Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN CASE STUDI PADA KLIEN An.

M DENGAN ASMA
BRONKIAL
DI RUANG SUBI KECIL RSAL Dr. MIDIYATO SURATANI
TANJUNGPINANG

DISUSUN OLEH

Wirdah Biladi, S.Kep

Yuni Alfia R.Y, S.Kep

M. Septiono, S.Kep

Rika Sepni, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG

T.A 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Studi Case Ners Keperawatan Anak

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan :

1. Kolonel Laut Wiwiek Listiyoningrum S.Kp, M.Kep, selaku ketua Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Yusnaini Siagian S.Kep, Ns, M.Kep selaku waket satu
3. Soni Hendra Sitindaon S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Kepala Prodi Ners
4. Tri Arianingsih, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat selesai.

Kami sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami para penulis.
Demikianlah yang dapat tim penyusun sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.

Tanjungpinang, 01 November 2023

Tim Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak


hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Para ahli
mengatakan, prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100 - 150 juta penduduk
dunia terserang asma dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya. (Ika Dharmayanti,
2015). Asma merupakan penyakit kronik yang paling sering dijumpai pada anak-anak
dinegara maju, angka kejadian asma mengenai hampir 6juta anak berusia kurang dari
18 tahun di Amerika Serikat. Pada tahun 2003, Survei Kesehatan Nasional Dari Centers
For Disease Control And Prevention mendapatkan prevalensi asma seumur hidup 12,5
%, dan prevalensi asma saat itu 8,5 % pada anak kurang dari 18 tahun (Nelson, 2014).

Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang melakukan penelitian pada


tahun 2018 memperoleh hasil penderita asma pada usia 1-4 tahun dengan prevalensi 1,6
% dan pada usia 5 - 14 tahun dengan prevalensi sebesar 1,9 %. Sedangkan berdasarkan
hasil uji multivariat, diperoleh lima faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
asma pada anak, yaitu jenis kelamin laki-laki, kuintil indeks kepemilikan terbawah,
riwayat asma pada kedua orangtua, mantan perokok pada anak dan orangtua

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronkial?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mengerti dan paham mengenai Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan asma
bronkial.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui definisi, klasifikasi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinis
dan patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang

3
D. Metode Penulisan
Adapun meode penulisan yang digunakan, sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi dan beberapa buku seperti buku
keperawatan anak.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari jurnal dan karya tulis ilmiah di internet yang relevan.

E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Bagaimana penerapan
Asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronkial, sehingga penulis mampu
memahami tentang penyakit asma.
2. Bagi Instansi Terkait (Sekolah)
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai Asuhan
Keperawatan Anak dengan asma bronkial, sehingga pihak sekolah dapat
membuatnya sebagai bahan ajar.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca terutama
berkaitan Asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronkial

4
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep anak
1. Anak
a. Pengertian
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang – Undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan anak, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan
perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada dalam
kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti, 2018).

b. Tingkat Perkembangan Anak


Menurut damayanti (2018), karakteristik anak sesuai tingkat pekembangan
1) Usia bayi (0 -1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata – kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat
bersepon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi
dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan,
menggendong, dan berbiacara lemah lembut. Ada beberapa respon non
verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan
dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai
cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi
dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena bayi
akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
2) Usia pra sekolah (2 - 5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu juga anak mempunyai perasaan takut
pada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan

5
terjadi padanya. Misalnya, pada saat anak akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk
memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya
untuknya. Dari hal biasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
disebabkan karena anak belum mampu berkata–kata 900–1200 kata. Oleh
karena itu saat menjelaskan, gunakan kata–kata yang sederhana, singkat, dan
gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek
transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu.
Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan
orangtua.
3) Usia sekolah (6 -12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang
jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
4) Usia remaja (13–18 tahun).
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak–
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian,pola pikir dan tingkah laku
anak merupakan peralihan dari anak–anak menuju orang dewasa

c. Kebutuhan Dasar Anak


Secara umum kebutuhan dasar anak digolongkan menjadi 3 bagian menurut
Soetjningsih (2019), yaitu :
1) Kebutuhan biomedis (asuh)
Kebutuhan biomedis meliputi : pangan / gizi (kebutuhan terpenting),
perawatan kesehatan dasar (antara lain imunisasi, pemberian ASI,
perkembangan anak yang teratur, pengobatan saat sakit, pemukiman yang
layak, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kebugaran
jasmani, dan rekreasi.

6
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang penuh kasih sayang, erat,
mesra, dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat untuk menjamin
tumbuh kembang yang optimal, baik fisik, mental, maupun psikososial.
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (asah) ini merangsang perkembangan
mental psikososial seperti kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral.

B. Konsep Dasar Medis


1. Definisi Asma
Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asına pada
anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan kualitas
hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita maupun remaja
(Sidhartini, 2007). Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yaitu saluran
pernapasan yang sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus
dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005). Menurut Margaret
dalam Musdalifah Merry (2016). Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya wheezing (mengi) intermiten yang timbul sebagai respon
akibat paparan terhadap suatu zat iritan atau alergan.
Asma merupakan penyakit dengan karaktristik meningkatnya reaksi trakea dari
bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas
saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau
dengan pengobatan, serangan asma dapat berupa sesak nafas ekspiratoir yang
proksimal, berulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang disebabkan
oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus dan produksi
lendir kental yang berlebihan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa asma adalah penyakit
inflamasi kronis pada saluran napas yang dapat menimbulkan gejala episodic
berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada
malam hari atau dini hari. Asma pada anak mempunyai berbagai aspek khusus yang
umumnya berkaitan dengan proses tumbuh dan kembang seorang anak, baik pada
masa bayi, balita, maupun anak besar

7
2. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan
a. Anatomi Pernafasan

1) Saluran pernapasan bagian atas


Saluran pernapasan bagian atas menghangatkan dan melembabkan udara
yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri dari
a) Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasardan bermuara
kerongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir
yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan
penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam
(bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan
b) Faring
Faring merupakan organ yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esophagus yang terletak dibelakang nasofaring
(dibelakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang
laring (laringo faring).

8
c) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membran,
terdiri atas dua leminayang bersambung digaris tengah
d) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.

2) Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas:
a) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang
kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai
ketinggian sampai vertebra torakalis kelima.
b) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea
yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih
pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas,
tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang daripada
bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
c) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus
(Wiguna, 2019)

b. Fisiologi system pernafasan


Respirasi adalah ketika tubuh kita membutuhkan oksigen (O2) dan oksigen
dari luar dihirup (inspirasi) melalui organ pernafasan. Pada keadaan
tertentutubuh kelebihan karbon dioksida (CO2) maka tubuh 12 berusaha
mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan nafas (ekspirasi)
sehingga terjadi keseimbangan antara O2 dan CO2 dalam tubuh Menurut
Syaifuddin (2010) fungsi pernafasan bagi tubuh adalah :
1) Mengambil udara dari luar masuk kedalam tubuh, beredar dalam darah yang
melanjutkan proses pembakarandalam seldan jaringan.

9
2) Mengeluarkan CO2 sisa dari metabolism sel atau jarringan yang dibawa
darah ke paru-paru untuk dibuang melalui proses pernafasan.
3) Melindungi tubuh kita dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh.
4) Melindungi system pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan
patogenik, dan menghasilkan suara.(Nurhastuti, 2019)

3. Etiologi Asma
Ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit asma pada anak yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Keturunan (Genetik)
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang membawa
keturunan asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini bakat alerginya yang
diturunkan oleh orangtuanya sehingga anak sangat mudah terkena penyakit
asma jika terpapar faktor pencetusnya. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1) Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu:
 Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau saluran
pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara dingin, asap rokok dan
serbuk sari bunga.
 Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau mulut.
Contohnya: makanan seperti udang, kepiting, susu dan telur.
 Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya: perhiasan atau
jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya

10
persoalan tentang asma pada anak sendiri keluargnya, akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau
hari depan anak juga dapat mempererat serangan asma
4) Olahraga/aktifitas jasmani yang berat, sebagian penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
5) Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus terutama pada
bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial virus
(RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya
pertusis dan streptokokus, jamur misalnya aspergillus dan parasit seperti
askaris.

4. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
a. Asma bronchial
Penderita asma bronchial. hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan-bahan penyebab alergi.
Gejala kemunculannya mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang.
Gangguan asma bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini
akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender
dan pembentukan timbunan lender yang berlebih.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasnya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita
sedang tidur.
Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk (dikutip dari buku kuliah Ilmu
keperawatan Anak FK UI tahun 1985) diantaranya adalah:
a. Asma Episodik yang Jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma ini
yaitu infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan 3-4 kali

11
per fahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan
berat, gejala lebih berat pada malam hari.
b. Asma Episodik Scring
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada
umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orangtua
menghubungkan dengan perubahan udara, alergen, aktivitas fisik dan stress.
Frekuensi serangan 3-4 kali dalam setahun, tiap serangan biasanya beberapa hari
sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13
tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik atau persisten.
c. Asma Kronik atau Persisten
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan
dan 75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50% anak terdapat wheezing
yang lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangannya episodic. Pada umur 5-
6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang peristen dan
hampir selalu terdapat wheezing setiap hari, dan pada malam hari terdapat batuk
disertai wheezing. Aktivitas fisik juga sering menyebabkan asma, seringkali
memerlukan perawatan di rumah sakit. Biasanya setelah mendapatkan
penanganan anak dan orangtua baru menyadari mengenai asma pada anak dan
masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun,
baru kemudian terjadi perbaikan. Pada golongan dewasa muda 50% golongan ini
biasanya tetap menderita asma persisten.
Parameter Klinis, Asma Episodik Asma Episodik Asma Persisten
Kebutuhan Obat dan Jarang (Asma Sering (Asma (Asma Berat)
Faal Paru Ringan) Sedang)

1. Frekuensi serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering

2. Lama serangan <1 minggu 1 minggu Hampir sepanjang


tahun (tidak ada
remisi)

3. Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat

4. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang &

12
malam

5. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

6. Pemeriksaan fisik Normal (tidak Mungkin Tidak pernah


diluar serangan ditemukan terganggu normal
kelainan) (ditemukan
adanya kelainan)

7. Obat pengendali Tidak perlu Perlu, non steroid Perlu, steroid


(anti inflamasi)

5. Patofisiologi Asma
Asma merupakan inflamasi kronik saluran pemapasana. Berbagai sel inflamasi
berperan terutama sel mast, eosinophil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel
epitel. Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan,
cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus
dalam saluran pemafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan
imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel
mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami
degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah
mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus
dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya
terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran
O: dan CO; terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O;
ke paru-paru terutama pada alvcolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
CO₂ dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan
menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO: dalam kapiler
(hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran
gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O, dalam
alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi

13
gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan
terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinik
6. Pathway Asma

14
7. Manifestasi Klinis Asma
Adapun manifestasi klinis menurut Medicafarm (2008) yang ditimbulkan antara
lain:
a. Mengi atau Wheezing
b. Sesak nafas
c. Dada terasa tertekan
d. Adanya batuk dan pilek
e. Nyeri dada
f. nadi meningkat
g. Retraksi otot dada
h. Adanya nafas cuping hidung serta takipnea
i. Kelelahan dan lemah
j. Anoreksia
k. Sianosis
l. Gelisah

8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan aminoilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat
dengan terapi intensif.
b. Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
c. Hipoksemia
Hipoksimia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen
secara sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
d. Pneumotoraks

15
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.

e. Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

9. Pemeriksaan Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang


a. Foto rontgen, menyingkirkan infeksi atau penyebab lain yang memperburuk
status pernapasan.
b. Pemeriksaan fungsi paru akan terjadi penurunan volume tidal. penurunan
kapasitas vital, kapasitas bernapas maksimum juga menurun.
c. Jumlah eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
d. Jumlah leukosit akan meningkat pada infeksi.
e. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test, RAST) dilakukan untuk mencari
faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi positif
pada asma.
f. Analisa gas darah pada kasus berat akan meningkatkan pH, PaCO2 dan PaO2
turun, keadaan ini disebut alkalosis respiratori ringan akihat hiperventilasi;
kemudian penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan PaCO2, keadaan ini
disebut asidosis respiratori.
Pada pemeriksaan pulse oxymetry, jika hasilnya VEP1 < 50% dari perkiraan: Asma
berat, VFP1 50-70% Asma sedang, VEPI 71- 80%: Asma ringan

10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Adapun beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortality.
b. Menilai/memonitor herat asma secara berkala, Penilaian klinis berkala antara 1-6
bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada
penatalaksanaan asma.

16
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus.
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang Penatalaksanaan
asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
 Medikasi (obat-obatan).
 Tahapan pengobatan.
 Penanganan asma mandiri.
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut.
f. Kontrol secara teratur pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang
penting diperhatikan oleh dokter yaitu: tindak lanjut(follow-up) teratur, dan rujuk
ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan.
g. Pola hidup sehat seperti meningkatkan kebugaran fisik, berhenti atau tidak pernah
merokok, lingkungan yang bersih.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian yang biasa dilakukan pada pasien dengan asma, meliputi hal-hal sebagai berikut:
3.1.1 Pengumpulan data
a. Identitas klien
1) Identitas anak (data dapat diperoleh dari orang tua penanggug jawab) yang meliputi
nama anak, umur, jenis kelamin, suku bangsa. agama, alamat, no RM, Dx medis,
tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian.
2) Identitas orang tua penanggung jawab meliputi nama, usia, pendidikan, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya batuk dengan atau tanpa produksi
mucus, sering bertambah berat saat malam hari atau dini hari sehingga membuat anak
sulit tidur. Jika asmanya berat maka gejala yang akan muncul yaitu perubahan
kesadaran seperti mengantuk, bingung, saat serangan asma, kesulitan bernafas yang
hebat, takikardia, kegelisahan hebat akibat kesulitan bernafas, berkeringat. (Margaret
Varnell Clark, 2013)
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma meliputi hal-hal sebagai berikut:

17
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan
menggunakan pendekatan PQRST, dimana P atau paliatif/provokative merupakan
hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau
meperingan. Q atau qualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan, R
atau region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan, S atau severity
adalah derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut, T atau time adalah
waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya atau kekerapan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu yaitu penyakit yang pemah diderita anak perlu
diketahui sebelumnya, karena mungkin ada kaitannya dengan penyakit sekarang.
Riwayat kesehatan menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS, alergi, penyakit
kronis dan riwayat operasi. Selain itu juga menjelaskan tentang riwayat penyakit
yang pernah diderita klien yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang
seperti riwayat panas, batuk. filek, atau penyakit serupa pengobatan yang
dilakukan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan dengan asma
pada anak, riwayat penyakit keturunan atau bawaan seperti asma, diabetes melitus,
dan lain-lain.
4) Genogram
Merupakan gambaran struktur keluarga klien, dan gambaran pola asuh klien
terjadinya penyakit.
5) Riwayat imunisasi dan pemberian makan
 Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi BCG, Hepatitis,
Polio, DPT. Campak, Thypoid. Bila anak belum mendapat imunisasi tanyakan
dan catat imunisasi apa saja yang sudah dan belum didapat serta tanyakan
alasannya.
 Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan makanan
tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan frekuensi yang diberikan dan
tanyakan makanan apa yang lebih disukai oleh anak.

18
3.1.2. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum pasien dengan asma adalah kelemahan fisik akibat kurangnya
nafsu makan, gelisah, kesulitan bernafas, kesulitan tidur, berkeringat, takikardia.
2. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran normal.
3. Antropometri
Dikaji untuk mengetahui status gizi, dapat ditemukan penurunan berat badan dari
normal.
Head to toe
 Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien. lingkar kepala. Pada
asma tidak ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan kepala.
 Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati kelopak mata terhadap
penetapan yang tepat, periksa alis mata terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan
rambutnya, amati distribusi dan kondisi bulu matanya, bentuk serta amati ukuran iris
apakah ada peradangan atau tidak, kaji adanya oedema pada mata. Pada asma tidak
ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan mata.
 Hidung
Amati pasien, apakah pasien menggunakan nafas cuping hidung Mulut Periksa bibir
terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah,
dan palatum terhadap kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati adanya bau,
periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah, jenis
keadaan. inspeksi faring menggunakan spatel lidah. Biasanya ditemukan pada mulut
terdapat nafas barbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput
putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan.
 Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga. amati penonjolan atau pendataran telinga,
periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal, periksa saluran telinga
luar terhadap hygiene; rabas dan pengelupasan. Lakukan penarikan aurikel apakah ada

19
nyeri atau tidak lakukan palpasi pada tulang yang menonjol di belakang telinga untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak.
 Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh. periksa leher terhadap
pembengkakan kelenjar getah bening, lakukan palpasi pada trakea dan kelenjar tiroid.
 Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding dada kedalam, amati
jenis pernafasan, amati gerakan pernafasan dan lama inspirasi serta ekspirasi, lakukan
perkusi diatas sela iga, hergerak secara simentris atau tidak dan lakukan auskultasi
lapang paru.
 Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring terlentang, periksa warna dan
keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan auskultasi terhadap bising usus
serta perkusi pada semua area abdomen.
 Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah terdapat sianosis
pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri pada ekstremitas.
 Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran genetalia, posisi, uretra,
inspeksi adanya tanda-tanda pembangkakan, periksa anus adanya robekan, hemoroid,
polip.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresei yang
tertahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya hambatan upaya nafas.
3. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


o Keperawatan Hasil
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
tidak efektif tindakan Definisi
berhubungan dengan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
adanya sekresei yang diharapkan : kepatenan jalan nafas
Bersihan jalan nafas Tindakan
tertahan
meningkat. Observasi :

20
Definisi : Monitor pola napas (frekuensi,
Kemampuan kedalaman, usaha napas)
membersihkan sekret Monitor bunyi napas tambahan
atau obstruksi jalan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
nafas untuk ronchi kering)
mempertahankan Monitor sputum (jumlah, warna,
jalan nafas tetap paten aroma)
Kriteria hasil : Terapeuik :
- Batuk efektif Pertahankan kepatenan jalan
meningkat napas dengan head-tilt dan chin-
- Produksi lift (jaw-thrust jika curiga trauma
sputum servical)
menurun Posisikan semi-fowler atau fowler
- Mengi Berikan minum hangat
menurun Lakukan fisioterapi dada, jika
- Wheezing perlu
menurun Lakukan penghisapan lendir
- Dispnea kurang dari 15 detik
menurun Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- Sianosis penghisapan endotrakeal
menurun Keluarkan sumbatan
- Frekuensi Edukasi :
nafas Anjurkan asupan cairan 2000
menurun ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Pola nafas Ajarkan tehnik batuk efektif
menurun Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi


efektif berhubungan tindakan Definisi :
dengan adanya keperawatan Mengumpulkan dan menganalisis
hambatan upaya Pola nafas menmbaik data untuk memastikan data untuk
Definisi : kepatenan jalan nafas dan
nafas.
Inspirasi atau kefektifan pertukaran gas
ekspirasi yang Observasi
memberikan Monitor frekuensi, irama,
verntilasi adekuat kedalaman, dan upaya napas
Kriteria hasil Monitor pola napas (seperti
- Tekanan bradipnea, takipnea,
ekspirasi hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
meningkat Stokes, Biot, ataksik0
- Tekanan Monitor kemampuan batuk
inspirasi efektif
meningkat Monitor adanya produksi sputum
- Dispena Monitor adanya sumbatan jalan
menurun napas
- Penggunaan otot Palpasi kesimetrisan ekspansi
bantu menurun paru
- Frekuensi nafas Auskultasi bunyi napas
membaik Monitor saturasi oksigen
- Kedalaman nafas Monitor nilai AGD

21
membaik Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3 Ansietas berhubungan Reduksi ansietas


dengan adanya Definisi :
perubahan status Meminimalkan kondisi indivisu
kesehatan. dan pengalaman subjektif
terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antipasti
bahaya yang memungkinkan
indivisu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman
Observasi
Identifikasi saat tingkat anxietas
berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
Monitor tanda anxietas (verbal
dan non verbal)
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat
anxietas
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Gunakan pedekatan yang tenang
dan meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai

22
kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

4. Implementasi Keperawata
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011).

23
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
Insial : An. M
Tempat/tanggal lahir : Tanjungpinang, 17/8/2017 (6 tahun)
Alamat : Jl. Brigjen katamso

Nama ayah : Tn.Y Nama ibu : Ny.Y


Pendidikan ayah : SMA Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ayah : Wiraswastaa Pekejaan ibu : IRT

Agama : Islam
Suku/bangsa :-
Diagnosa Medis : Asma

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Keluhan utama
Saat masuk Rumah sakit :
Ibu mengatakan anaknya masuk rumah sakit karena mengalami sesak 1
minggu memberat 1 hari sebelum masuk RS, pasien batuk berdak dan
sesak
Keluhan saat pengkajian :
Ibu mengatakan keluhan anaknya sekarang sesak dan batuk berdahakn,
nasfu makan menurun
Alasan Masuk Rumah Sakit :
Ibu mengatakan anaknya masuk rumah sakit karena mengalami sesak 1
minggu, membeeat sejak 1 hari sebelum masuk RS, pasien batuk
berdahak, pilek

24
C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Masa Prenatal
Jumlah kunjungan ANC : 3 kali
Tempat : Di klinik kebidanan
Pendidikan kesehatan yang diperoleh:
2. Masa Intra natal :
Lama persalian : 5 jam
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Tempat melahirkan: Di rumah sakit

3. Masa post natal:


Usaha nafas : Ada
Apgar Score : Apgar score anak normal
Trauma Lahir : Tidak ada
Keluarnya urin/BAB : Ada

D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
Hopitalisasi : Ibu mengatakan anaknya baru pertama kali dirawat
Operasi : Tidak ada
Pengobatan yang diperoleh : Tidak ada
Alergi : Tidak ada alergi
No Jensi imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah
pemberian

1 BCG 1 bulan Tidak ada reaksi

2 DPT (I,II,III) DPT I (2 bulan), DPT II (3 bulan Demam


dan DPT III (4 bulan)

3 POLIO Polio I dan II (6 bulan) Demam


(I,II,III,IV)

4 Campak 9 bulan Demam

5 Hepatitis 0 bulan Tidak ada reaksi

25
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Sosial Ekonomi :
Ibu mengatakan mata penghasilannya hasil kerja dari suaminya
Lingkungan Rumah : Ibu mengatakan lingkungan rumahnya bersih
Penyakit Keluarga : Tidak ada
Genogram :

6th

Ket.symbol genogram
:Pria : Wanita : Pasien

F. RIWAYAT SOSIAL
Yang mengasuh : Ibu dan ayah
Hub.dengan anggota keluarga : ibu dan ayah kandung
Hub.dengan teman sebaya :
Klien mengatakan hubungan dengan teman sebayanya tidak ada masalah
Pembawaan secara umum : Tidak ada
Lingkungan rumah : Klien mengatakan lingkungan rumahnya tidak kotor

G. KEBIASAAN SEHARI-HARI
SEBELUM SAKIT
1. POLA NUTRISI
Frekuensi makan : 5 x/hari
Nafsu makan : ( √ ) Baik ( ) Kurang
( ) Mual ( ) Muntah
Jenis makanan di rumah : Lauk pauk sayur
Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan :
( ) Ada (√ ) Tidak
Berat Badan (BB) : 21 kg

26
2. POLA ELIMINASI
Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1 x/hari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Waktu : .sore
- Bau : khas
- Konsistensi : Lembik
- Keluhan : Tidak ada

Buang Air Kecil (BAK)


- Frekuensi : 5x/hari
- Warna : Kuning jernih
- Jumlah : 1000 cc
- Keluhan : .Tidak ada

3. POLA KEBERSIHAN DIRI


Mandi
- Frekuensi : 2 x/hari
- Sabun : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Oral hygiene
- Frekuensi : 1 x/hari
- Sabun : ( √ ) Pagi ( ) Sore
( ) Setelah makan
Cuci rambut
- Frekuensi : 1 x/hari
- Shampoo : ( √ ) Ya ( ) Tidak

4. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


Lama tidur : 7 jam/hari
Tidur siang : ( ) Ya ( √ ) Tidak

27
KEBIASAAN DI RUMAH SAKIT
1. POLA NUTRISI
Frekuensi makan : 2 x / hari
Berat Badan (BB) : 17 kg
2. PERSONAL HYGIENE
Mandi
- Frekuensi : 1 x / hari
- Sabun : (√) Ya ( ) Tidak
Oral Hygiene
- Frekuensi : 1 x / hari
- Waktu : (√ ) Pagi ( ) Sore
( ) Setelah makan
Cuci rambut
- Frekuensi : x / hari
- Shampoo : (-) Ya ( √ ) Tidak

3. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


Lama Tidur : 6 jam / hari
Tidur Siang : (√ ) Ya ( ) Tidak

H. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Tingkat Kesadaran : Composmentis

Coma Glasgow Scale : Respon motorik :6


Respon Bicara :5
Respon Membuka Mata : 4
Total : 15
Tanda-tanda Vital : -
S : 36,4 ˚C
N : 100 x/ menit
Takikardia / Bradikardia
RR : 28x/ menit.

28
Integument :
- Warna : sawo matang
- Ikterik : Tidak ada
- Turgor : Lembab
- Rash : Tidak ada
- Petekie : Tidak ada
- Tanda Lahir : Tidak ada

Kepala :
- Inspeksi : Bulat
- Palpasi : Tidak ada benjolan

Mata :
- Ukuran / Bentuk : 3 mm, bentuk simetris
- Kelopak mata : Tidak ada masalah
- Bola mata : Tidak ada kelainan
- Pupil : Isokohor
- Gerakan Bola mata : Tidak ada kelainan
- Alis Mata : Simetris

Telinga :
- Ukuran : Simetris
- Jumlah Kartilago: 3-4
- Kanal Auditori : Tidak ada kelainan

Hidung :
- Bentuk : Simetris
- Letak : Ditengah-tengah wajah
- Kepatenan : Paten
- Konfigurasi Tulang Hidung : Tidak ada masalah

Mulut :
- Letak : Dibawah hidung
- Bibir : Mukosa lembab

29
- Gerakan Lidah : Tidak ada kelainan
- Palatum : Ada
- Dagu : Tidak ada kelainan
- Saliva : Ada, tidak ada peradangan

Leher :
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar Tiroid : Tidak ada

Dada
Paru : Tidak ada kelainan
- Inspeksi : Sesak, tampak menggunak otot bantu pernafasan, adanya
retraski dada
- Palpasi : Tidak ada kelainan
- Perkusi : Redup
- Aukultasi : Terdengar ronchi
- Suara tambahan : ronkhi basah / ronkhi basah halus / ronkhi basah kasar /
ronkhi kering / krepitasi/ pleura friction rub

Jantung
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : ada di ICS 5 midclavicularis
- Auskultasi : Teratur
- Bunyi jantung : Teratur

Abdomen
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : Tidak ada benjolan
- Bising Usus :25x/menit

System reproduksi :
- Inspeksi : Tidak ada masalah
- Palpasi : Tidak ada benjolan

30
Punggung :
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Genitalia : Tidak ada masalah

Ekstremitas :
- Inspeksi : Tidak ada masalah dan kelainan
- Palpasi : Tidak ada nyeri
- Jumlah Jari : Lengkap
- Pergerakan sendi: Ada tidak ada keterbatasan

I. INFORMASI PENUNJANG
Diagnosa Medik : Asma
Pemeriksaan Diagnostik : Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

1 Hemoglobin 11,1 gr% 13-16gr%

2 Hematokrit 44% 37-43%

3 Leukosit 10.000 mm3 4000-11000 mm3

4 Trombosit 402.200 mm3 4-6 jt mm3

5 SGPT 26 u/L 0-31 u/L

6 SGOT 37 u/L 0-30 u/L

7 GDS 87 mg/dL 80-180 mg/dL

8 Ureum 132 mg/dL 10-50 mg/dL

9 Creatinine 10,8 mg/dL 0.5-1.5 mg/dL

10 Natrium 133 mmol/L 135-153 mmol/L

11 Kalium 3.5 mmol/L 3.5-5.1 mmol/L

12 Klorida 102 mmol/L 97-111 mmol/L

No Jenis pemeriksaan Hasil Normal

31
1 Rontgen thoraks Cor paru dalam Batas paru normal
batas normal

No Nama obat Dosis Pemberian indikasi

1 Farbiven 3x1 Inhalasi Mengencerkan


dahak dan
mengurangi
sesak

2 Cefriaxone 2x500 mg IV Untuk


mengurangi
bankteri

3 PCT 500 mg (K/P) oral Utuk


mengurangu
demam

32
ANALISA DATA

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Asma
NO SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM
(DATA SUBYEKTIF & (PENYEBAB) (MASALAH)
OBYEKTIF)
1 Data subjektif : Hambatan upaya Pola nafas tidak efektif
 Ibu mengatakan anaknya sesak nafas
Data objektif :
 Tampak sering batuk tidak
berdajak
 Pernafasan 28x/menit
 SpO2 98%
 adanya penggunaan otot
pernafasan
 terdengan auskultasi ronchi
2 Data subjektif : Adanya sekresi Bersihan jalanan
 Ibu mengatakan anaknya yang tertahan nafas tidak efektif
batuk berdahak
Data objektif :
 Tampak sering batuk tidak
berdajak
 Pernafasan 28x/menit
 SpO2 98%
 adanya penggunaan otot bantu
pernafasan
terdengan auskultasi ronchi

1
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Asma
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA
JELAS
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya


2 skeresi yang tertahan

3 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

1
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Asma

TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI TINDAKAN RASIONALTINDAKAN TANDATANGAN


(DS & DO) (HASIL YANG KEPERAWATAN & NAMA JELAS
DIHARAPKAN & Meliputi : Tindakan Observatif,
KRITERIA EVALUASI) Tindakan Keperawatan Mandiri,
Pendidikan Kesehatan,
Kolaborasi, atau Pelaksanaan
Program Dokter
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Pemantauan respirasi 1. Guna untuk menetahui
23 berhubungan dengan hambatan tindakan keperawatan Observasi sejauh mana gangguan
Okt upaya nafas selama 3x8 jam Monitor pola nafas pola nafas
2023 diharapkan perfusi perifer Monitor saturasi oksigen 2. Saturasi oksigen mampu
membaik. Dengan kriteria Monitor adanya sumbatan jalan memngetahui
hasil : nafas kecukupan oksigen
Terapeutik : dalam tubuh
- Tekanan inspirasi Atur posisi semifowler 3. Sumbatan jalan nafas
meningkat Kolaborasi : mampu menghalangi
- Dispnea menurun Pemberian oksigen, sesuai proses nafas
- Frekuensi nafas kebutuhan
membaik 4. Memudahkan klien
- Kedalam nafas bernfas
membaik 5. Agar mengurangi sesak
-

2
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Amsa

TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI TINDAKAN RASIONALTINDAKAN TANDATANGAN


(DS & DO) (HASIL YANG KEPERAWATAN & NAMA JELAS
DIHARAPKAN & Meliputi : Tindakan Observatif,
KRITERIA EVALUASI) Tindakan Keperawatan Mandiri,
Pendidikan Kesehatan,
Kolaborasi, atau Pelaksanaan
Program Dokter
Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas 1. Guna untuk mengetahu
23 berhubungan dengan adanya tindakan keperawatan Observasi sejauh mana klien
Okt sekresi yang tertahan selama 3x24 jam Monitor pola napas (frekuensi, mengahabiskan porsi
2023 diharapkan bersihan kedalaman, usaha napas) makan
jalanan nafas membaik. Monitor bunyi napas tambahan 2. Hasil pmeriksaan mampu
Dengan kriteria hasil : (mis. gurgling, mengi, wheezing, mengetahui klien
ronchi kering) kekurang nutrisi
Produksi sputum Monitor sputum (jumlah, warna, 3. Makan tinggi kalori
menurun aroma) mampu emningkatkan
Terapeutik : berat badan
Posisikan semi-fowler atau fowler Mengurangi klien keluhan
Kolaborasi muall muntah
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu (Farbiven
Inhlasin)

3
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Amsa

TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI TINDAKAN RASIONALTINDAKAN TANDATANGAN


(DS & DO) (HASIL YANG KEPERAWATAN & NAMA JELAS
DIHARAPKAN & Meliputi : Tindakan Observatif,
KRITERIA EVALUASI) Tindakan Keperawatan Mandiri,
Pendidikan Kesehatan,
Kolaborasi, atau Pelaksanaan
Program Dokter
Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas 1. Untuk mengetahui sejauh
23 krisis situasional tindakan keperawatan Observasi tingkat kecemasan
Okt selama 3x8 jam 1. Monitor tanda anxietas (verbal 2. Lingkungan yang nyaman
2023 diharapkan tingkat dan non verbal) mampu menruunkan
ansietas menurun. 2. Ciptakan suasana terapeutik kecemasan
Dengan kriteria hasil : untuk menumbuhkan 3. Untuuk mengurangi
kepercayaan kecemasan
- Verbalisasi cemas 3. Temani pasien untuk 4. Pemberian informasi yang
menurun mengurangi kecemasan , jika jelas mampu menurunkan
- Perilakukan tegang memungkinkan kecemasan
menurun 4. Gunakan pedekatan yang 5. Untuk mengurangi
tenang dan meyakinkan kecemasan
Terapeutik :
1. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
2. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami

4
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Amsa
NO HARI/TGL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN (RESPON KLIEN / DS DO) ( SOAP)
1 Senin, 23 Pola nafas tidak Melakukan observasi pola nafas S:
Okt 2023 efektif berhubungan Hasil : Ibu mengatakan sesaknya
dengan hambatan - Pernafasna 35x/menit berkurang,
upaya nafas - Pernafasan cepat O:
- Auskultasu ronchi Klien tampak banyak , tampak
- Adanya penggunaan otot bantu pernafasan masih sesak 30x/menit
Melakukan cek saturasi oksigen A:
Hasil : Masalah pola nafas tidak efektif
- 98% belum teratasi
- Terpasang oksigen 2 liter/menit P:
Melakukan observasi adanya sumbatan jalan nafas Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Tidak ada sumbatan jalan nafas
Mengatur posisi semifowler
- Posisi semifolwer dibantu dengan ibunya

Melakukan nebulizer
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi

5
2 Senin, 23 Okt Bersihan jalan nafas Memantau pola napas (frekuensi, kedalaman, S:
2023 tdak efektfi usaha napas)
berhubungan dengan Ibu mengatakan nafsu makan anaknya
Hasil : masih batuk berdahak
adanya sekresi yang - Pernafasan cepat
tertahan - Adanya batuk berdahak O:
Memantau bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
Klien tampak sesak batuk berdahak
mengi, wheezing, ronchi kering)
Hasil : A:
- Saat auskultasi terdengar ronchi
Masalah berdihan jalanan nafas tidak
Memantau sputum (jumlah, warna, aroma)
efektif belum teratasi
Hasil :
- Berwarna putih P:
Melakukan semi-fowler atau fowler
Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Anak dalam posisi semifowler
Melakukan pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi

3 Senin, 23 Okt Ansietas Memantau dan mengkaji ansietas S : ibu berkata takut saat ada
2023 berhubungan dengan Hasil : perawat datang walapun tidak
krisis situasional - Anak masih memangis saat perawat mendekat dengan pasien.
mendekat
Menciptakan suasana terapeutik untuk O : Anak takut dengan
menumbuhkan kepercayaan perawat.muka tegang
Hasil : A : Masalah ansietas belum teratasi
- Anak masih kurang nyaman
Melakukan pedekatan yang tenang dan P : Intervensi dilanjutkan
meyakinkan

6
Hasil:
- Anak takut ketika perawat mendekat
Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Hasil:
- Anak kurang kooperatif

7
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Amsa

NO HARI/TGL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN (RESPON KLIEN / DS DO) ( SOAP)
1 Selasa, 24 Okt Pola nafas tidak Melakukan observasi pola nafas S:
2023 efektif berhubungan Hasil : Ibu mengatakan sesaknya
dengan hambatan - Pernafasan 34x/menit belum berkurang
upaya nafas - Pernafasan cepat O:
- Auskultasu ronchi
Klien tampak banyak , tampak
- Adanya penggunaan otot bantu pernafasan
- Kondisi bibir biru
masih sesak 33x/menit
Melakukan cek saturasi oksigen A:
Hasil : Masalah pola nafas tidak
- 98% efektif belum teratasi
- Terpasang oksigen 2 liter/menit P:
Melakukan observasi adanya sumbatan jalan nafas Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Tidak ada sumbatan jalan nafas
Mengatur posisi semifowler
- Posisi semifolwer dibantu dengan ibunya

Melakukan nebulizer
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi

8
2 Selasa, 24 Okt Bersihan jalan nafas Memantau pola napas (frekuensi, kedalaman, S:
2023 tdak efektfi usaha napas)
berhubungan dengan Ibu mengatakan nafsu makan anaknya
Hasil : masih batuk berdahak
adanya sekresi yang - Pernafasan cepat
tertahan - Adanya batuk berdahak O:
Memantau bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
Klien tampak sesak batuk berdahak
mengi, wheezing, ronchi kering)
Hasil : A:
- Saat auskultasi terdengar ronchi
Masalah berdihan jalanan nafas tidak
Memantau sputum (jumlah, warna, aroma)
efektif belum teratasi
Hasil :
- Berwarna putih P:
Melakukan semi-fowler atau fowler
Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Anak dalam posisi semifowler
Melakukan pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi

-
Selasa, 24 Okt Ansietas Memantau dan mengkaji ansietas S : ibu mengatakan mulai tidak
2023 berhubungan dengan Hasil : takut saat ada perawat datang.
krisis situasional - Anak tidak menangis saat perawat
mendekat tetapi menyembunyikan O : Anak mulai sedikit tidak takut
muka dengan perawat, muka bersembunyi
Menciptakan suasana terapeutik untuk di balik ibunya
menumbuhkan kepercayaan A : Masalah ansietas belum teratasi
Hasil :
- Anak masih sudah mulai menerima P : Intervensi dilanjutkan
kehadiran perawat tetapi terlihat masih

9
takut
Melakukan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
Hasil:
- Anak tidak nangis ketika perawat
mendekat
Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Hasil:
- Anak mulai kooperatif

10
IMPLEMENTASIDAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.M Ruangan / No. Bed : Subi kecil


Umur : 6 tahun Diagnosa Medis : Amsa

NO HARI/TGL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN (RESPON KLIEN / DS DO) ( SOAP)
1 Rabu, 25 Okt 21.00 Pola nafas tidak Melakukan observasi pola nafas S:
2023 efektif berhubungan Hasil : Ibu mengatakan sesaknya
dengan hambatan - Pernafasna 28x/menit berkurang,
upaya nafas - Pernafasan cepat O:
- Auskultasu ronchi Klien tampak banyak , tampak
- Adanya penggunaan otot bantu pernafasan masih sesak 28x/menit
Melakukan cek saturasi oksigen A:
22.00 Hasil : Masalah pola nafas tidak efektif
- 98% belum teratasi
- Terpasang oksigen 2 liter/menit P:
Melakukan observasi adanya sumbatan jalan nafas Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Tidak ada sumbatan jalan nafas
Mengatur posisi semifowler
- Posisi semifolwer dibantu dengan ibunya

Melakukan nebulizer
Hasi :’

06.00 - Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%


telah diberika secara inhalasi

11
2 Rabu, 25 Okt 21.00 Bersihan jalan nafas Memantau pola napas (frekuensi, kedalaman, S:
2023 tdak efektfi usaha napas)
berhubungan dengan Ibu mengatakan nafsu makan anaknya
Hasil : masih batuk berdahak
adanya sekresi yang - Pernafasan cepat
tertahan - Adanya batuk berdahak O:
Memantau bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
Klien tampak sesak batuk berdahak
mengi, wheezing, ronchi kering)
Hasil : A:
- Saat auskultasi terdengar ronchi
Masalah berdihan jalanan nafas tidak
Memantau sputum (jumlah, warna, aroma)
efektif belum teratasi
Hasil :
- Berwarna putih P:
Melakukan semi-fowler atau fowler
Intervensi dilanjutkan
Hasil :
- Anak dalam posisi semifowler
Melakukan pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Hasi :’
- Pemberian nebulizer Ventolin ½ + nacl 3%
telah diberika secara inhalasi

-
3 Rabu, 25 Okt Ansietas Memantau dan mengkaji ansietas S :-
2023 berhubungan dengan Hasil :
krisis situasional - Anak tidak menangis saat perawat O : Anak mulai welcome saat
mendekat perawat datang, anak senang diajak
Menciptakan suasana terapeutik untuk bermain

12
menumbuhkan kepercayaan A : Masalah ansietas teratasi
Hasil :
- Anak masih sudah mulai menerima P : Intervensi dihentikan
kehadiran perawat
Melakukan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
Hasil:
- Anak tidak nangis ketika perawat
mendekat
Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Hasil:
- Anak kooperatif

13
14

Anda mungkin juga menyukai