DISUSUN OLEH:
AHMAD ISHLAHUS SURURI
2121006
Mengetahui
LAPORAN PENDAHULUAN
C. Patofisiologi
Virus Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma
ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma
menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7
hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara
lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul
pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai
terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi
meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam
hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang
setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM,
oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan
sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14
sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh
karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi
antibodi IgM setelah hari sakit kelima.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Fikri (2019) mulai dari infeksi tanpa gejala demam,
demam dengue dan DHF, ditandai dengan :
1) Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari di
kebanyakan kasus.
2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan melena.
3) Pembesaran hati (hepatomegali).
4) Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah
E. Pathway
Virus Dengue
Nyeri Akut
Perdarahan tubuh Anoreksia mual
muntah
Intoleransi Aktifitas
Resiko Perdarahan
Defisit Nutrisi
\ Ansietas
Resiko Syok
Kurang
Pengetahuan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue menurut Chris Tanto
(2014) dikutip dalam Ratnasari tahun 2018 :
B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan/Respirasi
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, tachypnea,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
effusi pleura (crackless).
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
b. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari.
c. Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
1. Sistem Persyarafan / neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien
gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
2. Sistem Perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
3. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali)
disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah
darah (hematemesis), berak darah (melena).
4. Sistem Integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular,
pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh
tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi b.d proses infeksi virus dengue (viremia)
2. Risiko perdarahan d.d gangguan koagulasi (trombositopenia)
3. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi