Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRAGIC


FEVER (DHF) DI IGD RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA

DISUSUN OLEH:
AHMAD ISHLAHUS SURURI
2121006

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Judul : Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


Dengan Diagnosa Medis Dengue Haemorragic
Fever di Ruang IGD
RSPAL dr. Ramelan Surabaya .
Program Studi : D III Keperawatan

Tanggal Praktik Klinik : 04 Desember – 17 Desember 2023

Laporan Pendahuluan dibuat sebagai syarat untuk memenuhi Kompetensi


Keperawatan.

Surabaya, 12 Desember 2023

Pemimpin Institusi Pimpinan Lapangan

Merina Widyastuti, S. Kep., Ns., M. Kep. Mokhammad Fikri, S.Kep., Ns.


NIP. NIP. 198705272023211003

Mengetahui
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Anak A.


Tumbuh kembang
1. Definisi
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumalah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ-organ tubuh dan otak.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan
hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi dan perkembangan prilaku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan
progresif, terarah, dan terpadu/kohelen..Progresif mengandung arti bahwa
perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan,
tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi saat ini, sebelumnya dan
berikutnya.
2. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Menurut Hurlock EB dalam Soetjiningsih (2016), tumbuh kembang anak
mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini ditandai
dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks
primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan
lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya
masamasa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang terjadi pada
masa prenatal, bayi dan remaja (adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat
pada masa prasekolah dan masa sekolah.
d. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
e. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Contoh: seorang anak tidak akan
bisa berjalan sebelum ia berdiri dan ia tidak bisa berdiri jika pertumbuhan
kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi anak terhambat.
Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga
berbedabeda.
g. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti. Terjadi peningkatan
kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada anak,
sehingga pada anak sehat seiring bertambahnya umur maka bertambah pula
tinggi dan berat badannya begitupun kepandaiannya.
h. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak
bisa terjadi terbalik, misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa
berdiri.
3. Tahap Tumbuh Kembang Anak
Tahap perkembangan anak menurut Yuliastati & Arnis (2016), yaitu: a.
Usia bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non-verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat
berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya
secara non-verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan
menggendong dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non-verbal
yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki.
Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara
menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi
dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena bayi
akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
b. Usia pra sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut pada
ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat
alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana
akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer
sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal
bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak
belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan,
gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti
boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan
pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal
yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah
dicapainya
c. Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan
kemampuan kognitifnya. Anak usia sekolah sudah lebih mampu komunikasi
dengan orang dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000
kata dikuasi dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.
d. Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anakanak
menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman
sebaya atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan identitas
diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi.
Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia.
4. Tugas perkembangan anak
Tugas perkembangan adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu
pada tiap tahap perkembangannya. Tugas perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan,
berbicara,makan makanan padat, kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak
usia 3-5 tahun adalah mendapat kesempatan bermain, berkesperimen dan
berekplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana
mengenai kenyataan social dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional,
belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga proses
sosialisasi (Rahmini, 2020).
Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai keterampilan fisik
dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul
dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin,
mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan seharihari,
mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan pembentukan
kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap
kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah
menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan
laki-laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua
jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri
sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup (Rahmini, 2020).

II. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi


Menurut Soedarto (2012) dalam Ratnasari (2018) DHF ( Dengue haemorragic
Fever ) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus
Flavivirus,virus RNA dari keluarga Flaviviridae. Infeksi oleh satu serotipe virus
dengue menyebabkan terjadinya kekebalan yang lama terhadap serotipe virus
tersebut, dan kekebalan sementara dalam waktu pendek terhadap serotipe virus
dengue lainnya. Pada waktu terjadi epidemic di dalam darah seorang penderita
dapat beredar lebih dari satu serotype virus dengue.
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever (DHF)
atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik
(WHO, 2011 dalam Fikri, 2019). Terdapat tiga tahapan yang dialami penderita
penyakit DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan (WHO, 2009
dalam Fikri, 2019).
B. Etiologi
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan
di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika
tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya
adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus
Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -4,
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya
nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia (Lestari, 2007 dalam Ratnasari, 2018).

C. Patofisiologi
Virus Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma
ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma
menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7
hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara
lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul
pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai
terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi
meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam
hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang
setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM,
oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan
sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14
sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh
karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi
antibodi IgM setelah hari sakit kelima.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Fikri (2019) mulai dari infeksi tanpa gejala demam,
demam dengue dan DHF, ditandai dengan :
1) Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di
kebanyakan kasus.
2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan melena.
3) Pembesaran hati (hepatomegali).
4) Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah
E. Pathway

Virus Dengue

Gigitan Nyamuk Orang yang Terinfeksi

Menyerang orang sehat Gigitan nyamuk

Anti bodi menurun Membawa virus

Tubuh terinfeksi dan terjadi proteksi dari sistem imun tubuh

Gg sistem koagulasi Vermis Menyerang gastroentestinal Suhu naik

Cc trombositopenia Asam lambung Hipertermi


Kelemahan fisik
naik

Nyeri Akut
Perdarahan tubuh Anoreksia mual
muntah
Intoleransi Aktifitas

Resiko Perdarahan
Defisit Nutrisi

\ Ansietas
Resiko Syok

Kurang
Pengetahuan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue menurut Chris Tanto
(2014) dikutip dalam Ratnasari tahun 2018 :

1. Laboratorium (sesuaikan dengan perjalanan penyakit) : pada hari ke-3


umumnya leukosit menurun atau normal, hematokrit, mulai meningkat
(hemokonsentrasi), dan trombositopenia terjadi pada hari ke 3-7. Pada
pemeriksaan jenis leukosit, ditemukan limfositosis (peningkatan 15%)
mulai hari ke-3, ditandai adanya limfosit atipik.
2. Uji serologi : uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens.
a. Infeksi primer. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens naik
4x atau lebih tetapi tidak melebihi 1:1280.
b. Infeksi sekunder. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens
1:2560 atau serum akut 1:20 dan konvalesens naik 4x atau lebih.
c. Tersangka infeksi sekunder yang baru terjadi.
d. Titer serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau
sama.
e. Pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi adanya efusi pleura :
f. Rontgen toraks posisi right lateral decubitus, USG.
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
1. Identitas : Nama, Umur (DHF terjadi paling banyak di usia anak, remaja, dan
dewasa), Jenis Kelamin (pada penelitian anak perempuan lebih sering terkena
daripada anak laki-laki), Tempat tinggal (karakteristik lingkungan tempat
tinggal.
2. Riwayat Keperawatan : Berupa derajat berapa DHF, Keluhan yang dirasakan,
anggota tubuh mana yg mengalami sakit, demam sudah berapa hari
3. Keluhan Utama : Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu
tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang : Ditemukan adanya keluhan panas mendadak
yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
5. Riwayat Kesehatan Sebelumnya : Penyakit apa saja yang pernah diderita klien,
apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah keluarga pernah mengalami riwayat
penyakit DHF sebelumnya. Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan
dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Sering terjadi di daerah yang padat penduduk
dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan
gantungan baju dikamar).
8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan : Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak:
a. Faktor Genetik : Faktor genetik merupakan modal dasar dalam pencapaian
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Termasuk faktor genetik antara
lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis
kelamin, suku bangsa atau bangsa
b. Faktor Pendidikan Orang Tua : Pendidikan orang tua juga merupakan salah
satu faktor yang pening dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan
pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari
luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik dan bagaimana
menjaga kesehatan anaknya (Soetjiningsih, 2012 dalam Arifin, 2015).
c. Faktor Kebutuhan Dasar : Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah faktor kebutuhan dasar.
Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil
interaksi antara faktor genetis, heriditer, dan konstitusi dengan faktor
lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi
tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar
tertentu. Menurut Soetjiningsih (2000) dalam Arifin (2015) kebutuhan dasar
tersebut meliputi tiga macam yaitu asuh,asih dan asah.
d. Faktor Lingkungan : Lingkungan merupakan faktor yang sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang
baik akan menghabatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “biofisiko-
psiko- sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi
sampai akhir hayatnya. (Soetjiningsih, 2012 dalam Arifin, 2015).

B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan/Respirasi
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, tachypnea,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
effusi pleura (crackless).
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
b. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari.
c. Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
1. Sistem Persyarafan / neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien
gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
2. Sistem Perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
3. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali)
disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah
darah (hematemesis), berak darah (melena).
4. Sistem Integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular,
pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh
tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi b.d proses infeksi virus dengue (viremia)
2. Risiko perdarahan d.d gangguan koagulasi (trombositopenia)
3. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi

1 Hipertemi b.d proses Tujuan : setelah dilakukan Manajemen Hipertermi


infeksi virus dengue intervensi 1 x 24 jam maka (PPNI, 2018a) (SIKI, 181)
(viremia) termoregulasi pasien dapat 1. Monitor suhu tubuh,
membaik dengan KH: akral, RR, Nadi, IWL
Kategori : (PPNI, 2018b) (SLKI, hal 2. Anjurkan minum air
Lingkungan Sub : 129) minereral yangg
Keamanan dan 1. menggigil menurun banyak
proteksi (PPNI, 2016) 2. suhu tubuh membaik 3. Ajarkan tentang
(D.0131, hal 284) (36-37) kompres air hangat
3. pucat menurun 4. Kolaborasi :
4. kejang menurun Pemberian cairan
intravena dan
antipiretik

2 Risiko perdarahan d.d Tujuan : setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan


gangguan koagulasi intervensi 1 x 24 jam maka (Hal:283)
(trombositopenia) tingkat perdarahan pasien 1. Monitor tanda-tanda
dapat menurun dengan penurunan trombosit
Kategori : Fisiologis KH: (Hal 47) dan nilai trombosit
Sub : sirkulasi 1. TD dan yang disertai tanda
(D.0012, hal 42) Nadi normal klinis.
2. pulsasi 2. Anjurkan pasien
kuat 3. tidak ada untuk banyak
tanda perdarahan istirahat
lebih lanjut 4. ( bedrest )
trombosit 3. Berikan penjelasan
meningkat kepada klien dan
keluarga untuk
melaporkan jika ada
tanda perdarahan
spt : hematemesis,
melena,
epistaksis.
4. Antisipasi adanya
perdarahan :
gunakan sikat gigi
yang lunak, pelihara
kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10
menit setiap selesai
ambil darah.

3 Defisit nutrisi b.d Tujuan : setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (SIKI,


faktor psikologis intervensi 1 x 24 jam maka hal 200) :
status menelan pasien 1. Identifikasi status
Kategori : Fisiologis dapat membaik dengan nutrisi
Sub : Nutrisi dan KH : (SLKI, hal 118) 2. Identifikasi kebutuhan
cairan 1. Kebutuhan kalori kalori dan jenis nutrisi
(D.0019, hal 56) terpenuhi 3. Monitor asupan makan
2. Reflek menelan 4. Monitor berat badan
meningkat 5. Sajikan makanan
3. Tidak ada tanda-tanda dengan suhu yang
malnutrisi sesuai
4. Tidak terjadi 6. Berikan makanan
penurunan bb yang tinggi kalori dan tinggi
berarti protein
5. Nafsu makan menurun 7. Anjurkan makan
dengan posisi duduk
4 Nyeri akut berhungan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
dengan agen tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
pencedera fisiologis diharapkan frekuensi, kualitas,
nyeri berkurang dengan intensitas nyeri
Kategori : Psikologis KH : (SLKI, hal 145) 2. Identifikasi skala
Sub : Nyeri dan 1. Keluhan nyeri nyeri

kenyamanan menurun 3. Identifikasi respons


(D.0077, hal 172) 2. Meringis menurun nyeri non verbal
3. Sikap protektif 4. Berikan teknik
menurun nonfarmakologis
4. Tekanan darah seperti teknik napas
membaik dalam
5. Jelaskan penyebab
nyeri
6. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri seperti
teknik napas dalam
7. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fikri, Ahmad Nor, M. (2019). Asuhan Keperawatan Dengue Fever di Rumah


Sakit Medika Citra. Jilid Poltekes KEMENKES Samarinda. Samarinda.
Alodokter.com. (2018). Komplikasi Serius DHF.
Persatuan Perawat Indonesia (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Nurarif H, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Medication Publishing.
Nurlaila, dkk. (2018). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Leutika Prio.
Ratnasari, R, P. . (2018). Asuhan Keperawatan Klien Dengue Fever dengan
Hipertensi di Ruang Melati RSUD Bangil. Jombang: STIKES Insan
Cendekia Jombang.
Saragi, Ade Roosalita Boru. (2018). Asuhan Keperawatan pada An. M dengan
Demam Berdarah di Ruang Mawar RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes
Kupang. Kupang: POLTEKES KEMENKES Kupang WHO.
(2009). Dengue and Dengue Hamoragic.
Nilam, HAsry Munandar. (2018). Asuhan Keperawatan pada Klien An. D yang
Mengalami Demam Berdarah Dengue dengan Masalah Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan di RS Khusus Daerah Ibu dan Anak. Makassar:
Akademi Keperawatan Moppaudang Makassar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI .(2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung
Seto. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai