : Sudah optimalnya pendokumentasi keperawatan di
ruang Dahlia.
4) Perbandingan Jumlah tenaga keperawatan dengan beban
kerja
Wawancara : menurut Kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa penghitungan jumlah tenaga (menurut Gillies) belum
terpenuhinya sesuai dengan hitungan keperawatan minimal,
karena dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan pasien (jumlah
pasien self care, partial care dan total care) dan pasien dengan
rencana tindakan dengan mobilitas tinggi. Jika kebutuhan tenaga
dirasa kurang, maka Kepala ruangan akan meminta tambahan
tenaga untuk dialihkan ke Supervisi Keperawatan.
Observasi :
- Jumlah tenaga yang diruangan Dahlia 16 orang terdiri: 1 orang
Kepala ruangan, 2 orang Katim, 13 perawat pelaksana, dengan
tingkat pendidikan 4 Profesi Ners, 1 DIV keperawatan, dan 11
DIII Keperawatan
- Rata – rata pasien pada tanggal 09 – 11 Maret 2021 adalah 13
orang, dengan rincian 3 orang dengan ketergantungan minimal,
5 orang dengan ketergantungan partial dan 5 orang dengan
ketergantungan total.

- Perawat tidak hanya melakukan tugas pokok perawat, tetapi


juga tugas administrasi seperti menghitung perincian pasien
pulang, mengantar dan menjemput pasien dari Ruang
Hemodialisa dan Bedah Central bila ada pasien operasi, dll.
- Berdasarkan perhitungan jumlah perawat berdasarkan metode
Gillies, tenaga perawat di ruang Dahlia masih belum optimal.
Menurut Gillies perawat diruangan Dahlia seharusnya 18
orang, sementara yang tersedia sejumlah 16 orang.
Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruang rawat inap Dahlia
a. Menghitung rata-rata jumlah pasien perhari (B)
BOR x ∑ TT = 61,53% x 21 = 12,92 = 13 pasien
b. Menghitung rata-rata jumlah jam perawatan perpasien/hari (A)
Rata-rata klien/hari = 13 pasien dengan tingkat
ketergantungan:
Minimal care : 3 pasien
Partial care : 5 pasien
Total care : 5 pasien
 Jumlah jam keperawatan langsung
No Klasifikasi
Rata-rata Jam Jumlah jam
Pasien jumlah perawatan perawatan
pasien/hari perhari perhari
1. Minimal care 3 1 jam 3 jam
2. Partial care 5 3 jam 15 jam
3. Total care 5 6 jam 30 jam
Total 13 48 jam

 Jumlah jam keperawatan tidak langsung


13 pasien x 1 jam = 13 jam
 Jumlah jam pendidikan kesehatan
13 pasien x 0,5 jam = 3,25 jam
Jadi rata-rata jumlah jam perawatan perpasien perhari
48 jam + 13 jam + 3,25 jam = 4,94
jam/pasien/hari
13 pasien

c. Jumlah hari pertahun = 365 hari (C)


d. Hari libur perawat pertahun = 128 hari (D)
(libur minggu=52 hari, libur sabtu=52 hari, libur nasional=12
hari, cuti tahunan=12 hari)
e. Jumlah jam kerja masing-masing perawat = 7 jam (E)
f. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pertahun (F)
g. Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun (G)
h. Jumlah perawat yang dibutuhkan oleh unit (H)
AxBxC = F = H
(C-D) x E G
4,94 x 13 x 365 = 23440,3 = 14,2 = 14 orang
(365 – 128) x 7 1659
Cadangan = 20% x 14 orang = 2,8
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Ruang Rawat Inap
Dahlia adalah: 14 + 2,8 = 16,8 = 17 perawat + 1 kepala ruangan
= 18 perawat

No Jumlah Perawat Saat Kebutuhan Tenaga Jumlah Kekurangan


Ini Perawat tenaga perawat
1 16 18 2
Masalah : Rasio jumlah perawat belum sesuai dengan tingkat
ketergantungan klien.
5) Pelaksanaan hand over/ change shift
Wawancara : dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 09 – 11 Maret 2021 menurut Kepala ruangan metode
penugasan yang dilakukan menggunakan metode tim. overan
dilakukan oleh Katim kepada semua perawat yang akan bertugas,
setelah melakukan serah terima pasien perawat melakukan ronde
ke kamar pasien.
Observasi : dari hasil observasi yang telah dilakukan pada
tanggal 09 – 11 Maret 2021:
- katim yang berdinas sebelumnya melakukan pembagian pasien
- perawat yang berdinas mengecek form permintaan obat pasien
dengan ketersediaan stok obat pasien
- katim dinas sebelumnya mengoverkan kondisi selama 1 shift
- katim melakukan serah terima tiap pasien dan membuka status
pasien meliputi identitas, DPJP, diagnose medis, kondisi
pasien dalam 1 shift, dan masalah keperawatan, intervensi,
kolaborasi dan mandiri, tindakan yang telah dilakukan,
perencanaan dan evaluasi.
- perawat melakukan ronde ke kamar pasien dan melakukan
interaksi dengan pasien
Kesimpulan : tidak ada masalah dalam pelaksanaan overan
6) Penerimaan Pasien Baru
Wawancara : dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 09 – 11 Maret 2021 Kepala ruangan mengatakan bahwa
di Ruang Dahlia tim perawat telah menerima kedatangan pasien
baru (pasien dan keluarga). Dalam penerimaan pasien baru, telah
disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruang, dan tata
tertib ruang, protocol kesehatan dan DPJP yang merawat.
Observasi : dari hasil observasi yang telah dilakukan pada
tanggal 09 – 11 Maret 2021 didapatkan bahwa perawat diruangan
Dahlia sudah melakukan beberapa hal mendasar terkait
penerimaan pasien baru yang dilakukan dikamar pasien dan
didepan pasien baru.
Kesimpulan : Sudah optimalnya pelaksanaan penerimaan pasien
baru sesuai SPO

c. Fungsi Pengarahan dan pengawasan


 Supervisi
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
ruangan melakukan supervisi terhadap seluruh staff di Dahlia dan
akan melakukan rekap di akhir tahun, hasil rekapan kinerja
berupa hard copy dan kepala ruangan melaporkannya ke bagian
kepegawaian Rumah Sakit.
Observasi : Berdasarkan hasil observasi hard copy hasil penilaian
dari kepala ruangan ada tersimpan di Administrasi kepegawaian
Rumah Sakit
Kesimpulan : Pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan sudah
optimal.
 Motivasi kepada Perawat
Wawancara : menurut Kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa peningkatan motivasi sebenarnya sudah dilakukan oleh
rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya motivasi untuk mengikuti diklat secara rutin dan
mengikuti pelatihan dan pembinaan.
Observasi : Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 09 – 11
Maret 2021 perawat di Ruang Dahlia semuanya telah mengikuti
Pelatihan BTCLS untuk Pengembangan Skill dan Knowledge
perawat.
Masalah : sudah optimalnya pengembangan skill dan
knoewledge perawat
d. Fungsi Pengendalian
1) Pengendalian Mutu
Observasi : Dari hasil observasi dapat dilihat tim mutu
keperawatan RSUD kota Tanjungpinang selalu datang untuk
meninjau keadaan ruangan dan kinerja perawat apakah sudah
sesuai dengan standar yang berlaku di rumah sakit.
Kesimpulan : tidak ditemukan masalah

2) Evaluasi Kerja Perawat


a) SOP pelaksanaan 5 moment cuci tangan
Wawancara :
- Dari hasil wawancara dengan koordinator ruangan Dahlia
didapatkan bahwa perawat di Dahlia bekerja berdasarkan
SOP dan SAK yang berlaku di rumah sakit. Dan saat ini
SOP dan SAK sudah berjalan dengan baik.
- Kepala ruangan Dahlia mengatakan sudah menerapkan cara
mencuci tangan dengan benar dengan metode 6 langkah
cuci tangan.
- Perawat mengatakan sudah mengetahui 5 moment mencuci
tangan
- Perawat mengatakan sudah mengetahui jenis dan lamanya
waktu mencuci tangan.
Observasi :
- Dari hasil observasi pada tanggal 09 – 11 Maret 2021
didapatkan SOP dan SAK sudah terdapat di ruangan
Dahlia. Aplikasinya seluruh perawat di Ruang Dahlia
sudah menerapkan 5 moment dengan 6 langkah cuci
tangan
Kesimpulan :
Sudah optimal pelaksanaan 5 moment cuci tangan
b) Standar operasional prosedur pemberian obat
wawancara : -
observasi : dari hasil observasi yang telah dilakukan pada
tanggal 09 – 11 Maret 2021 perawat sudah mengikuti sop
pemberian obat dengan 12 benar menurut WHO.
Kesimpulan : Sudah optimalnnya pelasksanaan SOP
pemberian obat berdasarkan 12 benar.

3) Outcome
a. Kepuasan Perawat
Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
di ruang Dahlia didapatkan bahwa perawat merasa puas
bekerja di ruangan Dahlia dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
Kesimpulan : Peningkatan kepuasan perawat diruang Dahlia
b. Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil quisioner kepuasan pasien dari 12 responden
seluruh pasien puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh
perawat di Ruang Rawat Inap Dahlia.
Kesimpulan: Pasien merasa puas terhadap pelayanan yang
diberikan oleh perawat di Ruang Rawat Inap Dahlia.

B. ANALISA SWOT

Tabel 3.2.1
SWOT BELUM OPTIMALNYA SDM
Strength Weakness Opportunity Threatened
Man : Man : Man Man :
1. SDM yang 1. SDM yang 1. Perlu adanya 1. Kurang
tersedia di tersedia belum penambahan optimalnya
Ruang Dahlia mencukupi tenaga di Ruang
karena pada saat pelayanan
adalah : 16 Dahlia.
pengkajian
orang yakni: 4 asuhan
dengan jumlah
orang tamatan pasien 12 orang, keperawatan
Ners, 1 orang jumlah perawat
yang diberikan
tamatan DIV yang bertugas
Keperawatan, hanya 3 orang
11 orang
dengan tamatan
DIII
Keperawatan

PRIORITAS MASALAH

1. SDM yang tersedia belum mencukupi diruang dahlia


C. FISH BONE
Fish Bone SDM yang tersedia belum mencukupi

MAN MAN
METHODE

_ Tenaga perawat yang


Tingkat ketergantungan pasien diruang bertugas diruang
dahlia: ketergantungan minmal 3 orang, dahlia per shiftnya 3
ketergantungan partial 5 orang,
orang dengan
ketergantungan total 4 orang
jumlah pasien 12
orang.
SDM yang
tersedia belum
MONEY mencukupi
METHODE
MATERIAL diruang dahlia
_
_
_
D. Perencanaan (dalam bentuk POA)
Tempat/ Penanggung
No Kegiatan Tujuan Sasaran
Metode Waktu Jawab
1 Berdiskusi dengan kepala ruangan Terpenuhinya kebutuhan Diskusi Kepala Ruangan Ruang Mahasiswi
Dahlia untuk pengajuan tenaga, sehingga Dahlia Dahlia Profesi Ners
penambahan jumlah tenaga perawat pemberian asuhan STIKES Awal
keperawatan dapat 16 Maret Bros Batam
diberikan secara 2021
komprehensif

2 Berdiskusi dengan Supervisor untuk Terpenuhinya kebutuhan Diskusi Supervisor Ruang Mahasiswi
penambahan tenaga pada saat shif tenaga pada saat shift Dahlia Profesi Ners
jaga STIKES Awal
16 Maret Bros Batam
2021

3 Merumuskan rencana Terpenuhinya kebutuhan Diskusi Kepala Ruangan Ruang Mahasiswi


pengajuan/usulan ke Bidang tenaga, sehingga Dahlia Dahlia Profesi Ners
Keperawatan untuk diteruskan ke pemberian asuhan 16 Maret STIKES Awal
Bagian Kepegawaian RSUD kota keperawatan dapat 2021 Bros Batam
tanjungpinang untuk penambahan diberikan secara
jumlah tenaga perawat di Ruang komprehensif.
Dahlia

Anda mungkin juga menyukai