M DENGAN ASMA
BRONKIAL
DI RUANG SUBI KECIL RSAL Dr. MIDIYATO SURATANI
TANJUNGPINANG
DISUSUN OLEH
M. Septiono, S.Kep
T.A 2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Studi Case Ners Keperawatan Anak
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan :
1. Kolonel Laut Wiwiek Listiyoningrum S.Kp, M.Kep, selaku ketua Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Yusnaini Siagian S.Kep, Ns, M.Kep selaku waket satu
3. Soni Hendra Sitindaon S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Kepala Prodi Ners
4. Tri Arianingsih, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat selesai.
Kami sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami para penulis.
Demikianlah yang dapat tim penyusun sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
Tim Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronkial?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mengerti dan paham mengenai Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan asma
bronkial.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui definisi, klasifikasi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinis
dan patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang
3
D. Metode Penulisan
Adapun meode penulisan yang digunakan, sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi dan beberapa buku seperti buku
keperawatan anak.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari jurnal dan karya tulis ilmiah di internet yang relevan.
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Bagaimana penerapan
Asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronkial, sehingga penulis mampu
memahami tentang penyakit asma.
2. Bagi Instansi Terkait (Sekolah)
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai Asuhan
Keperawatan Anak dengan asma bronkial, sehingga pihak sekolah dapat
membuatnya sebagai bahan ajar.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca terutama
berkaitan Asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronkial
4
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep anak
1. Anak
a. Pengertian
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang – Undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan anak, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan
perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada dalam
kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti, 2018).
5
terjadi padanya. Misalnya, pada saat anak akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk
memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya
untuknya. Dari hal biasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
disebabkan karena anak belum mampu berkata–kata 900–1200 kata. Oleh
karena itu saat menjelaskan, gunakan kata–kata yang sederhana, singkat, dan
gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek
transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu.
Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan
orangtua.
3) Usia sekolah (6 -12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang
jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
4) Usia remaja (13–18 tahun).
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak–
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian,pola pikir dan tingkah laku
anak merupakan peralihan dari anak–anak menuju orang dewasa
6
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang penuh kasih sayang, erat,
mesra, dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat untuk menjamin
tumbuh kembang yang optimal, baik fisik, mental, maupun psikososial.
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (asah) ini merangsang perkembangan
mental psikososial seperti kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral.
7
2. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan
a. Anatomi Pernafasan
8
c) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membran,
terdiri atas dua leminayang bersambung digaris tengah
d) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
9
2) Mengeluarkan CO2 sisa dari metabolism sel atau jarringan yang dibawa
darah ke paru-paru untuk dibuang melalui proses pernafasan.
3) Melindungi tubuh kita dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh.
4) Melindungi system pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan
patogenik, dan menghasilkan suara.(Nurhastuti, 2019)
3. Etiologi Asma
Ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit asma pada anak yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Keturunan (Genetik)
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang membawa
keturunan asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini bakat alerginya yang
diturunkan oleh orangtuanya sehingga anak sangat mudah terkena penyakit
asma jika terpapar faktor pencetusnya. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1) Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu:
Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau saluran
pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara dingin, asap rokok dan
serbuk sari bunga.
Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau mulut.
Contohnya: makanan seperti udang, kepiting, susu dan telur.
Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya: perhiasan atau
jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya
10
persoalan tentang asma pada anak sendiri keluargnya, akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau
hari depan anak juga dapat mempererat serangan asma
4) Olahraga/aktifitas jasmani yang berat, sebagian penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
5) Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus terutama pada
bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial virus
(RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya
pertusis dan streptokokus, jamur misalnya aspergillus dan parasit seperti
askaris.
4. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
a. Asma bronchial
Penderita asma bronchial. hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan-bahan penyebab alergi.
Gejala kemunculannya mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang.
Gangguan asma bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini
akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender
dan pembentukan timbunan lender yang berlebih.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasnya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita
sedang tidur.
Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk (dikutip dari buku kuliah Ilmu
keperawatan Anak FK UI tahun 1985) diantaranya adalah:
a. Asma Episodik yang Jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma ini
yaitu infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan 3-4 kali
11
per fahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan
berat, gejala lebih berat pada malam hari.
b. Asma Episodik Scring
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada
umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orangtua
menghubungkan dengan perubahan udara, alergen, aktivitas fisik dan stress.
Frekuensi serangan 3-4 kali dalam setahun, tiap serangan biasanya beberapa hari
sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13
tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik atau persisten.
c. Asma Kronik atau Persisten
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan
dan 75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50% anak terdapat wheezing
yang lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangannya episodic. Pada umur 5-
6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang peristen dan
hampir selalu terdapat wheezing setiap hari, dan pada malam hari terdapat batuk
disertai wheezing. Aktivitas fisik juga sering menyebabkan asma, seringkali
memerlukan perawatan di rumah sakit. Biasanya setelah mendapatkan
penanganan anak dan orangtua baru menyadari mengenai asma pada anak dan
masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun,
baru kemudian terjadi perbaikan. Pada golongan dewasa muda 50% golongan ini
biasanya tetap menderita asma persisten.
Parameter Klinis, Asma Episodik Asma Episodik Asma Persisten
Kebutuhan Obat dan Jarang (Asma Sering (Asma (Asma Berat)
Faal Paru Ringan) Sedang)
4. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang &
12
malam
5. Patofisiologi Asma
Asma merupakan inflamasi kronik saluran pemapasana. Berbagai sel inflamasi
berperan terutama sel mast, eosinophil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel
epitel. Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan,
cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus
dalam saluran pemafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan
imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel
mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami
degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah
mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus
dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya
terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran
O: dan CO; terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O;
ke paru-paru terutama pada alvcolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
CO₂ dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan
menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO: dalam kapiler
(hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran
gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O, dalam
alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi
13
gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan
terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinik
6. Pathway Asma
14
7. Manifestasi Klinis Asma
Adapun manifestasi klinis menurut Medicafarm (2008) yang ditimbulkan antara
lain:
a. Mengi atau Wheezing
b. Sesak nafas
c. Dada terasa tertekan
d. Adanya batuk dan pilek
e. Nyeri dada
f. nadi meningkat
g. Retraksi otot dada
h. Adanya nafas cuping hidung serta takipnea
i. Kelelahan dan lemah
j. Anoreksia
k. Sianosis
l. Gelisah
8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan aminoilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat
dengan terapi intensif.
b. Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
c. Hipoksemia
Hipoksimia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen
secara sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
d. Pneumotoraks
15
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
e. Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Adapun beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortality.
b. Menilai/memonitor herat asma secara berkala, Penilaian klinis berkala antara 1-6
bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada
penatalaksanaan asma.
16
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus.
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang Penatalaksanaan
asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
Medikasi (obat-obatan).
Tahapan pengobatan.
Penanganan asma mandiri.
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut.
f. Kontrol secara teratur pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang
penting diperhatikan oleh dokter yaitu: tindak lanjut(follow-up) teratur, dan rujuk
ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan.
g. Pola hidup sehat seperti meningkatkan kebugaran fisik, berhenti atau tidak pernah
merokok, lingkungan yang bersih.
17
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan
menggunakan pendekatan PQRST, dimana P atau paliatif/provokative merupakan
hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau
meperingan. Q atau qualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan, R
atau region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan, S atau severity
adalah derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut, T atau time adalah
waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya atau kekerapan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu yaitu penyakit yang pemah diderita anak perlu
diketahui sebelumnya, karena mungkin ada kaitannya dengan penyakit sekarang.
Riwayat kesehatan menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS, alergi, penyakit
kronis dan riwayat operasi. Selain itu juga menjelaskan tentang riwayat penyakit
yang pernah diderita klien yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang
seperti riwayat panas, batuk. filek, atau penyakit serupa pengobatan yang
dilakukan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan dengan asma
pada anak, riwayat penyakit keturunan atau bawaan seperti asma, diabetes melitus,
dan lain-lain.
4) Genogram
Merupakan gambaran struktur keluarga klien, dan gambaran pola asuh klien
terjadinya penyakit.
5) Riwayat imunisasi dan pemberian makan
Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi BCG, Hepatitis,
Polio, DPT. Campak, Thypoid. Bila anak belum mendapat imunisasi tanyakan
dan catat imunisasi apa saja yang sudah dan belum didapat serta tanyakan
alasannya.
Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan makanan
tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan frekuensi yang diberikan dan
tanyakan makanan apa yang lebih disukai oleh anak.
18
3.1.2. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum pasien dengan asma adalah kelemahan fisik akibat kurangnya
nafsu makan, gelisah, kesulitan bernafas, kesulitan tidur, berkeringat, takikardia.
2. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran normal.
3. Antropometri
Dikaji untuk mengetahui status gizi, dapat ditemukan penurunan berat badan dari
normal.
Head to toe
Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien. lingkar kepala. Pada
asma tidak ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan kepala.
Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati kelopak mata terhadap
penetapan yang tepat, periksa alis mata terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan
rambutnya, amati distribusi dan kondisi bulu matanya, bentuk serta amati ukuran iris
apakah ada peradangan atau tidak, kaji adanya oedema pada mata. Pada asma tidak
ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan mata.
Hidung
Amati pasien, apakah pasien menggunakan nafas cuping hidung Mulut Periksa bibir
terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah,
dan palatum terhadap kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati adanya bau,
periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah, jenis
keadaan. inspeksi faring menggunakan spatel lidah. Biasanya ditemukan pada mulut
terdapat nafas barbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput
putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan.
Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga. amati penonjolan atau pendataran telinga,
periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal, periksa saluran telinga
luar terhadap hygiene; rabas dan pengelupasan. Lakukan penarikan aurikel apakah ada
19
nyeri atau tidak lakukan palpasi pada tulang yang menonjol di belakang telinga untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak.
Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh. periksa leher terhadap
pembengkakan kelenjar getah bening, lakukan palpasi pada trakea dan kelenjar tiroid.
Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding dada kedalam, amati
jenis pernafasan, amati gerakan pernafasan dan lama inspirasi serta ekspirasi, lakukan
perkusi diatas sela iga, hergerak secara simentris atau tidak dan lakukan auskultasi
lapang paru.
Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring terlentang, periksa warna dan
keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan auskultasi terhadap bising usus
serta perkusi pada semua area abdomen.
Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah terdapat sianosis
pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri pada ekstremitas.
Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran genetalia, posisi, uretra,
inspeksi adanya tanda-tanda pembangkakan, periksa anus adanya robekan, hemoroid,
polip.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresei yang
tertahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya hambatan upaya nafas.
3. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
20
Definisi : Monitor pola napas (frekuensi,
Kemampuan kedalaman, usaha napas)
membersihkan sekret Monitor bunyi napas tambahan
atau obstruksi jalan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
nafas untuk ronchi kering)
mempertahankan Monitor sputum (jumlah, warna,
jalan nafas tetap paten aroma)
Kriteria hasil : Terapeuik :
- Batuk efektif Pertahankan kepatenan jalan
meningkat napas dengan head-tilt dan chin-
- Produksi lift (jaw-thrust jika curiga trauma
sputum servical)
menurun Posisikan semi-fowler atau fowler
- Mengi Berikan minum hangat
menurun Lakukan fisioterapi dada, jika
- Wheezing perlu
menurun Lakukan penghisapan lendir
- Dispnea kurang dari 15 detik
menurun Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- Sianosis penghisapan endotrakeal
menurun Keluarkan sumbatan
- Frekuensi Edukasi :
nafas Anjurkan asupan cairan 2000
menurun ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Pola nafas Ajarkan tehnik batuk efektif
menurun Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
21
membaik Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
22
kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
4. Implementasi Keperawata
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011).
23
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Insial : An. M
Tempat/tanggal lahir : Tanjungpinang, 17/8/2017 (6 tahun)
Alamat : Jl. Brigjen katamso
Agama : Islam
Suku/bangsa :-
Diagnosa Medis : Asma
24
C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Masa Prenatal
Jumlah kunjungan ANC : 3 kali
Tempat : Di klinik kebidanan
Pendidikan kesehatan yang diperoleh:
2. Masa Intra natal :
Lama persalian : 5 jam
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Tempat melahirkan: Di rumah sakit
25
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Sosial Ekonomi :
Ibu mengatakan mata penghasilannya hasil kerja dari suaminya
Lingkungan Rumah : Ibu mengatakan lingkungan rumahnya bersih
Penyakit Keluarga : Tidak ada
Genogram :
6th
Ket.symbol genogram
:Pria : Wanita : Pasien
F. RIWAYAT SOSIAL
Yang mengasuh : Ibu dan ayah
Hub.dengan anggota keluarga : ibu dan ayah kandung
Hub.dengan teman sebaya :
Klien mengatakan hubungan dengan teman sebayanya tidak ada masalah
Pembawaan secara umum : Tidak ada
Lingkungan rumah : Klien mengatakan lingkungan rumahnya tidak kotor
G. KEBIASAAN SEHARI-HARI
SEBELUM SAKIT
1. POLA NUTRISI
Frekuensi makan : 5 x/hari
Nafsu makan : ( √ ) Baik ( ) Kurang
( ) Mual ( ) Muntah
Jenis makanan di rumah : Lauk pauk sayur
Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan :
( ) Ada (√ ) Tidak
Berat Badan (BB) : 21 kg
26
2. POLA ELIMINASI
Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1 x/hari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Waktu : .sore
- Bau : khas
- Konsistensi : Lembik
- Keluhan : Tidak ada
27
KEBIASAAN DI RUMAH SAKIT
1. POLA NUTRISI
Frekuensi makan : 2 x / hari
Berat Badan (BB) : 17 kg
2. PERSONAL HYGIENE
Mandi
- Frekuensi : 1 x / hari
- Sabun : (√) Ya ( ) Tidak
Oral Hygiene
- Frekuensi : 1 x / hari
- Waktu : (√ ) Pagi ( ) Sore
( ) Setelah makan
Cuci rambut
- Frekuensi : x / hari
- Shampoo : (-) Ya ( √ ) Tidak
H. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Tingkat Kesadaran : Composmentis
28
Integument :
- Warna : sawo matang
- Ikterik : Tidak ada
- Turgor : Lembab
- Rash : Tidak ada
- Petekie : Tidak ada
- Tanda Lahir : Tidak ada
Kepala :
- Inspeksi : Bulat
- Palpasi : Tidak ada benjolan
Mata :
- Ukuran / Bentuk : 3 mm, bentuk simetris
- Kelopak mata : Tidak ada masalah
- Bola mata : Tidak ada kelainan
- Pupil : Isokohor
- Gerakan Bola mata : Tidak ada kelainan
- Alis Mata : Simetris
Telinga :
- Ukuran : Simetris
- Jumlah Kartilago: 3-4
- Kanal Auditori : Tidak ada kelainan
Hidung :
- Bentuk : Simetris
- Letak : Ditengah-tengah wajah
- Kepatenan : Paten
- Konfigurasi Tulang Hidung : Tidak ada masalah
Mulut :
- Letak : Dibawah hidung
- Bibir : Mukosa lembab
29
- Gerakan Lidah : Tidak ada kelainan
- Palatum : Ada
- Dagu : Tidak ada kelainan
- Saliva : Ada, tidak ada peradangan
Leher :
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar Tiroid : Tidak ada
Dada
Paru : Tidak ada kelainan
- Inspeksi : Sesak, tampak menggunak otot bantu pernafasan, adanya
retraski dada
- Palpasi : Tidak ada kelainan
- Perkusi : Redup
- Aukultasi : Terdengar ronchi
- Suara tambahan : ronkhi basah / ronkhi basah halus / ronkhi basah kasar /
ronkhi kering / krepitasi/ pleura friction rub
Jantung
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : ada di ICS 5 midclavicularis
- Auskultasi : Teratur
- Bunyi jantung : Teratur
Abdomen
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : Tidak ada benjolan
- Bising Usus :25x/menit
System reproduksi :
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : Tidak ada benjolan
30
Punggung :
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas :
- Inspeksi : Tidak ada masalah dan kelainan
- Palpasi : Tidak ada nyeri
- Jumlah Jari : Lengkap
- Pergerakan sendi: Ada tidak ada keterbatasan
I. INFORMASI PENUNJANG
Diagnosa Medik : Asma
Pemeriksaan Diagnostik : Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
31
1 Rontgen thoraks Cor paru dalam Batas paru normal
batas normal
32
ANALISA DATA
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1
INTERVENSI KEPERAWATAN
2
INTERVENSI KEPERAWATAN
3
INTERVENSI KEPERAWATAN
4
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Melakukan nebulizer
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi
5
2 Senin, 23 Okt Bersihan jalan nafas Memantau pola napas (frekuensi, kedalaman, S:
2023 tdak efektfi usaha napas)
berhubungan dengan Ibu mengatakan nafsu makan anaknya
Hasil : masih batuk berdahak
adanya sekresi yang - Pernafasan cepat
tertahan - Adanya batuk berdahak O:
Memantau bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
Klien tampak sesak batuk berdahak
mengi, wheezing, ronchi kering)
Hasil : A:
- Saat auskultasi terdengar ronchi
Masalah berdihan jalanan nafas tidak
Memantau sputum (jumlah, warna, aroma)
efektif belum teratasi
Hasil :
- Berwarna putih P:
Melakukan semi-fowler atau fowler
Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Anak dalam posisi semifowler
Melakukan pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi
3 Senin, 23 Okt Ansietas Memantau dan mengkaji ansietas S : ibu berkata takut saat ada
2023 berhubungan dengan Hasil : perawat datang walapun tidak
krisis situasional - Anak masih memangis saat perawat mendekat dengan pasien.
mendekat
Menciptakan suasana terapeutik untuk O : Anak takut dengan
menumbuhkan kepercayaan perawat.muka tegang
Hasil : A : Masalah ansietas belum teratasi
- Anak masih kurang nyaman
Melakukan pedekatan yang tenang dan P : Intervensi dilanjutkan
meyakinkan
6
Hasil:
- Anak takut ketika perawat mendekat
Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Hasil:
- Anak kurang kooperatif
7
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Melakukan nebulizer
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi
8
2 Selasa, 24 Okt Bersihan jalan nafas Memantau pola napas (frekuensi, kedalaman, S:
2023 tdak efektfi usaha napas)
berhubungan dengan Ibu mengatakan nafsu makan anaknya
Hasil : masih batuk berdahak
adanya sekresi yang - Pernafasan cepat
tertahan - Adanya batuk berdahak O:
Memantau bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
Klien tampak sesak batuk berdahak
mengi, wheezing, ronchi kering)
Hasil : A:
- Saat auskultasi terdengar ronchi
Masalah berdihan jalanan nafas tidak
Memantau sputum (jumlah, warna, aroma)
efektif belum teratasi
Hasil :
- Berwarna putih P:
Melakukan semi-fowler atau fowler
Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Anak dalam posisi semifowler
Melakukan pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi
-
Selasa, 24 Okt Ansietas Memantau dan mengkaji ansietas S : ibu mengatakan mulai tidak
2023 berhubungan dengan Hasil : takut saat ada perawat datang.
krisis situasional - Anak tidak menangis saat perawat
mendekat tetapi menyembunyikan O : Anak mulai sedikit tidak takut
muka dengan perawat, muka bersembunyi
Menciptakan suasana terapeutik untuk di balik ibunya
menumbuhkan kepercayaan A : Masalah ansietas belum teratasi
Hasil :
- Anak masih sudah mulai menerima P : Intervensi dilanjutkan
kehadiran perawat tetapi terlihat masih
9
takut
Melakukan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
Hasil:
- Anak tidak nangis ketika perawat
mendekat
Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Hasil:
- Anak mulai kooperatif
10
IMPLEMENTASIDAN EVALUASI KEPERAWATAN
Melakukan nebulizer
Hasi :’
11
2 Rabu, 25 Okt 21.00 Bersihan jalan nafas Memantau pola napas (frekuensi, kedalaman, S:
2023 tdak efektfi usaha napas)
berhubungan dengan Ibu mengatakan nafsu makan anaknya
Hasil : masih batuk berdahak
adanya sekresi yang - Pernafasan cepat
tertahan - Adanya batuk berdahak O:
Memantau bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
Klien tampak sesak batuk berdahak
mengi, wheezing, ronchi kering)
Hasil : A:
- Saat auskultasi terdengar ronchi
Masalah berdihan jalanan nafas tidak
Memantau sputum (jumlah, warna, aroma)
efektif belum teratasi
Hasil :
- Berwarna putih P:
Melakukan semi-fowler atau fowler
Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Anak dalam posisi semifowler
Melakukan pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi
-
3 Rabu, 25 Okt Ansietas Memantau dan mengkaji ansietas S :-
2023 berhubungan dengan Hasil :
krisis situasional - Anak tidak menangis saat perawat O : Anak mulai welcome saat
mendekat perawat datang, anak senang diajak
Menciptakan suasana terapeutik untuk bermain
12
menumbuhkan kepercayaan A : Masalah ansietas teratasi
Hasil :
- Anak masih sudah mulai menerima P : Intervensi dihentikan
kehadiran perawat
Melakukan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
Hasil:
- Anak tidak nangis ketika perawat
mendekat
Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Hasil:
- Anak kooperatif
13
14